Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KETERAMPILAN BERBAHASA

Di susun oleh :
Kelompok 1

 Kasih Pirman Waruwu


(210520008)
 Femi fembrianti Luaha
(-)
 Mita Hutasoit
(210520014)
 Okta Margaretha Br Siregar
(-)
 Yusnia Zalukhu
(-)
 Arnadini Hulu
(-)
 Cindy Marito Habeahan
(-)
 Sapnia Wahyu ramadani Damanik
(-)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan salah satu cabang ilmu dalam ranah
pendidikan, baik dari mulai tingkat SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah
Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas) bahkan sampai
tingkat Perguruan Tinggi. Dimana Bahasa Indonesia memiliki
kedudukan sangat penting didalamnya. Dengan Bahasa Indonesia
sebagai kalangan terpelajar kita diarahkan untuk selalu bersikap
ilmiah. Selain itu, Bahasa Indonesia menjadi bagian penting dalam
terciptanya suatu karya ilmiah karena didalamnya banyak
menjelaskan aturan-aturan, sistematika-sistematika dan kaidah-
kaidah penulisannya.
Adapun dalam perencanaan dan pelaksanaan terkait mata kuliah
Bahasa Indonesia, dalam diskusi yang telah berlangsung selama 4
(empat) pertemuan yang lalu telah dibahas mengenai Keterampilan
Berbahasa yang meliputi: Keterampilan Membaca, Keterampilan
Menyimak, Keterampilan Berbicara dan Keterampilan Menulis.
Dimana dalam diskusi tersebut mahasiswa dan mahasiswi harus
mampu memberikan solusi dari masalah-masalah yang telah
ditentukan sebelumnya.

B. Rumusan Masalah
Adpun rumusan masalah yang akan penulis paparkan yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berbahasa?
2. Apa yang dimaksud dengan menyimak dan berbicara?
3. Apa yang dimaksud dengan mnyimak dan membaca?
4. Apa yang dimaksud dengan berbicara dan membaca?
5. Apa yang dimaksud dengan ekspresi lisan dan ekspresi tulis?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan penulis yaitu agar pembaca mengerti
ataupun mengetahui keterampilan berbahasa yang baik dan benar
yang meliputi keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan
mengaktualisasikan keterampilan ekspresi lisan dan ekspresi tulis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keterampilan Berbahasa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keterampilan adalah
kecakapan untuk menyelesaikan tugas dan Bahasa adalah kecakapan
seorang untuk memakai Bahasa dalam menulis, membaca, menyimak
atau berbicara.Keterampilan Berbahasa merupakan hal yang penting
bagi seorang pelajar khususnya, karena dengan menguasai
keterampilan berbahasa seseorang akan lebih mudah dalam
menangkap pelajaran dan memahami suatu maksud. Tarigan (1990:
351) membagi keterampilan berbahasa meliputi empat aspek.
Empat aspek tersebut, yaitu :
a. Keterampulan Menyimak
b. Keterampilan Berbicara
c. Keterampilan Membaca
d. Keterampilan Menulis
Setiap ketrampilan itu erat sekali hubungannya dengan ketrampilan
lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh
ketrampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan
urutan yang terakhir: mula-mula pada masa kecil kita belajar
menyimak bahasa kemudian berbicara; sesudah itu kita membaca
dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum
memasuki sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari
disekolah. Keempat ketrampilan tersebut pada dasarnya merupakan
satu kesatuan yang disebut caturtunggal.
Selanjutnya, setiap ketrampilan itu erat pula hubungannya dengan
proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang
mencerminkan pikirannya. Semakin trampil seseorang berbahasa,
semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Ketrampilan hanya
dapat diperoleh dan dikuasai denga jalan praktik dan banyak latihan.
Melatih ketrampilan berbahasa berarti pula melatih ketrampilan
berpikir (Dawson {et all}, 1963; Tarigan, 1985b:1).

Adapun keterampilan berbahasa itu sendiri meliputi:


