tp
s:
//ba
ngk
ak
ab
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s:
//b
an
gk
aka
b.
bp
s.
go
.id
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
KABUPATEN BANGKA
MENURUT PENGELUARAN
2017–2021
ISSN : 2655-4224
Nomor Publikasi : 19010.2203
Nomor Katalog : 9302023.1901
Ukuran Buku : 21 cm x 29,7 cm
.id
Jumlah Halaman : x + 69 halaman
go
s.
Naskah:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangka
bp
b.
ka
Penyunting:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangka
a
gk
Gambar Kulit:
an
Diterbitkan Oleh:
© Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangka
ht
Dicetak Oleh:
.id
go
s.
bp
b.
Pengarah dan Penanggung Jawab Dewi Savitri, S.ST., M.Si.
ka
a
gk
s:
.id
digunakan untuk kepentingan dan tujuan lain, seperti sebagai dasar pengembangan model-
model ekonomi dalam rangka menyusun formulasi kebijakan, tingkat percepatan uang beredar
go
(velocity of money), pendalaman sektor keuangan (finacial deepening), perkembangan investasi
s.
fisik (ICOR), kajian ekspor dan impor, dan sebagainya.
bp
Penghitungan PDRB dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu: pendekatan produksi/
penyediaan (PDRB menurut lapangan usaha/industry), pendekatan pengeluaran/permintaan
b.
akhir (PDRB menurut pengeluaran/expenditure), serta pendekatan pendapatan (PDRB menurut
ka
pendapatan/income).
a
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang
//b
ini menggunakan tahun dasar 2010 dan sudah menerapkan konsep System of National Accounts
tp
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 3
.id
1.2 Kegunaan Statistik PDRB 5
go
BAB II METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA 7
s.
2.1 Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga 9
2.2 Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT bp 11
b.
2.3 Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah 14
ka
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Kabupaten 30
Bangka (Miliar Rupiah), 2017-2021
Tabel 3.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran Kabupaten 31
Bangka (Miliar Rupiah), 2017-2021
.id
Tabel 3.4 Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran Kabupaten 32
go
Bangka (Persen), 2017-2021
s.
Tabel 3.5 bp
Laju Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Bangka 33
b.
(Persen), 2017-2021
ka
Bangka, 2017-2021
an
Bangka, 2017-2021
s:
tp
Bangka, 2017-2021
Tabel 3.11 Perkembangan Net Ekspor Barang dan Jasa Kabupaten Bangka, 2017- 46
2021
Tabel 4.1 Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB per Kapita Kabupaten 52
Bangka, 2017-2021
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.3 Proporsi Pengeluaran Konsumsi Akhir Terhadap PDRB Kabupaten 54
Bangka, 2017-2021
.id
go
s.
bp
b.
a ka
gk
an
//b
s:
tp
ht
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan PDRB Atas Dasar Harga 31
Konstan (ADHK 2010=100) Menurut Pengeluaran Kabupaten
Bangka (Miliar Rupiah), 2017-2021
.id
Gambar 3.2 Laju Pertumbuhan PDRB dan Laju Indeks Implisit Menurut 34
go
Pengeluaran Kabupaten Bangka (Persen), 2017-2021
s.
Gambar 3.3 Laju Pertumbuhan dan Peranan Konsumsi Rumah Tangga Terhadap
bp 37
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Bangka (Persen), 2017-
b.
2021
a ka
Gambar 3.4 Laju Pertumbuhan dan Peranan Konsumsi LNPRT Terhadap PDRB 39
gk
Gambar 3.6 Laju Pertumbuhan dan Peranan PMTB Terhadap PDRB Menurut 43
ht
Gambar 4.1 PDRB per Kapita Menurut Pengeluaran Kabupaten Bangka (Ribu 51
Rupiah), 2017-2021
Gambar 4.2 Nilai Konsumsi Akhir (Miliar Rupiah) dan Peranan Terhadap PDRB 54
Menurut Pengeluaran Kabupaten Bangka (persen), 2017-2021
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bangka Atas Dasar Harga 65
Berlaku Menurut Pengeluaran (Juta Rupiah), 2017-2021
Lampiran 2 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bangka Atas Dasar Harga 66
.id
Konstan 2010 Menurut Pengeluaran (Juta Rupiah), 2017-2021
go
Lampiran 3 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bangka Atas 67
s.
Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran (persen), 2017-2021
bp
b.
Lampiran 4 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten 68
ka
2017-2021
gk
an
ix
ht
tp
s:
//b
an
gk
aka
b.
bp
s.
go
.id
ht
tp
s:
//b
an
gk
aka
b.
bp
s.
go
.id
ht
tp
s:
//b
an
gk
aka
b.
bp
s.
go
.id
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu ukuran kinerja pembangunan
ekonomi pada tingkat wilayah sebagai indikator penting untuk memonitor perekonomian
secara makro. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh
seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Dari angka PDRB dapat digambarkan laju
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, perubahan struktur ekonomi, pendapatan perkapita,
.id
konsumsi, investasi, dan variabel ekonomi makro lainnya. Dalam perkembangannya, PDRB
go
sudah dijadikan sebagai tolok ukur bagi pemerintah maupun pihak-pihak lain untuk melakukan
evaluasi keberhasilan dalam bidang pembangunan ekonomi di masing-masing wilayah.
s.
bp
PDRB dinilai menggunakan dua pendekatan, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku
b.
(PDRB nominal) dan PDRB atas dasar harga konstan (PDRB riil). PDRB atas dasar harga berlaku
ka
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang
a
gk
berlaku pada setiap tahun dan PDRB tipe ini sangat bermanfaat untuk melihat pergeseran dan
an
struktur ekonomi. PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa
tersebut yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB ini
//b
digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi pada suatu periode ke periode (tahun
s:
tp
Menurut pendekatan ini, PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan
menjadi 17 kategori lapangan usaha yaitu: 1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, 2.
Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri Pengolahan, 4. Pengadaan Listrik dan Gas, 5.
Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, 6. Konstruksi, 7. Perdagangan
Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 8. Transportasi dan Pergudangan, 9.
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, 10. Informasi dan Komunikasi, 11. Jasa Keuangan
dan Asuransi 12. Real Estat, 13. Jasa Perusahaan, 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib, 15. Jasa Pendidikan, 16. Jasa Ke- sehatan dan Kegiatan Sosial, 17.
Jasa lainnya. Setiap kategori lapangan usaha tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub kategori
lapangan usaha.
3
Pendahuluan
B. Menurut Pendekatan Pendapatan
PDRB menurut pendekatan ini merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-
faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka
waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah
upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong
pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga
penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak atas produksi dan impor dikurangi
subsidi).
Menurut pendekatan ini, PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri
dari: (1) pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (2) pengeluaran konsumsi akhir
.id
lembaga non profit yang melayani rumah tangga (3) pengeluaran konsumsi akhir
go
pemerintah, (4) pembentukan modal tetap domestik bruto, (5) perubahan inventori, dan
s.
(6) ekspor neto (ekspor dikurangi impor).
bp
b.
Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama.
ka
Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan
a
dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksi. PDRB yang
gk
dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar, karena di dalamnya
an
data dan metodologi penghitungan yang digunakan. Penghitungan PDRB atas dasar
ht
harga konstan yang menggunakan tahun dasar tahun tertentu, diganti sesuai dengan
pertimbangan kondisi ekonomi Indonesia dan mengikuti saran dari Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) untuk mengubah tahun dasar setiap 5 (lima) tahun atau 10 (sepuluh) tahun.
Badan Pusat Statistik (BPS) telah melakukan perubahan tahun dasar secara berkala sebanyak
6 (enam) kali yaitu pada tahun 1960, 1973, 1983, 1993, 2000, dan 2010. Mulai tahun 2015
digunakan tahun dasar yang baru yaitu tahun 2010. Tahun 2010 dipilih sebagai tahun dasar
baru menggantikan tahun dasar 2000 karena beberapa alasan sebagai berikut:
4
Pendahuluan
• Tersedianya sumber data baru untuk perbaikan PDB seperti data Sensus Penduduk 2010
(SP2010) dan Indeks Harga Produsen (Producer Price Index/PPI)
• Tersedianya kerangka kerja SUT yang digunakan untuk benchmarking/menetapkan PDB.
Data pendapatan PDRB adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan
kondisi perekonomian suatu wilayah setiap tahun. Dari perhitungan PDRB ADHB dan ADHK
diperoleh tabel turunan PDRB seperti: distribusi PDRB, pertumbuhan PDRB, indeks implisit,
dan PDRB per kapita. Manfaat yang dapat diperoleh dari data-data tersebut antara lain
adalah:
• PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang
.id
dihasilkan oleh suatu negara. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber
go
daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.
s.
• PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan
bp
ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.
b.
• Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian
ka
atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara. Sektor-sektor ekonomi yang
a
gk
digunakan untuk tujuan konsumsi akhir, investasi dan diperdagangkan dengan pihak
//b
luar negeri.
s:
menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi.
• PDRB pengeluaran atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju
pertumbuhan konsumsi akhir, investasi dan perdagangan luar negeri.
• PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per satu orang
penduduk.
• PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan
nyata ekonomi per kapita penduduk suatu wilayah.
5
ht
tp
s:
//b
an
gk
aka
b.
bp
s.
go
.id
ht
tp
s:
//b
an
gk
aka
b.
bp
s.
go
.id
ht
tp
s:
//b
an
gk
aka
b.
bp
s.
go
.id
BAB II
Metode Estimasi dan Sumber Data
2.1 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA
Sektor institusi dalam total ekonomi dikelompokkan ke dalam lima sektor, yaitu: korporasi
finansial, korporasi non finansial, pemerintahan umum, rumah tangga, dan lembaga non profit
yang melayani rumah tangga (LNPRT). Sektor rumah tangga mempunyai peranan yang cukup
besar dalam perekonomian. Hal ini tercermin dari besarnya sumbangan nilai konsumsi rumah
tangga dalam pembentukan PDRB pengeluaran. Disamping berperan sebagai konsumen akhir
barang dan jasa, rumah tangga juga berperan sebagai produsen dan penyedia faktor produksi
untuk aktivitas produksi yang dilakukan oleh sektor institusi lain.
