Anda di halaman 1dari 21

RELEVANSI KONSEP IKHTIAR DALAM AL-QUR’AN DALAM

PELAKSANAAN VAKSINASI COVID-19

Disusun Oleh :

Nur Aisyah

Mahad Aly As’Adiyah Sengkang

Tahun 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tukis ilmiah ini tepat pada
waktunya.

Ucapan terima kasih kepada Gurutta yang telah membimbing saya dalam
mengerjakan karya ilmiah ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan karya ilmiah ini.

Saya menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna,
maka dari itu kritik dan saran sebagai masukan bagi saya kedepan dalam
pembuatan karya sangatlah berarti. Akhir kata saya mengucapkan mohon maaf
apabila ada kata-kata dalam penyampaian yang kurang berkenan, semoga karya
ilmiah ini dapat menambah wawasan pembaca.

Sengkang, 3 September 2021

Nur Aisyah
DAFTAR ISI

SAMPUL...........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG............................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................6
C. TUJUAN MASALAH............................................................................................7
BAB II...............................................................................................................................7
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN...................................................................7
A. KONSEP IKHTIAR DALAM MENGHADAPI WABAH....................................7
IKHTIAR MUSLIM MENGHADAPI COVID-19....................................................9
B. PELAKSANAAN VAKSINASI COVID-19 SEBAGAI BENTUK IKHTIAR. . .12
C. REVALENSI ANTARA TEORI DAN VAKSINASI COVID-19 YANG
MENGAKIBATKAN PRO DAN KONTRA MASYARAKAT..................................16
BAB III............................................................................................................................20
PENUTUP.......................................................................................................................20
A. KESIMPULAN....................................................................................................20
B. SARAN-SARAN.................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................22

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu musibah yang diturunkan Allah yaitu berupa wabah penyakit,
seperti yang sedang dialami oleh seluruh wilayah diberbagai negara di dunia,
termasuk di Indonesia. Semua negara dibuat cemas dan pontang-panting
menghadapi virus corona atau yang bisa disebut Corona Virus Disease 2019
(Covid-19). Dinamakan covid-19 karena virus ini pertama kali mewabah pada
akhir tahun 2019. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kemudian memberi
ketetapan bahwa wabah Covid-19 ini sebagai kondisi pandemi yang telah
mengakibatkan suatu krisis dan berdampak terhadap semua aspek kehidupan
manusia.

Dilansir dari detik.com Bahwa virus ini dikatakan dari makanan tidak sehat
dan hewan unggas yang dalam islam sendiri dilarang (haram) untuk dikonsumsi
seperti tikus, ular, dan kelelawar. Agama islam sudah lama mengajarkan dan
menganjurkan manusia untuk mengkonsumsi makan-makanan yang baik dan
halal. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surah al-baqarah ayat 168 :

‫الش ي ْٰط ۗ ِن ِا َّن ٗه َل ُك ْم‬


َّ ‫ت‬ ُ ‫ض َح ٰلاًل َط ِّي ًب ا َّۖواَل َت َّت ِب ُع ْوا ُخ‬
ِ ‫ط ٰو‬ ِ ْ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها ال َّناسُ ُكلُ ْوا ِممَّا فِى ااْل َر‬
ٌ‫َع ُدوٌّ م ُِّبيْن‬
Artinya” Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat dibumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”

Bapak Quraish shihab dalam bukunya wawasan Al-qur’an Fii Tafsir Maudhu’i
atas berbagai persoalan umat menjelaskan didalam ayat diatas bahwa manusia
harus memilih makanan yang baik. Jika manusia senantiasa mengkonsumsi
makan-makanan yang baik maka kesehatan dan daya tahan tubuhnya pun akan
baik sehingga tidak mudah terkena atau tertular penyakit.

Meskipun sudah tersedia banyak obat dan metode penanganan pasien covid-
19 lonjakan kasus positif dan mortalitas masih tetap terjadi. Upaya penanganan
3M (Memakai masker, Menjaga jarak, dan Mencuci tangan) dinilai kurang cukup
untuk menekan penyebaran virus ini sebab diperlukan sesuatu yang dapat menjaga
kesehatan secara menyeluruh untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi
masyarakat. Indonesia sendiri melakukan langkah antisipasi yang ketat untuk
pencegahan covid-19 dalam bentuk program vaksinasi.