1. Menyimak dan Berbicara
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Menyimak adalah
Mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau
dibaca orang. Sedangkan berbicara berkata, bercakap, berbahasa.
Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua secara
langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face to face
communication (Brooks, 1964:134).
Antara berbicara dan menyimak terdapat hubungan yang erat
hubungan ini terdapat pada hal-hal berikut:
a) Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru
(imitasi). Oleh karena itu, model atau contoh yang disimak serta
direkam oleh sang anak sangat penting dalam penguasaan serta
kecakapan berbicara.
b) Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak
biasanya ditentukan oleh perangsang (stimuli) yang ditemuinya
(misalnya, kehidupan desa dan kota) dan kata-kata yang paling
banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam penyampaian
gagasan-gagasannya.
c) Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan
dalam masyarakat tempatnya hidup. Hal ini terlihat dalam ucapan,
intonasi, kosa kata, penggunaankata-kata pola-pola kalimatnya.
d) Anak yang masih kecil lebih dapat memahami kalimat-kalimat
yang jauh lebih panjang dan rumit ketimbang kaimat-kalimat yang
dapat diucapkannya.
e) Meningkatnya keterampilan menyimak berarti pula membantu
meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
f) Bunyi suara merupakan suatu faktor penting dalampeningkatan
cara pemakaian kata-kata sang anak. Oleh karena itu, sang anak
akan tergolong kalau dia mendengar serta menyimak ujaran-ujaran
yang baik dan benar dari para guru, rekaman-rekaman yang
bermutu, cerita-cerita yang bernilai tinggi, dan lain-lain.
g) Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (visual aids) akan
menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak
penyimak. Umumnya sang anak mempergunakan bahasa yang
didengar serta disimaknya (Dawson [et all], 1963: 29; Tarigan 1985:2).
Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai hubungan
serta persamaan dan perbedaan antara yang menyimak dan berbicara
yaitu:

 Langsung
Apresiatif
Reseptif
Fungsional
 Tatap muka
 Dua arah
 Langsung
Produktif
Berbicara
Ekspresif

2. Menyimak dan membaca


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca adalah melihat
serta memahami isi dari apa yang tertulis, mengeja atau melafalkan
apa yang tertulis. Menyimak dan membaca mempunyai persamaan,
kedua-duanya bersifat receftif, bersifat menerima (Brooks, 1964: 134),
perbedaannya menyimak menerima informasi dari sumber lisan,
sedangkan membaca menerima informasi dari kegiatan menulis.
Agar mendapat gambaran yang lebih jelas, perhatikan bagan berikut
ini.
Menyimak
Lisan (hasil kegiatan berbicara)
Membaca
Reseptif (menerima informasi dari sumber)
Tulisan (hasil kegiatan menulis)
Keterampilan menyimak juga merupakan faktor penting bagi
keberhasilan seseorang dalam belajar membaca secara efektif.
Penelitian para pakar atau ahli telah memperlihatkan beberapa
hubungan antara membaca dan menyimak, sebagai beikut.
a) Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca disampaikan
oleh sang guru melalui bahasa lisan, dan kemampuan sang anak
untuk menyimak denga pemahaman sangat penting sekali.
b) Menyimak merupakan cara atau metode utama bagi peajaran lisan
(verbalized learning), selama tahun-tahun permulaan sekolah. Perlu
dicatat misalnya bahwa anak yang cacat dalam membaca haruslah
meneruskan pelajarannya dikelas yang lebih tinggi dengan lebih
banyak menyimak daripada membaca.
c) Walaupun menyiimak pemahaman (listening komprehension) lebih
unggul dari pada membaca pemahaman (reading komprehension)
anak-anak sering gagal memahaminya, dan tetep menyimpan,
memakai menguasai sejumlah pakta yang mereka dengar atau
mereka simak.
d) Oleh karene itu, para siswa membutuhkan bimbingan dalam
belajar menyimak lebih efektif dan lebih tertutup lagi agar, hasil
pengajaran itu lebih baik.
e) Kosa kata simak (listening vocabulary) yang sangat terbatas
mempunyai kaitan dengan kesukaran-kesukaran dalam belajara
membaca secara baik.
f) Bagi para siswa yang lebih besar atau yang ebih tinggi kelasnya
korelasi antara kosa kata baca dan kosa kata simak (reading
vocabulary dan lestening vocabulary) memang sangat tinggi mungkin
80 % atau lebih.
g) Pembeda-bedaan atau diskriminasi pendengaran yang jelek sering
kali dihubungkan dengan membaca yang tidak efektif dan mungkin
suatu faktor pendukung atau faktor tambahan dalam
ketidakmampuan membaca (poor reading).
h) Menyimak turut membantu sang anak untuk menaggap ide pokok
atau gagasan utama yang diajuka oleh sang pembaca.
Tujuan menyimak dan membaca (ANDERSON,1072: 76-7)
Tujuan menyimak Kegiatan membaca
1.) Untuk membedakan dan menemukan unsur-unsur fonetik dan
struktur kata lisan 1.) Mempergunakan cuplikan-cuplikan yang
mengandung kata-kata yang bersajak.
2.) Untuk memperkenalkan bunyi-bunyi, kata-kata, atau ide-ide baru
kepada penyimak. 2.) Membaca nyaring, langsung, atau buatan.
Dalam hal ini rekaman dapat digunakan.
3.) Menyimak secara terperinci agar dapat menginterpretasikan ide
pokok dan menanggapinya secara tepat. 3.) Sesudah menyimak,
menunjukan ide pokok beserta detail-detail yang terpancar darinya.
4.) Menyimak ide utama yang dinyatakan dalam kalimat topic atau
kalimat penunjuk. 4.) Memahami kalimat penunjuk itu terjadi dalam
posisi yang beraneka ragam.