.id
A. Konsep dan Definisi
go
Pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (PKRT) adalah pengeluaran atas barang
s.
bp
dan jasa oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Dalam hal ini rumah tangga berfungsi
b.
sebagai pengguna akhir (final demand) dari berbagai jenis barang dan jasa yang tersedia dalam
ka
perekonomian. Rumah tangga didefinisikan sebagai individu atau kelompok individu yang
a
tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat tinggal. Mereka mengumpulkan pendapatan,
gk
dapat memiliki harta dan kewajiban, serta mengkonsumsi barang dan jasa secara bersama-
an
B. Cakupan
s:
tp
PKRT mencakup seluruh pengeluaran atas barang dan jasa oleh residen suatu wilayah,
ht
baik yang dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu region. Jenis-jenis barang
dan jasa yang dikonsumsi diklasifikasikan menurut 12 COICOP (Classifications of Individual
Consumption by Purpose) seperti yang direkomendasikan oleh UN (United Nations), sebagai
berikut:
9
Metode Estimasi dan Sumber Data
Konsumsi rumah tangga mencakup juga hal-hal sebagai berikut:
.id
atau di luar negeri (diperlakukan sebagai impor).
go
Terdapat beberapa catatan yang perlu diketahui berkaitan dengan PKRT ini, yaitu:
s.
bp
• Pembelian langsung oleh non residen, diperlakukan sebagai ekspor dari wilayah
b.
tersebut.
ka
• Pembelian barang yang tidak diproduksi kembali (diduplikasi), seperti barang antik,
a
lukisan, dan hasil karya seni lainnya diperlakukan sebagai investasi atas barang
gk
• Pengeluaran rumah tangga untuk keperluan biaya antara dan pembentukan modal
//b
di dalam aktivitas usaha rumah tangga, tidak termasuk dalam pengeluaran konsumsi
s:
rumah tangga. Contoh, pembelian barang dan jasa untuk keperluan usaha, perbaikan
tp
• Pengeluaran untuk keperluan transfer baik dalam bentuk uang atau barang, tidak
termasuk sebagai pengeluaran konsumsi rumah tangga.
1) Sumber Data
10
Metode Estimasi dan Sumber Data
2) Metode Penghitungan
.id
Langkah penghitungan di atas menghasilkan besarnya PKRT atas dasar harga
go
berlaku (ADHB). PKRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010 dilakukan menggunakan
s.
metode deflasi yaitu dengan cara men-deflate PKRT ADHB masing-masing kelompok
bp
COICOP dengan IHK tahun dasar 2010 dari masing-masing kelompok COICOP yang
b.
sesuai. Untuk lebih jelasnya, langkah-langkah dalam penghitungan PKRT dapat
ka
b. Terhadap data poin a dilakukan koreksi dengan menggunakan data sekunder atau
ht
Sektor Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) muncul sebagai
sektor tersendiri dalam suatu perekonomian wilayah. Sektor ini berperan dalam menyediakan
barang dan jasa bagi anggotanya maupun bagi rumah tangga secara gratis atau pada tingkat
harga yang tidak berarti secara ekonomi. Harga yang tidak berarti secara ekonomi artinya
harga tersebut biasanya dibawah harga pasar (tidak mengikuti harga pasar yang berlaku).
11
Metode Estimasi dan Sumber Data
A. Konsep dan Definisi
LNPRT merupakan bagian dari lembaga non profit (LNP). Sesuai dengan
fungsinya, LNP dibedakan atas LNP yang melayani rumah tangga dan LNP yang
melayani bukan rumah tangga. Karakteristik unit LNP adalah sebagai berikut:
• LNP umumnya adalah lembaga formal, tetapi terkadang merupakan lembaga informal
yang keberadaannya diakui oleh masyarakat;
• pengawasan terhadap jalannya organisasi dilakukan oleh anggota terpilih yang punya
hak sama, termasuk hak bicara atas keputusan lembaga;
• setiap anggota mempunyai tanggung jawab tertentu dalam organisasi, dan tidak berhak
menguasai profit atau surplus, karena profit yang diperoleh dari kegiatan usaha produktif
dikuasai oleh lembaga;
.id
• kebijaksanaan lembaga diputuskan secara kolektif oleh anggota terpilih, dan kelompok
go
ini berfungsi sebagai pelaksana dari dewan pengurus; dan
s.
• istilah nonprofit tidak berarti bahwa lembaga ini tidak dapat menciptakan surplus melalui
bp
kegiatan produktifnya, namun surplus yang diperoleh biasanya diinvestasikan kembali
b.
pada aktivitas sejenis.
ka
LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggotanya atau rumah tangga, serta
a
gk
tidak dikontrol oleh pemerintah. Anggota dari lembaga yang dimaksud disini adalah yang
an
bukan berbentuk badan usaha. LNPRT dibedakan atas 7 jenis lembaga, yaitu: organisasi
//b
B. Cakupan
Nilai Pengeluaran Konsumsi LNPRT (PKLNPRT) sama dengan nilai output non-pasar
yang dihasilkan LNPRT. Nilai output non pasar tersebut dihitung berdasarkan nilai seluruh
pengeluaran LNPRT dalam rangka melakukan kegiatan operasionalnya. Pengeluaran yang
dimaksud terdiri dari:
• Konsumsi antara, contohnya: pembelian alat tulis, barang cetakan, pembayaran listrik,
air, telepon, teleks, faksimili, biaya rapat, seminar, perjamuan, transportasi, bahan bakar,
perjalanan dinas, belanja barang dan jasa lain, sewa gedung, sewa perlengkapan kantor,
dan lain-lain.
• Kompensasi tenaga kerja, contohnya: upah, gaji, lembur, honor, bonus, dan tunjangan
lainnya
• Penyusutan
• Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi), contohnya: PBB, STNK, BBN, dan lain-lain.
12
Metode Estimasi dan Sumber Data
C. Penghitungan PKLNPRT Tahunan
1) Sumber Data
2) Metode Penghitungan
.id
Metode estimasi PKLNPRT menggunakan metode langsung, yaitu menggunakan
hasil SKLNP. Tahapan estimasi PKLNPRT adalah sebagai berikut:
go
s.
• Menghitung rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
bp
(barang dan jasa). Barang dan jasa yang diperoleh secara cuma-cuma, nilainya
b.
diperkirakan sesuai harga pasar yang berlaku. Rata-rata pengeluaran lembaga
ka
xij
xij =
an
ni
//b
s:
xij : PKLNPRT hasil survei menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
X : PKLNPRT ADHB
13
Metode Estimasi dan Sumber Data
2.3 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH
Unit pemerintah adalah unit institusi yang dibentuk melalui proses politik, serta
mempunyai kekuasaan di bidang lembaga legislatif, yudikatif maupun eksekutif atas unit
institusi lain yang berada di dalam batas-batas wilayah suatu negara/wilayah. Pemerintah
juga mempunyai berbagai peran dan fungsi lainnya, seperti sebagai penyedia barang dan
jasa bagi kelompok atau individu rumah tangga, sebagai pemungut dan pengelola pajak
atau pendapatan lainnya, berfungsi mendistribusikan pendapatan atau kesejahteraan
melalui aktivitas transfer, serta terlibat di dalam produksi non pasar.
.id
barang dan jasa akhir, sedangkan sebagai produsen, pemerintah akan melakukan aktivitas
go
memproduksi barang dan jasa maupun aktivitas investasi.
s.
A. Konsep dan Definisi
bp
Besarnya nilai pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PKP) sama dengan nilai
b.
produksi barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah untuk dikonsumsi pemerintah itu
ka
sendiri. PKP mencakup pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin, pembayaran upah
a
gk
dan gaji pegawai, transfer sosial dalam bentuk barang, perkiraan penyusutan barang modal,
an
dan nilai output dari Bank Indonesia, dikurangi dengan nilai penjualan barang dan jasa yang
//b
dihasilkan unit produksi yang tak dapat dipisahkan dari aktivitas pemerintahan.
s:
Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas
tp
• Memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang yang diproduksi oleh
perusahaan. Contoh, aktivitas pencetakan publikasi, kartu pos, reproduksi karya seni,
pembibitan tanaman di kebun percobaan, dan sebagainya. Aktivitas menjual barang-
barang semacam itu bersifat insidentil dari fungsi pokok unit pemerintah.
• Memproduksi jasa. Contoh, aktivitas penyelenggaraan rumah sakit, sekolah, perguruan
tinggi, museum, perpustakaan, tempat rekreasi, dan penyimpanan hasil karya seni yang
dibiayai oleh pemerintah. Dalam hal ini pemerintah memungut biaya yang umumnya
tidak lebih dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diterima dari aktivitas
semacam ini disebut sebagai penerimaan non komoditi (pendapatan jasa).
B. Cakupan
Sektor pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam
melakukan aktivitasnya, unit pemerintah pusat akan mengacu pada dokumen Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan unit pemerintah daerah (baik Provinsi,
Kabupaten/Kota, maupun Desa) mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Pemerintah Daerah (APBD).
14
Metode Estimasi dan Sumber Data
Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PKP) Kabupaten/Kota mencakup : a.
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan; b. Pengeluaran
Konsumsi Pemerintah Provinsi yang merupakan bagian dari pemerintah Kabupaten/Kota;
c. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pusat yang merupakan bagian dari pemerintah
Kabupaten/Kota; d. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Desa/Kelurahan/Nagari yang ada di
wilayah Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
.id
penduduk secara keseluruhan barang publik (administrasi publik, pertahanan, keamanan,
go
infrastruktur dan pembangunan ekonomi, Resource and Development, dan sebagainya).
s.
Pengeluaran pemerintah meliputi: bp
b.
• Administrasi umum
ka
• Pelayanan pemerintah (gratis atau hampir gratis) seperti pendidikan, kesehatan serta
a
gk
jasa lainnya
• Lembaga non profit yang utamanya dikontrol dan dibiayai oleh pemerintah
an
bencana.
tp
ht
• Konsumsi antara
• Balas jasa tenaga kerja
• Konsumsi barang modal
• Penjualan (output pasar/market output)
• Transfer berupa barang
• Own account capital formation
• Gross capital formation (purchased) Subsidies
• Property income
• Social benefits other than in kind
• Transfer berjalan lainnya
• Transfer modal/capital
15
Metode Estimasi dan Sumber Data
A. Penghitungan PKP Tahunan
1) Sumber Data
Data dasar yang digunakan untuk menghitung PKP Kabupaten Tahunan adalah:
.id
2) Metode Penghitungan
go
a. PKP Kabupaten/Kota ADHB
s.
Secara umum, PKP ADHB dihitung menggunakan rumusan berikut:
bp
Output non pasar dihitung dengan pendekatan biaya yang dikeluarkan, yaitu:
b.
belanja pengadaan barang/jasa, bantuan sosial dalam bentuk barang (yang dibeli
ka
Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor utama yang akan mempengaruhi
perkembangan ekonomi suatu negara/wilayah. Investasi disini terdiri dari investasi fisik
dan investasi finansial. Dalam konteks PDB/PDRB, aktivitas investasi fisik ini tercermin pada
komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan Inventori.
16
Metode Estimasi dan Sumber Data
PMTB merupakan nilai arus barang modal yang terjadi akibat penambahan barang
modal baru dikurangi pengurangan barang modal bekas, ditambah perbaikan besar atas
barang modal atau aset tetap dan biaya transfer/pemindahan kepemilikan atas aset-aset
yang tidak diproduksi. Sementara perubahan inventori merupakan perubahan kuantitas
bahan baku, penolong, barang jadi dan setengah jadi maupun suku cadang yang dikuasai
oleh perusahaan.
