infeksi HIV
pada bayi dan anak
WHO, 2013
Kasus Infeksi HIV
Kemenkes 2017
40000
35000 33448
5000 3545
901 1729
425
0
0-4 years 5-14 years 15-19 20-24 25-49 >=50
years years years years Kemenkes, 2017
Kasus HIV Anak baru di Indonesia
(2010-2016 trimester 1)
Jumlah Kasus HIV
1600
1388
1400
1200 1133
1075
1000
795 789 749
800
600
400
239
200
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016*
Setelah
Intrauterin Saat Persalinan
melahirkan (ASI)
5-10% 10-20% 5-20%
< 2%
ARV ibu ARV ibu ARV bayi
Pilihan persalinan aman Susu formula
Laboratorium
ada gejala
Lambat: infeksi
• Uji virologis (PCR
oportunistik (candidiasis, RNA/DNA HIV)
diare, tuberkulosis,
parasit, pneumonia,
sepsis, dll), malnutrisi
berat, gagal tumbuh, Usia > 18 bulan
keterlambatan • Antibodi HIV
perkembangan
Manifestasi Klinis
• Prolonged fever
Sistemik
• Limfadenopati
• Mikrosefali
Perkembangan
• Keterlambatan perkembangan
Manifestasi Klinis
• Tuberkulosis
Paru • Pneumonia (bakterial, virus, P. jirovecii)
• Diare kronik
Gastrointestinal
• Kandidiasis
• Candidiasis oral
• Tuberkulosis
• Diare kronik
• Malnutrisi ringan-berat
Laboratorium
• Metoda penegakan diagnosis infeksi HIV pada anak
berdasarkan pemeriksaan laboratorium dibagi
menjadi 2 kelompok:
– Imunologik
• Deteksi respon antibody terhadap HIV-1
– Virologik
• Deteksi materi genetik HIV-1 atau komponen
virus.
• Semua uji laboratorium yang digunakan untuk
mendiagnosis infeksi HIV-1 harus terkonfirmasi.
HIV DNA PCR
• Suatu teknik kualitatif sensitif yang digunakan untuk
mendeteksi secara spesifik DNA virus HIV pada sel
mononukleus darah perifer pasien (peripheral blood
mononuclear cells = PBMCs).
• Sensitivitas uji HIV DNA PCR tunggal yang dilakukan
pada usia <48 jam adalah di bawah 40%, tapi akan
meningkat sampai lebih dari 90% pada usia2–4
minggu.
• HIV DNA PCR dapat digunakan untuk early infant
diagnosis.
PCR HIV RNA
• Teknik pemeriksaan RNA-HIV kuantitatif yang
mendeteksi adanya RNA virus HIV
ekstraselular dalam plasma
• Sensitivitas 25%–40% selama minggu pertama
kehidupan, meningkat hingga 90%–100% pada
usia 2–3 bulan.
• PCR HIV RNA dapat digunakan sebagai uji
konfirmasi dan pemantauan keberhasilan ART.
Serologi/antibodi HIV
ALUR DIAGNOSIS
Usia > 18 bulan
ALUR DIAGNOSIS
INFEKSI HIV PADA ANAK
Uji PCR RNA/DNA HIV
Anak memenuhi persyaratan
Anak tidak Anak masih
diagnosis presumptif HIV (*)
mendapatkan ASI: mendapatkan ASI:
Anak tidak terinfeksi Anak masih berisiko
HIV terinfeksi HIV
Ya: Tidak:
Anak diduga kuat Evaluasi klinis setiap
Ulang uji serologis > 6 terinfeksi HIV bulan.