3. Berbicara dan Membaca


Berbicara ialah bentuk komunikasi dengan menggunakan media
bahasa, berbicara merupakan proses penuangan gagasan dalam
bentuk ujaran- ujaran. Beberapa proyek penelitian telah
memperlihatkan adanya hubungan yang erat antara perkembangan
kecakapan berbahasa lisan dan kesiapan membaca. Telaah-telaah
tersebut memperlihatkan bahwa kemampuan-kemampuan umum
berbahasa lisan turut melengkapi suatu latar belakang pengalaman
yang menguntungkan serta keterampilan bagi pelajaran membaca.
Kemampuan tersebut mencakup ujaran yang jelas dan lancar, kosa
kata yang luas dan beraneka ragam, penggunaan kalimat-kalimat
lengkap dan sempurna bila diperlukan, pembedaan-pembedaan
pendengaran yang tepat, dan kemampuan mengikuti serta
menelusuri perkembangan suatu cerita. Selain itu juga,
menghubungkan aneka kejadian dalam urutan yang wajar.
Aneka hubungan antara bidang kegiatan lisan dan membaca telah
dapat kita ketahui dalam beberapa telaah penelitian, antara lain:
a) Pemforma atau penampilan membaca berbeda sekali dengan
kecakapan berbahasa lisan.
b) Pola-pola ujaran orang yang tunaaksara atau buta huruf mungkin
sekali mengganggupelajaran membaca bagi anak-anak.
c) Jika pada tahun-tahun permulaan sekolah, ujaran membentuk
suatu dasar bagi pelajaran membaca, membaca bagi anak-anak yang
lebih tinggi kelasnya turut membantu meningkatkan Bahasa lisan
mereka, misalnya: kesadaran linguistik mereka terhadap kata-kata
baru atau istilah-istilah baru, struktur kalimat yang baik dan efektif,
serta penggunaan kata-kata yang tepat.
d) Kosa kata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan
secara langsung. Andai kata muncul kata-kata baru dalam buku
bacaan siswa, hendaklah sang guru mendiskusikan dengan siswa
agar mereka memahami maknanya sebelum mereka memahami
maknanya sebelum mereka mulai membacanya (Dawson [et all],
1963: 30; Tarigan, 1985b: 4).
4. Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Ekspresi merupakan
pengungkapan atau proses menyatakan maksud dan gagasan
perasaan. Kemudian kata lisan diartikan sebagai lidah, kata-kata
yang diucapkan dan berkenaan dengan kata yg diungkapkan. Serta
kata tulis merupakan huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat
(digurat dan sebagainya) dengan pena(pensil,cat dan sebagainya).
Jadi dapat diketahui bahwa ekspresi lisan adalah pengungkapan yang
di implementasikan melalui perkataan maupun ungkapan secara
langsung. Kemudian ekspresi tulis adalah pengungkapan yang di
implementasikan melalui mediumisasi huruf ataupun angka (tulisan).
Pada dasarnya komunikasi lisan dan komunikasi tulis erat sekali
hubungannya karena keduanya mempunyai banyak kesejajaran
bahkan kesamaan, antara lain:
a) Sang anak belajar berbicara jauh sebelum dia dapat menulis,
sedangkan kosa kata, pola-pola kalimat, serta organisasi ide-ide yang
memberi ciri kepada ujarannya merupakan dasar bagi ekspresi tulis
berikutnya.
b) Sang anak yang telah dapat menulis dengan lancar, biasanya dapat
pula menuliskan pengalaman-pengalaman pertamanya secara tepat
tanpa didahului diskusi lisan. Akan tetapi, dia masih perlu
membicarakan ide-ide rumit yang diperolehnya dari tangan kedua.
Bila seorang anak harus menulis suau uraian, menjelaskan suatu
nproses ataupun melaporkan suatu kejadian sejarah (yang secara
pribadi belum pernah dialaminya), maka dia mengambil pelajaran
dari suatu diskusi kelompok pendahuluan. Dengan demikian, dia
dapat mempercerah pikirannya, mengisi kekosongan, memperbaiki
inpersi atau kesan-kesan yang keliru, serta mengatur ide-idenya
sebelum dia menulis sesuatu.
c) Aneka perbedaan pun terdapat antara komunikasi lisan dan
komunikasi tulis. Ekspresi lisan cenderung kea rah kurang
berstruktur, lebih sering berubah-ubah, tidak tetapi, tetapi biasanya
lebih kacau serta membingungkan ketimbang ekspresi tulis.
