Anda di halaman 1dari 21

Dosen Pengampu: Rafika Rosyda, M.Kep.

Kelompok 3
 Agil Adhitia Gunawan 2006704
 Enden Nursalsa Dilla 2006373
 Fairuz Winstar Taufic 2007737
 Fathan Muammar 2005608
 Megasari 2009747
 Siti Wahyuni 2007522
 Sri Wahyuni 2007041
 Regina Nur Fadzrin 2009958
 Definisi Penyakit Cor Pulmonale
 Etiologi Cor Pulmonale
 Manifestasi Klinis Cor Pulmonale
 Patofisiologi Cor Pulmonale
 Pemeriksaan Penunjang Cor Pulmonale
 Penatalaksanaan Cor Pulmonale
 Asuhan Keperawatan Cor Pulmonale
Definisi Penyakit Cor Pulmonale

Hipertropi/dilatasi ventrikel kanan akibat hipertensi pulmonal


yang disebabkan karena penyakit parenkim paru dan atau
pembuluh darah paru yang tidak berhubungan dengan gagal
jantung kiri.

Cor pulmonal akut adalah peregangan/pembebanan akibat


hipertensi pulmonal akut, sering disebabkan karena emboli paru
masif.

Cor pulmonal kronik disebabkan karena hipertropi/dilatasi


ventrikel kanan akibat hipertensi pulmonal yang berhubungan
dengan kelainan paru (80 – 90% PPOK).
Eiologi Cor Pulmonale
Manifestasi Klinis Cor Pulmonale

Cor pulmonale tidak menunjukkan gejala pada tahap-tahap awal. Sehingga


seringkali penyakit ini baru terdeteksi ketika sudah memasuki tahap lebih
lanjut. Akibatnya, penyakit menjadi lebih sulit ditangani. Gejala pertama dari
penyakit ini adalah napas menjadi lebih pendek dari biasanya. Ketika
kondisinya mulai memburuk, gejala tetap muncul walaupun ketika pasien
sedang beristirahat. Gejala lain juga mulai berkembang, termasuk detak jantung
yang lebih cepat dari biasanya. Akibatnya, penderita cor pulmonale sering
merasa letih. Pasien juga mengalami gejala yang timbul dari kondisi paru-
parunya. Ini termasuk paru-paru lemah seperti ketika batuk yang kronis dan
kelelahan.
Patofisiologi Cor Pulmonale

Peredaran darah paru memiliki resistensi yang cukup rendah jika dibandingkan
dengan peredaran darah sistemik. Akibatnya, dinding ventrikel kanan juga relatif lebih tipis
dibandingkan dinding ventrikel kiri yang memang secara struktur merupakan adaptasi
untuk memompa darah dengan tekanan yang lebih tinggi.
Apabila terjadi gangguan pada paru, maka terjadi ganguan pada proses oksigenasi.
Kadar oksigen yang rendah pada alveoli akan memicu terjadinya vasokontriksi pada
pembuluh darah. Hipoksia yang terjadi secara kronik juga akan menyebabkan terjadinya
proliferasi otot polos pada vaskular paru (remodelling). Akibatnya, resistensi sirkulasi darah
paru meningkat, sehingga tekanannya juga menigkat.
Lanjutan......

Tekanan vaskular paru yang meningkat akan menyebabkan ventrikel kanan jantung
mengalami kesulitan memompa darah ke sirkulasi darah paru. Ventrikel kanan jantung akan
beradaptasi melalui perubahan struktur, seperti hipertrofi dan dilatasi. Peningkatan kerja
jantung sebelah kanan juga menyebabkan kebutuhan oksigennya meningkat, sehingga
rentan terjadi iskemia. Lama-kelamaan, jika beban kerja jantung sudah melebihi kapasitas
adaptasi ventrikel kanan, terjadilah gagal jantung sisi kanan.
Pemeriksaan Penunjang Cor Pulmonale