PKP ADHB =
Output non pasar – penjualan barang dan jasa + output Bank Indonesia
PMTB erat kaitannya dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang dilibatkan dalam
proses produksi. Aset tetap merupakan aset penting yang menunjang kegiatan produksi
.id
yang digunakan berulang kali atau berkelanjutan dalam proses produksi lebih dari satu
go
tahun dan bernilai relatif mahal. Secara garis besar aset tetap dapat diklasifikasi menurut jenis
s.
barang modal seperti: bangunan dan konstruksi lain, mesin dan perlengkapan, kendaraan,
bp
tumbuhan, ternak, dan barang modal lainnya.
b.
ka
Penambahan aset tetap atau yang dikenal sebagai PMTB pada prinsipnya diharapkan
a
akan meningkatkan kapasitas produksi yang pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan
gk
yang diperoleh pada suatu kegiatan ekonomi, sehingga penghitungan PMTB menjadi
an
sangat penting untuk mengukur efisiensi yang dicapai oleh suatu aktivitas ekonomi di suatu
//b
wilayah.
s:
Secara garis besar PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan aset
tetap pada suatu unit produksi, dalam kurun waktu tertentu. Penambahan barang modal
mencakup pengadaan, pembuatan, pembelian, sewa beli (financial leasing) barang modal
baru dari dalam negeri serta barang modal baru dan bekas dari luar negeri (termasuk
perbaikan besar, transfer atau barter barang modal), dan pertumbuhan aset sumber daya
hayati yang dibudidaya. Sementara pengurangan barang modal mencakup penjualan,
transfer atau barter, dan sewa beli (financial leasing) barang modal bekas pada pihak lain.
Sebagai pengecualian, kehilangan yang disebabkan oleh bencana alam tidak dicatat
sebagai pengurangan.
Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun, serta akan mengalami
penyusutan sepanjang usia pakainya. Istilah ”bruto” mengindikasikan bahwa di dalamnya
masih mengandung unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang modal
(Consumption of Fixed Capital) menggambarkan penurunan nilai barang modal yang
digunakan dalam proses produksi secara normal selama satu periode.
17
Metode Estimasi dan Sumber Data
B. Cakupan
Dalam publikasi ini, PMTB dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu Bangunan dan
Non bangunan. PMTB terdiri dari:
• Penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) baik barang baru maupun barang
bekas, seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, bangunan
lainnya, mesin dan perlengkapan, sistem persenjataan, alat transportasi, aset tumbuhan
dan hewan yang dibudidaya (cultivated asset), produk kekayaan intelektual (intellectual
property products), dan sebagainya;
• Biaya alih kepemilikan aset non finansial yang tidak diproduksi, seperti lahan dan aset
yang dipatenkan;
• Perbaikan besar aset, yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi dan usia pakainya
.id
(seperti overhaul mesin produksi, reklamasi pantai, pembukaan hutan, pengeringan dan
go
pengairan hutan, serta pencegahan banjir dan erosi.
s.
C. Penghitungan PMTB Tahunan
bp
1) Sumber Data
b.
ka
b. Hasil Survei Matriks PMTB Institusi Pemerintah dan Non Pemerintah dari BPS.
an
c. Nilai impor 2 digit HS, yang merupakan barang modal impor dari KPPBC (Kantor
//b
d. Indeks Produksi Industri Besar Sedang dari Direktorat Statistik Industri (pada level
tp
provinsi).
ht
18
Metode Estimasi dan Sumber Data
2) Metode Penghitungan
a. Pendekatan Langsung
.id
go
Penghitungan PMTB secara langsung dilakukan dengan cara menjumlahkan
seluruh nilai PMTB yang terjadi di setiap industri (lapangan usaha). Barang modal
s.
bp
tersebut dinilai atas dasar harga pembelian, di dalamnya sudah termasuk biaya-biaya
b.
yang dikeluarkan, seperti biaya transportasi, biaya instalasi, pajak-pajak, serta biaya
ka
lain yang terkait dengan pengadaan barang modal tersebut. Bagi barang modal yang
a
berasal dari impor di dalamnya termasuk bea masuk dan pajak-pajak yang terkait
gk
Pada dasarnya data untuk penghitungan PMTB secara langsung dapat diperoleh
//b
dari laporan keuangan perusahaan. Data yang tersedia meliputi informasi/data tentang
s:
perubahan atas aset tetap (PMTB) yang dinilai atas dasar harga berlaku atau harga
tp
deflasi yaitu dengan cara PMTB ADHB tersebut di “deflate” (dibagi) dengan indeks harga
perdagangan besar (IHPB) yang sesuai dengan kelompok barang modal.
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal
lainnya dibedakan atas barang modal yang berasal dari produksi domestik, dan yang
berasal dari impor. Untuk barang modal domestik, dapat diperoleh dengan dua cara.
Pertama, dengan mengalokasi output mesin, alat angkutan dan barang modal lain
yang menjadi pembentukan modal. Nilai tersebut masih harus ditambah dengan biaya
19
Metode Estimasi dan Sumber Data
angkut dan margin perdagangan, sehingga diperoleh PMTB ADHB. Untuk memperoleh
nilai ADHK digunakan metode deflasi yaitu dengan men-deflate PMTB ADHB dengan
IHPB yang sesuai dengan jenis barang modal.
Pendekatan kedua, yang harus dilakukan bila data output tidak tersedia adalah
dengan cara “ekstrapolasi” atau mengalikan PMTB ADHK dengan indeks produksi jenis
barang modal yang sesuai. Untuk itu penghitungan PMTB diawali dengan menghitung
PMTB ADHK terlebih dahulu. Selanjutnya untuk memperoleh PMTB ADHB digunakan
metode produksi dengan cara nilai PMTB ADHK tersebut di “reflate” (dikalikan) dengan
indeks harga masing-masing jenis barang modal yang sesuai (sebagai inflator). Hal ini
mensyaratkan bahwa PMTB ADHK di tahun-tahun sebelumnya sudah tersedia secara
lengkap.
.id
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lain
go
yang berasal dari impor, dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara. Pertama, PMTB
s.
ADHB diperoleh dari total nilai barang impor. Selanjutnya, barang modal tersebut dirinci
bp
menurut kelompok utama seperti mesin-mesin, alat angkutan, dan barang modal
b.
lain. Apabila rincian tersebut tidak tersedia dapat digunakan rasio tertentu sebagai
ka
alokator (barang modal impor kode HS 2 digit). Kedua, untuk memperoleh PMTB ADHK
a
menggunakan metode deflasi yaitu dengan cara men-deflate PMTB ADHB dengan
gk
PMTB ADHB untuk barang modal tak berwujud seperti eksplorasi mineral, dihitung
//b
aktivitas pertambangan itu menjadi pengali nilai eksplorasi mineral pada periode
sebelumnya. Sementara PMTB ADHK-nya diperoleh dengan menggunakan metode
deflasi dengan cara men-deflate nilai ADHB dengan indeks implisit dari PDRB industri
pertambangan. Selain itu, data dari ESDM dan BP Migas diharapkan menjadi dasar atau
data kontrol untuk data tahunannya.
Penghitungan PMTB hasil karya hiburan, sastra, dan seni original (entertainment,
literary, or artistic original products), data dikumpulkan adalah nilai sinetron dan program
acara televisi yang dapat dibuat. Sementara data Impor film diperoleh dari nilai impor
film. PMTB ADHK-nya diperoleh menggunakan metode deflasi dengan cara men-deflate
nilai ADHB dengan indeks implisit industri jasa hiburan dan IHPB barang impor.
20
Metode Estimasi dan Sumber Data
Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam penghitungan PMTB melalui
pendekatan tak langsung (arus komoditas), yaitu:
• Rasio penggunaan output industri yang menjadi barang modal cenderung statis.
Untuk memperbaiki diperlukan survei dalam skala yang besar.
• Nilai margin perdagangan dan angkutan (Trade and Transport Margin) sulit diperoleh.
• Selang (Lag) waktu antara data tahun pengukuran (referensi) dengan data publikasi
yang diperoleh dari sumber data tertentu, terlalu lama.
Inventori dalam ekonomi makro dapat diartikan sebagai sub komponen investasi
.id
sedangkan dalam ekonomi mikro, inventori dapat diartikan sebagai komponen aset atau
harta lancar perusahaan. Dalam aktivitas ekonomi, inventori berfungsi sebagai salah satu
go
komponen yang dibutuhkan untuk keberlangsungan proses produksi, di samping tenaga
s.
kerja dan barang modal. bp
b.
Dalam PDB/PDRB, komponen Perubahan Inventori merupakan bagian dari
ka
Pembentukan Modal Tetap Bruto, atau yang lebih dikenal sebagai investasi fisik yang terjadi
a
gk
pada kurun waktu tertentu di dalam suatu wilayah. Perubahan inventori menggambarkan
bagian dari investasi yang direalisasikan dalam bentuk barang jadi, barang setengah jadi,
an
serta bahan baku dan bahan penolong pada satu periode tertentu. Ketersediaan data
//b
perubahan inventori menjadi penting untuk memenuhi kebutuhan analisis tentang aktivitas
s:
investasi.
tp
ht
Pengertian sederhana dari inventori (persediaan) adalah barang yang dikuasai oleh
produsen untuk tujuan diolah lebih lanjut (intermediate consumption) menjadi barang
dalam bentuk lain, yang mempunyai nilai ekonomi maupun nilai manfaat yang lebih tinggi.
Termasuk dalam pengertian ini adalah barang yang masih dalam proses pengerjaan (work
in progress), serta barang jadi yang belum dipasarkan dan masih dikuasai pihak produsen.
Perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori pada akhir periode akuntansi
dengan nilai inventori pada awal periode akuntansi. Perubahan inventori menjelaskan
tentang perubahan posisi barang inventori, yang dapat bermakna pertambahan (tanda
positif ) atau pengurangan (bertanda negatif ).
21
Metode Estimasi dan Sumber Data
harapan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sementara bagi pemerintah,
kebijakan pencadangan khususnya komoditas strategis utamanya ditujukan untuk menjaga
stabilitas ekonomi, politik, dan sosial. Karena menyangkut kepentingan masyarakat luas
(publik), maka perlu ada pencadangan untuk beberapa komoditas bahan pokok seperti
beras, terigu, minyak goreng, dan gula pasir. Bagi rumah tangga pengadaan inventori lebih
ditujukan untuk kemudahan dalam mengatur perilaku konsumsinya saja.
B. Cakupan
• Inventori menurut industri, seperti produk atau hasil perkebunan, kehutanan, perikanan,
pertambangan, industri pengolahan, gas kota, air bersih, serta konstruksi;
• Berbagai jenis bahan baku dan penolong (material and supplies), yaitu semua bahan,
.id
komponen atau persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi;
go
• Barang jadi, yaitu barang yang telah diproses tetapi belum terjual atau belum digunakan,
s.
termasuk barang yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada waktu dibeli;
bp
• Barang setengah jadi, yaitu barang-barang yang sebagian telah diolah atau belum
b.
selesai (tidak termasuk konstruksi yang belum selesai).
ka
• Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang besar maupun pedagang eceran
a
gk
• Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau dipakai sebagai bahan bakar
atau persediaan; dan
s:
tp
• Persediaan pada pemerintah, yang mencakup barang strategis seperti beras, kedelai,
ht
22
Metode Estimasi dan Sumber Data
• Data eksternal lain, seperti data persediaan beras dari Bulog, data semen dari
Asosiasi Semen Indonesia (ASI), gula dari Dewan Gula Indonesia (DGI), dan ternak
dari Ditjennak Kementan atau Dinas Pertanian.