Sebaliknya, komunikasi tulis cenderung lebih unggul dalam isi
pikiran maupun struktur kalimat, lebih formal dalam gaya Bahasa,
dan jauh lebih teratur dalam penyajian ide-ide.sang penulis biasanya
telah memikirkan dalam setiap kalimat sebelum ia menulis
naskahnya.
d) Membuat catatan serta merakit bagan atau kerangka ide-ide yang
akan disampaikan pada suatu pembicaraan akan menolong para
siswa untuk mengutarakan ide-ide tersebut kepada para
pendengaran. Para siswa harus banyak latihan berbicara dan belajar
berbicara dan belajar berbicara yang bersumber dari catatan-catatan.
Hal itu dilakukan dilakukan agara penyajiannya jangan terputus-
putus dan tertegun-tegun.
Demikianlah, para guru Bahasa haruslah melihat instruksi atau
pengajarannya dalam konteks yang tepat dan wajar. Sang guru harus
melihat bahwa pengajaran menyimak, berbicara, dan menulis itu
haruslah saling berhubungan serta berkaitan erat dengan
keterampilan berbahasa yang keempat, yaitu membaca. Memang
pada dasarnya harus selalu mengingat dan menyadari “learning is an
intregated thing”. (Dawson [et all], 1963: 30-2; Tarigan, 1985b: 5-6).
Menyimak dan membaca berhubungan erat sebagai alat untuk
menerima komunikasi. Berbicara dan menulis berhubungan erat
dalam hal mengekspresikan makna. Seorang mahasiswa membuat
catatan ketika dia menyimak atau membaca. Seorang pembicara
menafsirkan rspons pendengar terhadap suaranya sendiri. Dalam
percakapan, jelas terlihat bahwa berbicara dan menyimak hamper-
hampir merupakan proses yang sama (Anderson, 1972: 3).
Adapun gambaran yang lebih jelas mengenai keempat jenis
keterampilan berbahasa tersebut serta hubungannya satu dan
lainnya yaitu sebagai berikut:
Langsung apresiatif reseptif fungsional menyimak Komunikasi tatap
muka berbicara Langsung produktif ekspresif
Keterampilan berbahasa
Tidak langsung produktif ekspresif Menulis Komunikasi tidak tatap
muka Membaca Tidak langsung apresiatif reseptif fungsional
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengaktualisasikan
keterampilan Bahasa yaitu antara lain:
A. Keterampilan Membaca
1) Pemahaman
2) Penguasaan kosa kata
3) Konsentrasi
4) Menentukan inti
5) Rendah kecepatan dalm membaca
6) Gerak bibir
7) Posisi dalam membaca
8) Motivasi
B. Keterampilan Berbicara
1) Kepercayaan diri
2) Penyampaian ketika berbicara
3) Penguasaan materi
4. Situasi dan kondisi
5) Topic/ materi
6) Penampilan
7) Diksi/ pengetahuan bahasa
8) Pengetahuan
C. Keterampilan Menyimak
1) Konsentrasi
2) Pemahaman
3) Cepat lupa/ daya ingat
4) Situasi dan kondisi
5) Bahasa dan kosakata
6) Mendengar
7) Motivasi
8) Jenis-jenis menyimak
Menurut Dawson dalam Tarigan, jenis menyimak dapat
diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu menyimak ekstensif dan
menyimak intensif.
D. Keterampilan Menulis
1) Motivasi
2) Tidak terbiasa dalam menulis
3) Kecepatan
4) Tidak berbicara
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Keterampilan
Berbahasa merupakan hal yang penting bagi seorang pelajar
khususnya, karena dengan menguasai keterampilan berbahasa
seseorang akan lebih mudah dalam menangkap pelajaran dan
memahami suatu maksud. Keterampilan berbahasa meliputi
beberapa aspek, yaitu:
1. Keterampulan menyimak
2. Keterampilan berbicara
3. Keterampilan membaca
4. Keterampilan menulis
5. Keterampilan ekspresi lisan dan ekspresi tulis
DAFTAR PUSTAKA
Anderson: Paul S.: 1972. Language Skill in Elementary Education.
New York: Macmillan Publishing Co., Inc.
Brooks; Nelson: 1964. Language and Language Learning. New York:
Harceurt, Brace and World, Inc.
Dawson; Mildred A. (et.al.): 1963. Guiding Language Learning. New
York: Harcourt. Brace & World, Inc.
Tarigan; HenryGuntur 1978a: LinguistikKontrasif, Bandung: FKSS-
IKIP
Tarigan; HenryGuntur 2008: Membaca Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai