Anda di halaman 1dari 62

Katalog: 4102004.

1273

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT


KOTA PEMATANGSIANTAR

2 0 1 6

.id
go
s.
bp
a.
ot
rk
ta
an
si
://
tp
ht

BADAN PUSAT STATISTIK


KOTA PEMATANGSIANTAR
ht
tp
://
si
an
ta
rk
ot
a.
bp
s.
go
.id
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT
KOTA PEMATANGSIANTAR 2016

ISSN :-
Katalog : 4102004.1273
No. Publikasi : 12730.1715
Ukuran Buku : 27,94 cm x 21,59 cm
Jumlah Halaman : viii + 74 hal

Naskah:
Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar

.id
go
Penyunting Naskah:
Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
s.
bp
Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar
a.
ot
rk

Gambar Kulit:
Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik
ta

Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar


an
si
://
tp

Diterbitkan Oleh :
ht

©Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar


Jl. Porsea No. 5 Pematangsiantar 21115 Telp. 0622-24495 Faks. 0622-24495
Bulan Agustus 2017

Dicetak Oleh :
Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar

“Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau


Menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersil
tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik”
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, Badan Pusat
Statistik Kota Pematangsiantar telah dapat menyelesaikan penyusunan publikasi Indikator
Kesejahteraan Rakyat Kota Pematangsiantar 2016.
Dalam publikasi ini disajikan indikator-indikator yang menggambarkan kondisi
kesejahteraan rakyat yang mencakup aspek kependudukan, pendidikan, kesehatan, pola
konsumsi, kemiskinan, pembangunan manusia, ketenagakerjaan, dan perumahan.
Diharapkan publikasi ini mampu memberikan gambaran yang menyeluruh
mengenai aspek kesejahteraan rakyat di Kota Pematangsiantar sehingga dapat menjadi
dasar dan acuan untuk menentukan arah kebijakan serta sebagai alat penilaian dan
pemantauan terhadap pencapaian program pembangunan yang telah dilaksanakan di Kota
Pematangsiantar.

.id
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang

go
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah menyumbangkan tenaga dan

s.
pemikirannya sehingga publikasi ini dapat terwujud. Akhirnya semua kritik dan saran,
bp
sangat kami hargai untuk perbaikan publikasi ini di masa yang akan datang.
a.
ot
rk
ta
an
si
://

Pematangsiantar, Agustus 2017


BPS Kota Pematangsiantar
tp

Kepala,
ht

Ir. Sawaluddin Naibaho, M.Si

Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016 iii


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR iii


DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi

I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 3
1.2. Tujuan 3
1.3. Sumber Data 4
1.4. Sistematika Penyajian 4

II. METODOLOGI 5
2.1. Kependudukan 7

.id
2.2. Kesehatan 9

go
2.3. Pendidikan 9
2.4. TarafdanPolaKonsumsi 10
2.5. Perumahan
s. 11
bp
a.

III. KEPENDUDUKAN 13
ot

3.1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk 15


3.2. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) 16
rk

3.3. Kepadatan dan Distribusi Penduduk 16


ta

3.4. Usia Perkawinan Pertama 17


an

3.5. Keluarga Berencana 19


3.6. Jaminan Sosial 20
si
://

IV. KESEHATAN 23
tp

4.1. Angka Kesakitan (Morbidity Rate) 26


ht

4.2. Penolong Kelahiran 29

V. PENDIDIKAN 31
5.1. Angka Partisipasi Sekolah 35
5.2. Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 36
5.3. Angka Buta Huruf 38

VI. TARAF DAN POLA KONSUMSI 39


6.1. Pengeluaran Rumah Tangga 41

VII. PERUMAHAN 43
7.1. Kondisi Rumah Tinggal 46
7.2. Fasilitas Rumah Tinggal 48

VIII. KEMISKINAN 51
8.1. Perkembangan Penduduk Miskin 53

iv Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016


DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Kota Pematangsiantar Menurut Kecamatan dan Jenis 16
Kelamin, 2016
Tabel 3.2. Kepadatan Penduduk Kota Pematangsiantar Menurut Kecamatan, 2016 17
Tabel 3.3. Persentase Penduduk Berusia 10 tahun ke Atas Menurut Status
Perkawinan di Kota Pematangsiantar, 2016 18
Tabel 3.4. Persentase Wanita Berusia 10 tahun ke Atas yang Pernah Kawin
Menurut Umur Perkawinan Pertama di Kota Pematangsiantar, 2016 19 19
Tabel 4.1. Persentase Penduduk Pematangsiantar yang Menderita Sakit Sebulan
Terakhir Menurut Kelompok Umur, 2016 26
Tabel 4.2. Persentase Penduduk Pematangsiantar yang Berobat Jalan dan Alasan
Utama tidak Berobat Jalan, 2016 28
Tabel 4.3. Persentase Penduduk Pematangsiantar yang Menggunakan Jaminan 29

.id
Kesehatan untuk Berobat Jalan, 2016

go
Tabel 5.1. APK dan APM Menurut JenisKelamin Kota Pematangsiantar, 2016 36
Tabel 5.2. Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan yang

s.
37
Ditamatkan di Kota Pematangsiantar, 2016
bp
Tabel 5.3. KIP yang Disediakan Menurut Jenjang Pendidikan di Kota 37
a.

Pematangsiantar, 2016
ot

Tabel 7.1. Kondisi Perumahan di Pematangsiantar, 2014-2016 47


rk

Tabel 7.2. Kondisi Fasilitas Rumah di Pematangsiantar, 2014-2016 48


ta

Tabel 8.1. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) danIndeks Keparahan Kemiskinan


an

54
(P2) di Pematangsiantar, 2016
si
://
tp
ht

Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016 v


DAFTAR GAMBAR
Halaman

Grafik 3.1. Persentase Wanita Berumur 15-49 tahun Berstatus Kawin Menurut 19
Status Penggunaan Alat KB di Pematangsiantar, 2014-2016
Grafik 3.2. Persentase Wanita Berumur 15-49 tahun Berstatus Kawin Menurut 20
Status Penggunaan Alat KB di Pematangsiantar, 2016
Grafik 3.3. Persentase Rumah Tangga yang Menerima Jaminan Sosial Menurut 21
Jenis Jaminan Sosial di Kota Pematangsiantar, 2016
Grafik 4.1. Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Sebulan Terakhir 27
Menurut Jumlah Hari Sakit, 2016
Grafik 4.2. Persentase Wanita 15-49 Tahun Pernah Kawin Menurut Penolong 29
Kelahiran Anak Lahir Hidup Terakhir, 2016
Grafik 5.1. APK dan APM, 2016 35

.id
Grafik 5.2. Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan yang 36

go
Ditamatkan, 2016

s.
Grafik 5.3. Melek Huruf, 2014-2016 bp 38
Grafik 6.1. Perkembangan Rata-rata Pengeluaran/Kapita/Bulan Kota 42
Pematangsiantar, 2014-2016
a.
ot

Grafik 7.1. Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan Tempat 46


Tinggal di Kota Pematangsiantar, 2016
rk
ta

Grafik 7.2. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum di 49


an

Pematangsiantar, 2016
Grafik7.3. Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir 49
si

Kotoran/Tinja di Pematangsiantar
://
tp

Grafik 8.1. Trend Persentase PendudukMiskin di Pematangsiantar, 2012-2016 54


ht

vi Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016


ht
tp
://
si
an
ta
rk
ot
a.
bp
s.
BAB I go
.id
PENDAHULUAN
ht
tp
://
si
an
ta
rk
ot
a.
bp
s.
go
.id
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan bangsa merupakan komitmen seluruh Bangsa Indonesia yang telah


diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Secara eksplisit pembangunan bangsa
telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), dan selanjutnya dijabarkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD).

.id
Berbagai program pembangunan telah dilaksanakan oleh pemerintah, baik di bidang

go
pendidikan, kesehatan, ekonomi, perumahan, lingkungan hidup, politik dan lain

s.
sebagainya.Hal ini membuktikan bahwa pembangunan merupakan komitmen seluruh
bp
bangsa Indonesia yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945.
a.
ot

Perencanaan, implementasi dan evaluasi hasil pembangunan, akan berjalan dengan


rk

baik apabila didukung dengan data dan informasi statistik yang baik. Berdasarkan data dan
ta
an

informasi yang dikemas melalui suatu indikator makro, perencanaan pembangunan dan
si

evaluasi terhadap program pembangunan yang telah dilaksanakan dapat berjalan sesuai
://

dengan yang diharapkan. Berlandaskan pola pikir demikian, diperlukan gambaran mengenai
tp

kondisi lapangan mengenai indikator kesejahteraan rakyat untuk melihat berbagai indikator
ht

keluaran pembangunan.

1.2. Tujuan

Penulisan Indikator Kesejahteraan Rakyat 2016 dimaksudkan untuk memberikan


informasi yang jelas mengenai kondisi setiap aspek kesejahteraan rakyat di
Pematangsiantar.Indikator ini dapat dijadikan sebagai kompas yang tepat untuk memonitor
pencapaian kesejahteraan rakyat.

Melalui analisis Indikator Kesejahteraan Rakyat, perencana dan pelaksana maupun


pengamat mendapatkan masukan mengenai kondisi berbagai dimensi kehidupan dalam
menentukan target dan hasil pembangunan di masa mendatang. Selanjutnya, rencana
maupun kebijakan yang disusun diharapkan akan semakin efektif dan efisien, utamanya
Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016 3
untuk melaksanakan suatu aksi nyata terhadap suatu kondisi berdasarkan indikator-
indikator yang ada. Dengan demikian diharapkan dapat memberikan masukan terhadap
penyusunan program pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai
dengan yang dicita-citakan.

1.3. Sumber Data

Data yang digunakan sebagai dasar analisis adalah data primer Badan Pusat Statistik
(BPS) yang berasal dari sensus dan survei, yaitu Sensus Penduduk (SP), Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) dan survei lainnya yang telah dilaksanakan.

