1273
2 0 1 6
.id
go
s.
bp
a.
ot
rk
ta
an
si
://
tp
ht
ISSN :-
Katalog : 4102004.1273
No. Publikasi : 12730.1715
Ukuran Buku : 27,94 cm x 21,59 cm
Jumlah Halaman : viii + 74 hal
Naskah:
Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar
.id
go
Penyunting Naskah:
Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
s.
bp
Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar
a.
ot
rk
Gambar Kulit:
Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik
ta
Diterbitkan Oleh :
ht
Dicetak Oleh :
Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, Badan Pusat
Statistik Kota Pematangsiantar telah dapat menyelesaikan penyusunan publikasi Indikator
Kesejahteraan Rakyat Kota Pematangsiantar 2016.
Dalam publikasi ini disajikan indikator-indikator yang menggambarkan kondisi
kesejahteraan rakyat yang mencakup aspek kependudukan, pendidikan, kesehatan, pola
konsumsi, kemiskinan, pembangunan manusia, ketenagakerjaan, dan perumahan.
Diharapkan publikasi ini mampu memberikan gambaran yang menyeluruh
mengenai aspek kesejahteraan rakyat di Kota Pematangsiantar sehingga dapat menjadi
dasar dan acuan untuk menentukan arah kebijakan serta sebagai alat penilaian dan
pemantauan terhadap pencapaian program pembangunan yang telah dilaksanakan di Kota
Pematangsiantar.
.id
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang
go
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah menyumbangkan tenaga dan
s.
pemikirannya sehingga publikasi ini dapat terwujud. Akhirnya semua kritik dan saran,
bp
sangat kami hargai untuk perbaikan publikasi ini di masa yang akan datang.
a.
ot
rk
ta
an
si
://
Kepala,
ht
Halaman
I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 3
1.2. Tujuan 3
1.3. Sumber Data 4
1.4. Sistematika Penyajian 4
II. METODOLOGI 5
2.1. Kependudukan 7
.id
2.2. Kesehatan 9
go
2.3. Pendidikan 9
2.4. TarafdanPolaKonsumsi 10
2.5. Perumahan
s. 11
bp
a.
III. KEPENDUDUKAN 13
ot
IV. KESEHATAN 23
tp
V. PENDIDIKAN 31
5.1. Angka Partisipasi Sekolah 35
5.2. Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 36
5.3. Angka Buta Huruf 38
VII. PERUMAHAN 43
7.1. Kondisi Rumah Tinggal 46
7.2. Fasilitas Rumah Tinggal 48
VIII. KEMISKINAN 51
8.1. Perkembangan Penduduk Miskin 53
Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Kota Pematangsiantar Menurut Kecamatan dan Jenis 16
Kelamin, 2016
Tabel 3.2. Kepadatan Penduduk Kota Pematangsiantar Menurut Kecamatan, 2016 17
Tabel 3.3. Persentase Penduduk Berusia 10 tahun ke Atas Menurut Status
Perkawinan di Kota Pematangsiantar, 2016 18
Tabel 3.4. Persentase Wanita Berusia 10 tahun ke Atas yang Pernah Kawin
Menurut Umur Perkawinan Pertama di Kota Pematangsiantar, 2016 19 19
Tabel 4.1. Persentase Penduduk Pematangsiantar yang Menderita Sakit Sebulan
Terakhir Menurut Kelompok Umur, 2016 26
Tabel 4.2. Persentase Penduduk Pematangsiantar yang Berobat Jalan dan Alasan
Utama tidak Berobat Jalan, 2016 28
Tabel 4.3. Persentase Penduduk Pematangsiantar yang Menggunakan Jaminan 29
.id
Kesehatan untuk Berobat Jalan, 2016
go
Tabel 5.1. APK dan APM Menurut JenisKelamin Kota Pematangsiantar, 2016 36
Tabel 5.2. Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan yang
s.
37
Ditamatkan di Kota Pematangsiantar, 2016
bp
Tabel 5.3. KIP yang Disediakan Menurut Jenjang Pendidikan di Kota 37
a.
Pematangsiantar, 2016
ot
54
(P2) di Pematangsiantar, 2016
si
://
tp
ht
Grafik 3.1. Persentase Wanita Berumur 15-49 tahun Berstatus Kawin Menurut 19
Status Penggunaan Alat KB di Pematangsiantar, 2014-2016
Grafik 3.2. Persentase Wanita Berumur 15-49 tahun Berstatus Kawin Menurut 20
Status Penggunaan Alat KB di Pematangsiantar, 2016
Grafik 3.3. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Jaminan Sosial Menurut 21
Jenis Jaminan Sosial di Kota Pematangsiantar, 2016
Grafik 4.1. Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Sebulan Terakhir 27
Menurut Jumlah Hari Sakit, 2016
Grafik 4.2. Persentase Wanita 15-49 Tahun Pernah Kawin Menurut Penolong 29
Kelahiran Anak Lahir Hidup Terakhir, 2016
Grafik 5.1. APK dan APM, 2016 35
.id
Grafik 5.2. Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan yang 36
go
Ditamatkan, 2016
s.
