Anda di halaman 1dari 13

FAKTA FAKTA KEPEMIMPINAN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 9

KEWIRAUSAHAAN B

1.ALEXANDER STEVANUS SINULINGGA

2.CHRISTINA CESSA FEBYOLA HARIANJA

3.SEPTELINA PURBA

PRODI KEWIRAUSAHAAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini untuk mata kuliah Kepemimpinan. Adapun tujuan dibentuknya makalah ini
bukan semata-mata hanya untuk menyelesaikan tugas kuliah saja, tapi juga dapat menjadi refrensi bagi
para pembacanya.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kesalahan dalam proses penulisan makalah ini. Oleh karena itu,
saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari Ibu dosen pengampu yaitu Ibu Sri Rezeki, SE., M.Si., Dr.

Demikian makalah ini kami buat, jika terdapat kesalahan dalam penulisan dan tutur bahasa saya ini, saya
berharap Ibu dapat memakluminya. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua

Medan , 17 September 2021


DAFTAR ISI
Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

1.2Rumusan Masalah

1.3Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1Hakikat Menjadi Seorang Pemimpin

2.2Teori Teori Menjadi Pemimpin Yang Baik

2.3Pemimpin Yang Melayani

2.4Menjadi Pemimpin Sejati

2.5Hubungan Kearifal Lokal Dengan Kepemimpinan

BAB III PENUTUP

3.1Kesimpulan

3.2Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG
Kepemimpinan yang efektif sangat dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin. Setiap pemimpin perlu
memiliki aspek-aspek kepribadian pemimpin dapat menunjang hubungan yang efektif dengan anggota
organisasinya. Kesuksesan atau kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh banyak hal, yang salah
satunya adalah kepemimpinan yang berjalan dalam organisasi tersebut.

Banyak orang yang memiliki pengalaman serta jabatan sebagai pemimpin dalam perusahaan maupun
organisasi. Sebagian dari para pemimpin tersebut benar-benar dihormati secara moral sebagai
pemimpin, namun sebagian lagi kurang dihormati. Untuk itu, diperlukan etika diri untuk menjadi
seorang pemimpin agar terbuka jalan menjadi pemimpin yang baik dan bisa dihormati oleh
bawahannya atau anak buahnya.
Ada kalanya mereka yang berada pada posisi sebagai pemimpin lupa, bahwa mereka dianggap
berhasil justru pada saat mereka dapat membawa anggota atau anak buah mereka untuk maju,
berkembang, mencapai kualitas yang baik. Artinya keberhasilan seorang pemimpin tidak lepas dari
anak buah atau anggotanya yang mendukung. Dan sepatutnya seorang pemimpin harus bersikap
professional dan bekerja dengan memperhatikan kepentingan bersama dan membangun
lingkungannya, bukan hanya diri sendiri.
Untuk itu diperlukan suatu ilmu dan cara untuk menjadi pemimpin yang baik sehingga tercipta
kepemimpinan yang efektif dan organisasi yang dipimpin dapat mencapai suatu keberhasilan.

1.2.RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana hakikat menjadi seorang pemimpin

2.Adakah teori untuk menjadi seorang pemimpin yang baik

3.Apa dan bagaimana menjadi pemimpin yang melayani

4.Apa dan bagaimana menjadi pemimpin sejati

5.Bagaimana hubungan kearifan local dengan pemimpin

1.3.TUJUAN
 Untukmengkaji bagaimana menjadi pemimpin yang baik yang dapat membawa keberhasilan bagi organisasi atau
perusahaan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Hakikat Menjadi Seorang Pemimpin
Ada tiga teori yang menyatakan penyebab seseorang menjadi pemimpjn
1.      Teori Genetis (Heredity Theory)
Disebutkan ‘leader are born and not made ‘ seseorang menjadi pemimpin karena ia dilahirkan dengan
bakat-bakat kepemimpinan.Secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fatalis atau
deterministis
2.      Teori Sosial
Ini pun teori ekstrim. Inti ajarannya “ leader are made and not born” jadi berlawanan dengan teori
genetis bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin bila diberikan pendidikan dan pengalaman yang
cukup.
3.      Teori Ekologis
Sebagai reaksi dari kedua hal itu bahwa seorang hanya berhasi menjadi pemimpin yang baik bila ia
pada waktu kelahirannya memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat-bakat itu kemudian
dikembangkkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan
untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang dimilikinya.
Namun, pada hakikatnya menjadi seorang pemimpin memang semudah memasak ikan kecil. Sangat
cepat dan gampang. Kadang seseorang  khawatir berbuat salah, sehingga gagal melaksanakan
fungsinya. Memang perasaan semacam itu tidak bisa dihilangkan seluruhnya, namun dapat dicegah
agar tidak terjadi pada orang lain. Pada hakikatnya sebagai seorang pemimpin, yang penting adalah
bertindak tanpa menyakiti atau merugikan orang lain. Sehingga orang yang dipimpin tidak perlu
khawatir akan terlukai. Sebaliknya mereka justru akan mencari kesempatan untuk melakukan hal-hal
yang benar.
Biasanya, bila kita bertemu dengan kekuatan yang lebih kecil, kita berada pada posisi untuk
menpengaruhi mereka. Namun bila kita bertemu dengan kekuatan yang lebih besar maka kita
menciptakan kesempatan untuk memperoleh jalan kita. Sehingga bila kita ingin manjadi seorang
pemimpin, maka kita harus selalu selalu rendah hati dan mau berbagi pada anak buah kita. Dengan
demikian semua orang akan menjadi senang.

Sebagai pemimpin , kita juga tidak boleh memandang remeh orang lain. Kita harus selalu ada dan
terbuka bagi semua orang. Kita harus tetap bersikap tenang dan belajar untuk menghargai hidup
sehari-hari. Sebagai pemimpin yang baik, kita dituntut untuk memperhatikan detail, mulai dengah hal
yang kecil sampai hal yang paling besar. Bila dalam perjalanan kita mendapati sebuah masalah, kita
harus memecahkan masalah sampai pada hal yang paling mendasar dan menuntaskan pekerjaan kita
sebelum menjadi beban.

Sebagai seorang pemimpin kita juga harus siap menghadapi berbagai tugas-tugas yang sulit. Namun
kita harus yakin bahwa dengan persiapan yang matang maka tugas-tugas sesulit apapun dapat
diselesaikan dengan mudah. Kita harus yakin bahwa setiap proyek besar selalu memiliki langkah-
langkah. Jadi kita harus mencari langkah sederhana itu dan menghindarai cara-cara yang sulit.
Sebagai seorang pemimpin kita juga tidak boleh menjanjikan apa yang tidak dapat kita capai. Dan
kita juga tidak boleh menyepelekan tugas, karena akan menyulitkan diri sendiri.
2.2  Teori-Teori Menjadi Pemimpin yang Baik

Salah satu kriteria pemimpin yang baik adalah yang dapat diteladani kebaikannya. Pemimpin yang
baik minimal harus memiliki karakteristik umum seorang pemimpin. Karakteristik ini lebih sering
disebut atribut kepemimpinan. Menurut M.P Garnder (1987), karakteristik kepemimpinan itu sendiri
meliputi :
1.     Vitalitas fisik dan stamina. Atribut ini sangat penting walaupun kebanyakan tidak dituntut dalam
merekrut seorang pemimpin. Dikatakan penting karena ia misalnya, masih harus mampu
mengumpulkan orang untuk suatu rapat di malam hari setelah bekerja keras seharian, memimpin
perdebatan yang berlangsung selama berjam-jam, kadang-kadang sampai subuh, atau mewakili
organisasi dimana-mana
2.    Intelegensia. Kepandaian seseorang harus juga mencakup kemampuannya untuk menggabungkan
data yang sulit, kompleks dan data yang dipertanyakan denga prakiraan-prakiraan intuitif untuk tiba
pada pembuktian bahwa data itu benar. Ia juga harus memiliki kemampuan untuk mengharagai
teman sekerjanya, bahkan juga mereka yang menentang kebijaksanaannya.
3.    Kemampuan menerima tanggung jawab. Ada orang yang mau menerima jabatan pemimpin, tetapi
tidak rela bertanggung jawab atas apa yang diperbuat organisasinya. Untuk mengelak, ia
mempersalahkan semua bawahannya , memecat atau mengalihtugaskan mereka, sungguhpun ada di
antara tindakan mereka yang didasarkan atas perintah atau kebijaksanaan pemimpin
4.   Kompetensi Penugasan. Seorang pemimpin harus mampu melaksankan apa yang ditugaskan
kepadanya. Semua jenis pekerjaan, walaupun bukan ia yang mengerjakan, perlu diketahui seluk
belukny, situasinya, dan lingkungan tempat pekerjaan itu dilaksanakan. Pendeknya ia perlu
mengetahui seluruh system dalam organisasinya, untuk mencegah kemungkinan putusnya komunikasi
dan mata rantai perintah. Juga, dimaksudkan untuk mencegah adanya pihak yang ingin mengelabui
pemimpin dengan memberikan informasi yang keliru.
5.  Memahanai kebutuhan orang lain. Pemimpin perlu mengetahui , memahami dan member perhatian
pada kebutuhan, bawahan dan orang-orang yang bekerja disekitarnya, serta pihak-pihak luar yang
berkepentingan dengan organisasinya.
6.    Terampil berurusan dengan orang . Pokok ini berkaitan dengan inteligensisa dan kemampuan
memahami kebutuhan orang lain
7.    Ingin berhasil. Pemimpin harus mau memperoleh hasil yang lebih baik. Ia harus tau apa yang hendak
dicapai dan berkeinginan untuk mengejar sasaran itu. Kalau ia hanya mau memimpin tetapi tidak
tertarik akan hasil usaha yang dikerja, maka ia tidak tepat disebut sebagai pemimpin
8.   Kemampuan memotivasi. Memberikan motivasi terhadap bawahan dan orang sekitar merupakan syarat
bagi seorang pemimpin. Akan tetapi yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa ia harus memiliki
kemampuan untuk itu. Ia mengetahui syarat itu, tetapi tidak mampu melakukannya, maka
kepemimpinannya menjadi kurang bermakna. Jadi, ia perlu mengetahui bagaimana menggerakkan
orang, memperkuat keyakinan dari bawahan atau pengikutnya,d an berbagai hal lain
9.  Keberanian, keteguhan dan ketahanan pribadi. Seorang pemimpin tidak akan berhenti menghadapi
berbagai tantangan. Ia tidak boleh berani hanya satu kali, tetapi berkali-kali , sekarang dan
seterusnya. Ia harus tabah menerima risiko yang berulang-ulang. Kalah-menang , jalan terus.
10.  Kemampuan memenangkan kepercayaan. Tidak begitu mudah membuat orang lain percaya pada
sesorang pemimpin, apalagi pemimpin yang baru. Di amerika serikat, seorang calon presiden harus
berkampanye berkali-kali , beratur kali menampilkan pribadinya di depan orang banyak,
menyampaikan programnya sedemikian rupa untuk mencoba memenangkan kepercayaan dari rakyat
Amerika. Akan tampak di situ sejauh mana ia mampu membangun kredibilitasnya sehingga ia dapat
memenangkan pemilihan umum. Pemimpin organisasi nonprofit tidak luput dari persyaratan
kemampuan untuk memenangkan kepercayaan staffnya, anggota-anggotanya dan dari masyarakat
yang mereka layani.
11.  Kemampuan untuk memanajemeni, memutuskan dan menetapkan prioritas. Seorang pemimpin
mungkin sudah menghafal tugas-tugas itu, bahkan selalu mengucapkannya dalam pidato berbagai
kesempatan. Ia berbicara berapi-api mengenai prioritas, pentingnya keputusan dan manajemen,
tetapi ia sendiri belum mampu melaksanakannya. Apabila ia menyadari bahwa ia mempunyai
kelemahan dalam bidang itu,ia harus belajar, mengikuti berbagai kursus atau pendidikan tambahan
12.  Adaptasi dan Fleksibilitas. SEorang pemimpin tidak boleh kakku. Jika ia gagal dalam satu usaha ia
harus beralih ke pendekatan lain. Kalau masih gagal, mencoba lagi yang lain.

Seorang pemimpin yang baik juga harus mempunyai sifat-sifat kepemimpinan seperti yang diutarakan
oleh Ordway Tead dalam bukunya yang berjudul The Art of Leadership, sifat-sifat kepemimpinan itu
meliputi antara lain :
a.       Energy
b.      Selera memimpin
c.       Enthusiasm
d.      Ramah tamah
e.       Integrate (pemersatu)
f.       Kemahiran teknis
g.      Sanggup mengambil keputusan, artinya seorang pemimpin diharuskan dapat dan berani mengambil
keputusan
h.      Intelegensi (cerdik dan cendekia)
i.        Kecapakan mengajar
j.        Iman yang kuat dalam menghadapi berbagai masalah

Sedangkan menurut Chester L. Barnard, pemimpin yang baik hanya harus memiliki dua hal  atau
kelebihan. Dua hal itu adalah :
a.  Kelebihan atau superioritas teknik di bidang bidang kepemimpinan. Pada kelebihan teknik
kepemimpinan tercakup perihal kelebihan sang pemimpin di bidang keterampilan fisik dan teori.
Keterampilan fisik dimaksudkan bahwa sang pemimpin mempunyai keahlian di bidang fisik dan ilmu
kepemimpinan
b.  Kelebihan dalam kebulatan tekat memimpin. Hal ini dimaksudkan bahwa  sang pemimpin mempunyai
tekat bulat dan kemauan keras untuk memimpin bawahannya demi tercapainya apa yang dituju (goal)
dengan sukses

2.3  Pemimpin yang Melayani

Kepimpinan adalah pelayanan bukan kekuasaan. Eka Darmaputera menyumbangkan pemikiran


dengan mengatakan bahwa tanpa unsur pelayanan, unsur-unsur kepemimpinan yang lain hanya
memungkinkan seseorang menjadi seorang pemimpin yang terampil ( a skilled leader) atau seorang
pemimpin yang mampu (a capable leader), tetapi belum dapat memberinya kualifikasi sebagai seoran
pemimpin yang sejati ( a true leader).