2) Metode Penghitungan
.id
dan berkesinambungan.
go
a. Pendekatan Langsung
s.
bp
Dengan menggunakan pendekatan langsung, akan diperoleh nilai posisi
b.
inventori di suatu waktu tertentu (umumnya di akhir tahun). Sumber data utama
ka
adalah laporan neraca akhir tahun (balance sheet) perusahaan. Untuk memperoleh nilai
a
perubahan inventori ADHB, diperlukan data inventori di tahun yang berurutan. Langkah
gk
• menghitung posisi inventori ADHK menggunakan metode deflasi dengan cara men-
deflate stok awal dan akhir dengan IHPB akhir tahun;
s:
tp
23
Metode Estimasi dan Sumber Data
• Data inventori yang dibutuhkan adalah dalam bentuk posisi atau pada satu saat
untuk periode waktu yang berurutan; Tidak seluruh komoditas inventori tersedia
data volume dan harganya;
• Data perubahan inventori yang tersedia dalam bentuk volume umumnya tidak disertai
data harganya. Jika data harga inventori tidak tersedia, maka dapat diasumsikan
indeks harga komoditas inventori mengikuti indeks implisit PDRB yang sesuai;
• Diperlukan adjustment dengan cara me-mark-up, guna untuk melengkapi estimasi
untuk industri yang datanya tidak tersedia.
Aktivitas ekspor-impor dalam suatu wilayah diyakini telah terjadi sejak lama, bahkan
.id
sebelum wilayah itu ditetapkan sebagai wilayah pemerintah. Ragam barang dan jasa yang
diproduksi serta disparitas harga menjadi faktor utama munculnya aktivitas ekspor-impor.
go
Daerah yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri berusaha mendatangkan dari
s.
bp
luar daerah atau bahkan negara lain. Di sisi lain, daerah yang memproduksi barang dan jasa
melebihi dari kebutuhan domestik, terdorong untuk memperluas pasar ke luar daerah atau
b.
ka
masyarakat atas barang dan jasa semakin meningkat dan beragam. Kemajuan di bidang
an
transportasi dan komunikasi juga turut memperlancar arus distribusi barang dan jasa.
//b
semakin berkembang.
tp
ht
Pada dasarnya metode pengukuran jenis transaksi eksternal (baik antar negara maupun
antar daerah) memiliki kesamaan prinsip, dalam artian yang satu akan menambah jumlah
PDRB dan yang lainnya akan mengurangi jumlah PDRB. Perbedaan yang sangat mendasar
adalah dalam hal penilaian, karena menyangkut alat pembayaran.
B. Cakupan
24
Metode Estimasi dan Sumber Data
• Net Ekspor antar daerah
- Ekspor antar daerah
- Impor antar daerah
• Data Statistik Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dari BPS (dalam US$)
• Data Statistik Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dari BPS (dalam US$)
• Neraca Pembayaran Indonesia dari BI
• Laporan Simopel, yaitu laporan (bulanan) bongkar muat barang di pelabuhan
• Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk provinsi di jembatan timbang
• Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk provinsi dari hasil survei
.id
• Kurs transaksi rata-rata tertimbang dari Bank Indonesia
go
2) Metode Penghitungan
s.
Ekspor-Impor barang luar negeri dinilai menurut harga free on board (fob) dalam
bp
US$. Penghitungan ekspor barang luar negeri ADHB dilakukan dengan mengalikan nilai
b.
barang (sesuai PEB) dengan kurs transaksi beli rata-rata tertimbang. Sementara Impor
ka
barang luar negeri ADHB dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai PIB) dengan
a
gk
kurs transaksi jual rata-rata tertimbang. Nilai ekspor-impor jasa berasal dari Neraca
an
Pembayaran Indonesia (NPI) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Disamping itu nilai
//b
baik oleh residen maupun non residen. Sementara net ekspor antar wilayah merupakan
ht
nilai sisa (residu) antara PDRB lapangan usaha dengan PDRB pengeluaran. Penghitungan
ekspor-impor barang dan jasa luar negeri ADHK dilakukan dengan metode deflasi,
dengan IHPB menurut jenis barang untuk ekspor-impor barang luar negeri dan IHK jasa
untuk ekspor impor jasa luar negeri sebagai deflatornya.
25
ht
tp
s:
//b
an
gk
aka
b.
bp
s.
go
.id
ht
tp
s:
//b
an
gk
aka
b.
bp
s.
go
.id
ht
tp
s:
//b
an
gk
aka
b.
bp
s.
go
.id
BAB III
Tinjauan Perekonomian Menurut
PDRB Pengeluaran, 2017-2021
Interaksi antar komponen ekonomi dalam proses pembangunan pada suatu wilayah
akan berdampak pada perubahan struktur ekonomi. Hal ini tidak terlepas dari dua faktor,
yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal lebih dipengaruhi oleh perkembangan
maupun perubahan perilaku masing-masing komponen pengeluaran akhir. Sementara
faktor eksternal banyak dipengaruhi oleh perubahan teknologi dan struktur perdagangan
sebagai akibat peningkatan transaksi perdagangan. Setiap komponen pengeluaran
yang mencakup konsumsi rumah tangga, konsumsi LNPRT, konsumsi pemerintah, PMTB,
.id
perubahan inventori, dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor) mempunyai perilaku yang
go
berbeda sesuai dengan tujuannya. Data yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar
s.
produk barang dan jasa yang dihasilkan Kabupaten Bangka digunakan untuk memenuhi
bp
permintaan konsumsi akhir (rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah). Sebagian lagi
b.
digunakan untuk investasi fisik (dalam bentuk PMTB dan perubahan inventori). Penjelasan
ka
bagian berikut.
an
//b
dalam proses ekonomi dari berbagai sektor produksi digunakan masyarakat untuk
ht
konsumsi akhirnya. Dengan kata lain, PDRB menurut pengeluaran menjelaskan mengenai
penggunaan sebagian besar produk domestik untuk keperluan konsumsi akhir atau output
final (final output). Pengguna konsumsi akhir ini adalah rumah tangga, pemerintah, LNPRT
serta sektor produksi di wilayah domestik.
29
Tinjauan Perekonomian Menurut PDRB Pengeluaran
persen menjadi 16.174 miliar rupiah. Seluruh komponen pengeluaran pada tahun 2021 ini
mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.
Tabel 3.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Kabupaten Bangka
miliar rupiah), 2017-2021
Komponen Pengeluaran 2017 2018 2019 2020* 2021**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Konsumsi Rumah Tangga 8 428 9 260 10 036 10 043 10 497
2. Konsumsi LNPRT 80 86 96 96 101
3. Konsumsi Pemerintah 1 204 1 259 1 338 1 306 1 357
4. PMTB 2 987 3 306 3 632 3 384 3 627
5. Perubahan Inventori 82 87 100 10 24
6. Net Ekspor Barang dan Jasa 27 - 687 -1 437 - 905 568
.id
PDRB 12 808 13 311 13 765 13 934 16 174
go
Keterangan: *Angka sementara **Angka sangat sementara
s.
Selain dinilai atas dasar harga berlaku, PDRB menurut pengeluaran juga dinilai atas
bp
dasar harga konstan 2010 (ADHK 2010). Melalui pendekatan penghitungan atas dasar
b.
harga konstan, PDRB pada masing-masing tahun dapat memberikan gambaran tentang
ka
perubahan PDRB secara volume atau secara kuantitas saja (tanpa ada pengaruh perubahan
a
gk
ekonomi secara riil, utamanya berkaitan dengan peningkatan volume konsumsi akhir.
//b
Selama kurun waktu 2017 hingga 2019, hampir seluruh komponen pengeluaran akhir PDRB
s:
ADHK juga menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Nilai PDRB ADHK Kabupaten
tp
Bangka pada tahun 2017 adalah sebesar 9.355 miliar rupiah, meningkat menjadi 10.059
ht
miliar rupiah pada tahun 2019. Namun, pola perekonomian yang selalu meningkat ini harus
berbalik pada tahun 2020. Pandemi Covid-19 yang mulai terjadi pada awal 2020 memberikan
dampak penurunan ekonomi. Secara riil, PDRB ADHK menunjukkan penurunan pada
semua komponen pengeluaran. Pandemi Covid-19 ini secara langsung mempengaruhi
pola interaksi masyarakat dari sisi sosial maupun ekonomi. Sama halnya dengan PDRB
ADHB, dampak pandemi mulai berkurang pada tahun 2021 dimana nilai PDRB ADHK juga
mengalami peningkatan dari 9.987 miliar rupiah pada tahun 2020 menjadi 10.734 miliar
rupiah pada tahun 2021.
30
Tinjauan Perekonomian Menurut PDRB Pengeluaran
Tabel 3.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran Kabupaten
Bangka (miliar rupiah), 2017-2021
Komponen Pengeluaran 2017 2018 2019 2020* 2021**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Konsumsi Rumah Tangga 5 532 5 859 6 079 6 031 6 204
2. Konsumsi LNPRT 52 56 61 60 62
3. Konsumsi Pemerintah 828 840 869 824 847
4. PMTB 1 885 1 998 2 114 1 964 2 069
5. Perubahan Inventori 66 75 94 13 25
6. Net Ekspor Barang dan Jasa 992 950 842 1 095 1 527
PDRB 9 355 9 778 10 059 9 987 10 734
Keterangan: *Angka sementara **Angka sangat sementara
.id
Gambar 3.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan PDRB Atas Dasar Harga
go
Konstan (ADHK 2010=100) Menurut PengeluaranKabupaten Bangka
s.
(miliar rupiah), 2017-2021
bp
b.
a ka
gk
an
//b
s:
tp
ht
Pada tabel 3.3 terlihat bahwa selama periode 2017-2021, produk barang dan jasa
yang dihasilkan sebagian besar masih untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir rumah
tangga (rata-rata di atas 60 persen). Pada tahun 2017, peranan konsumsi rumah tangga
terhadap pembentukan PDRB sebesar 65,81 persen, meningkat hingga mencapai 72,08
persen pada tahun 2020. Namun pada tahun 2021, peranan komponen konsumsi rumah
tangga menurun menjadi 64,90 persen. Kondisi ini didorong oleh tingginya peningkatan
komponen ekspor barang dan jasa pada tahun 2021 yang lebih tinggi dibandingkan
peningkatan komponen konsumsi rumah tangga. Selain peranan konsumsi rumah tangga,
peranan investasi (PMTB) terhadap pembentukan PDRB juga relatif besar dengan kontribusi
sekitar 22-26 persen. Sementara itu, kontribusi konsumsi akhir pemerintah berada pada
31
Tinjauan Perekonomian Menurut PDRB Pengeluaran
kisaran 8-9 persen. Hal ini menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam menyerap produk
domestik tidak terlalu besar, masih berada di bawah kontribusi konsumsi rumah tangga dan
PMTB.
Tabel 3.3 Distribusi PDRB ADHB Menurut Pengeluaran Kabupaten Bangka (persen),
2017-2021
Komponen Pengeluaran 2017 2018 2019 2020* 2021**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Konsumsi Rumah Tangga 65,81 69,57 72,91 72,08 64,90
2. Konsumsi LNPRT 0,62 0,64 0,70 0,69 0,63
3. Konsumsi Pemerintah 9,40 9,46 9,72 9,37 8,39
4. PMTB 23,32 24,84 26,38 24,28 22,42
5. Perubahan Inventori 0,64 0,65 0,73 0,07 0,15
.id
6. Net Ekspor Barang dan Jasa 0,21 -5,16 -10,44 -6,49 3,51
go
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
s.
Keterangan: *Angka sementara **Angka sangat sementara
bp
Sementara itu, komponen yang peranannya paling kecil adalah konsumsi LNPRT,
b.
dimana konstribusinya terhadap total PDRB Kabupaten Bangka masih di bawah 1 persen,
ka
yaitu berkisar antara 0,62 persen sampai dengan 0,70 persen selama kurun waktu 2017-
a
gk
2021. Menilik kinerja perdagangan antar wilayah di Kabupaten Bangka, pada tahun 2021 ini
an
tercatat mulai mengalami perbaikan. Neraca perdagangan Kabupaten Bangka pada tahun
//b
2018-2020 mengalami defisit, hal ini menunjukkan bahwa nilai impor lebih tinggi dari nilai
s:
ekspor. Namun pada tahun 2021, neraca perdagangan Kabupaten Bangka mencatat nilai
tp
yang surplus. Dengan kata lain, proporsi ekspor pada tahun 2021 lebih tinggi dibandingkan
ht
impor.
Tabel 3.4 Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran Kabupaten Bangka
(persen), 2017-2021
Komponen Pengeluaran 2017 2018 2019 2020* 2021**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Konsumsi Rumah Tangga 5,57 5,91 3,76 -0,80 2,88
2. Konsumsi LNPRT 7,53 6,53 9,28 -0,82 3,07
3. Konsumsi Pemerintah 6,26 1,42 3,43 -5,10 2,67
4. PMTB 6,82 5,98 5,79 -7,06 5,34
5. Perubahan Inventori - - - - -
6. Net Ekspor Barang dan Jasa - - - - -
PDRB 5,04 4,52 2,87 -0,71 7,48
Keterangan: *Angka sementara **Angka sangat sementara
Agregat makro lainnya yang diturunkan dari data PDRB adalah pertumbuhan riil PDRB
atau lebih dikenal dengan pertumbuhan ekonomi (economic growth), yang menggambarkan
32
Tinjauan Perekonomian Menurut PDRB Pengeluaran
kinerja pembangunan di bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan kinerja
simultan seluruh pelaku ekonomi, baik pemerintah, rumah tangga, pengusaha, dan pihak
luar negeri yang terkait dari sisi ekspor dan impor. Selama tahun 2017-2020, pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Bangka cenderung menunjukkan penurunan. Dampak pandemi
Covid-19 juga terlihat dari pertumbuhan total PDRB tahun 2020 yang bernilai negatif.
Kontraksi ekonomi pada masa pandemi ini dirasakan oleh semua komponen, baik dari
konsumsi akhir, investasi fisik maupun interaksi antar wilayah. Pertumbuhan ekonomi yang
terjadi pada tahun 2020 adalah sebesar -0,71 persen dan merupakan pertumbuhan terendah
selama lima tahun terakhir. Kemudian perekonomian pada tahun 2021 mulai bangkit
dan menunjukkan peningkatan, yaitu mengalami pertumbuhan sebesar 7,48 persen.
Pemulihan ekonomi yang terjadi di setiap komponen setelah terdampak pandemi Covid-19
menyebabkan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bangka. Selain itu,
.id
kinerja komponen ekspor yang cukup baik pada tahun ini juga mendorong pertumbuhan
go
yang terjadi cukup pesat dibandingkan tahun 2020.
s.
bp
Dampak pandemi saat ini mulai berkurang pengaruhnya terhadap pertumbuhan
b.
ekonomi dimana total PDRB pada tahun 2021 di Kabupaten Bangka kembali bernilai positif.
ka
Kontraksi ekonomi selama tahun 2020 dirasakan oleh semua komponen pengeluaran, baik
a
konsumsi akhir, investasi fisik maupun interaksi antar wilayah. Pada tahun 2021, semua
gk
belum normal kembali seperti tahun-tahun sebelum pandemi Covid-19 melanda, kecuali
//b
komponen ekspor memiliki kinerja yang paling tinggi pada tahun 2021
s:
Tabel 3.5 Laju Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Bangka (persen),
tp
2017-2021
ht
33
Tinjauan Perekonomian Menurut PDRB Pengeluaran
mengurangi tingkat kesejahteraan rakyat.
Gambar 3.2 Laju Pertumbuhan PDRB dan Laju Indeks Implisit Menurut Pengeluaran
Kabupaten Bangka (persen), 2017-2021
.id
go
s.
bp
b.
a ka
gk
an
//b
diukur dengan laju indeks implisit. Indeks implisit pada PDRB menurut pengeluaran
merupakan perbandingan antara komponen-komponen PDRB atas dasar harga berlaku
dengan harga konstan 2010. Laju indeks implisit PDRB yang terjadi pada sisi konsumen,
baik konsumen akhir (rumah tangga, LNPRT, dan pemerintahan) maupun konsumen lainnya
(perusahaan dan luar negeri) selama tahun 2017-2021 memiliki nilai yang berfluktuatif setiap
tahunnya. Nilai laju implisit positif menunjukkan terjadinya peningkatan harga, begitu juga
sebaliknya. Pada tahun 2021, nilai laju indeks implisit Kabupaten Bangka sebesar 8,01 persen,
yang merupakan nilai laju implisit tertinggi selama kurun waktu 2017-2021. Tingginya laju
implisit pada tahun 2021 menunjukkan adanya peningkatan harga yang cukup tinggi.
Sementara itu, nilai laju implisit terendah terjadi pada tahun 2018 yaitu sebesar -0,51 persen.
34
Tinjauan Perekonomian Menurut PDRB Pengeluaran
3.2 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA
.id
lima tahun, komponen rumah yangga menurut ADHB hanya meningkat tipis, sedangkan
go
menurut ADHK komponen ini bahkan mengalami penurunan. Setelah setahun melewati
s.
masa pandemi, masyarakat sudah mulai dapat beradaptasi. Konsumsi barang dan jasa mulai
bp
menunjukkan peningkatan kembali dengan adanya kelonggaran kebijakan pemerintaah
b.
terkait mobilitas penduduk.
a ka
Perilaku konsumsi ditentukan oleh dua hal, yaitu pendapatan per kapita rill dan
gk
akan diikuti oleh perubahan konsumsi. Tambahan pendapatan yang digunakan untuk
//b
Tabel 3.6 menunjukkan bahwa porsi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap
PDRB selama kurun waktu tahun 2017-2020 mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Meskipun proporsi pada tahun 2021 menurun, namun kontribusinya terhadap PDRB tetap
lebih dari separuh total konsumsi akhir. Pada tahun 2017 porsi pengeluaran konsumsi rumah
tangga sebesar 65,81 persen dan meningkat menjadi 72,08 persen pada tahun 2020. Pada
tahun 2021 proporsi pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah sebesar 64,90 persen.
Nilai komponen konsumsi rumah tangga pada tahun 2021 ini adalah sebesar 10.497 miliar
rupiah, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2017 yang sebesar 8.428 miliar rupiah.
35
Tinjauan Perekonomian Menurut PDRB Pengeluaran
Tabel 3.6 Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga
Kabupaten Bangka, 2017-2021
Uraian 2017 2018 2019 2020* 2021**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Konsumsi Rumah Tangga (RT)
a. ADHB (miliar rupiah) 8 428 9 260 10 036 10 043 10 497
b. ADHK 2010 (miliar rupiah) 5 532 5 859 6 079 6 031 6 204
Proporsi Terhadap PDRB
65,81 69,57 72,91 72,08 64.90
( % ADHB)
Rata-Rata Konsumsi per Rumah Tangga/
Tahun (ribu rupiah)
a. ADHB 101 842 109 639 116 459 114 280 124 412
b. ADHK 2010 66 847 69 371 70 542 68 627 73 531
Rata-Rata Konsumsi Perkapita/
.id
Tahun (ribu rupiah)
go
a. ADHB 25 988 27 993 30 517 30 858 31 818
b. ADHK 2010 17 058 17 712 18 485 18 531 18 805
s.
Pertumbuhan (%)
a. Konsumsi RT 6,59
bp 5,57 5,91 3,76 -0,80
b.
b. Konsumsi per-RT 3,32 3,78 1,69 -2,71 7,15
ka
Secara umum, rata-rata konsumsi per rumah tangga terus meningkat dari tahun ke
ht
tahun, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2010 selama kurun
waktu lima tahun terakhir. Secara nominal, setiap rumah tangga di Kabupaten Bangka
selama periode tahun 2017-2019 mengalami peningkatan pengeluaran setiap tahunnya.
Pada tahun 2017 setiap rumah tangga menghabiskan dana sekitar 101,84 juta rupiah untuk
membiayai konsumsi baik dalam bentuk makanan maupun bukan makanan. Pengeluaran
ini terus meningkat setiap tahunnya hingga mencapai 116,46 juta rupiah pada tahun 2019.
Pada tahun 2020, konsumsi rata-rata rumah tangga tercatat mengalami penurunan menjadi
114,28 juta rupiah dan kembali meningkat pada tahun 2021 menjadi 124,41 juta rupiah.
Peningkatan rata-rata konsumsi rumah tangga ini didukung dengan mulai dilonggarkan
pembatasan sosial yang mendorong masyarakat untuk mulai melakukan kegiatan di
luar rumah seperti bepergian dan melakukan rekreasi dengan tetap mematuhi protokol
kesehatan.
36
Tinjauan Perekonomian Menurut PDRB Pengeluaran
Gambar 3.3 Laju Pertumbuhan dan Peranan Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PDRB
Menurut Pengeluaran Kabupaten Bangka (persen), 2017-2021
.id
go
s.
bp
Keterangan: *Angka sementara **Angka sangat sementara
b.
Berdasarkan harga konstan 2010, komponen konsumsi rumah tangga tahun 2017-
ka
2018 mampu tumbuh masing-masing sebesar 5,57 persen pada tahun 2017 dan 5,91
a
gk
persen pada tahun 2018. Pertumbuhan pada tahun 2018 ini yang merupakan pertumbuhan
an
tertinggi selama lima tahun terakhir. Selanjutnya pada tahun 2019, laju pertumbuhan
//b
konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan sebesar 3,76 persen akibat turunnya harga
s:
komoditas unggulan di Kabupaten Bangka. Kemudian selama tahun 2020, kinerja konsumsi
tp
rumah tangga di masa pandemi tercatat mengalami kontraksi sebesar 0,80 persen. Meskipun
ht
demikian, kinerja konsumsi rumah tangga mulai membaik pada tahun 2021. Salah satu
faktor yang mendorong membaiknya kinerja konsumsi rumah tangga adalah meningkatnya
harga komoditas unggulan di Kabupaten Bangka yang selama ini menjadi tumpuan sumber
pendapatan masyarakat seperti lada, karet dan timah. Kinerja komponen konsumsi rumah
tangga pada tahun kedua pandemi ini tercatat tumbuh sebesar 2,88 persen.
37
Tinjauan Perekonomian Menurut PDRB Pengeluaran
lebih tinggi dari peningkatan jumlah penduduk. Hal ini mengindikasikan terjadi perubahan
tingkat kemakmuran masyarakat, meskipun tidak dapat dijelaskan lebih jauh melalui data
PDRB ini.
.id
itu sendiri, yang bertujuan untuk ikut serta dalam proses pembangunan, khususnya di
go
bidang sosial kemasyarakatan.
s.
Tabel 3.7 Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT Kabupaten Bangka,
bp
2017-2021
b.
ka
Konsumsi LNPRT
an
( % ADHB)
ht
38
Tinjauan Perekonomian Menurut PDRB Pengeluaran
Gambar 3.4 Laju Pertumbuhan dan Peranan Konsumsi LNPRT Terhadap PDRB Menurut
Pengeluaran Kabupaten Bangka (persen), 2017-2021
.id
go
s.
bp
Keterangan: *Angka sementara **Angka sangat sementara
b.
Secara riil, laju pertumbuhan komponen konsumsi LNPRT ini berfluktuatif selama
ka
kurun waktu 2017-2019, berkisar antara 6-9 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun
a
gk
2019, yaitu sebesar 9,28 persen. Peningkatan yang cukup baik pada komponen ini di tahun
an
2019 disebabkan oleh peningkatan aktivitas partai politik pada masa Pemilu serta geliat
//b
mengalami penurunan selama masa pandemi yang mencatat kontraksi laju pertumbuhan
tp
sebesar 0,82 persen pada tahun 2020. Pembatasan sosial pada masa pandemi mengurangi
ht
Salah satu faktor yang mendorong perkembangan ekonomi di suatu wilayah adalah
permintaan pemerintah atas barang dan jasa yang dihasilkan seluruh faktor produksi di suatu
wilayah. Pertumbuhan ekonomi wilayah bisa terjadi karena adanya peningkatan permintaan
39
Tinjauan Perekonomian Menurut PDRB Pengeluaran
pemerintah atas barang dan jasa yang dihasilkan seluruh faktor produksi wilayah tersebut.
Selain itu, komponen pemerintah juga merupakan bagian penting dalam perekonomian
sebagai pembuat kebijakan dan stabilisator di suatu wilayah. Peranan konsumsi pemerintah
dalam perekonomian Kabupaten Bangka serta bagaimana perkembangannya akan
dijelaskan dalam uraian berikut ini.
.id
b. ADHK 2010 (miliar rupiah) 828 840 869 824 847
go
Proporsi Terhadap PDRB
9,40 9,46 9,72 9,37 8,39
s.
( % ADHB)
Keterangan: *Angka sementara **Angka sangat sementara bp
b.
ka
peningkatan, kemudian menurun pada tahun 2020 akibat adanya refocusing anggaran
gk
untuk penanganan pandemi Covid-19. Namun pada tahun 2021, pengeluaran konsumsi
an
konsumsi akhir pemerintah atas dasar harga berlaku sebesar 1.204 miliar rupiah, mengalami
s:
peningkatan setiap tahunnya hingga pada tahun 2019 mencapai 1.338 miliar rupiah.
tp
Konsumsi akhir pemerintah mengalami penurunan menjadi 1.306 miliar rupiah pada tahun
ht
2020 dan meningkat kembali menjadi 1.357 miliar rupiah pada tahun 2021.
Demikian pula halnya dengan konsumsi pemerintah atas dasar harga konstan
yang juga mengalami pola yang sama. Pada tahun 2017, pengeluaran akhir konsumsi
pemerintah adalah sebesar 828 miliar rupiah, meningkat menjadi 869 miliar rupiah pada
tahun 2019. Sementara pada tahun 2020, konsumsi akhir pemerintah atas dasar harga
konstan mengalami penurunan sebagai dampak pandemi Covid-19. Adapun nilai konsumsi
pemerintah atas dasar harga konstan pada tahun 2020 adalah sebesar 824 miliar rupiah.
Selanjutnya pada tahun 2021, nilai konsumsi akhir pemerintah atas dasar harga konstan
meningkat menjadi 847 miliar rupiah. Secara rata-rata, peningkatan konsumsi pemerintah
di Kabupaten Bangka adalah sebesar 1,74 persen pertahun. Hal ini mengindikasikan bahwa
secara riil telah terjadi kenaikan pengeluaran pemerintah dari sisi kuantitas selama kurun
waktu tersebut.
Peranan yang disumbangkan oleh komponen konsumsi pemerintah selama kurun
waktu 2017-2019 juga menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2017 peranan
40
Tinjauan Perekonomian Menurut PDRB Pengeluaran
konsumsi pemerintah terhadap PDRB Kabupaten Bangka adalah sebesar 9,40 persen. Pada
tahun 2019, peranan yang diciptakan komponen ini meningkat hingga mencapai 9,72 persen
terhadap total PDRB Kabupaten Bangka. Namun peranan konsumsi pemerintah mengalami
penurunan pada dua tahun terakhir menjadi sebesar 8,39 persen pada tahun 2021. Pandemi
Covid-19 memberikan tekanan pada konsumsi pemerintah, dimana pemerintah harus
mengatur kebijakan untuk mempertahankan perekonomian masyarakat, tetapi juga harus
aktif dalam upaya pencegahan penularan Covid-19. Pemerintah melakukan refocusing
anggaran untuk penanganan pandemi yang berdampak langsung pada pengeluaran belanja
pemerintah. Refocusing anggaran ditujukan untuk tiga tujuan utama, yaitu kesehatan,
perlindungan sosial bagi masyarakat miskin tidak mampu dan pemberian dukungan bagi
dunia usaha. Untuk mendukung realokasi anggaran dan mencegah penyebaran Covid-19,
pemerintah membuat kebijakan mengurangi kegiatan perjalanan dinas dan paket meeting.
.id
Kegiatan pengadaan barang modal fisik juga mengalami pengurangan untuk realokasi
go
anggaran.
s.
bp
Gambar 3.5 Laju Pertumbuhan dan Peranan Konsumsi Pemerintah Terhadap PDRB
b.
Menurut Pengeluaran Kabupaten Bangka (Persen), 2017-2021
a ka
gk
an
//b
s:
tp
ht
41
Tinjauan Perekonomian Menurut PDRB Pengeluaran
mulai membaiknya kondisi perekonomian pada tahun kedua pandemi, laju pertumbuhan
komponen ini menunjukkan kinerja yang positif kembali, yaitu tumbuh sebesar 2,67 persen.
.id
Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada sajian PDRB menurut
go
pengeluaran lebih menjelaskan tentang bagian dari pendapatan yang direalisasikan menjadi
s.
investasi (fisik). PMTB dapat pula diartikan sebagai gambaran dari berbagai produk barang
bp
dan jasa yang sebagian digunakan sebagai investasi fisik/kapital (selain bagian lain yang
b.
menjadi konsumsi antara, konsumsi akhir, ataupun diekspor). Fungsi kapital adalah sebagai
ka
input tidak langsung (indirect input) di dalam proses produksi pada berbagai lapangan
a
usaha. Kapital dapat berasal dari produksi domestik maupun dari impor.
gk
an
terhadap total PDRB dan menunjukkan peningkatan baik secara nominal maupun riil dari
s:
tahun ke tahun. Pada tahun 2017, nilai PMTB Kabupaten Bangka adalah sebesar 2.987 miliar
tp
rupiah, memberikan peranan sebesar 23,32 persen terhadap PDRB Kabupaten Bangka. Nilai
ht
PMTB ini terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, hingga pada tahun 2019 mencapai
nilai sebesar 3.632 miliar rupiah atau memberikan peranan sebesar 26,38 persen terhadap
total PDRB. PMTB yang berasal dari bangunan merupakan penyumbang yang cukup besar
dalam pembentukan modal tetap bruto yaitu lebih dari setengahnya. Pertumbuhan yang
terjadi pada subkomponen bangunan disebabkan adanya peningkatan pengeluaran dari
pihak pemerintah maupun swasta untuk belanja modal khususnya pembangunan gedung
maupun renovasi gedung dan adanya proyek pembangunan infrastruktur lainnya yang
dianggarkan untuk beberapa tahun (multiyears) di wilayah Kabupaten Bangka. Sementara
pada PMTB yang berasal dari nonbangunan, pertumbuhan diantaranya disebabkan adanya
penambahan mesin dan perlengkapan, alat transportasi, aset tumbuhan dan hewan
yang dibudidaya (cultivated asset). Selanjutnya pada tahun 2020 nilai PMTB mengalami
penurunan peranan menjadi 24,28 persen dengan nilai sebesar 3.384 miliar rupiah. Seiring
dengan mulai membaiknya kondisi perekonomian pada tahun 2021, komponen ini juga
kembali meningkat dengan nominal sebesar 3.627 miliar rupiah dengan peranan sebesar
42
Tinjauan Perekonomian Menurut PDRB Pengeluaran
22,42 persen.
.id
Secara riil, selama tahun 2017-2021 PMTB juga mengalami pertumbuhan yang
go
berfluktuasi setiap tahunnya dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,37 persen pertahun.
s.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2017 sebesar 6,82 persen dan terendah terjadi
bp
pada tahun 2020, yaitu terkontraksi sebesar 7,06 persen. Nilai PMTB secara riil atau yang
b.
dihitung atas dasar harga konstan pada tahun 2017 adalah sebesar 1.885 miliar rupiah.
ka
Sementara nilai PMTB pada tahun 2021 secara riil adalah sebesar 2.069 miliar rupiah,
a
gk
mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2020 yang bernilai 1.964 miliar rupiah.
an
//b
s:
tp
ht
43
Tinjauan Perekonomian Menurut PDRB Pengeluaran
Gambar 3.6 Laju Pertumbuhan dan Peranan PMTB Terhadap PDRB Menurut
Pengeluaran Kabupaten Bangka (persen), 2017-2021
Pertumbuhan yang terjadi pada subkomponen bangunan disebabkan oleh adanya
peningkatan pengeluaran pemerintah untuk belanja modal bangunan serta adanya
investasi swasta untuk membangun industri, pembangunan KEK pariwisata, pengadaan
instalasi listrik dan sebagainya selama kurun waktu lima tahun terakhir. Sementara pada
subkomponen nonbangunan, pertumbuhan yang terjadi diantaranya disebabkan dengan
adanya penambahan mesin dan perlengkapan, alat transportasi, aset tumbuhan dan hewan
yang dibudidaya seperti penanaman baru kepala sawit, lada dan karet.
.id
pertanian, pertambangan, industri pengolahan dan sejenisnya. Sedangkan dalam ekonomi
go
mikro, inventori dapat diartikan sebagai persediaan bahan baku, bahan penolong, barang
s.
setengah jadi/barang jadi, suku cadang, barang dalam perjalanan dan sejenisnya. Secara
bp
konsep, yang dimaksud dengan perubahan inventori adalah perubahan dalam bentuk
b.
“persediaan” berbagai barang yang belum digunakan lebih lanjut dalam proses produksi,
ka
konsumsi ataupun investasi (kapital). Perubahan yang dimaksud disini bisa berarti
a
gk
komponen yang hasilnya bisa memiliki 2 (dua) tanda angka, positif atau negatif (disamping
s:
komponen net ekspor antar daerah). Apabila perubahan inventori bertanda positif berarti
tp
terjadi penambahan persediaan barang, sedangkan apabila bertanda negatif berarti terjadi
ht
44
Tinjauan Perekonomian Menurut PDRB Pengeluaran
Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat dianalisis lebih rinci,
perubahan inventori hanya dapat dianalisis dari sisi noninal dan proporsinya saja. Perbedaan
dalam pendekatan dan tata cara estimasi menyebabkan komponen inventori tidak banyak
dikaji lebih dalam. Hal utama yang dapat dilihat dari komponen ini adalah, bahwa proporsi
dalam PDRB pada umumnya mempunyai besaran atau nilai yang berfluktuasi baik dalam
level maupun tandanya (positif atau negatif ).
Selama kurun waktu lima tahun terakhir, nilai perubahan inventori tercatat mengalami
fluktuasi, baik itu atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Pada tahun
2017, nilai perubahan inventori atas dasar harga berlaku adalah sebesar 82 miliar rupiah.
Adapun pada tahun 2021, nilai perubahan inventori Kabupaten Bangka atas dasar harga
berlaku adalah sebesar 24 miliar rupiah.
.id
go
s.
bp
b.
a ka
gk
an
//b
s:
tp
ht
45
Tinjauan Perekonomian Menurut PDRB Pengeluaran
pada tahun 2021 nilainya kembali meningkat menjadi 0,15 persen, yang menunjukkan
kegiatan usaha mulai berjalan kembali sehingga stok bahan baku bertambah.
Peran perdagangan antar wilayah cukup penting dalam perekonomian suatu daerah.
Jenis produksi barang dan jasa yang saling melengkapi dan disparitas harga menjadi faktor
utama munculnya kegiatan transaksi ekspor-impor. Daerah yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan domestiknya secara penuh akan berusaha mendatangkan barang dan jasa dari
daerah/negara lain. Pada sisi lain, daerah yang memproduksi barang dan jasa yang melebihi
kebutuhan domestik juga terdorong untuk memperluas pemasarannya ke luar daerah,
bahkan hingga ke luar negeri.
.id
Seiring perkembangan zaman, maka produksi dan permintaan masyarakat akan
go
barang dan jasa juga semakin meningkat, kemajuan sarana dan prasarana transportasi dan
s.
komunikasi juga memungkinkan distribusi barang dan jasa di kabupaten/kota semakin
berkembang.
bp
b.
ka
Net ekspor antar daerah didefinisikan sebagai ekspor antar daerah dikurangi impor
a
antar daerah. Pada penghitungan ekspor antar daerah tidak tersedia sumber data yang sesuai
gk
dengan konsep dan definisi yang ditentukan. Sumber data yang tersedia selama ini hanya
an
menunjukkan transaksi namun tidak diketahui berapa nilai uang yang terjadi dalam transaksi
//b
tersebut. Keberadaan data dengan kondisi seperti ini menyebabkan penghitungan ekspor
s:
impor antar daerah menjadikan komponen ini diperlakukan sebagai item penyeimbang
tp
(residual), yaitu perbedaan antara total PDRB menurut pengeluaran dengan total PDRB
ht
menurut lapangan usaha. Ketersediaan data yang ada lebih dimanfaatkan sebagai informasi
pendukung.
Tabel 3.11 Perkembangan Net Ekspor Barang dan Jasa Kabupaten Bangka, 2017-2021
Uraian 2017 2018 2019 2020* 2021**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Net Ekspor Barang dan Jasa
a. ADHB (miliar rupiah) 27 - 687 -1 437 - 905 568
b. ADHK 2010 (miliar rupiah) 992 950 842 1 095 1 527
Proporsi Terhadap PDRB
0,21 -5,16 -10,44 -6,49 3,51
(% ADHB)
Keterangan: *Angka sementara **Angka sangat sementara
Komponen ini secara implisit mencakup dua unsur pokok yaitu ekspor antar daerah
dan impor antar daerah. Sama halnya dengan perubahan inventori, net ekspor antar daerah
juga hasilnya dapat memiliki 2 (dua) angka, positif atau negatif. Jika komponen ini bertanda
46
Tinjauan Perekonomian Menurut PDRB Pengeluaran
positif berarti nilai ekspor antar daerah lebih besar daripada impor antar daerah, demikian
pula sebaliknya.
Pada tahun 2017, net ekspor Kabupaten Bangka bernilai positif, yang artinya nilai
ekspor antar daerah lebih besar dibandingkan impor antar daerah. Namun selanjutnya pada
tahun 2018-2020, nilai net ekspor Kabupaten Bangka bernilai negatif, yang berarti bahwa
nilai ekspor antar daerah lebih kecil dibandingkan impor antar daerah. Salah satu komoditas
ekspor andalan dari Kabupaten Bangka adalah logam timah dan komoditas perkebunan.
Pada masa pandemi Covid-19, aktivitas ekspor mengalami penurunan yang disebabkan
adanya lockdown pada daerah tujuan ekspor sehingga kegiatan ekspor sempat terhenti pada
awal-awal masa pandemi. Fluktuasi pertumbuhan ekspor impor ini juga sangan dipengaruhi
oleh tingkat harga internasional dan kondisi perekonomian global. Namun pada tahun 2021,
.id
net ekspor barang dan jasa di Kabupaten Bangka menujukkan nilai yang positif kembali
go
dengan nilai net ekspor surplus 568 miliar rupiah. Kinerja ekspor yang tercatat cukup baik
pada tahun 2021 didorong oleh tingginya harga komoditas unggulan seperti timah, lada
s.
bp
b.
a ka
gk
an
//b
s:
tp
ht
47
ht
tp
s:
//b
an
gk
aka
b.
bp
s.
go
.id
ht
tp
s:
//b
an
gk
aka
b.
bp
s.
go
.id
ht
tp
s:
//b
an
gk
aka
b.
bp
s.
go
.id
BAB IV
PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB
MENURUT PENGELUARAN
KABUPATEN BANGKA, 2017-2021
Dalam analisis sosial ekonomi, penggunaan data PDRB sebagai indikator ekonomi
makro sering dilakukan di tengah keterbatasan informasi yang tersedia. Dari data PDRB
dapat menghasilkan beberapa rasio (perbandingan relatif ) untuk melengkapi analisis yang
ada, seperti disajikan pada uraian berikut ini.
.id
Agregat ini menjelaskan nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di dalam suatu
go
wilayah ekonomi domestik, di mana di dalamnya masih terkandung nilai penyusutan. PDRB
s.
bp
dapat digunakan sebagai ukuran produktivitas karena menjelaskan kemampuan wilayah
dalam menghasilkan produk domestik, yang dihitung melalui 3 (tiga) pendekatan, yaitu
b.
ka
diturunkan beberapa ukuran yang berkaitan dengan PDRB maupun variabel pendukung
//b
lain (seperti rumah tangga dan tenaga kerja). Sebagai contoh, untuk melihat perkembangan
s:
Gambar 4.1 PDRB Perkapita Menurut Pengeluaran Kabupaten Bangka (Ribu Rupiah),
2017-2021
51
Perkembangan Agregat PDRB Menurut Pengeluaran
Perkembangan penduduk yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya
berdampak terhadap perkembangan PDRB perkapita Kabupaten Bangka. PDRB perkapita
selama periode tahun 2017-2021 menunjukkan peningkatan setiap tahun. Secara nominal,
PDRB perkapita pada tahun 2017 sebesar 39,49 juta rupiah dan meningkat menjadi 49,03
juta rupiah pada tahun 2021. Sejalan dengan PDRB perkapita secara nominal, perkembangan
PDRB perkapita secara riil juga menunjukkan peningkatan selama kurun waktu tersebut.
Perkembangan PDRB perkapita secara riil menunjukkan peningkatan dari 28,84 juta rupiah
pada tahun 2017 menjadi 32,54 juta rupiah pada tahun 2021.
Tabel 4.1 Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita Kabupaten Bangka,
2017-2021
Uraian 2017 2018 2019 2020* 2021**
.id
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
go
PDRB (miliar rupiah)
a. ADHB 12 808 13 311 13 765 13 934 16 174
s.
b. ADHK 2010 9 355 9 778
bp 10 059 9 987 10 734
PDRB perkapita (ribu rupiah)
b.
a. ADHB 39 493 40 238 41 858 42 813 49 026
ka
Sumber data jumlah penduduk: 2017-2018 (proyeksi SP2010, 2019 (proyeksi SUPAS 2015),
ht
Pertumbuhan PDRB perkapita selama kurun waktu lima tahun terakhir berfluktuasi
dimana pada tahun 2017-2018 terjadi perlambatan, yaitu dari 2,91 persen pada tahun 2017
menjadi 2,47 persen pada tahun 2018. Kondisi ini didorong oleh melambatnya perekonomian
Kabupaten Bangka pada periode tersebut. Tahun selanjutnya pertumbuhan PDRB perkapita
mengalami peningkatan yaitu tumbuh dengan laju sebesar 3,48 persen. Namun pandemi
Covid-19 menyebabkan PDRB perkapita mengalami perlambatan kembali pada tahun 2020,
dengan laju pertumbuhan sebesar 0,33 persen. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan PDRB
total yang juga mengalami kontraksi pada tahun tersebut.
52
Perkembangan Agregat PDRB Menurut Pengeluaran
4.2 PERBANDINGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA TERHADAP PMTB
Rasio ini merupakan perbandingan antara produk yang digunakan untuk konsumsi
akhir rumah tangga dengan yang digunakan untuk investasi fisik (pembentukan modal
tetap bruto). Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 yang menyajikan perbandingan
konsumsi rumah tangga dengan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dalam kurun
waktu 2017-2021, secara rata-rata rasio yang tercipta diatas 2. Hal ini menunjukkan bahwa
produk yang tersedia (supply) digunakan untuk memenuhi permintaan akhir rumah tangga
sekitar dua kali lebih banyak daripada permintaan untuk investasi fisik (PMTB). Kondisi ini
menunjukkan bahwa Kabupaten Bangka merupakan daerah berkembang dengan tingkat
konsumsi rumah tangga di atas investasi. Selama kurun waktu 2017-2021, perkembangan
rasio cukup stabil di kisaran 2,7-2,9 setiap tahunnya, dimana rasio tertinggi terjadi pada
tahun 2020 sebesar 2,97 dan terendah pada tahun 2019 sebesar 2,76.
.id
go
Tabel 4.2 Perbandingan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Terhadap PMTB
Kabupaten Bangka, 2017-2021
s.
Uraian
bp
2017 2018 2019 2020* 2021**
b.