Grafik 5.3. Melek Huruf, 2014-2016 bp 38
Grafik 6.1. Perkembangan Rata-rata Pengeluaran/Kapita/Bulan Kota 42
Pematangsiantar, 2014-2016
a.
ot
Pematangsiantar, 2016
Grafik7.3. Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir 49
si
Kotoran/Tinja di Pematangsiantar
://
tp
.id
Berbagai program pembangunan telah dilaksanakan oleh pemerintah, baik di bidang
go
pendidikan, kesehatan, ekonomi, perumahan, lingkungan hidup, politik dan lain
s.
sebagainya.Hal ini membuktikan bahwa pembangunan merupakan komitmen seluruh
bp
bangsa Indonesia yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945.
a.
ot
baik apabila didukung dengan data dan informasi statistik yang baik. Berdasarkan data dan
ta
an
informasi yang dikemas melalui suatu indikator makro, perencanaan pembangunan dan
si
evaluasi terhadap program pembangunan yang telah dilaksanakan dapat berjalan sesuai
://
dengan yang diharapkan. Berlandaskan pola pikir demikian, diperlukan gambaran mengenai
tp
kondisi lapangan mengenai indikator kesejahteraan rakyat untuk melihat berbagai indikator
ht
keluaran pembangunan.
1.2. Tujuan
Data yang digunakan sebagai dasar analisis adalah data primer Badan Pusat Statistik
(BPS) yang berasal dari sensus dan survei, yaitu Sensus Penduduk (SP), Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) dan survei lainnya yang telah dilaksanakan.
Penyajian data dan analisis dalam publikasi ini meliputi delapan bagian, yaitu: Bagian
.id
pertama merupakan pendahuluan yang memaparkan latar belakang, maksud dan tujuan,
go
sumber data dan sistematika penyajian publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota
s.
Pematangsiantar 2016.; Bagian kedua berisi penjelasan teknis yang berisi konsep definisi
bp
yang digunakan.; Bagian ketiga menyajikan aspek kependudukan yang mencakup
a.
memaparkan kondisi kesehatan yang mencakup status kesehatan penduduk dan indikator
ta
dari sisi kualitas pendidikan penduduk.; Bagian enam membahas aspek taraf dan pola
si
2.1. Kependudukan
Penduduk adalah setiap orang, baik warga negara Republik Indonesia maupun warga
negara asing yang berdomisili di dalam wilayah Republik Indonesia selama enam bulan
atau lebih dan mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan
menetap.
Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per kilometer persegi.
Rata-rata laju pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara
.id
kekuatan yang menambah dan mengurangi jumlah penduduk. Kekuatan yang
go
menambah jumlah penduduk adalah kelahiran dan migrasi masuk, sedangkan yang
s.
mengurangi adalah kematian dan migrasi keluar. Laju pertumbuhan alamiah adalah laju
bp
pertumbuhan yang hanya dipengaruhi faktor kelahiran dan faktor kematian, sedangkan
a.
Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dengan
rk
penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu yang dinyatakan dalam
ta
an
Kawin adalah seseorang mempunyai istri (bagi laki-laki) atau suami (bagi perempuan)
://
pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun terpisah. Termasuk mereka yang
tp
kawin sah secara hukum (adat, agama, negara, dsb), hidup bersama dan oleh
ht
.id
ke bawah kulit lengan atas untuk mencegah terjadinya kehamilan.
go
Pil KB adalah pil yang diminum untuk mencegah terjadinya kehamilan.
s.
Kondom/karet KB adalah alat yang terbuat dari karet, berbentuk seperti balon, yang
bp
dipakai oleh kepala/anggota ruta laki-laki selama bersenggama dengan maksud agar
a.
ot
Kondom wanita adalah alat yang terbuat dari karet yang dimasukkan ke dalam vagina
an
sebelum kumpul.
si
://
layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki
ht
2.2. Kesehatan
Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang merasa terganggu oleh kondisi
kesehatan, kejiwaan, kecelakaan, atau lainnya. Seseorang yang menderita penyakit
kronis dianggap mempunyai keluhan kesehatan walaupun pada waktu survei (satu
bulan terakhir) yang bersangkutan tidak kambuh penyakitnya.
Konsultasi adalah datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk membincangkan
masalah kesehatan, termasuk konsultasi KB dan konsultasi ke dokter.
Rawat jalan atau berobat jalan adalah kegiatan atau upaya responden yang mempunyai
.id
keluhan kesehatan untuk memeriksakan atau mengatasi gangguan/keluhan
go
kesehatannya dengan mendatangi tempat-tempat pelayanan kesehatan modern atau
s.
tradisional tanpa menginap, termasuk mendatangkan petugas medis ke rumah pasien,
bp
membeli obat atau melakukan pengobatan sendiri. Rawat inap adalah kegiatan atau
a.
ot
kesehatan, diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iyuran atau iyuran
si
Jamkesmas adalah progam bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat
ht
miskin dan tidak mampu yang bertujuan meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat
kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.
Jamkesda adalah program jaminan bantuan pembayaran biaya pelayanan kesehatan
yang diberikan pemerintah daerah kepada masyarakatnya.
Asuransi Swasta adalah jaminan kesehatan yang berasal dari sumber pembayaran
premi anggota kepada perusahaan asuransi, selain yang diselenggarakan oleh negara
atau pemerintah daerah.
.id
jenjang pendidikan yang pernah diikuti (ditamatkan) oleh seseorang yang sudah tidak
go
sekolah lagi atau sedang diikuti oleh seseorang yang masih sekolah.
s.