Dalam islam, vaksin adalah salah satu cara kita dalam menjalankan syariat
dalam bentuk ikhtiar dzohir, vaksinasi merupakan upaya penjagaan diri yang
sudah sepatutnya seorang muslim mengikuti anjuran yang sudah ditetapkan
negara dalam upaya penjagaan diri. Semua ini dilakukan sebagai bentuk
pencegahan dan penanggulangan wabah covid-19. Maka berdasarkan latar
belakang ini saya menulis karya ilmiah ini dengan judul revalensi konsep ikhtiar
dalam al-qur’an terhadap vaksinasi covid-19
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana konsep ikhtiar dalam mengahadapi wabah?

2. Bagaimana pelaksanaan vaksinasi covid-19 sebagai bentuk ikhtiar dalam


al-qur’an?
3. Bagaimana revalensi antara teori dan praktek vaksinasi covid-19 yang
mengakibatkan pro dan kontra masyarakat?

C. TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui konsep ikhtiar dalam menghadapi wabah.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan vaksinasi covid-19 sebagai bentuk ikhtiar


sebagaimana yang dijelaskan dalam al-qur’an.
3. Untuk mengetahui revalensi antara teori dan vaksinasi covid-19 yang
mengakibatkan pro dan kontra masyarakat.
BAB II

LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. KONSEP IKHTIAR DALAM MENGHADAPI WABAH

Semua manusia sejatinya mempunyai harapan, kebutuhan, dan cita-cita dalam

hidupnya. Dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan hidupnya tersebut,

Allah memerintahkan kita untuk berusaha. Usaha yang kita lakukan tentulah

dengan tujuan supaya apa yang kita inginkan terwujud dan dimudahkan Allah

dalam mencapainya. Usaha-usaha yang dilakukan manusia dengan sungguh-

sungguh itulah yang disebut dengan ikhtiar.

Manusia merupakan makhluk yang dianugerahi Allah dengan akal dan nalar
untuk berfikir dan menentukan perbuatannya. Manusia melakukan segala tindakan
dan tingkah lakunya atas dasar akal dan kehendaknya sendiri, oleh sebab itu,
manusia dapat dikatakan sebagai makhluk Allah yang bebas dalam beriktiar.
Segala cita-cita, kebutuhan dan harapan manusia akan terwujud apabila manusia
mau berikhtiar. Diam dan tidak melakukan usaha apa-apa hanya akan membuat
manusia kecewa, menyesal, hidup tanpa arti dan tidak menghasilkan apa-apa,
akhirnya kebutuhan dan harapannya tidak akan pernah terwujud. Segala sesuatu
dikatakan sebagai ikhtiar yang baik dan benar serta sesuai ajaran agama islam
apabila ikhtiar yang dilakukan bernilai kebaikan dan manfaat.

Perintah Allah untuk melakukan ikhtiar sudah banyak termaktub dalam Al-
Qur’an, salah satu ayat yang memberi perintah kepada manusia untuk
berikhtiar :
Dalam Q.S. Ar-Ra’d ayat 11 :

‫ظ ْو َن ٗه ِمنْ اَمْ ِر هّٰللا ِ ۗاِنَّ هّٰللا َ اَل ي َُغ ِّي ُر َم ا‬ُ ‫ْن َيدَ ْي ِه َو ِمنْ َخ ْلفِ هٖ َيحْ َف‬ ۢ ٌ ‫َل ٗه م َُع ِّق ٰب‬
ِ ‫ت مِّنْ َبي‬
ْ‫ِب َق ْو ٍم َح ٰ ّتى ي َُغ ِّير ُْوا َما ِبا َ ْنفُسِ ِه ۗ ْم َوا َِذٓا اَ َرادَ هّٰللا ُ ِب َق ْو ٍم س ۤ ُْوءًا َفاَل َم َر َّد َل ٗه َۚو َما َل ُه ْم مِّن‬
ٍ َّ‫ُد ْونِهٖ ِمنْ و‬
‫ال‬