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
ka
Konsumsi RT (ADHB)
8 428 9 260 10 036 10 043 10 497
a
(miliar rupiah)
gk
PMTB (ADHB)
an
PMTB
tp
Konsumsi akhir merupakan penggunaan berbagai produk barang dan jasa akhir (baik
berasal dari domestik maupun impor) dalam menunjang aktivitas ekonomi. Pelaku konsumsi
akhir meliputi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah. Walaupun ketiga institusi tersebut
mempunyai fungsi yang berbeda dalam sistem ekonomi, tetapi sama-sama membelanjakan
sebagian pendapatannya untuk tujuan konsumsi akhir.
53
Perkembangan Agregat PDRB Menurut Pengeluaran
Tabel 4.3 Proporsi Pengeluaran Konsumsi Akhir Terhadap PDRB Kabupaten Bangka,
2017-2021
.id
Proporsi 0,76 0,80 0,83 0,82 0,74
go
Keterangan: *Angka sementara **Angka sangat sementara
s.
bp
Gambar 4.2 Nilai Konsumsi Akhir (miliar rupiah) dan Peranan Terhadap PDRB Menurut
Pengeluaran Kabupaten Bangka (persen), 2017-2021
b.
a ka
gk
an
//b
s:
tp
ht
Sebagian besar barang dan jasa yang berada di Kabupaten Bangka digunakan untuk
memenuhi permintaan konsumsi akhir (di atas 70 persen). Peningkatan konsumsi akhir
setiap tahunnya dalam kurun waktu 2017-2020 dapat diamati dari peningkatan proporsinya
terhadap PDRB. Pada tahun 2017, proporsi konsumsi akhir Kabupaten Bangka adalah sebesar
75,83 persen, meningkat menjadi 82,14 persen pada tahun 2020. Hal ini menunjukkan
tingginya permintaan akan produk yang dihasilkan untuk memenuhi konsumsi domestik.
Dengan kata lain, produk yang tidak digunakan untuk konsumsi akhir, antara lain untuk
investasi fisik (PMTB) atau untuk diekspor ke luar wilayah Kabupaten Bangka memiliki
peran yang lebih kecil. Pada tahun 2021, proporsi konsumsi akhir menurun menjadi 73,91
persen. Meskipun secara nominal, nilai konsumsi akhir mengalami peningkatan, namun
54
Perkembangan Agregat PDRB Menurut Pengeluaran
peningkatan komponen selain konsumsi akhir, utamanya dari komponen ekspor lebih besar
dibandingkan peningkatan komponen konsumsi akhir.
.id
Tabel 4.4 Neraca Perdagangan Barang dan Jasa Kabupaten Bangka, 2017-2021
go
Uraian 2017 2018 2019 2020* 2021**
s.
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Net Ekspor ADHB
bp
27 -687 -1 437 -905 568
b.
(miliar rupiah)
ka
(miliar rupiah)
an
berlaku dan konstan selalu menunjukkan nilai yang positif. Kemudian pada tahun 2018-
2020 nilai net ekspor bernilai negatif. Hal ini menunjukkan neraca perdagangan barang
dan jasa di Kabupaten Bangka dalam posisi surplus pada tahun 2017. Namun, pada tahun
2018-2020 neraca perdagangan barang dan jasa di Kabupaten Bangka dalam posisi defisit
masing-masing sebesar 687 miliar rupiah pada tahun 2018, defisit 1.437 miliar rupiah pada
tahun 2019 dan defisit sebesar 905 miliar rupiah pada tahun 2020. Hal ini disebabkan pada
periode 2018-2019, ekspor di Kabupaten Bangka mengalami penurunan yang cukup tajam,
terutama ekspor logam timah. Sementara pada tahun 2020, kegiatan ekspor juga mengalami
kendala akibat pandemi Covid-19 yang menyebabkan tersendatnya aktivitas perdagangan
antar wilayah. Selanjutnya pada tahun 2021, dengan didukung oleh aktivitas ekspor yang
meningkat, terutama ekspor komoditas timah dan CPO menyebabkan neraca perdagangan
Kabupaten Bangka mulai menunjukkan perbaikan dengan nilai surplus sebesar 568 miliar
rupiah.
55
Perkembangan Agregat PDRB Menurut Pengeluaran
4.5 INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR)
Kapital diartikan sebagai barang modal fisik yang dibuat oleh manusia dari sumber
daya alam, untuk digunakan secara terus menerus dan berulang dalam proses produksi.
Sementara output adalah besarnya nilai keluaran dari suatu proses ekonomi (produksi) yang
dalam hal ini digambarkan melalui parameter ”nilai tambah”.
.id
antara penambahan kapital terhadap output atau yang diartikan juga bahwa setiap
pertambahan satu unit nilai output (keluaran) akan membutuhkan penambahan kapital
go
sebanyak ”K” unit, dengan formula sebagai berikut:
s.
bp
∆K
b.
I It
ICOR = = =
ka
∆Y ∆Y Yt − Yt −1
a
gk
an
Yt = Output tahun ke t
s:
tp
Pada tabel 4.5 terlihat bahwa selama tahun 2017-2021 besaran ICOR tercatat
berfluktuasi. Pada tahun 2017, ICOR Kabupaten Bangka tercatat sebesar 4,20. Selanjutnya
nilai ICOR pada tahun 2018-2019 mengalami peningkatan menjadi masing-masing sebesar
56
Perkembangan Agregat PDRB Menurut Pengeluaran
4,72 pada 2018 dan 7,39 pada tahun 2019. Namun pada tahun 2020 nilai ICOR tergerus
menjadi -26,90. Hal ini mengindikasikan selama tahun 2020, akibat adanya pandemi Covid-19
telah terjadi stagnansi investasi, bahkan adanya kecenderungan pelepasan barang modal.
Nilai ICOR pada tahun 2021 kembali meningkat menjadi 2,77 persen pada tahun 2021. Nilai
ini menunjukkan bahwa untuk menaikkan output sebesar 1 miliar rupiah, membutuhkan
investasi sebesar 2,77 miliar rupiah. Namun pada kenyataannya, pertambahan output bukan
hanya disebabkan oleh investasi, tetapi juga oleh faktor-faktor lain di luar investasi seperti
pemakaian tenaga kerja, penerapan teknologi dan kemampuan kewiraswastaan. Dengan
demikian untuk melihat peranan investasi terhadap output berdasarkan konsep ICOR, maka
peranan faktor-faktor lain selain investasi diasumsikan konstan (cateris paribus).
.id
go
s.
bp
b.
a ka
gk
an
//b
s:
tp
ht
57
ht
tp
s:
//b
an
gk
aka
b.
bp
s.
go
.id
ht
tp
s:
//b
an
gk
aka
b.
bp
s.
go
.id
ht
tp
s:
//b
an
gk
aka
b.
bp
s.
go
.id
Penutup
BAB V
PENUTUP
.id
LNPRT, pemerintah, dan perusahaan.
go
b. Analisis yang disajikan merupakan analisis sederhana tentang perilaku konsumsi, investasi,
s.
perdagangan luar negeri, dan perdagangan antar daerah. Analisis tersebut didasarkan
bp
pada indikator yang diturunkan dari PDRB pengeluaran. Dengan menambahkan
b.
beberapa indikator sosial demografi, seperti penduduk dan rumah tangga, sehingga
ka
c. Penyajian data dalam publikasi ini dalam bentuk series, yaitu dari tahun 2017-2021. Hal
an
indeks, persentase, rasio, unit, dan sebagainya) sesuai dengan tujuan analisis dan
s:
tp
d. Data dan indikator yang diturunkan dari sajian data PDRB menurut pengeluaran, dapat
dijadikan bahan acuan dalam melakukan pengembangan dan perluasan indikator
ekonomi makro lain seperti pendapatan disposabel, tabungan, serta model ekonomi
sederhana yang saling berkaitan antara seluruh variabel ekonomi dan variabel yang
tersedia. Bahkan secara langsung maupun tidak langsung dapat dikaitkan dengan
tampilan data ekonomi makro lain, seperti PDRB menurut lapangan usaha (industri),
Tabel Input-Output, Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE), dan Neraca Arus Dana.
e. Sebagian data tentang interaksi dengan luar negeri (external account), provinsi lain
ataupun kabupaten/kota secara agregat disajikan di sini, dalam bentuk transaksi ekspor
dan impor. Transaksi eksternal ini menggambarkan seberapa jauh ketergantungan
ekonomi Kabupaten Bangka terhadap ekonomi negara lain (rest of the world), provinsi
lain, maupun kabupaten/kota lainnya.
61
ht
tp
s:
//b
an
gk
aka
b.
bp
s.
go
.id
ht
tp
s:
//b
an
gk
aka
b.
bp
s.
go
.id
ht
tp
s:
//b
an
gk
aka
b.
bp
s.
go
.id
Lampiran
Lampiran 1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bangka Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Pengeluaran (Juta Rupiah), 2017-2021
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 8 428 566 9 260 283 10 036 375 10 042 840 10 497 232
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1 203 795 1 258 673 1 338 459 1 305 762 1 356 624
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 2 986 588 3 305 889 3 631 689 3 383 490 3 627 155
.id
6. Net Ekspor Barang dan Jasa 27 201 - 687 017 -1 436 907 - 904 637 568 371
go
s.
PDRB 12 807 936 13 310 565 13 765 428 13 933 616 16 174 212
Keterangan: *Angka sementara **Angka sangat sementara
bp
b.
a ka
gk
an
//b
s:
tp
ht
65
Lampiran
Lampiran 2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bangka Atas Dasar Harga
Konstan 2010 Menurut Pengeluaran (Juta Rupiah), 2017-2021
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5 532 220 5 859 016 6 079 351 6 030 525 6 204 179
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 828 084 839 880 868 712 824 374 846 407
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 1 885 213 1 997 897 2 113 582 1 964 351 2 069 208
.id
6. Net Ekspor Barang dan Jasa 992 080 950 431 842 385 1 094 621 1 526 467
go
PDRB 9 355 326 9 778 032 10 058 789 9 987 138 10 733 700
s.
Keterangan: *Angka sementara **Angka sangat sementara
bp
b.
a ka
gk
an
//b
s:
tp
ht
66
Lampiran
Lampiran 3. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bangka
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran (Persen), 2017-2021
.id
6. Net Ekspor Barang dan Jasa 0,21 -5,16 -10,44 -6,49 3,51
go
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
s.
Keterangan: *Angka sementara **Angka sangat sementara
bp
b.
a ka
gk
an
//b
s:
tp
ht
67
Lampiran
Lampiran 4. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bangka
Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran (Persen),
2017-2021
5. Perubahan Inventori - - - - -
.id
6. Net Ekspor Barang dan Jasa - - - - -
go
s.
PDRB 5,04 4,52 2,87 -0,71 7,48
Keterangan: *Angka sementara **Angka sangat sementara bp
b.
a ka
gk
an
//b
s:
tp
ht
68
Lampiran
Lampiran 5. Laju Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bangka
Menurut Pengeluaran (Persen), 2017-2021
5. Perubahan Inventori - - - - -
.id
6. Net Ekspor Barang dan Jasa - - - - -
go
PDRB 3,58 -0,57 0,53 1,95 8,01
s.
Keterangan: *Angka sementara **Angka sangat sementara
bp
b.
a ka
gk
an
//b
s:
tp
ht
69
ht
tp
s:
//b
an
gk
aka
b.
bp
s.
go
.id