Jenjang pendidikan tertinggi yang pernah/sedang diduduki (ditamatkan) adalah jenjang
bp
pendidikan yang pernah diduduki (ditamatkan) oleh seseorang yang sudah tidak
a.
ot
sekolah lagi atau sedang diduduki oleh seseorang yang masih sekolah.
rk
Dapat membaca dan menulis adalah mereka yang dapat membaca dan menulis
ta
surat/kalimat sederhana dengan sesuatu huruf. Orang buta yang dapat membaca dan
an
menulis huruf braille dan orang cacat yang sebelumnya dapat membaca dan menulis
si
kemudian karena cacatnya tidak dapat membaca dan menulis, digolongkan dapat
://
tp
membaca dan menulis. Sedangkan orang yang hanya dapat membaca saja tetapi tidak
ht
dapat menulis, dianggap tidak dapat membaca dan menulis (buta huruf).
2.5. Perumahan
Bangunan fisik adalah tempat perlindungan yang mempunyai dinding, lantai dan atap,
baik tetap maupun sementara yang digunakan untuk tempat tinggal maupun bukan
tempat tinggal.
Bangunan sensus adalah sebagian atau seluruh bangunan fisik yang mempunyai pintu
keluar/masuk sendiri.
Luas lantai adalah luas lantai dari bangunan tempat tinggal atau jumlah dari setiap
.id
bagian tempat tinggal yang ditempati oleh anggota rumah tangga dan dipergunakan
go
untuk keperluan hidup sehari-hari.
s.
Rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh
bp
bangunan fisik/sensus dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur.
a.
Dinding adalah sisi luar/batas dari suatu bangunan atau penyekat dengan rumah tangga
ot
Atap adalah penutup bagian atas bangunan yang melindungi orang yang mendiami
ta
an
dibawahnya dari teriknya matahari, hujan dan sebagainya. Untuk bangunan bertingkat,
si
Air leding adalah sumber air yang berasal dari air yang telah diproses menjadi jernih
tp
sebelum dialirkan kepada konsumen melalui instalasi berupa saluran air. Sumber air ini
ht
.id
meningkatkan jumlah kematian. Selain itu,ketersediaan pemukiman yang tidak
go
mencukupi akan mengakibatkan munculnya pemukiman-pemukiman liar, kumuhdan
s.
tidak layak huni seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Sarana pendidikan
bp
yang terbatas dan sarana kesehatan yang kurang memadai akan mempengaruhi kualitas
a.
baikdalam hal kuantitas maupun kualitas penduduk harus terus dilaksanakan dalam
://
tp
Besar kecilnya rasio jenis kelamin dipengaruhi oleh pola mortalitas dan migrasi
penduduk suatu daerah.Jika rasio jenis kelamin di atas 100, artinya jumlah penduduk
laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan di daerah tersebut.Hasil
proyeksi penduduk tahun 2016 diketahui jumlah laki-laki selalu lebih sedikit dari
perempuan terlihat pada tabel 3.1. Sex ratio yang terbentuk tahun 2016 sebesar 95,20
yang berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat 95 penduduk laki-laki.
.id
Siantar Marimbun 7.653 8.086 94,65
Pada tabel 3.1 terlihat bahwa rasio penduduk laki-laki lebih besar dibanding
perempuan hanya ada di Kecamatan Siantar Martoba dengan sex ratio 100,39. Kondisi
menunjukkan bahwa ratio penduduk perempuan lebih besar dibanding laki-laki di 7
kecamatan lainnya. Jumlah penduduk perempuan jauh lebih banyak dibandingkan laki-
laki berada di Kecamatan Siantar Selatan dengan sex ratio 90,02. Perbandingan
penduduk perempuan terbanyak berada di Kecamatan Siantar Selatan. Selanjutnya,
perbandingan penduduk perempuan terbanyak berada di Kecamatan Siantar Utara.
Salah satu masalah kependudukan lainnya yang cukup serius adalah persebaran
penduduk yang tidak merata antar daerah, sehingga kepadatan untuk masing-masing
Kepadatan
Jumlah
Kecamatan Penduduk per
Penduduk (jiwa)
km2
(1) (2) (3)
.id
Siantar Marimbun 15.739 873
go
Siantar Selatan 18.010
s. 8.916
Tahun 2016, penduduk Kota Pematangsiantar yang berusia 10 tahun ke atas yang
kawin cukup besar mencapai 49,27 persen. Keharmonisan dalam berumah tangga
menjadi salah satu faktor dalam mempertahankan lembaga pernikahan selain ikatan
agama, adat-istiadat dan faktor lainnya. Pengaruh beberapa faktor tersebut
menyebabkan persentase penduduk 10 tahun ke atas yang cerai hidup cukup rendah di
Pematangsiantar, hanya 1,32 persen.
.id
Laki-laki+
Status Perkawinan Laki-laki Perempuan
Perempuan
go
(1) (2) (3)
s. (4)
suatu proses biologis, yaitu melahirkan sampai dengan masa menopause. Oleh karena itu,
ht
Berdasarkan Tabel 3.4 dalam kurun 3 tahun terakhir, sebagian besar usia saat
perkawinan pertama adalah 19-24 tahun, diikuti usia 25-34 tahun dan usia 17-18 tahun.