Artinya : “ untuk manusia ada para malaikat yang senantiasa mengikutinya secara
bergantian, di depan dan di belakang, malaikat-malaikat tersebut menjaga manusia
atas perintah dan izin Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib
sesuatu kaum sebelum kaum tersebut mengubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,
Maka tidak ada seorang makhlukpun yang dapat menolaknya; dan sekali-kali
tidak ada pelindung bagi mereka selain Allah”

Dari ayat diatas menjelaskan sekaligus menegaskan kepada kita semua


bahwa apabila kita menginginkan sesuatu seperti rezeki, kesehatan, pasangan
hidup,ilmu pengetahuan, kelulusan, keturunan dan lain-lain, maka kita harus
melakukan suatu usaha yang sungguh-sungguh dan semaksimal mungkin, inilah
yang disebut dengan ikhtiar lahiriah yang nyata. Jadi, apabila seseorang sedang
sakit tidak akan sembuh apabila ia tidak melakukan suatu usaha untuk sembuh,
seperti berobat ke dokter, mencari obatnya, dan lain-lain.

seorang miskin yang ingin kaya tidak akan tercapai apabila hanya berpangku
tangan, tidak melakukan ikhtiar apapun. Seorang yang bodoh tidak akan
mempunyai ilmu pengetahuan apabila tidak mau berusaha untuk mendapatkannya
seperti menempuh pendidikan, membaca buku, dan lain-lain. disinilah arti
pentingnya ikhtiar harus dilakukan dengan benar dan dengan sebaik-baiknya.
Ikhtiar Muslim Menghadapi Covid-19
Sebagai seorang yang beriman dan warga negara yang baik, kita wajib taat dan
mendukung umara (pemerintah) dan ulama sebagai representasi ulil amri
sebagaimana disebutkan dalam QS An-Nisa: ayat 59 :

‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَ ِط ْيعُوا هّٰللا َ َواَ ِط ْيعُوا ال َّرسُوْ َل َواُولِى ااْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ۚ ْم‬
“Wahai orang-orang yang beriman taatlah kepada Allah dan taatlah kepada
Rasul, dan ulil amri di antara kamu…”.

Sebagian ahli tafsir memahami bahwa ulil amri itu adalah perpaduan antara
umara dan ulama. Oleh karena itu, berbagai himbauan pemerintah dan fatwa
ulama sepatutnya harus kita ikuti dan taati dengan penuh kebersamaan dan
kedisiplinan untuk melawan pandemi Covid-19, sepanjang pemerintah dan ulama
tidak menyuruh kepada kemaksiatan. Lebih dari itu, dalam QS. Al-Maidah, ayat
32 disebutkan bahwa siapa yang membunuh satu orang manusia seolah-olah dia
membunuh semuanya. Begitu pula sebaliknya siapa yang menghidupkan seorang
manusia, maka seolah-olah dia menghidupkan seluruhnya. Bahkan, Allah juga
berfirman dalam QS Al-Baqarah, ayat 195:

ۛ ‫َواَل تُ ْلقُوْ ا بِا َ ْي ِد ْي ُك ْم اِلَى التَّ ْهلُ َك ِة‬


“Dan jangan kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan…”.

Dalam konteks pandemi Covid-19, kita perlu berhati-hati dan waspada dalam
menyikapinya, jangan sampai kita ikut menyebarkan virus Corona kepada orang
lain, Berempatilah kepada para dokter dan tenaga medis yang berjuang di garis
terdepan.
IKHTIAR LAHIR (SYARIAT) Ikhtiar ini dikenal dalam Alquran dengan
istilah “sunnatullah”. Sunnatullah adalah ketentuan Allah swt yang mempunyai
hubungan sebab akibat dan tidak dapat dirubah oleh siapa pun juga (QS. Al-
Ahzab: 62). Istilah sunnatullah lebih tepat dipakai dalam Islam dibandingkan
istilah “hukum alam” khususnya ketika kita mengkaji tentang ilmu-ilmu sains
seperti ilmu kedokteran, farmasi, biologi, dan kimia. Dalam konteks ikhtiar
sunnatullah untuk mengatasi penyebaran Covid-19, sungguh banyak himbauan
pemerintah dan para ahli kedokteran yang patut diikuti, seperti membiasakan
prilaku hidup sehat dan bersih.