1.4. Sistematika Penyajian

Penyajian data dan analisis dalam publikasi ini meliputi delapan bagian, yaitu: Bagian

.id
pertama merupakan pendahuluan yang memaparkan latar belakang, maksud dan tujuan,

go
sumber data dan sistematika penyajian publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota

s.
Pematangsiantar 2016.; Bagian kedua berisi penjelasan teknis yang berisi konsep definisi
bp
yang digunakan.; Bagian ketiga menyajikan aspek kependudukan yang mencakup
a.

jumlah/pertumbuhan penduduk dan kepadatan/penyebaran penduduk.; Bagian keempat


ot
rk

memaparkan kondisi kesehatan yang mencakup status kesehatan penduduk dan indikator
ta

makro kesehatan lainnya.; Bagian lima membahas kondisi pendidikan di Pematangsiantar,


an

dari sisi kualitas pendidikan penduduk.; Bagian enam membahas aspek taraf dan pola
si

konsumsi.; Bagian enam menggambarkan kondisiperumahan.; Dan bagian sembilan


://

membahas tentang aspek kemiskinan yaitu pada bagian sembilan.


tp
ht

4 Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016


ht
tp
://
si
an
ta
rk
ot
a.
bp
s.
BAB II
go
METODOLOGI .id
ht
tp
://
si
an
ta
rk
ot
a.
bp
s.
go
.id
METODOLOGI

2.1. Kependudukan
 Penduduk adalah setiap orang, baik warga negara Republik Indonesia maupun warga
negara asing yang berdomisili di dalam wilayah Republik Indonesia selama enam bulan
atau lebih dan mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan
menetap.
 Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per kilometer persegi.
 Rata-rata laju pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara

.id
kekuatan yang menambah dan mengurangi jumlah penduduk. Kekuatan yang

go
menambah jumlah penduduk adalah kelahiran dan migrasi masuk, sedangkan yang

s.
mengurangi adalah kematian dan migrasi keluar. Laju pertumbuhan alamiah adalah laju
bp
pertumbuhan yang hanya dipengaruhi faktor kelahiran dan faktor kematian, sedangkan
a.

laju pertumbuhan sosial hanya dipengaruhi oleh migrasi.


ot

 Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dengan
rk

penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu yang dinyatakan dalam
ta
an

banyaknya penduduk laki-laki untuk setiap 100 penduduk perempuan.


si

 Kawin adalah seseorang mempunyai istri (bagi laki-laki) atau suami (bagi perempuan)
://

pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun terpisah. Termasuk mereka yang
tp

kawin sah secara hukum (adat, agama, negara, dsb), hidup bersama dan oleh
ht

masyarakat sekeliling sebagai suami-istri.


 Cerai hidup adalah seseorang yang telah berpisah sebagai suami istri karena bercerai
dan belum kawin lagi. Termasuk mereka yang mengaku cerai walaupun belum resmi
secara hukum, wanita yang belum pernah kawin tetapi pernah hamil. Tidak termasuk
mereka yang hidup terpisah tetapi masih berstatus kawin.
 Cerai mati adalah seseorang ditinggal mati oleh suami atau istrinya dan belum kawin
lagi.
 Peserta keluarga berencana (akseptor) adalah orang yang menggunakan salah satu
metode kontrasepsi.
 Akseptor aktif adalah orang yang pada saat ini memakai metode kontrasepsi untuk
penjarangan kehamilan.

Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016 7


 MOW/tubektomi adalah operasi yang dilakukan pada wanita untuk mencegah
terjadinya kehamilan dengan cara mengikat saluran telur, agar wanita tersebut tidak
mempunyai anak lagi.
 MOP/vasektomi adalah operasi ringan yang dilakukan pada pria dengan maksud untuk
mencegah terjadinya kehamilan pada pasangannya.
 AKDR/IUD/Spiral adalah alat yang dibuat dari plastik halus/tembaga, berukuran kecil,
berbentuk spiral, T, kipas, dan lainnya, dipasang di dalam Rahim untuk mencegah
terjadinya kehamilan dalam jangka waktu lama.
 Suntikan KB adalah salah satu cara pencegahan kehamilan dengan jalan menyuntikkan
cairan tertentu ke dalam tubuh secara periodik, misalnya satu,tiga atau enam bulan
sekali.
 Susuk KB/norplan/implanon/alwalit adalah enam batang logam kecil yang dimasukkan

.id
ke bawah kulit lengan atas untuk mencegah terjadinya kehamilan.

go
 Pil KB adalah pil yang diminum untuk mencegah terjadinya kehamilan.

s.
Kondom/karet KB adalah alat yang terbuat dari karet, berbentuk seperti balon, yang
bp
dipakai oleh kepala/anggota ruta laki-laki selama bersenggama dengan maksud agar
a.
ot

istrinya/pasangannya tidak menjadi hamil.


rk

 Intravag/tissue adalah tisue KB yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum kumpul.


ta

 Kondom wanita adalah alat yang terbuat dari karet yang dimasukkan ke dalam vagina
an

sebelum kumpul.
si


://

Jaminan pensiun diselenggarakan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang


tp

layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki
ht

usia pension atau mengalami cacat total tetap.


 Jaminan hari tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya penghasilan tenaga kerja
karena meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem tabungan
hari tua.
 Asuransi/Jaminan kecelakaan kerja adalah jaminan yang menanggulangi hilangnya
sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya risiko-risiko sosial
seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental.
 Jaminan veteran diselenggarakan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak
pada saat peserta sudah tidak lagi berperan sebagai seorang pejuang.

8 Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016


 Pesangon pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah pesangon dan atau uang
penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang dibayarkan oleh pengusaha
dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja.

2.2. Kesehatan
 Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang merasa terganggu oleh kondisi
kesehatan, kejiwaan, kecelakaan, atau lainnya. Seseorang yang menderita penyakit
kronis dianggap mempunyai keluhan kesehatan walaupun pada waktu survei (satu
bulan terakhir) yang bersangkutan tidak kambuh penyakitnya.
 Konsultasi adalah datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk membincangkan
masalah kesehatan, termasuk konsultasi KB dan konsultasi ke dokter.
 Rawat jalan atau berobat jalan adalah kegiatan atau upaya responden yang mempunyai

.id
keluhan kesehatan untuk memeriksakan atau mengatasi gangguan/keluhan

go
kesehatannya dengan mendatangi tempat-tempat pelayanan kesehatan modern atau

s.
tradisional tanpa menginap, termasuk mendatangkan petugas medis ke rumah pasien,
bp
membeli obat atau melakukan pengobatan sendiri. Rawat inap adalah kegiatan atau
a.
ot

upaya responden yang mengalami keluhan kesehatan dengan mendatangi tempat


rk

pelayanan kesehatan dan harus menginap.


ta

 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah jaminan pembiayaan


an

kesehatan, diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iyuran atau iyuran
si

dibayar oleh pemerintah.


://
tp

 Jamkesmas adalah progam bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat
ht

miskin dan tidak mampu yang bertujuan meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat
kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.
 Jamkesda adalah program jaminan bantuan pembayaran biaya pelayanan kesehatan
yang diberikan pemerintah daerah kepada masyarakatnya.
 Asuransi Swasta adalah jaminan kesehatan yang berasal dari sumber pembayaran
premi anggota kepada perusahaan asuransi, selain yang diselenggarakan oleh negara
atau pemerintah daerah.

Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016 9


2.3. Pendidikan
 Sekolah adalah kegiatan belajar di sekolah formal dan non formal (Paket A, B, dan C)
mulai dari pendidikan dasar, menengah, dan tinggi, termasuk pendidikan yang
disamakan.
 Tidak/belum pernah sekolah adalah mereka yang tidak atau belum pernah bersekolah
di sekolah formal, misalnya tamat/belum tamat Taman Kanak-Kanak tetapi tidak
melanjutkan ke Sekolah Dasar.
 Masih bersekolah adalah mereka yang sedang mengikuti pendidikan di pendidikan
dasar, menengah atau tinggi.
 Tidak sekolah lagi adalah mereka yang pernah bersekolah tetapi pada saat pencacahan
tidak bersekolah lagi.
 Tamat sekolah adalah menyelesaikan pendidikan pada kelas atau tingkat terakhir suatu

.id
jenjang pendidikan yang pernah diikuti (ditamatkan) oleh seseorang yang sudah tidak

go
sekolah lagi atau sedang diikuti oleh seseorang yang masih sekolah.

s.
Jenjang pendidikan tertinggi yang pernah/sedang diduduki (ditamatkan) adalah jenjang
bp
pendidikan yang pernah diduduki (ditamatkan) oleh seseorang yang sudah tidak
a.
ot

sekolah lagi atau sedang diduduki oleh seseorang yang masih sekolah.
rk

 Dapat membaca dan menulis adalah mereka yang dapat membaca dan menulis
ta

surat/kalimat sederhana dengan sesuatu huruf. Orang buta yang dapat membaca dan
an

menulis huruf braille dan orang cacat yang sebelumnya dapat membaca dan menulis
si

kemudian karena cacatnya tidak dapat membaca dan menulis, digolongkan dapat
://
tp

membaca dan menulis. Sedangkan orang yang hanya dapat membaca saja tetapi tidak
ht

dapat menulis, dianggap tidak dapat membaca dan menulis (buta huruf).

2.4. Taraf dan Pola Konsumsi


 Konsumsi/pengeluaran rumah tangga adalah pengeluaran untuk kebutuhan (konsumsi)
semua anggota rumah tangga. Secara umum pengeluaran rumah tangga dibagi menjadi
pengeluaran untuk makanan (pengeluaran untuk makanan, minuman, dan tembakau)
dan bukan makanan (pengeluaran untuk perumahan, aneka barang dan jasa, pakaian,
pajak dan pesta)
 Konsumsi rata-rata per kapita setahun, diperhitungkan dari konsumsi rata-rata per
kapita dalam seminggu dikalikan dengan 30/7 X 12.