Pemimpin sejati adalah pemimpin yang punya sikap mental seorang pelayan. Seorang pemimpin
dapat menjadi pemimpin yang melayani hanya bila ia menghayati makna perannya sebagi orang yang
melayani. Salah satu ciri khas pemimpin yang melayani adalah melakukan komunikasi proaktif dan
bersifat dua arah. Dengan demikian ia tidak menghindar dari berbagai masalah atau konflik, dalam
pekerjaannya sehari-hari  ia akan mendahulukan orang lain. Ia juga membuat orang lain terinspirasi,
terdorong , belajar dan mengikuti teladannya. Pendekatannya bukanlah merupakan pendekatan
kekuasaan tetapi pendekatan hubungan atau relasional.
Pemimpin  itu sendiri pada hakikatnya melayani bukan dilayani. Seorang kepala negara atau kepala
pemerintahan yang dipilih secara demokratis pada hakikatnya adalah seorang pelayan, bahkan
pesuruhnmasyarakat.Karenaitu pemimpin tidak boleh sombong.

Pemimpin yang melayani juga berarti pemimpin yang mau bekerja sama bersama rekan-rekan
sekerjanya. Ini pula yang disampaikan oleh tokoh leadership, Rpbert K. Greenlead dalam bukunya
Servant of Leadership
Kepemimpinan yang melayani terjadi apabila seorang pemimpin berusaha mencapai tujuan organisasi
yang dipimpinnya dengan mencoba memberikan memfasilitasi kepentingan para pengikutnya. Ada
beberapa karakteristik pemimpin yang melayani : 
1.       Memfokuskan diri untuk memenuhi kebutuhan orang lain 
Keberhasilan sebuah lembaga atau organisasi yang dipimpinnya semata-mata bukan karena
kehebatan “Aku Sang Pemimpin”, tapi juga karena rekan kerjanya. Untuk itu pemimpin yang melayani
harus mampu melihat kebutuhan orang lain,dalam hal ini adalah para pengikutnya. Ketika kita
mampu dan sanggup memenuhi kebutuhan pengikutnya, maka yakinlah semua pengikut akan
berjalan sesuai dengan rel yang telah ditentukan, karena di situlah mereka mendapatakan zona
kenyamanan kerja 
2.       Mengembangkan potensi pengikutnya 
Pemimpin yang baik memiliki  karakteristik yang mampu melihat akan talenta dan potensi yang
dimilkiki oleh pengikutnya. Sebuah kapal dapat berlabuh di tengah lautan yang luas bukan hanya
karena angin yang membawanya atau cuaca baik yang melingkupinya , tapi dari kerja keras awak
kapal. Yang kesemuanya memiliki berbagai keahlian dari mulai nahkoda hingga penjaga bara atau
mesin penggerak kapal tersebut. Demikian juga dalam sebuah organisasi/lembaga.
Organisasi/lembaga yang bagus pastilah memiliki orang-orang yang hebat. Nah , di situlah tugas
pemimpin, mampukah mengembangkan potensi yang ada, baik potensi diri sebagai leader, maupun
potensi pengikutnya. Berikan kesempatan untuk setiap pengikut mengembangkan potensi yang ada.
Bukan otokrasi pada mereka. Bukan Ke- Akuan yang ada tetapi memberikan pendapat dan
kesempatan untuk berkembang. 
3.       Membimbing dan motivasi 
Membimbing dan memberikan motivasi itu yang seharusnya berulang bagi seorang leader pada setiap
pengikutnya, Ada 4P untuk menjadikan kita sukses dan berhasil. Personal, Push, Process dan Product.
Personal atau individu adalah unsure utama orang menjadi sukses, berikutnya adalah push atau
dorongan. Dorongan dapat terjadi atau diberikan dari mana saja. Satu di antaranya adalah bimbingan
dan motivasi dari orang lain. Dalam hal ini adalah leadernya. Inilah yang akhirnya berproses pada diri
sendiri sehingga menghasilkan produk yang memuaskan. Hampir setiap minggu saya selalu
memberikan bimbingan dan motivasi pada guru-guru baik lewat sms maupun lewat e-mail. 
4.       Memfasilitasi pendewasaan diri dan perkembangan pribadi untuk rekan kerja 
Sebagai seorang leader kita harus siap dengan pengetahuan yang satu-dua langkah ke depan lebih
jauh daripada pengikutnya. Di situlah visi dan misi pribadi harus ada dan berani ditampilkan di depan
para pengikutnya. Artinya, kita harus mampu memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih sebagai
pendewasaan diri dan perkembangan pribadi, yang mampu dijadikan contoh dan model bagi
pengikutnya. Saya setiap bulannya selalu membeli minimal satu buku dan saya harus membacanya,
lalu setelah buku itu selesai say abaca, saya akan letakkan di lemari buku yang berada di ruang guru
dengan asumsi rekan-rekan guru dapat juga membacanya untuk bersama-sama mengembangkan
pribadi masing-masing untuk menjadi good leader. 
5.       Pendengar yang baik 
Sejauh mana kita sebagai pemimpin mampu meluangkan waktu memahami dan mendengarkan.
Itulah ada dua hal yang luar biasa. Stephen Covey dalam habit ke-5nya mengatakan bahwa
mendengarkan secara tulus adalah mendengarkan dengan mata, hati dan telingamu.Artinya,
pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu menjadi bukan hanya Cuma mendengar tetapi juga
memahami apa yang didengarkan. Selamilah lawan si pembicara dengan seksama, dan cobalah
bersikap seperti cermin. Kalau kita mengibaratkan seperti cermin artinya kita mampu menempatkan
diri kita bak ubahnya si pembicara. Kita merasakan saat mendengarkan lawan bicara kita, itulah
perasaan kita 
6.       Membangun sikap kekeluargaan 
Pemimpin yang melayani harus memiliki karakteristik untuk membangun sikap kekeluargaan. Semua
permasalah dapat diselesaikan dengan baik bukan berlaku sikap yang dibentuk terhadap atasan dan
bawahan. Tapi menciptakan bahwa semua adalah rekan sekerja, semua adalah keluarga. Ibaratnya
kita adalah satu tubuh, tidak mungkin jari akan mengatakan saya lebih penting, atau  jantung berkata
: tanpa aku maka tubuh tidak dapat berbuat apa-apa, atau kaki akan mengatakan : tanpa aku maka
apa artinya tubuh ini. Semua bagian tubuh adalah satu, itulah yang namanya keluarga. Banyak yang
bisa kita lakukan untuk teman-teman kita, saling memberi, saling menerima, dan saling support satu
sama lain.