Dengan hidup sehat dan bersih, virus Corona tidak akan sampai menyentuh
dan menyerang tubuh kita. Kemudian, kita dihimbau untuk membiasakan mencuci
tangan dengan sabun dan air yang mengalir. Ajaran Islam sangat menganjurkan
prilaku hidup sehat dan bersih. Allah swt amat senang terhadap orang-orang yang
suci dan bertobat (QS. Al-Baqarah: 222). Kebersihan itu termasuk sebagian
daripada iman. Oleh karena itu, mari kita jaga kebersihan lingkungan di sekitar
kita, termasuk sekolah, kantor, dan masjid. Upaya sunnatullah juga dilakukan
dengan memperkuat imun tubuh kita seperti berolah raga, memakan makanan
yang halal dan baik /bergizi (QS.al-Baqarah:168), dan istirahat yang cukup.
Kalau imun atau kekebalan tubuh kita baik, maka virus Corona meskipun sudah
masuk ke dalam tubuh kita, virus Corona insya Allah akan dikalahkan oleh
imunitas dan kekebalan tubuh, Ikhtiar sunnatullah berikutnya adalah menghindari
bercampurnya orang yang sehat dengan orang yang sakit terkena virus Corona.
Kemudian, diharapkan juga tidak mudik kampung dari tempat zona merah atau
berpergian ke daerah-daerah yang terkena virus Corona.
Nabi pernah bersabda: “Apabila kamu mendengar berita wabah virus (Thaa’uun)
menjangkiti suatu negeri, maka janganlah kamu pergi ke sana. Tapi jika telah
terjadi wabah virus di suau negeri dan kamu berada di dalamnya, maka janganlah
kamu keluar lari daripadanya. Hadis ini .mengajarkan tentang sistem karantina
dan isolasi agar wabah tidak menyebar ke luar daerah. Bahwa kita dilarang masuk
ke daerah wabah, dan jika kita berada di tempat wabah kita dilarang keluar sampai
virus ditemukan obatnya.

IKHTIAR BATIN. Ikhtiar batin ini (kekuatan iman dan tauhid) dikenal dengan
Inayatullah (memohon pertolongan Allah) dengan cara mengetuk pintu langit.
Ikhtiar inayatullah ini sungguh banyak macamnya. Di antaranya adalah membaca
istighfar, bertobat kepada Allah minimal 100 kali sehari semalam, berzikir,
membaca Alquran, membaca salawat kepada Nabi minilal 100 kali, bersedekah
sesuai dengan kemampuan, dan berdoa kepada Allah swt agar virus Corona cepat
hilang dari muka bumi ini.

Selama musim pandemi Covid-19, banyak doa-doa yang disarankan untuk


dibaca. Ada doa yang bersumber dari Alquran dan Hadis, tapi ada juga dari para
ulama. Semua doa itu, maknanya baik untuk menjauhkan diri dari berbagai
penyakit, bala, dan wabah. Maka kita dianjurkan untuk bertawakkal kepada Allah
swt. Di saat bertawakkal itu sejatinya mengandung makna ikhlas, syukur dan
sabar terhadap apapun yang akan terjadi dengan penyebaran virus Corona.
Apapun yang terjadi maka sejatinya itulah yang namanya takdir, menurut
ahlussunnah waljamaah. Inilah sejatinya yang disebut dengan moderasi beragama.
Walhasil, dalam upaya mengatasi penyebaran pandemik Covid-19, diperlukan
ikhtiar sunnatullah, inayatullah, dan tawakkal ‘alallah.
B. PELAKSANAAN VAKSINASI COVID-19 SEBAGAI BENTUK
IKHTIAR
Dalam ajaran islam menjaga atau memelihara kesehatan (hifzu al-nafs) atas
diri sendiri dan orang lain termasuk salah satu dari lima prinsip pokok (al-
dhoruriyat al-khomsi). Allah SWT berfirman : (QS. Al-baqarah [2]:195)