minggu setelah tidak
mendapatkan ASI
Tata laksana infeksi oportunistik Bila anak memenuhi
Rujuk ke pusat layanan HIV untuk persyaratan
pengobatan ARV diagnosis presumptif,
Ulang pemeriksaan antibodi pada usia tata laksana sesuai
> 18 bulan anak terinfeksi HIV
(*) Diagnosis presumptif HIV dapat ditegakkan apabila:
1. Terdeteksi antibodi HIV pada bayi DAN
2a. Bayi simptomatik dengan dua atau lebih penyakit di bawah ini: Bila tidak memenuhi
- Oral thrush
persyaratan
- Pneumonia berat
diagnosis presumptif,
- Sepsis berat
ATAU ulangi uji
2b. Bayi menderita penyakit yang mengindikasikan sudah terjadi AIDS yaitu stadium klinis 4
serologis/antibodi
(WHO) seperti pneumonia pneumocystis, meningitis kriptokokkus, malnutrisi atau wasting
berat, sarkoma Kaposi, tuberkulosis ektrapulmonal. HIV pada usia 18
Penemuan lain yang mendukung diagnosis infeksi HIV pada bayi dengan serologi HIV positif antara lain: bulan
- Kematian ibu yang berhubungan dengan infeksi HIV.
- Ibu menderita infeksi HIV stadium lanjut
- CD4 bayi kurang dari 20%
Diagnosis
• Voluntary counseling and testing (VCT)
• Provider initiated testing and counseling
(PITC)/Tes HIV atas Inisiatif Pemberi Pelayanan
Kesehatan dan Konseling (TIPK)
Stadium Klinis 1
Asimtomatik
Limfadenopati generalisata persisten
Stadium Klinis 2
Hepatomegali persisten yang tidak jelas penyebabnya
Erupsi pruritik papular
Infeksi jamur pada kuku
Angular cheilitis
Lineal gingival erythema
Infeksi virus wart luas
Molluscum contagiosum luas
Sariawan berulang (2 atau lebih dalam 6 bulan)
Pembesaran parotis persisten yang tidak jelas penyebabnya
Herpes zoster
Infeksi saluran napas atas berulang atau kronik (otitis media, otorrhea,
sinusitis, tonsilitis)
Stadium Klinis WHO HIV pada bayi dan anak
Stadium Klinis 3
Malnutrisi sedang atau wasting yang tidak jelas penyebabnya dan tidak berespons
terhadap terapi standar
Diare persisten (14 hari atau lebih)
Demam persisten yang tidak jelas penyebabnya (>37.6℃, hilang timbul atau
konstan >1 bulan) Unexplained p
Kandidiasis oral persisten (di luar masa 6-8 minggu pertama kehidupan)
Oral hairy leukoplakia
Ginggivitis atau stomatitis ulseratif nekrotikans akut
TB kelenjar
TB paru
Pneumonia bakteri berat berulang
Pneumonia interstitial limfoid simtomatik
Penyakit paru terkait HIV kronik, termasuk bronkiektasis
Anemia (<8 g/dL), neutropenia (<0,5x109/L), dan trombositopenia kronik
(<50x109/L) yang tidak jelas penyebabnya
Stadium Klinis WHO HIV pada bayi dan anak
Stadium Klinis 4
Malnutrisi, wasting dan stunting berat yang tidak dapat dijelaskan dan tidak berespons terhadap terapi
standar
Pneumonitis karena Pneumocystis jirovecii (PCP)
Infeksi bakterial berat yang berulang (misalnya empiema, piomiositis, infeksi tulang dan sendi, meningitis,
kecuali pneumonia)
Chronic herpes simplex infection infection (orolabial or cutaneous >1 month,or visceral at any site)
TB ekstra paru
Sarkoma Kaposi
Kandidiasis esofagus (atau trakea, bronkus, atau paru)
Infeksi sitomegalovirus (CMV), retinitis atau infeksi CMV pada organ lain, dengan onset umur > 1bulan
Toksoplasmosis susunan saraf pusat (umur > 1 bulan)
Kriptokokosis ekstrapulmonar termasuk meningitis
Ensefalopati HIV
Mikosis endemik diseminata (histoplasmosis, coccidiomycosis)
Kriptosporidiosis kronik (dengan diare)
Isosporiasis kronik
Infeksi mikobakteria non-tuberkulosis diseminata
Limfoma sel B non-Hodgkin atau limfoma serebri
Progressive multifocal leucoencephalopathy
Kardiomiopati atau nefropati karena HIV
Klasifikasi WHO untuk imunodefisiensi terkait HIV
pada bayi dan anak