10 Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016


 Pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan, mencakup seluruh jenis makanan
termasuk makanan jadi yang dikonsumsi di luar rumah, termasuk minuman, tembakau
dan sirih dalam jangka waktu sebulan.

2.5. Perumahan
 Bangunan fisik adalah tempat perlindungan yang mempunyai dinding, lantai dan atap,
baik tetap maupun sementara yang digunakan untuk tempat tinggal maupun bukan
tempat tinggal.
 Bangunan sensus adalah sebagian atau seluruh bangunan fisik yang mempunyai pintu
keluar/masuk sendiri.
 Luas lantai adalah luas lantai dari bangunan tempat tinggal atau jumlah dari setiap

.id
bagian tempat tinggal yang ditempati oleh anggota rumah tangga dan dipergunakan

go
untuk keperluan hidup sehari-hari.

s.
 Rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh
bp
bangunan fisik/sensus dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur.
a.

 Dinding adalah sisi luar/batas dari suatu bangunan atau penyekat dengan rumah tangga
ot

atau bangunan lain.


rk

 Atap adalah penutup bagian atas bangunan yang melindungi orang yang mendiami
ta
an

dibawahnya dari teriknya matahari, hujan dan sebagainya. Untuk bangunan bertingkat,
si

atap yang dimaksud adalah bagian teratas dari bangunan tersebut.


://

 Air leding adalah sumber air yang berasal dari air yang telah diproses menjadi jernih
tp

sebelum dialirkan kepada konsumen melalui instalasi berupa saluran air. Sumber air ini
ht

diusahakan oleh PAM/PDAM/BPAM (Perusahaan Air Minum/Perusahaan Daerah Air


Minum/Badan Pengelola Air Minum).
 Air sumur/mata air terlindung adalah bila lingkar mulut sumur/mata air tersebut
dilindungi oleh tembok paling sedikit 0,8 meter di atas tanah dan sedalam 3 meter di
bawah tanah dan di sekitar mulut sumur ada lantai semen sejauh 1 meter dari lingkar
mulut/perigi.

Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016 11


.id
go
s.
bp
a.
ot
rk
ta
an
si
://
tp
ht

12 Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016


ht
tp
://
si
an
ta
rk
ot
a.
bp
s.
BAB III go
.id
KEPENDUDUKAN
ht
tp
://
si
an
ta
rk
ot
a.
bp
s.
go
.id
KEPENDUDUKAN

Isu kependudukan yang kian mengemuka belakangan ini berkaitan dengan


pertumbuhan penduduk. Penduduk memang dapat menjadi modal dasar dalam
pembangunan, namun disisi lain juga dapat menjadi hambatan dalammencapai tujuan
pembangunan. Hal ini dimungkinkan terjadi apabila pertumbuhan jumlah penduduk
tidak terkendali dan tidak diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan penduduk seperti
sandang, pangan, papan, dan kebutuhan akan pendidikan dan kesehatan yang layak.

Pemenuhan kebutuhan hidup yang rendah akan menimbulkan berbagai masalah.


Penyediaan pangan yang tidak mencukupi akan menimbulkan kelaparan dan

.id
meningkatkan jumlah kematian. Selain itu,ketersediaan pemukiman yang tidak

go
mencukupi akan mengakibatkan munculnya pemukiman-pemukiman liar, kumuhdan
s.
tidak layak huni seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Sarana pendidikan
bp

yang terbatas dan sarana kesehatan yang kurang memadai akan mempengaruhi kualitas
a.

sumber daya manusia yang dihasilkan.


ot
rk

Selain tingkat pertumbuhan penduduk, masalah komposisi penduduk dan


ta

ketimpangan distribusi penduduk juga menjadimasalah serius yang harus segera


an

ditangani oleh pemerintah. Kebijakan pemerintah terkait masalah kependudukan


si

baikdalam hal kuantitas maupun kualitas penduduk harus terus dilaksanakan dalam
://
tp

upaya memperbaiki kualitas hidup masyarakat sehingga kesejahteraan hidup


ht

masyarakat dapat diitingkatkan

3.1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kota Pematangsiantar


tercatat sebesar 234.698 jiwa. Meskipun secara absolut jumlah penduduk terus
bertambah, namun secara relatif laju pertumbuhan penduduk selama 3 dekade (1980-
2010) terus mengalami penurunan. Pada periode 1980-1990 rata-rata laju pertumbuhan
penduduk tercatat 3,85 persen kemudian turun menjadi 1,00 persen periode 1990-2000
dan -0,29 persen periode 2000-2010. Diproyeksikan pada tahun 2016 jumlah penduduk
Pematangsiantar berjumlah 249.505 jiwa.

Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016 15


3.2. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)

Besar kecilnya rasio jenis kelamin dipengaruhi oleh pola mortalitas dan migrasi
penduduk suatu daerah.Jika rasio jenis kelamin di atas 100, artinya jumlah penduduk
laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan di daerah tersebut.Hasil
proyeksi penduduk tahun 2016 diketahui jumlah laki-laki selalu lebih sedikit dari
perempuan terlihat pada tabel 3.1. Sex ratio yang terbentuk tahun 2016 sebesar 95,20
yang berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat 95 penduduk laki-laki.

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Kota Pematangsiantar


Menurut Kecamatan dan Jenis kelamin, 2016

Jumlah Penduduk (jiwa) Sex Ratio


Kecamatan
Laki-laki Perempuan (%)
(1) (2) (3) (4)

Siantar Marihat 9.456 9.801 96,48

.id
Siantar Marimbun 7.653 8.086 94,65

Siantar Selatan 8.532 9.478


go 90,02
s.
bp

Siantar Barat 18.378 19.061 96,42


a.

Siantar Utara 23.679 25.271 93,70


ot

Siantar Timur 19.335 21.207 91,17


rk
ta

Siantar Martoba 20.444 20.365 100,39


an

Siantar Sitalasari 14.207 14.552 97,63


si
://

Pematangsiantar 121.684 127.821 95,20


tp

Sumber : Proyeksi Penduduk


ht

Pada tabel 3.1 terlihat bahwa rasio penduduk laki-laki lebih besar dibanding
perempuan hanya ada di Kecamatan Siantar Martoba dengan sex ratio 100,39. Kondisi
menunjukkan bahwa ratio penduduk perempuan lebih besar dibanding laki-laki di 7
kecamatan lainnya. Jumlah penduduk perempuan jauh lebih banyak dibandingkan laki-
laki berada di Kecamatan Siantar Selatan dengan sex ratio 90,02. Perbandingan
penduduk perempuan terbanyak berada di Kecamatan Siantar Selatan. Selanjutnya,
perbandingan penduduk perempuan terbanyak berada di Kecamatan Siantar Utara.

3.3. Kepadatan dan Distribusi Penduduk

Salah satu masalah kependudukan lainnya yang cukup serius adalah persebaran
penduduk yang tidak merata antar daerah, sehingga kepadatan untuk masing-masing

16 Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016


Kabupaten/kota belum merata. Kepadatan penduduk biasanya berpusat di daerah
perkotaan yang umumnya memiliki fasilitas yang dibutuhkan oleh penduduk wilayah
perdesaan untuk berusaha di daerah perkotaan.ketidakmerataan atau ketimpangan
sebaran penduduk tampak lebih jelas jika dikaitkan dengan besarnya variasi luas antar
daerah. Masalah sering timbul yang diakibatkan oleh kepadatan penduduk terutama
mengenai perumahan, kesehatan dan keamanan.Oleh karena itu, distribusi penduduk
harus menjadi perhatian khusus pemerintah dalam melaksanakan pembangunan.

Tabel 3.2 Kepadatan Penduduk Kota Pematangsiantar


Menurut Kecamatan, 2016

Kepadatan
Jumlah
Kecamatan Penduduk per
Penduduk (jiwa)
km2
(1) (2) (3)

Siantar Marihat 19.257 2.463

.id
Siantar Marimbun 15.739 873

go
Siantar Selatan 18.010
s. 8.916

Siantar Barat 37.439 11.700


bp

Siantar Utara 48.950 13.411


a.
ot

Siantar Timur 40.542 8.969


rk

Siantar Martoba 40.809 2.265


ta
an

Siantar Sitalasari 28.759 1.266


si

Pematangsiantar 249.505 3.120


://

Sumber : Proyeksi Penduduk


tp
ht

Potret tingkat kepadatan penduduk yang tinggi umumnya terkonsentrasi di daerah


kota yang memiliki ketersediaan fasilitas yang mencukupi dan memadai. Faktor inilah
yang merupakan pendorong penduduk untuk melakukan perpindahan (migrasi).
Kecamatan Siantar Utara dan Kecamatan Siantar Barat sebagai pusat aktivitas
perdagangan menjadi kecamatan terpadat pertama dan kedua di Kota Pematangsiantar,
yaitu 13.411 jiwa/km2 dan 11.700 jiwa/km2.Sebaliknya, Kecamatan Siantar Marimbun
merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk yang terkecil, yaitu 873
jiwa/km2.

3.4. Usia Perkawinan Pertama

Usia perkawinan pertama mempunyai pengaruh cukup besar terhadap fertilitas


yang merupakan salah satu komponen pertumbuhan penduduk. Pada dasarnya ada dua
Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016 17
macam bentuk perkawinan. Pertama, menunjukkan perubahan status dari belum kawin
menjadi berstatus kawin. Kedua, perubahan dari status cerai menjadi status kawin.
Dalam kaitan dengan sub bagian ini, defenisi yang digunakan adalah yang pertama, yaitu
perubahan dari status belum kawin menjadi kawin.