‫والثلقوا بأيديكم الى التهلكة‬

“dan janganlah menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan” (QS. Al-baqarah


[2]:195)

Menjaga dan memelihara kesehatan, khususnya dalam situasi pandemi covid-


19 seperti saat sekarang ini dengan cara menaati protokoler kesehatan, mencuci
tangan, menjaga jarak ikhtiar yang harus dilakukan. Selain mematuhi prokes 3M
diatas, penting juga bagi kita untuk mematuhi anjuran vaksinasi.

Dalam situasi pandemi covid-19 tak terkendali seperti sekarang ini, vaksinasi
sebagai salah satu tindakan medis, untuk mencegah dari penularan covid-19.
Menjaga kesehatan, yang dalam prakteknya dapat dilakukan melalui upaya
preventif, dapat dilakukan dengan cara vaksinasi. Disinilah sebenarnya mengikuti
program vaksinasi menjadi penting, bahkan bisa menjadi sebuah keharusan.

Dalam kaidah fikih disebutkan;

‫الضر ُر يُزا ُل‬

“Bahaya/Kemudaratan harus dihilangkan”


‫ال َّد ْف ُع أَوْ لَى ِمنَ ال َّر ْف ِع‬

“Mencegah lebih utama dari pada menghilangkan”

‫اأْل َ ْم ُر بِال َّش ْي ِء أَ ْم ٌر بِ َو َسائِلِ ِه‬

“Perintah terhadap sesuatu juga berarti perintah untuk melaksanakan sarananya”

Tentang pentingnya menjaga kesehatan dari serangan wabah dapat kita

baca dari firman Allah subhanahu wa ta’ala ;

ۡ‫ٰۤيـاَيُّهَا الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡوا ُخ ُذ ۡوا ِح ۡذ َر ُكم‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Bersiap siagalah kamu”. (QS. an-nisa :71)

َ ِ‫َواَ ۡسل‬
ۡ‫حتَهُم‬ ۡ‫َو ۡليَ ۡا ُخ ُذ ۡوا ِح ۡذ َرهُم‬

“Dan hendaklah mereka bersiapsiaga dan menyandang senjata mereka”. (QS.An-


nisa:102)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kita agar senantiasa menjaga
imunitas atau kekebalan tubuh dengan cara mengkonsumi kurma Ajwah.

‫ض َّرهُ َذلِكَ ْاليَوْ َم ُس ٌّم َوالَ ِسحْ ٌر‬


ُ َ‫ لَ ْم ي‬،ً‫ت َعجْ َوة‬ َ ‫َم ْن ت‬
ٍ ‫َصبَّ َح بِ َسب ِْع تَ َم َرا‬

“Barangsiapa mengkonsumsi tujuh butir kurma Ajwah pada pagi hari, maka pada
hari itu ia tidak akan terkena racun maupun sihir”. (HR. al-Bukhari & Muslim).
Dalam hadis lain disebutkan,

‫يب َد َوا ُء ال َّدا ِء بَ َرأَ بِإ ِ ْذ ِن هَّللا ِ َع َّز َو َج َّل‬


َ ‫ص‬ِ ُ‫لِ ُكلِّ دَا ٍء د ََوا ٌء فَإ ِ َذا أ‬

“Setiap penyakit ada obatnya. Apabila ditemukan obat yang tepat untuk suatu
penyakit, akan sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah ‘azza wajalla.” (HR
Muslim).

Syaikh Nawawi al-Bantani, ulama Nusantara asal Banten dalam Tafsir Marah
Labib, (1/223-224) menjelaskan:

‫ وهذه‬.‫ عليكم‬.‫وخذوا حذركم أي احترزوا من العدو ما استطعتم لئال يهجموا‬


‫ وبهذا الطريق‬،‫اآلية تدل على وجوب الحذر عن جميع المضار المظنونة‬
‫كان اإلقدام على العالج بالدواء واالحتراز عن الوباء وعن الجلوس تحت‬
‫الجدار المائل واجبا‬

“Bersiapsiagalah kalian. Jagalah diri kalian dari musuh sesuai kemampuan


supaya mereka tidak menyerangmu. Ayat ini menunjukkan kewajiban menjaga
dari seluruh dugaan bahaya. Dengan demikian, terapi pengobatan, menjaga dari
wabah serta tidak duduk dibawah tembok yang akan roboh adalah wajib”.

. Dari sinilah difahami bahwa berobat dengan obat dan menjaga diri dari wabah
penyakit serta menghindari dari duduk-duduk di bawah dinding yang miring
adalah wajib”.
mengingat tindakan pencegahan dengan cara vaksinasi atau berobat secara
umum termasuk hal yang syariatkan dalam Islam, maka orang yang tidak
mempercayai keahlian dokter samahalnya seperti menolak keistimewaan yang
Allah turunkan kepada dokter. Syaikh Sulaiman bin Muhammaad bin Umar
menjelaskan dalam kitab al-Bujairami ala al-Khotib (2/305);

‫خَواصَّ فَ َم ْن أَ ْن َك َرهَا فَهُ َو َكافِ ٌر َو َم ْن‬ َ ‫ض َع فِي أَ ْشيَا َء‬


َ ‫َوقَ ْد ثَبَتَ أَ َّن هَّللا َ َع َّز َو َج َّل َو‬
ُ َ‫ع فَاَل ي ُْلتَف‬
‫ َوإِنَّ َما‬،‫ت إلَى قَوْ لِ ِه‬ ِ ‫طبِّ فَقَ ْد َر َّد َعلَى ْال َو‬
ِ ‫اض ِع َوال َّش‬
ِ ‫ار‬ ِّ ‫ال اَل فَائِ َدةَ بِال‬َ َ‫ق‬
ِّ‫ب نَ ْف ٍع َك َما يَتَ َسبَّبُ فِي َد ْف ِع ْال َحر‬
ِ ‫ض َر ٍر َواجْ تِاَل‬َ ‫طبِّ التَّ َسبُّبُ إلَى َد ْف ِع‬ ِّ ‫ي َُرا ُد بِال‬
‫ق‬ ْ
ِ ‫الرِّز‬ ِ ‫ب ْالبَرْ ِد َوا ْكتِ َسا‬
‫ب‬ ِ ‫َواجْ تِاَل‬

“Dan telah kokoh (kebenaran) bahwa Allah Azza wajalla menciptakan beberapa
keistimewaan dalam beberapa hal, dan barangsiapa yang mengingkarinya maka ia
bisa menjadi kafir. Dan orang yang mengatakan bahwa (dunia) kedokteran tidak
memiliki faidah, maka ia telah menolak Pencipta dan Pembuat syariat (Allah),
maka perkataannya tidak perlu dihiraukan. Sesungguhnya yang dicapai dari
(dunia) kedokteran adalah kausalitas (hukum sebab-akibat) guna mencegah
terjadinya kerusakan serta memperoleh kemanfaatan, sebagaimana kausalitas
(cara sebab-akibat) yang ditempuh untuk (misalnya) menghindari suhu panas dan
mendapatkan suhu dingin serta memperoleh rizki”

dapat bisa disimpulkan, bahwa menjaga atau memelihara kesehatan,dan


mencegah diri dari penularan Covid-19 dengan cara vaksinasi atau cara lain yang
sesuai ketentuan syariah termasuk perbuatan yang dibenarkan dalam islam.
C. REVALENSI ANTARA TEORI DAN VAKSINASI COVID-19 YANG
MENGAKIBATKAN PRO DAN KONTRA MASYARAKAT

Badan pengawasan obat dan makanan (BPOM) RI, telah mengeluarkan izin
darurat penggunaan vaksin. Namun pro dan kontra masyarakat juga msih terjadi.
Padahal sosialisasi serta edukasi tentang program vaksinasi covid-19 yang telah
dilakukan pemerintah terus di sebarluaskan. Meski demikian banyaknya
masyarakat yang khawatir akan efektivitas dan simpang siuran pemeberitaan yang
terjadi di media sosial salah satunya adalah kematian yang belum terbukti
kebenarannya. Selain rumor mengenai kematian, banyak isu yang tersebar di
masyarakat bahwa vaksin menyebabkan efek vaksin yang sangat berbahaya.