Tahun 2016, penduduk yang kawin pada umur 19-24 tahun sebesar 61,15 persen, umur
25-34 sebesar 30,01 persen dan umur 17-18 tahun sebesar 4,60 persen.
Hal yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa masih ada sebanyak 3,11 persen
wanita berumur 10 tahun ke atas yang usia pada perkawinan pertamanya di bawah 17
tahun dan dinilai masih terlalu muda. Alat reproduksi yang belum siap dan matang akan
mempengaruhi kesalamatan ibu dan anak pada masa kehamilan. Selain itu, umur yang
Tabel 3.4. Persentase Wanita Berusia 10 tahun ke Atas yang Pernah Kawin
MenurutUmur Perkawinan Pertama di Pematangsiantar, 2016
Usia Perkawinan
2014 2015 2016
Pertama
(1) (2) (3) (4)
.id
3.5. Keluarga Berencana go
s.
bp
Kondisi sosial ekonomi yang lebih baik akan dipengaruhi oleh tingkat fertilitas.
a.
kebutuhan akan pendidikan dan kesehetan keluarga. Kualitas pendidikan dan kesehatan
ta
fertilitas.Pasangan suami dan isteri, dengan usia istri antara 15-49 tahun dengan
kemampuan melahirkan masih cukup besar, merupakan sasaran dari program KB.
42.89 45.23
50 39.68 38.09 40.81 39.24
40
30 22.23
16.3 15.53
20
10
0
2014 2015 2016
Persentase wanita berumur 15-49 tahun dan berstatus kawin yang sedang
menggunakan KB, mengalami naik turun. Tahun 2015, ada 40,81 persen naik dibanding
tahun 2014 sebesar 39,68 persen, kemudian turun menjadi 39,24 persen pada tahun
2016. Peningkatan persentase wanita berumur 15-49 tahun dan berstatus kawin yang
tidak pernah menggunakan alat KB, menjadi sinyal bagi pemerintah Kota
Pematangsiantar untuk melakukan sosialisasi yang lebih gencar ataupun tindakan
persuasi pada masyarakat.
.id
Penggunaan alat KB oleh wanita berumur 15-49 tahun dengan status kawin di
go
pada tahun 2016 cukup beragam. Grafik 3.2 menunjukkan terdapat 29,83 persen wanita
s.
yang memilih menggunakan suntikan sebagai alat KB. Kondom sebagai alat kontrasepsi
bp
di Pematangsiantar, 2016
5.7
an
2.32
19.09
si
14.68
9.73
://
18.66
tp
29.83
ht
Asuransi
Pesangon,
Kematian,
1.12
0.98
Asuransi
Kecelakaan
Kerja, 1.26 Hari Tua, Pensiun/Veter
1.46 an, 7.48
.id
Pensiun/Veteran
go
Hari Tua
s.
Asuransi Kecelakaan Kerja Asuransi Kematian
bp
Pesangon
a.
terbanyak berupa jaminan pensiun/veteran, mencapai 7,48 persen pada tahun 2016.
ta
Rumah tangga penerima pesangon karena PHK dari perusahaan/usaha tempat kerja
an
mencapai 1,12 persen. Klaim asuransi akibat kecelakaan di tempat kerja atau kematian
si
mencapai 2,24 persen. Rumah tangga yang menerima manfaat tabungan hari tua ada
://
Sesuai dengan UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan, Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat yang sehat akan menciptakan kehidupan
yang berkualitas, karena kesehatan merupakan modal berharga bagi seorang dalam
.id
melakukan akivitasnya.
go
Bangsa yang memiliki tingkat derajat kesehatan yang tinggi akan lebih berhasil dalam
s.
melaksanakan pembangunan. Oleh sebab itu kesehatan menjadi salah satu aspek
bp
kesejahteraan dan menjadi fokus utama pembangunan manusia.Setiap orang berhak
a.
ot
memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata karena memang salah
rk
itu upaya pencegahan dan penyembuhan penyakit serta peningkatan pembangunan pusat-
ht
pusat kesehatan masyarakat serta sarana penunjangnya terus dilakukan oleh Pemerintah,
seperti Puskesmas, Posyandu, pos obat desa, pondok bersalin desa serta penyediaan fasilitas
air bersih. Dengan adanya upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan
masyarakat yang baik. Oleh karena itu, pembangunan yang sedang digiatkan pemerintah
diharapkan dapat berakselerasi positif.
.id
dibandingkan dengan penduduk perempuan.
go
2. Tabel 4.1. Persentase Penduduk Pematangsiantar
s.
3. yang Menderita Sakit Sebulan Terakhir
bp
4. Menurut Kelompok Umur, 2016
a.
Laki-laki+
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan
ot
Perempuan
rk
Laki-laki cenderung lebih cepat sembuh untuk penyakit yang tergolong ringan
dibanding perempuan, 54,74 persen laki-laki sudah sembuh dalam waktu 1-3 hari dan
perempuan lebih rendah sekitar 42,21 persen. Sebaliknya, untuk penyakit yang tergolong
berat, laki-laki lebih lama sembuh dibandingkan dengan perempuan. Ada 12,43 persen
54.74
60
50 42.21 40.4
40 28.61
30
20 12.439.4
4.226.02
10 0 1.96
0
1-3 4-7 8-14 15-21 22-30
.id
Laki-laki Perempuan
go
s.