Tahun 2016, penduduk Kota Pematangsiantar yang berusia 10 tahun ke atas yang
kawin cukup besar mencapai 49,27 persen. Keharmonisan dalam berumah tangga
menjadi salah satu faktor dalam mempertahankan lembaga pernikahan selain ikatan
agama, adat-istiadat dan faktor lainnya. Pengaruh beberapa faktor tersebut
menyebabkan persentase penduduk 10 tahun ke atas yang cerai hidup cukup rendah di
Pematangsiantar, hanya 1,32 persen.

Tabel 3.3. Persentase Penduduk Berusia 10 tahun ke Atas


Menurut Status Perkawinan di Kota Pematangsiantar, 2016

.id
Laki-laki+
Status Perkawinan Laki-laki Perempuan
Perempuan

go
(1) (2) (3)
s. (4)

Belum Kawin 45,17 37,76 41,34


bp

Kawin 50,54 48,09 49,27


a.
ot

Cerai Hidup 1,27 1,38 1,32


rk

Cerai Mati 3,02 12,78 8,06


ta

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016


an
si
://

Wanita berumur 10 tahun ke atas yang melangsungkan perkawinan, akan melalui


tp

suatu proses biologis, yaitu melahirkan sampai dengan masa menopause. Oleh karena itu,
ht

umur perkawinan pertama dianggap mempengaruhi panjangnya masa reproduksi.


Semakin muda seorang wanita menikah, maka semakin panjang usia reproduksinya dan
semakin besar pula kemungkinannya melahirkan anak.

Berdasarkan Tabel 3.4 dalam kurun 3 tahun terakhir, sebagian besar usia saat
perkawinan pertama adalah 19-24 tahun, diikuti usia 25-34 tahun dan usia 17-18 tahun.
Tahun 2016, penduduk yang kawin pada umur 19-24 tahun sebesar 61,15 persen, umur
25-34 sebesar 30,01 persen dan umur 17-18 tahun sebesar 4,60 persen.

Hal yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa masih ada sebanyak 3,11 persen
wanita berumur 10 tahun ke atas yang usia pada perkawinan pertamanya di bawah 17
tahun dan dinilai masih terlalu muda. Alat reproduksi yang belum siap dan matang akan
mempengaruhi kesalamatan ibu dan anak pada masa kehamilan. Selain itu, umur yang

18 Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016


masih muda dengan tingkat pendidikan yang masih rendah akan mempengaruhi
kedewasaan dan pengetahuan ibu di dalam merawat dan mendidik anak-anak.

Tabel 3.4. Persentase Wanita Berusia 10 tahun ke Atas yang Pernah Kawin
MenurutUmur Perkawinan Pertama di Pematangsiantar, 2016

Usia Perkawinan
2014 2015 2016
Pertama
(1) (2) (3) (4)

10 – 16 3,29 0,46 3,11

17 – 18 6,33 5,67 4,60

19 – 24 61,03 70,79 61,15

25 – 34 28,55 22,09 30,01

35 + 0,81 0,98 1,14


Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016

.id
3.5. Keluarga Berencana go
s.
bp

Kondisi sosial ekonomi yang lebih baik akan dipengaruhi oleh tingkat fertilitas.
a.

Tingginya tingkat fertilitas akan mengurangi kemampuan masyarakat dalam memenuhi


ot
rk

kebutuhan akan pendidikan dan kesehetan keluarga. Kualitas pendidikan dan kesehatan
ta

yang rendah akan mengurangi kemampuan seseorang dalam mencari mata


an

pencaharian/pekerjaan yang lebih baik.


si
://

Upaya penurunan tingkat fertilitas telah dilakukan cukup lama.Program KB


tp

merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam upaya penurunan tingkat


ht

fertilitas.Pasangan suami dan isteri, dengan usia istri antara 15-49 tahun dengan
kemampuan melahirkan masih cukup besar, merupakan sasaran dari program KB.

Grafik 3.1. Persentase Wanita Berumur 15-49 tahun Berstatus Kawin


Menurut Status Penggunaan Alat KB di Pematangsiantar, 2014-2016

42.89 45.23
50 39.68 38.09 40.81 39.24
40
30 22.23
16.3 15.53
20
10
0
2014 2015 2016

Sedang Menggunakan Tidak Menggunakan Lagi Tidak Pernah Menggunakan

Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016 19


Berdasarkan Grafik 3.1 persentase wanita berumur 15-49 tahun dan berstatus
kawin yang tidak pernah menggunakan alat KB di Pematangsiantar cukup besar dalam
tiga tahun terakhir. Tahun 2016, persentase wanita berumur 15-49 tahun dan berstatus
kawin yang tidak pernah menggunakan alat KB mencapai 45,23 persen, lebih besar dari
yang sedang menggunakan dan tidak menggunakan lagi.

Persentase wanita berumur 15-49 tahun dan berstatus kawin yang sedang
menggunakan KB, mengalami naik turun. Tahun 2015, ada 40,81 persen naik dibanding
tahun 2014 sebesar 39,68 persen, kemudian turun menjadi 39,24 persen pada tahun
2016. Peningkatan persentase wanita berumur 15-49 tahun dan berstatus kawin yang
tidak pernah menggunakan alat KB, menjadi sinyal bagi pemerintah Kota
Pematangsiantar untuk melakukan sosialisasi yang lebih gencar ataupun tindakan
persuasi pada masyarakat.

.id
Penggunaan alat KB oleh wanita berumur 15-49 tahun dengan status kawin di

go
pada tahun 2016 cukup beragam. Grafik 3.2 menunjukkan terdapat 29,83 persen wanita
s.
yang memilih menggunakan suntikan sebagai alat KB. Kondom sebagai alat kontrasepsi
bp

yang paling praktis, penggunaannya hanya 2,32 persen.


a.
ot

Grafik 3.2. Persentase Wanita Berumur 15-49 tahun


rk

Berstatus Kawin Menurut Status Penggunaan Alat KB


ta

di Pematangsiantar, 2016
5.7
an

2.32
19.09
si

14.68
9.73
://

18.66
tp

29.83
ht

Sterilisasi Wanita/Pria IUD/AKDR/Spiral Suntikan


Susuk KB/Implan Pil KB Kondom
Lainnya

3.6 Jaminan Sosial

Jaminan sosial diselenggarakan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang


layakatau pengganti dari terputusnya sebagian atau seluruh penghasilan baik karena
kecelakaan kerja, kematian, PHK atau memasuki usia pensiun. Jaminan sosial diperoleh
dari perusahaan/usaha atau non perusahaan/usaha tempat bekerja. Keterbatasan

20 Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016


jaminan sosial yang disediakan oleh perusahaan/usaha tempat bekerja mendorong
masyarakat untuk menggunakan jasa asuransi berupa asuransi kecelakaan kerja dan
asuransi kematian. Penggunaan jasa perbankan berupa tabungan hari tua, menjadi
pilihan masyarakat sebagai tambahan penghasilan ketika memasuki usia pensiun.

Grafik 3.3. Persentase Rumah Tangga yang Menerima


Jaminan Sosial Menurut Jenis Jaminan Sosial
di Kota Pematangsiantar, 2016

Asuransi
Pesangon,
Kematian,
1.12
0.98
Asuransi
Kecelakaan
Kerja, 1.26 Hari Tua, Pensiun/Veter
1.46 an, 7.48

.id
Pensiun/Veteran
go
Hari Tua
s.
Asuransi Kecelakaan Kerja Asuransi Kematian
bp
Pesangon
a.

Manfaat jaminan sosial yang diterima oleh rumah tangga di Pematangsiantar,


ot
rk

terbanyak berupa jaminan pensiun/veteran, mencapai 7,48 persen pada tahun 2016.
ta

Rumah tangga penerima pesangon karena PHK dari perusahaan/usaha tempat kerja
an

mencapai 1,12 persen. Klaim asuransi akibat kecelakaan di tempat kerja atau kematian
si

mencapai 2,24 persen. Rumah tangga yang menerima manfaat tabungan hari tua ada
://

sebanyak 1,46 persen.


tp
ht

Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016 21


ht
tp
://
si
an
ta
rk
ot
a.
bp
s.
go
.id
ht
tp
://
si
an
ta
rk
ot
a.
bp
s.
BAB IV go
.id
KESEHATAN
ht
tp
://
si
an
ta
rk
ot
a.
bp
s.
go
.id
KESEHATAN

Sesuai dengan UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan, Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat yang sehat akan menciptakan kehidupan
yang berkualitas, karena kesehatan merupakan modal berharga bagi seorang dalam

.id
melakukan akivitasnya.

go
Bangsa yang memiliki tingkat derajat kesehatan yang tinggi akan lebih berhasil dalam

s.
melaksanakan pembangunan. Oleh sebab itu kesehatan menjadi salah satu aspek
bp
kesejahteraan dan menjadi fokus utama pembangunan manusia.Setiap orang berhak
a.
ot

memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata karena memang salah
rk

satu hak dasar rakyat adalah mendapat pelayanan kesehatan.


ta
an

Upaya perbaikan kesehatan masyarakat dikembangkan melalui Sistem kesehatan


si

Nasional. Pelaksanaannya diusahakan dengan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat


://

yang diarahkan terutama kepada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah.Selain


tp

itu upaya pencegahan dan penyembuhan penyakit serta peningkatan pembangunan pusat-
ht

pusat kesehatan masyarakat serta sarana penunjangnya terus dilakukan oleh Pemerintah,
seperti Puskesmas, Posyandu, pos obat desa, pondok bersalin desa serta penyediaan fasilitas
air bersih. Dengan adanya upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan
masyarakat yang baik. Oleh karena itu, pembangunan yang sedang digiatkan pemerintah
diharapkan dapat berakselerasi positif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat di antaranya adalah


kurangnya sarana pelayanan kesehatan, keadaan sanitasi dan lingkungan yang tidak
memadai, dan rendahnya konsumsi makanan bergizi. Tetapi faktor terpenting dalam upaya
peningkatan kesehatan ada pada manusianya sebagai subyek dan sekaligus obyek dari upaya
tersebut.

Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016 25


4.1. Angka kesakitan (Morbidity Rate)

Tingkat kesakitan/morbiditas didefinisikan sebagai persentase penduduk yang


mempunyai keluhan kesehatan dan mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-harinya
dalam sebulan yang lalu atau mengalami sakit. Tingkat kesakitan ini selain secara umum,
dapat juga keluhan menurut jenis penyakit.

Persentase penduduk Pematangsiantar yang menderita sakit mencapai 10,32 persen


pada tahun 2016. Golongan penduduk yang menderita sakit terbanyak adalah penduduk usia
65+ sebanyak 31,29 persen. Secara keseluruhan, perempuan lebih banyak menderita sakit
dibandingkan laki-laki bila dibandingkan menurut jenis kelamin.Akan tetapi bila dilihat
menurut golongan umur, persentase penduduk laki-laki yang menderita sakit lebih banyak

.id
dibandingkan dengan penduduk perempuan.

go
2. Tabel 4.1. Persentase Penduduk Pematangsiantar

s.
3. yang Menderita Sakit Sebulan Terakhir
bp
4. Menurut Kelompok Umur, 2016
a.

Laki-laki+
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan
ot

Perempuan
rk

(1) (2) (3) (4)


ta

0-14 9,95 9,93 9,94


an

15-64 8,91 8,59 8,75


si

65+ 31,46 31,17 31,29


://
tp

Pematangsiantar 10,27 10,38 10,32


ht

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016

Selanjutnya, sebagian besar sakit yang diderita penduduk Pematangsiantar masih


tergolong ringan sehingga masa penyembuhan sakit tidak terlalu lama. Grafik 4.3
menunjukkan, sebagian besar penduduk di Pematangsiantar sudah sembuh dalam waktu 1-3
hari.

Laki-laki cenderung lebih cepat sembuh untuk penyakit yang tergolong ringan
dibanding perempuan, 54,74 persen laki-laki sudah sembuh dalam waktu 1-3 hari dan
perempuan lebih rendah sekitar 42,21 persen. Sebaliknya, untuk penyakit yang tergolong
berat, laki-laki lebih lama sembuh dibandingkan dengan perempuan. Ada 12,43 persen

26 Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016


penduduk laki-laki yang menderita sakit hingga 22-30 hari, lebih tinggi dari perempuan
sebesar 9,4 persen.

Grafik 4.1. Persentase Penduduk yang Menderita Sakit


Sebulan Terakhir Menurut Jumlah Hari Sakit, 2016

54.74
60
50 42.21 40.4
40 28.61
30
20 12.439.4
4.226.02
10 0 1.96
0
1-3 4-7 8-14 15-21 22-30

.id
Laki-laki Perempuan

go
s.
5. Berbagai upaya dilakukan penduduk untuk menjaga kesehatan, baik secara mandiri
bp
maupun oleh keluarganya yang masih sehat. Upaya menjaga kesehatan yang dapat dilakukan
a.

diantaranya adalah dengan berobat sendiri, berobat jalan, maupun rawat inap. Berobat
ot

sendiri merupakan upaya mengobati penyakit atas inisiatif sendiri, berdasarkan


rk
ta

pengetahuan kesehatan yang dimilikinya secara mandiri. Berobat jalan adalah melakukan
an

konsultasi kesehatan kepada tenaga ahli kesehatan yang dipercaya, dengan cara mendatangi
si

tempat pelayanan kesehatan modern maupun tradisional tanpa menginap, termasuk


://

mendatangkan petugas kesehatan ke rumah. Adapun rawat inap adalah proses


tp
ht

penyembuhan penyakit yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang mendukung, dibawah


pendampingan dan pengawasan petugas kesehatan yang kompeten. Jadi dapat dikatakan
bahwa sebenarnya cara berobat dengan mengobati sendiri sebenarnya tidak
direkomendasikan.

6. Pada Tabel 4.2 diketahui bahwa 55,31 persen penduduk yang menderita sakit
berobat jalan ke fasilitas kesehatan. Laki-laki lebih banyak memilih berobat jalan untuk
penyembuhan sakit diderita dibandingkan perempuan. Ada 56,02 persen penduduk laki-laki
yang berobat jalan dan 54,66 persen perempuan .
7. Penduduk yang memilih tidak berobat jalan ketika sakit, sebagian besar memilih
untuk berobat sendiri. Anggapan bahwa sakit yang diderita tidak berbahaya, masih ada
masyarakat memilih untuk tidak berobat jalan. Terdapat 31,79 persen penduduk yang

Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016 27


merasa tidak perlu untuk berobat dan 55,07 persen penduduk memilih untuk mengobati
penyakitnya sendiri.
8. Ketiadaan biaya transport, biaya berobat dan tidak ada sarana transportasi juga
menjadi alasan beberapa penduduk untuk tidak berobat jalan. Ada 7,23 persen penduduk
yang beralasan tidak ada biaya berobat, 0,33 persen penduduk beralasan tidak ada biaya
transport dan 0,17 persen beralasan tidak ada sarana transportasi. Selain itu, 12,64 persen
penduduk mempunyai alasan lainnya. hanya 0,17 persen penduduk yang beralasan tidak ada
sarana transportasi.
9.

10. Tabel 4.2. Persentase Penduduk Pematangsiantar yang Berobat Jalan


11. dan Alasan Utama tidak Berobat Jalan, 2016
Alasan Utama tidak Berobat Jalan
Persentase Tidak
Tidak
Jenis Kelamin yang Berobat Tidak ada Merasa
punya Berobat

.id
Jalan ada biaya sarana tidak Lainnya
biaya Sendiri
transport transport perlu
berobat

go
asi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

s.
Laki-laki 56,02 7,26 0,24 bp 0,12 56,61 30,54 12,49

Perempuan 54,66 7,20 0,41 0,22 57,49 32,90 8,98


a.
ot

Laki-Laki+Prp 55,31 7,23 0,33 0,17 55,07 31,79 12,64


rk
ta

12. Terkait dengan permasalahan biaya sebenarnya saat ini pemerintah sudah
an

menyusun Undang-undang terkait jaminan sosial. Salah satunya adalah dibentuknya Badan
si
://

Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) di bidang kesehatan dan ketenagakerjaan yang


tp

melayani masyarakat selain PNS. Tahun 2016, penggunaan BPJS Kesehatan untuk berobat
ht

cukup besar mencapai 20,25 persen. Akan tetapi masih terdapat 19,50 persen penduduk
yang menggunakan Jamkesmas/PBI.

13. Peluang bisnis pada bidang kesehatan menarik perhatian dari pihak swasta. Hal ini
diwujudkan dalam bentuk jaminan asuransi. Penggunaan asuransi swasta di Kota
Pematangsiantar tidak terlalu besar, hanya sekitar 2 persen. Tingginya penduduk laki-laki
yang menderita sakit diikuti dengan penggunaan jaminan sosial di dalam berobat yang lebih
banyak pada penduduk laki-laki.

14.
28 Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016
15. Tabel 4.3. Persentase Penduduk Pematangsiantar
yang Menggunakan Jaminan Kesehatan untuk Berobat Jalan, 2016

Jaminan Kesehatan Laki-laki+


Laki-laki Perempuan
yang Dimiliki Perempuan
(1) (2) (3) (4)

BPJS Kesehatan 20,56 19,95 20,25

BPJS Ketenagakerjaan 4,27 3,59 3,92

Askes/Asabri/Jamsostek 10,11 10,70 10,41

Jamkesmas/PBI 20,12 18,91 19,50

Jamkesda 0,00 0,00 0,00

Asuransi Swasta 1,87 2,12 2,00

Perusahaan/kantor 0,62 0,19 0,40

.id
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016

go
s.
bp
4.2. Penolong Kelahiran
a.
ot

Salah satu unsur yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan balita adalah penolong
rk

kelahiran.Data komposisi penolong kelahiran bayi dapat dijadikan salah satu indikator
ta
an

kesehatan terutama dalam hubungannya dengan tingkat kesehatan ibu dan anak serta
pelayanan kesehatan secara umum.Dilihat dari kesehatan ibu dan anak, persalinan yang
si
://

ditolong oleh tenaga medis seperti dokter dan bidan dapat dianggap lebih baik dan aman jika
tp

dibanding ditolong oleh bukan tenaga media seperti dukun, famili atau lainnya.
ht

Grafik 4.2. Persentase Wanita 15-49 Tahun Pernah


Kawin menurut Penolong Kelahiran Anak Lahir
Hidup Terakhir, 2016

2.48

24.74
1.29
71.49

Dokter Kandungan Dokter Umum Bidan Dukun Beranak/Paraji

Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016 29


Penanganan kelahiran bayi yang kurang baik dapat membahayakan kondisi ibu dan
bayi yang dilahirkan seperti pendarahan, kejang-kejang atau situasi yang lebih berbahaya
dapat mengakibatkan kematian pada bayi atau si ibu.Pada tahun 2016, 97,52 persen
penolong kelahiran balita dilakukan oleh tenaga medis baik bidan (71,49%), dokter
kandungan (24,74%) dan dokter umum (1,29%). Akan tetapi masih terdapat kelahiran
ditolong oleh dukun beranak/paraji sebesar 2,48 persen. Ketidakmampuan ekonomi atau
kepercayaan menjadi salah satu faktor yang mendorong masih adanya pemanfaatan dukun
beranak/paraji untuk menolong proses kelahiran.

.id
go
s.
bp
a.
ot
rk
ta
an
si
://
tp
ht

30 Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016


ht
tp
://
si
an
ta
rk
ot
a.
bp
s.
go
BAB V
PENDIDIKAN .id
ht
tp
://
si
an
ta
rk
ot
a.
bp
s.
go
.id
PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia. Oleh sebab itu setiap
warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat
dan bakat yang dimilikinya.Hak memperoleh pendidikan bagi setiap warga negara tidak
memandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender.Hal tersebut sudah
tertuang dalam UUD 1945. Berdasarkan UUD 1945 Pasal 28C, ayat 1) dinyatakan bahwa
setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapatkan pendidikan, memperoleh manfaat dari IPTEK, seni dan budaya demi

.id
meningkatkan kualitas hidup dan demi kesejahteraan umat manusia. Selanjutnya dalam
Pasal 31 ayat 2) dinyatakan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar

go
dan pemerintah wajib membiayainya.

s.
bp
Pendidikan dasar sebagai bagian dari hak asasi manusia dan hak setiap warga negara,
a.

maka dalam usaha pemenuhannya harus direncanakan dan dijalankan dengan sebaik
ot

mungkin.Pemenuhan atas hak untuk mendapatkan pendidikan dasar yang layak dan
rk
ta

bermutu merupakan ukuran keadilan dan pemerataan atas hasil pembangunan.Hal tersebut
an

juga menjadi investasi sumber daya manusia yang diperlukan untuk mendukung
si

keberlangsungan pembangunan bangsa.


://
tp

Pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan diharapkan akan mampu


ht

menjadikan warga negara Indonesia memiliki kecakapan hidup sehingga mendorong


tegaknya pembangunan manusia seutuhnya serta masyarakat madani dan modern yang
dijiwai nilai-nilai Pancasila, sebagaimana yang telah diamanatkan dalam UU No 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dalam Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional, yang UU No 20 tahun 2003


tersebut juga menjelaskan posisi pemerintah dalam dunia pendidikan. Pemerintah
berkewajiban “mencerdaskan kehidupan bangsa”.Pemerintah harus mengusahakan segala
yang terkait dengan pendidikan.Baik dari sisi penyelenggaraan, sarana, ketersediaan
pengajar.UUD 1945 juga telah mengamanatkan bahwa pemerintah Negara Republik
Indonesia (sekaligus Pemerintah Daerah) wajib mengusahakan dan menyelenggarakan

Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016 33


suatu sistem yang mengatur pendidikan nasional yang mampu menjamin tiap-tiap
warganegara memperoleh pemerataan kesempatan dan mutu pendidikan.

16. Sebagai upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, maka pemerintah pusat
dan daerah harus memfasilitasi hak pendidikan bagi tiap warganya. Melalui sekolah yang
terjangkau dari sisi pembiayaan, bermutu dari segi layanan dan berkualitas dari sisi
pembelajaran. Selain pembiayaan pendidikan yang harus ditanggung pemerintah, sarana
dan prasarana, kurikulum, dan sumber belajar dan daya dukung lainnya perlu diupayakan
pemerintah.
Agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat sesuai dengan
kemampuan masing-masing individu, maka pendidikan adalah tanggung jawab keluarga,
masyarakat dan pemerintah. Pada program pembangunan pendidikan nasional yang
dilakukan saat ini telah pula mempertimbangkan kesepakatan-kesepakatan internasional

.id
seperti Pendidikan Untuk Semua (Education For All), Konvensi Hak Anak (Convention on the

go
Right of Child) dan Millenium Development Goals (MDGs) yang secara jelas menekankan

s.
pentingnya pendidikan sebagai salah satu cara penanggulangan kemiskinan, peningkatan
bp
keadilan sosial dan lainnya.
a.
ot

Untuk mendapatkan pendidikan yang memadai harus ditunjang suatu kemampuan


rk
ta

baik itu dari Pemerintah untuk dapat menyediakan sarana yang memadai dan juga ditunjang
an

dengan kemampuan masyarakat, karena sampai saat ini kemampuan pemerintah untuk
si

menyediakan pendidikan gratis bagi warganya masih belum terlaksana secara optimal.
://
tp

Masih rendahnya kemampuan pemerintah dan masyarakat selalu menjadi kendala


ht

dalam dunia pendidikan. Realita ini senantiasa banyak ditemui di sekeliling kita, yaitu
banyak sarana pendidikan yang sangat tidak layak dan juga banyak anak-anak usia sekolah
seharusnya belajar, namun sudah harus bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Di
tengah keterbatasan inilah pemerintah mencanangkan Program Wajib Belajar Sekolah Dasar
enam tahun pada tahun 1984 dan kemudian diikuti dengan Wajib Belajar Pendidikan Dasar
sembilan tahun mulai tahun 1994. kebijaksanaan lain sebagai upaya untuk meningkatkan
tingkat pendidikan masyarakat adalah melalui program di luar pendidikan formal, di
antaranya melalui sekolah-sekolah program jarak jauh.

Program atau kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan pada hakekatnya


bertujuan untuk memberi kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk dapat

34 Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016


sekolah. Dengan demikian, tingkat pendidikan masyarakat diharapkan akan lebih baik dan
utamanya tingkat melek huruf terutama pada penduduk usia sekolah (7-24 tahun).

5.1. Angka Partisipasi Sekolah

Tingkat partisipasi sekolah merupakan indikator pendidikan yang menggambarkan


persentase penduduk yang masih sekolah menurut kelompok usia sekolah yaitu umur 7-12
tahun dan umur 13-15 tahun sebagai pendidikan dasar, 16-18 tahun pada pendidikan
menengah dan usia 19-24 tahun pada pendidikan tinggi. Indikator ini dapat digunakan untuk
mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang dapat memanfaatkan fasilitas
pendidikan. Pada umumnya, partisipasi pendidikan dasar masih cukup tinggi, dan angka ini
akan semakin menurun untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

.id
Grafik 5.1. APK dan APM, 2016

go
150

100
s.
bp
50
a.
ot

0
SD SMP SMA PT
rk

APK 118.17 94.17 99.98 24.32


ta

APM 99.6 89.8 79.92 24.32


an

APK APM
si
://
tp

Grafik 5.1 menunjukkan APK dan APM tertinggi berada pada jenjang pendidikan
ht

sekolah dasar (SD), angka APK mencapai 118,17 persen dan angka APM mencapai 99,6
persen. Selanjutnya, pada jenjang perguruan tinggi (PT), angka APK dan APM mempunyai
besaran yang sama, yaitu 24,32 persen.

APK dan APM menurut jenis kelamin pada Tabel 5.1, menunjukkan penduduk
perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini menunjukkan partisipasi perempuan
untuk bersekolah lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Angka APK perempuan
mencapai 100 persen lebih berada pada jenjang pendidikan SD dan SMA. Sebaliknya, angka
APM perempuan mencapai 100 persen hanya pada jenjang pendidikan SD .

Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016 35


Tabel 5.1. APK dan APM Menurut Jenis KelaminKota Pematangsiantar, 2016

APK APM
Jenjang Pendidikan
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5)

SD 113,60 122,91 99,21 100,00

SMP 96,19 92,29 90,46 89,18

SMA 94,82 105,39 76,12 83,92

PT 23,21 25,35 23,21 25,35


Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016

5.2. Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Dunia pendidikan di Indonesia masih menghadapi permasalahan, salah satunya adalah

.id
keluhan mengenai sarana dan prasarana pendidikan yang kurang memadai dan tenaga

go
pengajar yang kurang berkualitas. Untuk itu berbagai cara dilakukan oleh pemerintah di

s.
antaranya dengan mengembangkan kurikulum, sehingga diharapkan dapat menciptakan
bp
lulusan yang berkualitas yang dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia. Gambaran
a.
ot

mengenai peningkatan sumber daya manusia dapat dilihat dari kualitas tingkat pendidikan
rk

penduduk dewasa.
ta
an

Grafik 5.2 menunjukkan hasil persentase penduduk Pematangsiantar berumur 10


si

tahun ke atas yang menamatkan jenjang pendidikan menengah ke atascukup


://

besar.Penduduk yang menamatkan pendidikan di jenjang SMA mencapai 31,99 persen dan
tp

pendidikan di jenjang perguruan tinggi ada sebanyak 9,29 persen pada Susenas 2016.
ht

Grafik 5.2. Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas


Menurut Pendidikan yang Ditamatkan, 2016
0.74
2.1 6.45 0.04 11.87
4.74

29.87
31.99
12.21

Tidak/Belum Pernah Sekolah Tidak/Belum Tamat SD


SD SMP
SMA SMK
D I/II D III
D IV/S1/S2/S3

36 Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016


Penduduk perempuan lebih cenderung meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi. Tabel 5.2 menunjukkan 46,48 persen perempuan telah menamatkan pendidikan
sekolah menengah atas (SMA)hingga perguruan tinggi (PT).

Tabel 5.2. Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan


yang Ditamatkandi Kota Pematangsiantar, 2016

Pendidikan yang Ditamatkan Laki-laki Perempuan


(1) (2) (3)
D-IV/S1/S2/S3 7,04 5,89
D-III 2,40 1,82
D-I/II 0,91 0,57
SMK 3,76 5,65
SMA 31,40 32,55

.id
SMP 13,00 11,48

go
SD 29,52 30,19

s.
Tidak/Belum Tamat SD bp 11,88 11,85
Tidak/Belum Pernah Sekolah 0,09 0
a.

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016


ot

Upaya meningkatkan tingkat partisipasi penduduk untuk bersekolah dan menamatkan


rk
ta

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, pemerintah memberikan Kartu Indonesia Pintar
an

(KIP).
si
://

Tabel 5.3. KIP yang Disediakan Menurut Jenjang Pendidikan


di Kota Pematangsiantar, 2016
tp
ht

Jenjang Pendidikan
Kecamatan
SD SMP SMA SMK
(1) (2) (3)
Siantar Marihat 855 473 224 157
Siantar Marimbun 701 337 97 154
Siantar Selatan 635 306 104 152
Siantar Barat 823 442 157 192
Siantar Utara 1.786 922 267 413
Siantar Timur 1.510 842 253 442
Siantar Martoba 2.531 1.264 334 676
Siantar Sitalasari 856 388 121 208
Kota Pematangsiantar 9.697 4.974 1.557 2.394
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016

Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016 37


Jumlah KIP yang diberikan dari jenjang pendidikan SD hingga SMA/SMK di Kota
Pematangsiantar sebanyak 18.622 kartu. KIP terbanyak diberikan pada jenjang pendidikan
SD sebesar 52,07 persen. Selanjutnya, Kecamatan Siantar Martoba mendapatkan KIP sebesar
25,80 persen.

5.3. Angka Melek Huruf


Indikator makro yang sangat mendasar dari tingkat pendidikan adalah kemampuan
membaca dan menulis atau sebaliknya (melek huruf) untuk penduduk 10 tahun. Tingkat
melek huruf dapat dijadikan sebagai indikator tingkat pendidikan karena diasumsikan
bahwa dengan adanya kemampuan membaca dan menulis seseorang dapat mempelajari dan
menyerap ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu melek huruf dapat dijadikan ukuran
kesejahteraan sosial dan kemajuan suatu bangsa.

.id
Kemampuan membaca dan menulis penduduk Kota Pematangsiantar sangat baik,

go
ditunjukkan dengan angka melek huruf diatas 99 persen bahkan angka melek huruf
penduduk laki-laki mencapai 100 persen dari tahun 2014 hingga 2016.

s.
bp
a.

Grafik 5.3. Melek Huruf, 2014-2016


ot
rk

100
ta

99.8
an

99.6
si
://

99.4
tp

99.2
ht

99
2014 2015 2016
Laki-laki Perempuan

38 Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016


ht
tp
://
si
an
ta
rk
ot
a.
bp
s.
BAB VI go
.id

EKONOMI
KARAKTERISTIK
ht
tp
://
si
an
ta
rk
ot
a.
bp
s.
go
.id
KARAKTERISTIK EKONOMI

6.1. Pengeluaran Rumah Tangga

Tingkat kesejahteraan rumah tangga secara nyata dapat diukur dari tingkat
pendapatan yang dibandingkan dengan kebutuhan minimum untuk hidup
layak.Perubahan pada tingkat kesejahteraan dapat dilihat dari pola pengeluaran rumah
tangga, yang dibedakan menjadi dua yaitu pengeluaran untuk makanan dan bukan
makanan. Negara berkembang umumnya pengeluaran untuk makanan masih
merupakan bagian terbesar dari total pengeluaran konsumsi rumah tangga. Sebaliknya,

.id
di negara yang relatif sudah maju, pengeluaran untuk aneka barang dan jasa seperti untuk

go
perawatan kesehatan, pendidikan, rekreasi, olahraga, dan sejenisnya merupakan bagian

s.
bp
terbesar dari total pengeluaran rumah tangga. Perubahan angka persentase tersebut dalam
a.

setiap tahunnya dapat menunjukkan perkembangan taraf hidup rumah tangga.


ot

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional periode 2014-2015 menunjukkan peningkatan


rk
ta

pengeluaran per kapita per bulan penduduk Kota Pematangsiantar, pola pengeluaran juga
an

mengalami pergeseran. Peningkatan dan pergeseran pola pengeluaran menunjukkan adanya


si

peningkatan pendapatan dan tingkat kesejahteraan di Kota Pematangsiantar. Tahun 2016,


://

pengeluaran per kapita per bulan mencapai Rp. 1.047.360,-. Pengeluaran untuk makanan
tp
ht

sebesar Rp. 531.902,- dan bukan makanan sebesar Rp. 515.458,-.

Tahun 2014, pengeluaran untuk makanan mencapai 54,32% dari total pengeluaran.
Tahun 2015, total pengeluaran untuk non makanan lebih besar dibandingkan pengeluaran
untuk makanan yaitu mencapai 52,48%. Sedangkan untuk tahun 2016, pengeluaran untuk
non makanan mencapai 50,78%.

Pola pengeluaran rumah tangga per kapita per bulan mengalami pergeseran.
Pengeluaran bukan makanan mengalami peningkatan, sebaliknya pengeluaran makanan
menurun dalam kurun waktu 2014-2016. Tahun 2016, yang dilakukan BPS adalah untuk
mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat yang dilihat dari pola pengeluaran rumah
tangga. Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan penduduk Sumatera Utara terus meningkat
dari tahun ke tahun. Pengeluaran per kapita pada tahun 2015 sebesar Rp. 775.189,-, terdiri

Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016 41


dari pengeluaran untuk makanan sebesar Rp. 414.566,- dan untuk pengeluaran bukan
makanan Rp. 360.624,-. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengeluaran digunakan
untuk konsumsi makanan, berarti sebagian besar dari penduduk masih memprioritaskan
pemenuhan untuk kebutuhan primer (makanan), yaitu sebesar 53,48 persen.

Grafik. 6.1. Perkembangan Rata-rata


Pengeluaran/Kapita/Bulan
Kota Pematangsiantar 2014-2016

1,000,000
800,000
600,000
400,000
200,000

.id
0
2014 2015 2016

go
Non Makanan 387,260 451,745 531,902

s.
Makanan 460,451 409,081
bp 515,458
a.
ot
rk
ta
an
si
://
tp
ht

42 Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016


ht
tp
://
si
an
ta
rk
ot
a.
bp
s.
go
BAB VII
.id
PERUMAHAN
ht
tp
://
si
an
ta
rk
ot
a.
bp
s.
go
.id
PERUMAHAN

Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang perumahan dan Pemukiman sebagai


penganti dari Undang-Undang No. 4 tahun 1992 yang mencantumkan bahwa salah satu
tujuan diselenggarakannya perumahan dan kawasan permukiman yaitu untuk menjamin
terwujudnya rumah layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi,
teratur, terencana, terpadu dan berkelanjutan. Oleh karena itu, penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman menjadi tugas bagi negara yang penyelenggaraan pembinaannya
dilaksanakan oleh pemerintah.

.id
Manusia dan lingkungannya baik fisik maupun sosial merupakan kesatuan yang tidak

go
dapat dipisahkan.Lingkungan fisik dapat berupa alam sekitar yang alamiah dan juga

s.
bp
buatan.Untuk melindungi diri dari kondisi alam, manusia berusaha membuat tempat
a.

perlindungan yang dikenal dengan rumah atau tempat tinggal.Oleh sebab itu selain sandang
ot

dan pangan, papan (perumahan) juga merupakan kebutuhan pokok manusia.Sampai saat ini
rk

permintaan rumah terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Di pihak lain,
ta

terbatasnya lahan untuk permukiman dan penawaran perumahan hanya dapat dijangkau
an

oleh golongan masyarakat tertentu. Hal ini merupakan kendala bagi sebagian besar
si
://

masyarakat golongan menengah ke bawah dalam memenuhi kebutuhan perumahannya


tp

sehingga menyebabkan banyak rumah tangga menempati rumah yang kurang layak, baik
ht

dipandang dari segi kesehatan maupun kepadatan penghuninya.

Secara umum, kualitas rumah tinggal menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah
tangga, yaitu ditentukan oleh fasilitas rumah yang ada.Berbagai fasilitas yang mencerminkan
kesejahteraan rumah tangga tersebut di antaranya terlihat dari luas lantai, sumber air
minum, fasilitas tempat buang air besar dan lainnya. Demikian pula letaknya yang mudah
untuk menjangkau fasilitas lingkungan seperti sekolah, tempat berobat, pasar dan tempat
rekreasi. Dengan kondisi semacam ini, keadaan perumahan beserta lingkungannya dapat
menggambarkan tingkat kesejahteraan rumah tangga dan juga tingkat kesejahteraan
masyarakat.

Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016 45


7.1. Kondisi Rumah Tinggal

Salah satu hal yang dapat dijadikan gambaran kondisi kesejahteraan penduduk dari
sisi perumahan adalah status kepemilikan rumah. Status kepemilikan rumah
merupakan salah satu indikator perumahan yang menunjukkan penguasaan rumah tangga
terhadap rumah yang ditempatinya.Dalam beberapa analisis juga dijadikan sebagai
pendekatan indikator backlog perumahan.

Grafik 7.1. Persentase Rumah Tangga Menurut Status


Kepemilikan Tempat Tinggal di Kota Pematangsiantar, 2016
1%
0%

.id
13%
Milik Sendiri

go
Kontrak/Sewa
Bebas Sewa

s.
28%
58%
bp Dinas
Lainnya
a.
ot
rk
ta
an

Grafik 7.1 menunjukkan bahwa 58 persen rumah tangga di Pematangsiantar telah


si
://

memiliki rumah sendiri, sedangkan yang belum memiliki rumah sendiri mencapai 42 persen.
tp

Kondisi ini menjadi salah satu indikator dalam program penyediaan rumah di Kota
ht

Pematangsiantar, baik melalui pembiayaan pemerintah daerah maupun pusat.

Tingkat kelayakan kondisi tempat tinggal seseorang dapat dilihat dari kondisi
rumah tinggalnya. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat tingkat
kelayakan rumah antara lain jenis lantai (bukan tanah), jenis dinding (tembok) dan jenis
atap (asbes/seng/genteng). ketiga indikator ini dianggap mempengaruhi keadaan kesehatan
anggota rumah tangga yang juga berdampak pada tingkat kesejahteraannya. Secara umum,
semakin besar persentase nilai indikator tersebut berarti semakin tinggi pula tingkat
kesejahteraannya.

46 Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016


Tabel. 7.1. Kondisi Perumahan di Pematangsiantar, 2014-2016

Uraian 2014 2015 2016


(1) (2) (3) (4)

1. Rata-rata luas lantai perkapita (M2) 28,32 24,99 25,31

2. Rumah tangga dengan lantai bukan tanah (%) 99,41 99,87 99,55

3. Rumah tangga dengan dinding rumah tembok (%) 69,61 74,51 72,86

4. Rumah tangga dengan atap beton, genteng, sirap dan seng (%) 99,88 94,15 98,64

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016

.id
Secara umum dapat dikatakan bahwa kondisi perumahan di Pematangsiantar dilihat

go
dari indikator kualitas perumahan cukup memadai. Indikator pertama adalah luas lantai per

s.
kapita sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat.
bp
Indikator ini dapat menggambarkan keadaan suatu tempat tinggal. Luas lantai juga berkaitan
a.
ot

dengan tingkat penghasilan rumah tangga, karena harga tanah yang semakin mahal saat ini.
rk

Semakin luas lantai suatu rumah tangga, maka semakin tinggi pula tingkat ekonomi rumah
ta

tangga.
an
si

Pada tahun 2016 rata-rata rumah tangga di Pematangsiantar memiliki luas lantai per
://

kapita sekitar 25,31 m2, sedikit meningkat dibanding tahun 2015 sebesar 24,99, walaupun
tp

lebih rendah dari tahun 2014 sebesar 28,32 m2. Selain luas lantai, jenis lantai terluas
ht

merupakan indikator kesejahteraan.Jenis lantai terbuat dari tanah tentunya tidak memenuhi
syarat kesehatan, karena dapat menjadi bersarangnya kuman-kuman penyakit. Pada tabel
7.1 diketahui bahwa masih terdapat sekitar 0,45 persen rumah tangga di Pematangsiantar
masih tinggal di rumah dengan lantai tanah.

Indikator lain yang dapat digunakan untuk melihat tingkat kelayakan hunian
sebuah rumah adalah jenis dinding dan atap. Pada tahun 2016, sekitar 72,86 persen rumah
tangga tinggal di rumah dengan dinding tembok dan 98,64 persen rumah tangga tinggal di
rumah dengan atap seng, beton dan genteng.

Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016 47


7.2. Fasilitas Rumah Tinggal

Rumah yang layak tidak hanya dilihat dari kondisinya tapi juga dari ketersediaan
fasilitas penunjang perumahan yang utama di antaranya adalah sumber penerangan utama
yang digunakan, kepemilikan fasilitas air minum, dan kepemilikan fasilitas jamban sendiri
dengan tangki septik. Fasilitas perumahan yang digunakan oleh rumah tangga dapat
mencerminkan tingkat kesehatan rumah beserta lingkungannya.Dalam kurun waktu 3 tahun
terakhir, rumah tangga pengguna listrik semakin meningkat. Tahun 2016, rumah tangga
pengguna listrik PLN dan Non PLN mencapai 100 persen.

Tabel 7.2. Kondisi Fasilitas Rumah di Pematangsiantar, 2014-2016

Uraian 2014 2015 2016

.id
(1) (2) (3) (4)

go
1. Persentase rumah tangga dengan sumber penerangan listrik (%) 99,41 99,80 100

s.
2. Rumah tangga yang memiliki fasilitas air minum sendiri (%) 90,47 86,68 88,44
bp
a.
3. Rumah tangga yang menggunakan jamban sendiri (%) 99,37 92,87 90,73
ot

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016


rk
ta

Selanjutnya dari aspek sumber air minum, dapat dikatakan kondisinya masih jauh dari
an

ideal. Persentase rumah tangga yang memiliki fasilitas air minum sendiri dalam 3 tahun naik
si
://

turun, salah satu penyebabnya adalah bertambahnya jumlah rumah tangga di dalam satu
tp

rumah. Tahun 2016, rumah tangga yang memiliki fasilitas air minum sendiri sebesar 88,44
ht

persen. Selain fasilitas kelayakan rumah dari aspek air minum dapat dilihat dari sumbernya,
kualitas air yang digunakan berkaitan erat dengan tingkat kesehatan. Penggunaan air ledeng
oleh rumah tangga di Pematangsiantar mencapai 69 persen pada tahun 2016. Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas air yang dikelola oleh perusahaan air minum di
Pematangsiantar baik.

48 Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016


Grafik 7.2. Persentase Rumah Tangga Menurut
Sumber Air Minum di Pematangsiantar, 2016
2%
1% 0%

10% 18%

69%

Air Kemasan Bermerek Ledeng Pompa Sumur Mata Air Air Sungai/hujan

.id
Selain sumber air minum dan listrik, fasilitas rumah lainnya yang sangat penting

go
adalah tempat buang air besar. Tempat buang air besar yang memenuhi syarat kesehatan

s.
adalah yang menggunakan tangki septik agar tidak mencemari lingkungan, terutama sumber
bp
air minum pada sumur dengan atau tanpa pompa.
a.
ot

Grafik 7.3. Persentase Rumah Tangga Menurut


rk

Tempat Pembuangan Akhir Kotoran/Tinja di


ta

Pematangsiantar, 2016
an

5.33% 2.99% 0.16%


si
://
tp

91.52%
ht

Tangki Spetik/SPAL Kolam/sawah/sungai/danau/laut


Lobang tanah/pantai/tanah lapang/kebun Lainnya

Grafik 7.2 menunjukkan penggunaan tangki septik sebagai tempat pembuangan akhir
kotoran/tinja menjadi pilihan terbanyak rumah tangga di Pematangsiantar, mencapai 91,52
persen. Masih terdapat 8,48 persen rumah tangga yang menggunakan selain tangki
septik/SPAL, khususnya yang bertempat tinggal di dekat perladangan/sungai/lainnya.

Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016 49


ht
tp
://
si
an
ta
rk
ot
a.
bp
s.
go
.id
ht
tp
://
si
an
ta
rk
ot
a.
bp
s.
go
.id
BAB VIII
KEMISKINAN
ht
tp
://
si
an
ta
rk
ot
a.
bp
s.
go
.id
KEMISKINAN

8.1. Perkembangan Penduduk Miskin

Kemiskinan merupakan masalah kompleks dan bersifat multidimensional, di mana


berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspek lainnya. Kompleksnya
masalah kemiskinan ini membuatnya terus menjadi masalah fenomenal di belahan dunia,
termasuk Indonesia yang merupakan negara berkembang.

Secara ekonomi, kemiskinan merupakan suatu kondisi kehidupan serba


kekurangan yang dialami seseorang sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan

.id
minimal hidupnya. Terjadinya kemiskinan ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor

go
yang saling berkaitan satu sama lain yaitu: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan,
s.
akses terhadap barang dan jasa, kondisi geografis dan lainnya. Selanjutnya standar
bp

kehidupan atau kebutuhan minimal itu juga berbeda antara satu daerah dengan daerah
a.

lainnya, tergantung kebiasaan/adat, fasilitas transportasi dan distribusi serta letak


ot

geografisnya.
rk
ta

Kebutuhan minimal tersebut meliputi kebutuhan untuk makanan terutama energi


an

kalori sehingga memungkinkan seseorang bisa bekerja untuk memperoleh pendapatan


si

serta kebutuhan minimal non-makanan yang harus dipenuhi. Penentuan batas


://
tp

kemiskinan yang dilakukan oleh BPS mengacu pada kebutuhan minimal yang setara
ht

dengan kebutuhan energi sebesar 2.100 kilo kalori (kkal) per kapita per hari, ditambah
dengan kebutuhan minimun non makanan. Patokan 2.100 kilo kalori ditentukan
berdasarkan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi yang menyatakan hidup sehat
rata-rata setiap orang harus mengkonsumsi makanan minimal setara 2.100 kilo kalori
per kapita per hari.

Berdasarkan hasil Susenas, persentase penduduk miskin di Pematangsiantar


cenderung bervariasi dalam 5 tahun terakhir. Kondisi perekonomian nasional yang
kurang stabil turut mempengaruhi penduduk rentan menjadi miskin. Tahun 2016,
persentase penduduk miskin sebesar 9,99 persen, terendah dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir.

Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016 53


Grafik 8.1. Trend Persentase Penduduk Miskin
di Pematangsiantar, 2012-2016
11
10.9 10.93
10.8 10.79
10.7
10.6
10.5 10.47
10.4
10.35
10.3
10.2
10.1
10 9.99
9.9
2012 2013 2014 2015 2016

Selain jumlah dan persentase penduduk miskin, indikator lainnya yang juga sangat
penting untuk melihat kemiskinan di suatu daerah adalah kedalaman dan keparahan

.id
kemiskinannya. Kedalaman kemiskinan menggambarkan gap atau rata-rata selisih

go
pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, sedangkan keparahan
s.
kemiskinan menunjukkan variasi selisih pengeluaran penduduk miskin terhadap garis
bp

kemiskinan. Berdasarkan data pada Tabel 8.1 pada tahun 2016, indeks kedalaman
a.

kemiskinan sebesar 1,23 terendah dalam kurun 5 tahun terakhir. Dilihat dari
ot

keparahannya, indeks kemiskinan yang terbentuk sebesar 0,30.


rk
ta

Tabel 8.1. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan


an

Indeks Keparahan Kemiskinan(P2) di Pematangsiantar, 2016


si

Indeks 2012 2013 2014 2015 2016


://

(1) (2) (3) (4)


tp
ht

Indeks kedalaman kemiskinan (P1) 2,29 1,79 1,43 1,39 1,23

Indeks keparahan kemiskinan (P2) 0,67 0,48 0,28 0,32 0,30

Sumber : BPS Kota Pematangsiantar

54 Inkesra Kota Pematangsiantar, 2016


DATA bp
s.
go
.id
a.
ot
rk
ta

MENCERDASKAN BANGSA
an
si
://
tp
ht

BADAN PUSAT STATISTIK


KOTA PEMATANGSIANTAR
Jl. Porsea No. 5A Telp. (0622) 24495
Homepage: http://siantarkota.bps.go.id
Email: bps1273@bps.go.id

Anda mungkin juga menyukai