Itulah enam karakteristik yang harusnya dimiliki oleh seorang pemimpin yang mau melayani. Do
something for another people and do the best for others people. Layanilah orang lain sebelum Anda
dilayani oleh orang lain. This is a servant leadership.

Esensi modal kepemimpinan yang melayani itu sendiri adalah melayani yang dipimpin, entah itu
karyawan, konstituen , pelanggan atau masyarakat luas. Dalam model ini, memimpin pada hakikatnya
melayani secara tulus. Robert K. Greenlaf juga menjelaskan bahwa kepemimpinan pelayan adalah
suatu kepemimpinan yang berawal dari perassan tulus yang timbul dari dalam hati yang berkehendak
untuk melayani, yaitu untuk menjadi pihak pertama yang melayani. Perasaan tulus yang muncul dari
suara hati itulah yang menghadirkan hasrat untuk menjadi pemimpin yang berbasis pada pelayanan.

Kepemimpinan yang melayani juga merupakan salah satu strategi untuk meraih kemenangan. Dengan
menerapkan pendekatan Servant Leadership maka pemimpin dapat mengembangkan kekuatan
kerjasama tim dan loyalitas pendukung. Pendekatan-pendekatan yang diterapakan dalam Servant
Leadership itu sendiri berciri : 
1.       Menghargai orang lain (value people) 
Bisa ditunjukkan dengan cara mempercayai orang lain, melayani kebutuhan orang lain lebih
dulu,banyak mendengarkan orang lain. Hal ini bisa ditunjukkan dengan memberi imbalan atau reward
bagi bawahannya yang bekerja dengan baik 
2.       Mengembangkan orang lain(develop people) 
Dijelaskan dengan cirri-ciri emmberikan kesempatan pada pengikutnya untuk belajar dan
berkembang. 
3.       Membangun komunitas (build community) 
Dicirikan dengan membanguh hubungan personal, jejaring social (social network) yang kuat,
berkolaborasi dengan orang lain dan bisa menghargai perbedaan. 
4.       Menunjukkan otentitas(display authenticity) 
Dicirikan dengan punya integritas yang tinggi, terbuka terhadap pendapat dan mau belajar dari saran
orang lain serta bertanggung jawab 
2.4  Menjadi Pemimpin Sejati
Pemimpin yang sejati tetap bisa memimpin dengan atau tanpa jabatan. Seorang  yang memiliki
jabatan formal yang tinggi, tetapi orang tidak mengenalnya sebagai seorang pemimpin. Ia berada
dalam bayang-bayang sosok yang lebih berpengaruh daripada dirinya, yang mendiktekan kebijakan
strategi kepadanya. Adakalanya sosok yang tidak punya jabatan lebih berpengaruh dari pemimpin
formal. Menurut Sanborn,  factor utama dalam kepemimpinan yang pertama adalah pengaruh. Dan
untuk mengembangkan pengaruh, tidak mesti punya jabatan. Walaupun orang yang punya jabatan
lebih berpeluang untuk mengembangkan pengaruhnya , termasuk melalui paksaan
Kepemimpinan yang sejati tidaklah dianugerahkan oleh jabatan atau terbatas bagi para eksekutif .
Kepemimpinan diperlihatkan lewat tindakan kita sehari-hari dan cara kita mempengaruhi kehidupan
orang di sekeliling kita. Karakteristik yang dimiliki pemimpin sejati diantaranya :
-          Bertindak dengan tujuan, bukannya dihambat oleh aktvitas tanpa konsep
-          Peduli dan mau mendengarkan orang lain
-    Mencari cara mendorong orang berkontribusi dan berkembang bukannya berfokus pada pencapain
pribadi saja
-    Menciptakan warisan berupa prestasi dan kontribusi dalam segala bidang yang mereka kerjakan
Pemimpin sejati selalu mengusung komitmen akan kesempurnaan dalam apa pun yang ia kerjakan,
baik di atas panggung maupun di balik layar. Kriteria utama pemimpin yang sejati adalah pemimpin
yang mempunyai visi, strategi dan kemampuna untuk menjelmakan visinya menjadi suatu kenyataan.
Pemimpin yang sejati juga mendedikasikan energi mereka pada tugas-tugas penting yang dapat
memenuhi kebutuhan pengikut mereka,.

Selain itu pemimpin yang sejati adalah pemimpin yang menjalankan kepemimpinannya dengan tulus,
sehingga semua perilakunya dilihat sebagai perilaku autentik yang dapat dipercaya oleh anggota
komunitasnya. Pemimpin seperti ini akan menjadi pemimpin yang efektif, kareni dia diakui oleh
anggota sebagai panutan yang dapat diandalkan dan dipercaya.