Pemerintah menghimbau kepada masyarakat untuk lebih bisa memilih serta


menyaring kevalidan terkait vaksin covid-19, guna menghindari konflik dan
gejolak di masyarakat.

Fatwa MUI dan Ormas Islam tentang pelaksanaan ibadah di rumah, karena
situasi darurat pandemi Covid 19 ini hendaklah dipatuhi dan direspons secara
positif. Sebab, fatwa ini bertujuan untuk mencapai kemaslahatan dan keselamatan.
Adapun jika ada sebagian umat Islam yang menyatakan pandangan berbeda
dengan fatwa tersebut, maka hal itu dapat dipandang sebagai sesuatu yang wajar,
mengingat persoalannya termasuk masalah fiqih ikhtilaf, ditambah situasi di
daerah yang berbeda-beda.

Karenanya perdebatan panjang dengan mengemukakan argumen dan dalil yang


sarat saling menyalahkan dan memaksakan pendapat bukanlah hal yang terpuji
dan tepat untuk dilakukan, apalagi di saat seperti ini. Karena hal itu hanya akan
memancing emosi, kekecewaan dan kebencian saja, bahkan menyulut permusuhan
yang dapat merusak hubungan persaudaraan di antara umat Islam.
Oleh karena itu, dalam perbedaan ini, setiap mukmin hendaklah menebarkan
energi positif, saling-menolong, membela, saling menghormati dan menghargai.
Selain berikhtiar dan doa yang terbaik, penting juga kita mentadaburi QS al-
Jumu'ah ayat 8.

ِ ‫قُلْ اِ َّن ْال َموْ تَ الَّ ِذيْ تَفِرُّ وْ نَ ِم ْنهُ فَاِنَّهٗ ُم ٰلقِ ْي ُك ْم ثُ َّم تُ َر ُّدوْ نَ اِ ٰلى عَالِ ِم ْال َغ ْي‬
‫ب َوال َّشهَا َد ِة‬
ࣖ َ‫فَيُنَبِّئُ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُوْ ن‬

Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti


menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang
mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan.”

Bahwa yang namanya kematian, kemana pun manusia berlari, berlindung dan
bersembunyi, maut akan tetap menjumpainya, baik di rumah, di pasar, di masjid,
dan di mana pun. Dan bekal utama yang wajib kita jaga dalam situasi apapun pun
adalah iman kepada Allah dan beramal saleh. Karena itulah yang menjadi bekal
keselamatan sesungguhnya.

Dalam menghadapi berbagai kesulitan, termasuk fitnah akhir zaman ini, seorang
ilmuwan Muslim, Ibn Sina juga pernah mengatakan, "Kepanikan adalah separuh
penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah permulaan
kesembuhan." Akhirnya, kita berusaha untuk meneladani Rasulullah SAW dalam
menghadapi pandemi ini. Melakukan perlindungan yang terbaik dan saling
berdoa, semoga semua selamat dari bahaya segala penyakit, khususnya wabah
corona saat ini. Dan semoga badai wabah ini segera berlalu, dlm keadaan kita
sehat wal'afiat.
Adapun alasan-alasan yang memperkuat vaksinasi covid-19 adalah ;

Pertama, kesiapan di vaksin adalah wujud kepercayaan kepada pemerintah


karena pemerintah adalah entitas yang paling berdasar untuk percaya dalam
sistem bernegara, karena pemerintah dikelilingi oleh berbagai sistem kontrol.
Kalau pemerintah salah langkah dalam berikhtiar, sungguh banyak konsekuensi
yang akan dihadapinya, yaitu ancaman rusaknya masa depan bangsa dan
tersendatnya cita-cita bernegara yang semuanya akan ‘record’ kesalahan yang
tidak pernah terhapus.