5. Berbagai upaya dilakukan penduduk untuk menjaga kesehatan, baik secara mandiri
bp
maupun oleh keluarganya yang masih sehat. Upaya menjaga kesehatan yang dapat dilakukan
a.
diantaranya adalah dengan berobat sendiri, berobat jalan, maupun rawat inap. Berobat
ot
pengetahuan kesehatan yang dimilikinya secara mandiri. Berobat jalan adalah melakukan
an
konsultasi kesehatan kepada tenaga ahli kesehatan yang dipercaya, dengan cara mendatangi
si
6. Pada Tabel 4.2 diketahui bahwa 55,31 persen penduduk yang menderita sakit
berobat jalan ke fasilitas kesehatan. Laki-laki lebih banyak memilih berobat jalan untuk
penyembuhan sakit diderita dibandingkan perempuan. Ada 56,02 persen penduduk laki-laki
yang berobat jalan dan 54,66 persen perempuan .
7. Penduduk yang memilih tidak berobat jalan ketika sakit, sebagian besar memilih
untuk berobat sendiri. Anggapan bahwa sakit yang diderita tidak berbahaya, masih ada
masyarakat memilih untuk tidak berobat jalan. Terdapat 31,79 persen penduduk yang
.id
Jalan ada biaya sarana tidak Lainnya
biaya Sendiri
transport transport perlu
berobat
go
asi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
s.
Laki-laki 56,02 7,26 0,24 bp 0,12 56,61 30,54 12,49
12. Terkait dengan permasalahan biaya sebenarnya saat ini pemerintah sudah
an
menyusun Undang-undang terkait jaminan sosial. Salah satunya adalah dibentuknya Badan
si
://
melayani masyarakat selain PNS. Tahun 2016, penggunaan BPJS Kesehatan untuk berobat
ht
cukup besar mencapai 20,25 persen. Akan tetapi masih terdapat 19,50 persen penduduk
yang menggunakan Jamkesmas/PBI.
13. Peluang bisnis pada bidang kesehatan menarik perhatian dari pihak swasta. Hal ini
diwujudkan dalam bentuk jaminan asuransi. Penggunaan asuransi swasta di Kota
Pematangsiantar tidak terlalu besar, hanya sekitar 2 persen. Tingginya penduduk laki-laki
yang menderita sakit diikuti dengan penggunaan jaminan sosial di dalam berobat yang lebih
banyak pada penduduk laki-laki.
14.
28 Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016
15. Tabel 4.3. Persentase Penduduk Pematangsiantar
yang Menggunakan Jaminan Kesehatan untuk Berobat Jalan, 2016
.id
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016
go
s.
bp
4.2. Penolong Kelahiran
a.
ot
Salah satu unsur yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan balita adalah penolong
rk
kelahiran.Data komposisi penolong kelahiran bayi dapat dijadikan salah satu indikator
ta
an
kesehatan terutama dalam hubungannya dengan tingkat kesehatan ibu dan anak serta
pelayanan kesehatan secara umum.Dilihat dari kesehatan ibu dan anak, persalinan yang
si
://
ditolong oleh tenaga medis seperti dokter dan bidan dapat dianggap lebih baik dan aman jika
tp
dibanding ditolong oleh bukan tenaga media seperti dukun, famili atau lainnya.
ht
2.48
24.74
1.29
71.49
.id
go
s.
bp
a.
ot
rk
ta
an
si
://
tp
ht
.id
meningkatkan kualitas hidup dan demi kesejahteraan umat manusia. Selanjutnya dalam
Pasal 31 ayat 2) dinyatakan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar
go
dan pemerintah wajib membiayainya.
s.
bp
Pendidikan dasar sebagai bagian dari hak asasi manusia dan hak setiap warga negara,
a.
maka dalam usaha pemenuhannya harus direncanakan dan dijalankan dengan sebaik
ot
mungkin.Pemenuhan atas hak untuk mendapatkan pendidikan dasar yang layak dan
rk
ta
bermutu merupakan ukuran keadilan dan pemerataan atas hasil pembangunan.Hal tersebut
an
juga menjadi investasi sumber daya manusia yang diperlukan untuk mendukung
si
16. Sebagai upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, maka pemerintah pusat
dan daerah harus memfasilitasi hak pendidikan bagi tiap warganya. Melalui sekolah yang
terjangkau dari sisi pembiayaan, bermutu dari segi layanan dan berkualitas dari sisi
pembelajaran. Selain pembiayaan pendidikan yang harus ditanggung pemerintah, sarana
dan prasarana, kurikulum, dan sumber belajar dan daya dukung lainnya perlu diupayakan
pemerintah.
Agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat sesuai dengan
kemampuan masing-masing individu, maka pendidikan adalah tanggung jawab keluarga,
masyarakat dan pemerintah. Pada program pembangunan pendidikan nasional yang
dilakukan saat ini telah pula mempertimbangkan kesepakatan-kesepakatan internasional
.id
seperti Pendidikan Untuk Semua (Education For All), Konvensi Hak Anak (Convention on the
go
Right of Child) dan Millenium Development Goals (MDGs) yang secara jelas menekankan
s.
pentingnya pendidikan sebagai salah satu cara penanggulangan kemiskinan, peningkatan
bp
keadilan sosial dan lainnya.
a.
ot
baik itu dari Pemerintah untuk dapat menyediakan sarana yang memadai dan juga ditunjang
an
dengan kemampuan masyarakat, karena sampai saat ini kemampuan pemerintah untuk
si
menyediakan pendidikan gratis bagi warganya masih belum terlaksana secara optimal.
://
tp
dalam dunia pendidikan. Realita ini senantiasa banyak ditemui di sekeliling kita, yaitu
banyak sarana pendidikan yang sangat tidak layak dan juga banyak anak-anak usia sekolah
seharusnya belajar, namun sudah harus bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Di
tengah keterbatasan inilah pemerintah mencanangkan Program Wajib Belajar Sekolah Dasar
enam tahun pada tahun 1984 dan kemudian diikuti dengan Wajib Belajar Pendidikan Dasar
sembilan tahun mulai tahun 1994. kebijaksanaan lain sebagai upaya untuk meningkatkan
tingkat pendidikan masyarakat adalah melalui program di luar pendidikan formal, di
antaranya melalui sekolah-sekolah program jarak jauh.
.id
Grafik 5.1. APK dan APM, 2016
go
150
100
s.
bp
50
a.
ot
0
SD SMP SMA PT
rk
APK APM
si
://
tp
Grafik 5.1 menunjukkan APK dan APM tertinggi berada pada jenjang pendidikan
ht
sekolah dasar (SD), angka APK mencapai 118,17 persen dan angka APM mencapai 99,6
persen. Selanjutnya, pada jenjang perguruan tinggi (PT), angka APK dan APM mempunyai
besaran yang sama, yaitu 24,32 persen.
APK dan APM menurut jenis kelamin pada Tabel 5.1, menunjukkan penduduk
perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini menunjukkan partisipasi perempuan
untuk bersekolah lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Angka APK perempuan
mencapai 100 persen lebih berada pada jenjang pendidikan SD dan SMA. Sebaliknya, angka
APM perempuan mencapai 100 persen hanya pada jenjang pendidikan SD .
APK APM
Jenjang Pendidikan
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5)
.id
keluhan mengenai sarana dan prasarana pendidikan yang kurang memadai dan tenaga
go
pengajar yang kurang berkualitas. Untuk itu berbagai cara dilakukan oleh pemerintah di
s.
antaranya dengan mengembangkan kurikulum, sehingga diharapkan dapat menciptakan
bp
lulusan yang berkualitas yang dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia. Gambaran
a.
ot
mengenai peningkatan sumber daya manusia dapat dilihat dari kualitas tingkat pendidikan
rk
penduduk dewasa.
ta
an
besar.Penduduk yang menamatkan pendidikan di jenjang SMA mencapai 31,99 persen dan
tp
pendidikan di jenjang perguruan tinggi ada sebanyak 9,29 persen pada Susenas 2016.
ht
29.87
31.99
12.21
.id
SMP 13,00 11,48
go
SD 29,52 30,19
s.
Tidak/Belum Tamat SD bp 11,88 11,85
Tidak/Belum Pernah Sekolah 0,09 0
a.
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, pemerintah memberikan Kartu Indonesia Pintar
an
(KIP).
si
://
Jenjang Pendidikan
Kecamatan
SD SMP SMA SMK
(1) (2) (3)
Siantar Marihat 855 473 224 157
Siantar Marimbun 701 337 97 154
Siantar Selatan 635 306 104 152
Siantar Barat 823 442 157 192
Siantar Utara 1.786 922 267 413
Siantar Timur 1.510 842 253 442
Siantar Martoba 2.531 1.264 334 676
Siantar Sitalasari 856 388 121 208
Kota Pematangsiantar 9.697 4.974 1.557 2.394
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016
.id
Kemampuan membaca dan menulis penduduk Kota Pematangsiantar sangat baik,
go
ditunjukkan dengan angka melek huruf diatas 99 persen bahkan angka melek huruf
penduduk laki-laki mencapai 100 persen dari tahun 2014 hingga 2016.
s.
bp
a.
100
ta
99.8
an
99.6
si
://
99.4
tp
99.2
ht
99
2014 2015 2016
Laki-laki Perempuan
EKONOMI
KARAKTERISTIK
ht
tp
://
si
an
ta
rk
ot
a.
bp
s.
go
.id
KARAKTERISTIK EKONOMI
Tingkat kesejahteraan rumah tangga secara nyata dapat diukur dari tingkat
pendapatan yang dibandingkan dengan kebutuhan minimum untuk hidup
layak.Perubahan pada tingkat kesejahteraan dapat dilihat dari pola pengeluaran rumah
tangga, yang dibedakan menjadi dua yaitu pengeluaran untuk makanan dan bukan
makanan. Negara berkembang umumnya pengeluaran untuk makanan masih
merupakan bagian terbesar dari total pengeluaran konsumsi rumah tangga. Sebaliknya,
.id
di negara yang relatif sudah maju, pengeluaran untuk aneka barang dan jasa seperti untuk
go
perawatan kesehatan, pendidikan, rekreasi, olahraga, dan sejenisnya merupakan bagian
s.
bp
terbesar dari total pengeluaran rumah tangga. Perubahan angka persentase tersebut dalam
a.
pengeluaran per kapita per bulan penduduk Kota Pematangsiantar, pola pengeluaran juga
an
pengeluaran per kapita per bulan mencapai Rp. 1.047.360,-. Pengeluaran untuk makanan
tp
ht
Tahun 2014, pengeluaran untuk makanan mencapai 54,32% dari total pengeluaran.
Tahun 2015, total pengeluaran untuk non makanan lebih besar dibandingkan pengeluaran
untuk makanan yaitu mencapai 52,48%. Sedangkan untuk tahun 2016, pengeluaran untuk
non makanan mencapai 50,78%.
Pola pengeluaran rumah tangga per kapita per bulan mengalami pergeseran.
Pengeluaran bukan makanan mengalami peningkatan, sebaliknya pengeluaran makanan
menurun dalam kurun waktu 2014-2016. Tahun 2016, yang dilakukan BPS adalah untuk
mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat yang dilihat dari pola pengeluaran rumah
tangga. Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan penduduk Sumatera Utara terus meningkat
dari tahun ke tahun. Pengeluaran per kapita pada tahun 2015 sebesar Rp. 775.189,-, terdiri
1,000,000
800,000
600,000
400,000
200,000
.id
0
2014 2015 2016
go
Non Makanan 387,260 451,745 531,902
s.
Makanan 460,451 409,081
bp 515,458
a.
ot
rk
ta
an
si
://
tp
ht
.id
Manusia dan lingkungannya baik fisik maupun sosial merupakan kesatuan yang tidak
go
dapat dipisahkan.Lingkungan fisik dapat berupa alam sekitar yang alamiah dan juga
s.
bp
buatan.Untuk melindungi diri dari kondisi alam, manusia berusaha membuat tempat
a.
perlindungan yang dikenal dengan rumah atau tempat tinggal.Oleh sebab itu selain sandang
ot
dan pangan, papan (perumahan) juga merupakan kebutuhan pokok manusia.Sampai saat ini
rk
permintaan rumah terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Di pihak lain,
ta
terbatasnya lahan untuk permukiman dan penawaran perumahan hanya dapat dijangkau
an
oleh golongan masyarakat tertentu. Hal ini merupakan kendala bagi sebagian besar
si
://
sehingga menyebabkan banyak rumah tangga menempati rumah yang kurang layak, baik
ht
Secara umum, kualitas rumah tinggal menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah
tangga, yaitu ditentukan oleh fasilitas rumah yang ada.Berbagai fasilitas yang mencerminkan
kesejahteraan rumah tangga tersebut di antaranya terlihat dari luas lantai, sumber air
minum, fasilitas tempat buang air besar dan lainnya. Demikian pula letaknya yang mudah
untuk menjangkau fasilitas lingkungan seperti sekolah, tempat berobat, pasar dan tempat
rekreasi. Dengan kondisi semacam ini, keadaan perumahan beserta lingkungannya dapat
menggambarkan tingkat kesejahteraan rumah tangga dan juga tingkat kesejahteraan
masyarakat.
Salah satu hal yang dapat dijadikan gambaran kondisi kesejahteraan penduduk dari
sisi perumahan adalah status kepemilikan rumah. Status kepemilikan rumah
merupakan salah satu indikator perumahan yang menunjukkan penguasaan rumah tangga
terhadap rumah yang ditempatinya.Dalam beberapa analisis juga dijadikan sebagai
pendekatan indikator backlog perumahan.
.id
13%
Milik Sendiri
go
Kontrak/Sewa
Bebas Sewa
s.
28%
58%
bp Dinas
Lainnya
a.
ot
rk
ta
an
memiliki rumah sendiri, sedangkan yang belum memiliki rumah sendiri mencapai 42 persen.
tp
Kondisi ini menjadi salah satu indikator dalam program penyediaan rumah di Kota
ht
Tingkat kelayakan kondisi tempat tinggal seseorang dapat dilihat dari kondisi
rumah tinggalnya. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat tingkat
kelayakan rumah antara lain jenis lantai (bukan tanah), jenis dinding (tembok) dan jenis
atap (asbes/seng/genteng). ketiga indikator ini dianggap mempengaruhi keadaan kesehatan
anggota rumah tangga yang juga berdampak pada tingkat kesejahteraannya. Secara umum,
semakin besar persentase nilai indikator tersebut berarti semakin tinggi pula tingkat
kesejahteraannya.
2. Rumah tangga dengan lantai bukan tanah (%) 99,41 99,87 99,55
3. Rumah tangga dengan dinding rumah tembok (%) 69,61 74,51 72,86
4. Rumah tangga dengan atap beton, genteng, sirap dan seng (%) 99,88 94,15 98,64
.id
Secara umum dapat dikatakan bahwa kondisi perumahan di Pematangsiantar dilihat
go
dari indikator kualitas perumahan cukup memadai. Indikator pertama adalah luas lantai per
s.
kapita sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat.
bp
Indikator ini dapat menggambarkan keadaan suatu tempat tinggal. Luas lantai juga berkaitan
a.
ot
dengan tingkat penghasilan rumah tangga, karena harga tanah yang semakin mahal saat ini.
rk
Semakin luas lantai suatu rumah tangga, maka semakin tinggi pula tingkat ekonomi rumah
ta
tangga.
an
si
Pada tahun 2016 rata-rata rumah tangga di Pematangsiantar memiliki luas lantai per
://
kapita sekitar 25,31 m2, sedikit meningkat dibanding tahun 2015 sebesar 24,99, walaupun
tp
lebih rendah dari tahun 2014 sebesar 28,32 m2. Selain luas lantai, jenis lantai terluas
ht
merupakan indikator kesejahteraan.Jenis lantai terbuat dari tanah tentunya tidak memenuhi
syarat kesehatan, karena dapat menjadi bersarangnya kuman-kuman penyakit. Pada tabel
7.1 diketahui bahwa masih terdapat sekitar 0,45 persen rumah tangga di Pematangsiantar
masih tinggal di rumah dengan lantai tanah.
Indikator lain yang dapat digunakan untuk melihat tingkat kelayakan hunian
sebuah rumah adalah jenis dinding dan atap. Pada tahun 2016, sekitar 72,86 persen rumah
tangga tinggal di rumah dengan dinding tembok dan 98,64 persen rumah tangga tinggal di
rumah dengan atap seng, beton dan genteng.
Rumah yang layak tidak hanya dilihat dari kondisinya tapi juga dari ketersediaan
fasilitas penunjang perumahan yang utama di antaranya adalah sumber penerangan utama
yang digunakan, kepemilikan fasilitas air minum, dan kepemilikan fasilitas jamban sendiri
dengan tangki septik. Fasilitas perumahan yang digunakan oleh rumah tangga dapat
mencerminkan tingkat kesehatan rumah beserta lingkungannya.Dalam kurun waktu 3 tahun
terakhir, rumah tangga pengguna listrik semakin meningkat. Tahun 2016, rumah tangga
pengguna listrik PLN dan Non PLN mencapai 100 persen.
.id
(1) (2) (3) (4)
go
1. Persentase rumah tangga dengan sumber penerangan listrik (%) 99,41 99,80 100
s.
2. Rumah tangga yang memiliki fasilitas air minum sendiri (%) 90,47 86,68 88,44
bp
a.
3. Rumah tangga yang menggunakan jamban sendiri (%) 99,37 92,87 90,73
ot
Selanjutnya dari aspek sumber air minum, dapat dikatakan kondisinya masih jauh dari
an
ideal. Persentase rumah tangga yang memiliki fasilitas air minum sendiri dalam 3 tahun naik
si
://
turun, salah satu penyebabnya adalah bertambahnya jumlah rumah tangga di dalam satu
tp
rumah. Tahun 2016, rumah tangga yang memiliki fasilitas air minum sendiri sebesar 88,44
ht
persen. Selain fasilitas kelayakan rumah dari aspek air minum dapat dilihat dari sumbernya,
kualitas air yang digunakan berkaitan erat dengan tingkat kesehatan. Penggunaan air ledeng
oleh rumah tangga di Pematangsiantar mencapai 69 persen pada tahun 2016. Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas air yang dikelola oleh perusahaan air minum di
Pematangsiantar baik.
10% 18%
69%
Air Kemasan Bermerek Ledeng Pompa Sumur Mata Air Air Sungai/hujan
.id
Selain sumber air minum dan listrik, fasilitas rumah lainnya yang sangat penting
go
adalah tempat buang air besar. Tempat buang air besar yang memenuhi syarat kesehatan
s.
adalah yang menggunakan tangki septik agar tidak mencemari lingkungan, terutama sumber
bp
air minum pada sumur dengan atau tanpa pompa.
a.
ot
Pematangsiantar, 2016
an
91.52%
ht
Grafik 7.2 menunjukkan penggunaan tangki septik sebagai tempat pembuangan akhir
kotoran/tinja menjadi pilihan terbanyak rumah tangga di Pematangsiantar, mencapai 91,52
persen. Masih terdapat 8,48 persen rumah tangga yang menggunakan selain tangki
septik/SPAL, khususnya yang bertempat tinggal di dekat perladangan/sungai/lainnya.
.id
minimal hidupnya. Terjadinya kemiskinan ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
go
yang saling berkaitan satu sama lain yaitu: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan,
s.
akses terhadap barang dan jasa, kondisi geografis dan lainnya. Selanjutnya standar
bp
kehidupan atau kebutuhan minimal itu juga berbeda antara satu daerah dengan daerah
a.
geografisnya.
rk
ta
kemiskinan yang dilakukan oleh BPS mengacu pada kebutuhan minimal yang setara
ht
dengan kebutuhan energi sebesar 2.100 kilo kalori (kkal) per kapita per hari, ditambah
dengan kebutuhan minimun non makanan. Patokan 2.100 kilo kalori ditentukan
berdasarkan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi yang menyatakan hidup sehat
rata-rata setiap orang harus mengkonsumsi makanan minimal setara 2.100 kilo kalori
per kapita per hari.
Selain jumlah dan persentase penduduk miskin, indikator lainnya yang juga sangat
penting untuk melihat kemiskinan di suatu daerah adalah kedalaman dan keparahan
.id
kemiskinannya. Kedalaman kemiskinan menggambarkan gap atau rata-rata selisih
go
pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, sedangkan keparahan
s.
kemiskinan menunjukkan variasi selisih pengeluaran penduduk miskin terhadap garis
bp
kemiskinan. Berdasarkan data pada Tabel 8.1 pada tahun 2016, indeks kedalaman
a.
kemiskinan sebesar 1,23 terendah dalam kurun 5 tahun terakhir. Dilihat dari
ot
MENCERDASKAN BANGSA
an
si
://
tp
ht