Kepemimpinan yang dijalani dengan tulus biasanya bersifat melayani pengikut. Kepemimpinan yang
melayani bersifat transformasional, artinya praktik kepemimpinan itu akan membantu anggota
menyadari kelebiah dan keterbatasan dirinya sendiri, mendewasan, dan membangkitkan semangat
anggota untuk memunculkan keberdayaannya demi mewujudkan suatu cita-cita bersama. Jadi,
kepemimpinan yang ingin anggota komunitasnya dapat berperan sebagai pemimpin di lingkungan
masing-masing. Pemimpin bukan hanya perlu menjadi transformasional , melainkan juga perlu
menjadi sinergistik dan visioner. Pemimpin perlu menjadi sinergistik, karena pemimpin yang baik juga
perlu menyadari bahwa ia hanya dapat mencapai hasil yang maksimal apabila seluruh anggota
komunitas kerjanya dapat bekerja sama mewujudkan suatu cita-cita bersama. Pemimipin yang baik
bukan hanya orang yang bisa mengajak orang bekerja besamanya, melainkan yang terutama
dibutuhkan darinya adalah  kemampuannya untuk mengajak anggota yang lain untuk memadukan
kapabilitasnya membangun suatu kapabilitas kolektif terpadu yang siap untuk dikerahkan dalam
proses penciptaan nilai. Perpaduan yang sinergistik ini dapat dicapai apabila di antara anggota yang
bekerja sama ada rasa saling percaya yang tulus
2.5  Hubungan Kearifan Lokal dengan Kepemimpinan
Kearifan lokal adalah sikap, pandangan, dan kemampuan suatu komunitas di dalam mengelola
lingkungan rohani dan jasmaninya, yang memberikan kepada komunitas itu daya-tahan dan daya-
tumbuh di dalam wilayah di mana komunitas itu berada. Dengan kata lain, kearifan lokal adalah
jawaban kreatif terhadap situasi geografis-geopolitis, historis, dan situasional yang bersifat lokal.
Salah satu cara memetakan kearifan lokal dapat dilakukan dengan mengidentifikasi tiga ranah
(domain) tempat kearifan lokal itu berlaku. Ranah pertama adalah hubungan antara manusia dengan
manusia; kedua, hubungan manusia dengan alam; dan ketiga hubungan manusia dengan Tuhan atau
Sang Pencipta.
Contoh-contoh kearifan local yang dimiliki Indonesia yang dapat memperkaya nilai-nilai
kepemimpinan kiata adalah
a.    Ajaran Ki Hajar Dewantara yang terkenal, yakni: Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa,
tut wuri handayani (yang bermakna: yang di depan memberi teladan, yang di tengah memberi
semangat, dan yang di belakang memberi dorongan)
b.  Ajaran dalam Pustaka Hasta Dasa Parateming Prabu, yang berisi ajaran 18 prinsip kepemimpinan. 
menurut beberapa sumber  prinsip kepemimpinan ini diduga kuat pernah diterapkan oleh Mahapatih
Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit tempo dulu. 18 prinsip kepemimpinan itu meliputi :
1.   ‘Wijaya’. Artinya pemimpin harus mempunyai jiwa tenang, sabar dan bijaksana serta tidak lekas panik
dalam menghadapi berbagai macam persoalan. Hanya dengan jiwa yang tenang masalah akan dapat
dipecahkan.
2.  ‘Mantriwira’; Artinya pemimpin harus berani membela dan menegakkan kebenaran dan keadilan
tanpa terpengaruh tekanan dari pihak manapun.
3.   ‘Natangguan’; Artinya pemimpin harus mendapat kepercayaan dari masyarakat dan berusaha
menjaga kepercayaan yang diberikan tersebut sebagai tanggung jawab dan kehormatan.
4.  ‘Satya Bhakti Prabhu’; Pemimpin harus memiliki loyalitas kepada kepentingan yang lebih tinggi dan
bertindak dengan penuh kesetiaan demi nusa dan bangsa.
5.   ‘Wagmiwak’; Pemimpin harus mempunyai kemampuan mengutarakan pendapatnya, pandai berbicara
dengan tutur kata yang tertib dan sopan serta mampu menggugah semangat masyarakatnya.
6.   ‘Wicaksaneng Naya’; Artinya pemimpin harus pandai berdiplomasi dan pandai mengatur strategi dan
siasat.
7.   ‘Sarjawa Upasama’; Artinya seorang pemimpin harus rendah hati, tidak boleh sombong, congkak,
mentang-mentang jadi pemimpin dan tidak sok berkuasa.
8.   ‘Dhirotsaha’ ; Artinya pemimpin harus rajin dan tekun bekerja, memusatkan rasa, cipta, karsa dan
karyanya untuk mengabdi kepada kepentingan umum
9.   ‘Tan Satrsna’; Maksudnya seorang pemimpin tidak boleh pilih kasih terhadap salah satu golongan,
tetapi harus mampu mengatasi segala paham golongan, sehingga dengan demikian akan mampu
mempersatukan seluruh potensi masyarakatnya untuk menyukseskan cita-cita bersama.
10. ‘Masihi Samasta Bhuwana’; Maksudnya seorang pemimpin mencintai alam semesta dengan
melestarikan lingkungan hidup sebagai karunia Tuhan dan mengelola sumber daya alam dengan
sebaik-baiknya demi kesejahteraan rakyat.
11. ‘Sih Samasta Bhuwana’; Maksudnya seorang pemimpin dicintai oleh segenap lapisan masyarakat
dan sebaliknya pemimpin mencintai rakyatnya.
12. ‘Negara Gineng Pratijna’; Maksudnya seorang pemimpin senantiasa mengutamakan kepentingan
negara dari pada kepentingan pribadi ataupun golongan, maupun keluarganya.
13. ‘Dibyacitta’ ; Maksudnya seorang pemimpin harus lapang dada dan bersedia menerima pendapat
orang lain atau bawahannya (akomodatif dan aspiratif).
14.  ‘Sumantri’ ; Maksudnya seorang pemimpin harus tegas, jujur, bersih dan berwibawa.
15.  ‘Nayaken Musuh’; Maksudnya dapat menguasai musuh-musuh, baik yang datang dari dalam
maupun dari luar, termasuk juga yang ada di dalam dirinya sendiri.
16.  ‘Ambek Parama Artha’; Maksudnya pemimpin harus pandai menentukan prioritas atau
mengutamakan hal-hal yang lebih penting bagi kesejahteraan dan kepentingan umum.
17.  ‘Waspada Purwa Artha’; pemimpin selalu waspada dan mau melakukan mawas diri (introspeksi)
untuk melakukan perbaikan.
18.  ‘Prasaja’: Artinya seorang pemimpin supaya berpola hidup sederhana (Aparigraha), tidak berfoya-
foya atau serba gemerlap.
c.  Ajaran dalam Serat Wedhatama, yang ditulis oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara
IV (1811-1881). Inti dari ini  adalah bahwa untuk memiliki martabat di tengah kehidupan, orang
harus mampu meraih tiga hal, yakni: kedudukan (wirya), kekayaan (arta), dan kepandaian (winasis).
Konon, Mangkunegara IV merumuskan nilai-nilai ini berdasarkan pengalaman hidup Panembahan
Senopati (1587), pendiri Kerajaan Mataram, yang dikenal bersikap ksatria dan andap asor (rendah
hati).
d.      Ajaran dalam Hasta Brata.Menurut ajaran ini, seorang pemimpin harus bias melakoni 8 perilaku (yang
disimbolkan dengan unsur alam), yakni:
1.      Bumi (sifat murah hati),
2.      Dahana/api (berani dan berwibawa)
3.      Samudra (adil dan bijaksana)
4.      Maruta/angin (ada di mana-mana, dekat dengan rakyat)
5.      Angkasa (punya hati dan pikiran yang luas)
6.      Surya/matahari (memberi energi kehidupan)
7.      Candra/bulan (lembut)
8.      Kartika/bintang (menjadi teladan dan pedoman)
e.  Ajaran dari etnis Minang yaitu berupa konsep kepemimpinan “ditinggikan satu ranting, didahulukan
satu langkah”, artinya seorang pemimpin dihormati bukan karena bisa bertindak semaunya. Sebab,
kalau sampai bertindak salah, ia akan dihujat habis-habisan.
Namun nilai-nilai kepemimpinan lokal yang berdasarkan pada kearifan lokal seperti contoh di atas di
popular di kalangan masayarakat. Hal ini menurt Tjahjono Soejodibroto disebabkan karena Indonesia
tidak mempopulerkan nilai-nilai kearifan lokal sejak dini. Hal ini juga didukung karena tidak ada pihak
yang menjabarkan secara serius dan mendalami istilah-istilah itu untuk kemudian dikaitkan dengan
realitas yang ada. Factor pendukung lainnya adalah pemerintah yang tidak pernah serius memberi
insentif untuk mengembangkan potensi nilai kearifan lokal ini hingga semua dibiarkan berjalan sendiri
tanpa bantuan negara, dan nilai lokal tersebut tenggelam oleh nilai global yang bersifat kapitalis.
BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
1.   Menjadi pemimpin pada hakikatnya tidak sulit, asal mengerti konsep-konsep kepemimpinan itu sendiri
2.      Pemimpin yang baik minimal harus memiliki kriteria umum sebagai seorang pemimpin
3.   Pada hakikatnya kepemimpinan adalah melayani. Karena kepemimpinan adalah pelayanan dan
ketulusan
4.      Pemimpin yang sejati adalah pemimpin yang memiliki sikap melayani dan ketulusan
5.    Indonesia memiliki banyak nilai-nilai kearifan local yang dapat dijadikan nilai-nilai kepemimpinan yang
baru.