Kedua, siap di vaksin karena dalam tubuh manusia sudah mengalir darah yang
bercampur dengan bahan vaksin sejak kecil, lengan dan paha menyisakan bekas
tidak terhapus dari beberapa vaksinasi.

Ketiga, vaksin pandemi adalah produk dengan status ‘Halal’, sebelum misalnya
dikeluarkan fatwa MUI. Selalu ada ruang toleransi yang diberikan oleh agama
untuk menentukan status hukum situasi kehidupan yang dianggap darurat.apalagi
vaksin covid-19 saat sekarang ini, kebutuhannya sudah pada level super-darurat,
maka demi kemashalatan kehidupan kita di anjurkan untuk melakukan vaksinasi
covid-19.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas, dapat ditarik kesimpulan yaitu :
1. dalam menghadapi wabah penyakit corona ini adalah dengan melakukan
ikhtiar yang sebaik-baiknya, ikhtiar tersebut meliputi ikhtiar jasmani dan ikhtiar
rohani. ikhtiar jasmani yang sudah terapkan antara lain mencuci tangan dengan
rajin, membatasi aktivitas di luar rumah, memakai masker ketika bepergian,
menjaga jarak dengan orang lain dan juga selalu menerapkan etika batuk dan
bersin.
2. mencegah diri dari penularan Covid-19 dengan cara vaksinasi atau cara
lain yang sesuai ketentuan syariah termasuk perbuatan yang dibenarkan dalam
islam.
3. Teori dan praktek vaksinasi covid-19 sangatlah berpengaruh penting bagi
masyarakat untuk mendapatkan sumber infomasi yang akurat dan dapat dipercaya.

B. SARAN-SARAN
1. Hendaklah kita selaku umat muslim mengikuti anjuran pemerintah untuk
mengurangi penularan wabah pandemi covid-19 dengan melaksanakan aturan
yang telah di tetapkan oleh pemerintah.
2. Hendaklah kita menjaga diri dan memperbanyak ibadah kepada Allah
SWT, agar kiranya pandemi covid-19 ini segera berlalu
3. Hendaknya kita sebagai umat muslim selalu menjaga kesehatan, baik
kesehatan jasmani maupun kesehatan rohani kita, supaya dapat beribadah dan
beraktivitas dengan sehat dan kuat. Tubuh yang sehat adalah investasi yang paling
utama bagi manusia untuk beraktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Said, Badiuzzaman. 2014. Al-Mu’jizat Al-Qur’aniyyah. Tangerang Selatan:


Risalah Nur Press.

Tharhuni, Muhammad. 2013. Al-ahadits Ats-Tsabitah fi Fadhaili Suwari wa Ayati


Al-Qur’ani. Solo: PT. Aqwam Media Profertika.

Atsari, Muslim. 2014. Islam Agama Sempurna. Jakarta: Nazar Sunnah.

Direktorat pendidikan dan pembinaan agama islam. “Jadikan ikhtiarmu sebagai


senjata kebaikan”, https://dppai.uii.ac.id/jadikan-ikhtiarmu-sebagai-senjata-
kebaikan/

Amin nurridla, S.Pd.I. ”Vaksin dan doa sebagai ikhtiar menghadapi covid-19”,
https://kemahasiswaan.uii.ac.id/vaksin-dan-doa-sebagai-ikhtiar-menghadapi-
covid-19/

Tim komunikasi komite penanganan corona virus disease 2019 (covid-19) dan
pemulihan ekonomi nasional. “Fatwa MUI bentuk ikhtiar mewujudkan kekebalan
komunitas”, https://covid19.go.id/p/vaksin/fatwa-mui-bentuk-ikhtiar-
mewujudkan-kekebalan-komunitas

Gitiarko Vincentius. “Upaya dan kebijakan pemerintah indonesia menangani


pandemi covid-19”, https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/upaya-
dan-kebijakan-pemerintah-indonesia-menangani-pandemi-covid-19 ssssssssss

Anda mungkin juga menyukai