3.2  Saran
1.      Para calon pemimpin hendaknya harus tahu persis seperti apa sebenarnya kepemimpinan, sehingga
pada saat menjadi pemimpin tahu bagaimana harus bersikap
2.      Para pemimpin hendaknya benar-benar melaksanakan tugas dan wewenangnya. Sebab keberadaan
pemimpin dalam suatu organisasi yang dipimpinnya akan lebih banyak bergantung pada keberadaan
pemimpin.

DAFTAR PUSTAKA
1.      M.Herujito, Yayat.2001.Dasar-dasar Manajemen.Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia.
2.      Alfian, M.Alfan.2009.Menjadi Pemimpin Politik.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
3.      Sanborn,Mark.2008.Semua Orang Bisa Jadi Pemimpin.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
4.      Salusu, J.1996.Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan
Nonprofit.Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia.
5.      Goenawan,Goenardjoadi.2006.Mata Air untuk Dahaga Jiwaku(Perspektif Baru Dalam Mencapai
Kesadaran Spiritual Bisnis).Jakarta:Elex Media Komputindo.
6.      Kartakusumah,Berliana.2006.Pemimpin Adiluhung Genealogi Kepemimpiman
Kontemporer.Jakarta:Teraju Mizan Publika
7.      Kristo M,Thomas.2009.Suara Pemimpin.Jakarta:Elex Media Komputindo
8.      Mardi Hartanto, Frans.2009.Paradigma Baru Manajemen Indonesia.Bandung:Mizan Utama

Anda mungkin juga menyukai