o Pemeriksaan Radiologi
Batang pulmonal dan hilus membesar. Perluasan hilus dapat dinilai dariperbandingan jarak antara permulaan
percabangan arteri pulmonalis utama kanan dan kiri dibagi dengan diameter transversal torak. Perbandingan
>0,36 menunjukkan hipertensi pulmonal.
o Ekokardiografi
Memungkinkan pengukuran ketebalan dinding ventrikel kanan, meskipun perubahan volume tidak dapat
diukur, teknik ini dapat memperlihatkan pembesaran kavitas ventrikel kanan dalam yang menggambarkan
adanya pembesaran ventrikel kiri. Septum interventrikel dapat bergeser ke kiri.
o Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Berguna untuk mengukur massa ventrikel kanan, ketebalan dinding, volume kavitas dan fraksi ejeksi.
o Biopsi Paru
Untuk menunjukkan vaskulitis pada beberapa tipe penyakit vaskuler paru seperti penyakit vaskuler kolagen,
artritis reumatoid dan wagener granulomatosis.
Lanjutan......
Pemeriksaan fisik, didapatkan:
1. JVP meningkat dikaitkan dengan adanya respon gagal jantung kanan dan
hipertropi ventrikel kanan sendiri, ketika terjadi hipertropi ventrikel kanan dan
akhirnya gagal jantung kanan, maka vena jugularis juga ikut menunjang
kompensasi sehingga tekanan atau venous jugularis pulse mengalami
peningkatan.
2. Hepatomegali dikatkan dengan adanya desakan dari arah ventrikel kanan jantung
yang mendesak ruang diafragma dan hepar sehingga ketika dilakukan
pemeriksaan, yaitu palpasi dan perkusi hepar ditemukan adanya hepatomegali.
3. Pemeriksaan jantung, didapatkan:
Peningkatan bunyi komponen pulmoner merupakan tanda hipertensi pulmoner.
Tekanan arteri pulmoner sangat tinggi akan terjadi regurgitasi di katup trikuspid
ditandai dengan bunyi murmur sistolik.
Penatalaksanaan Cor Pulmonale

Secara umum penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Pada klien dengan penyakit asal COPD dapat diberikan 02 untuk memperbaiki pertukaran gas dan menurunkan
tekanan arteri pulmonal dan tahanan vaskular pulmonal.
2. Bronkhial higine, diberikan obat golongan bronkodilator (ini adalah obat yang membantu mengendurkan otot di
paru-paru untuk membantu pasien bernapas secara normal. Mereka juga membantu memperluas saluran udara).
3. Jika terdapat gejala gagal jantung,maka harus memperbaiki kondisi hipoksemia dan hiperkapnea.
4. Bedrest dan pemberian diuretik (ini bekerja dengan meningkatkan jumlah air dan garam dalam urin. Ini
membantu karena terlalu banyak garam dapat menyebabkan cairan menumpuk di pembuluh darah. Oleh karena
itu, lebih banyak darah bisa mengalir melalui arteri).
Asuhan Keperawatan Cor Pulmonale

Pengkajian
1. Identitas Pasien
Untuk orang dewasa, kasus yang paling sering ditemukan
adalah pada lansia karena sering didapati dengan kebiasaan
merokok dan terpapar polusi. Untuk kasus anak anak,
umumnya terjadi kor pulmonal akibat obstruksi saluran
napas atas seperti hipertrofi tonsil dan adenoid.
2. Jenis pekerjaan yang dapat menjadi resiko terjadinya kor
pulmonal
Lingkungan yang dekat daerah perindustrian, dan kondisi
rumah yang kurang memenuhi persyaratan runmah yang
sehat. Contohnya ventilasi rumah yang kurang baik,
3. Riwayat Sakit dan Kesehatan
Keluhan utama : Pasien dengan kor pulmonal sering
mengeluh sesak, nyeri dada
4. Riwayat penyakit saat ini : Pada pasien kor pulmonal,
biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, sesak,
nyeri dada, batuk yang tidak produktif. Perlu juga
ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan
yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhan tersebut. Penyebab kelemahan fisik setelah
melakukan aktifitas ringan sampai berat.
Riwayat penyakit dahulu : Klien dengan kor pulmonal biasanya
memilki riwayat penyakit seperti penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK), fibrosis paru, fibrosis pleura, hipertensi
pulmonal.
5. Diagnosa Keperawatan

 Gangguan pertukaran gas b.d. hipoksemia secara


reversible/ menetap, refraktori dan kebocoran
interstisial pulmonal/ alveolar pada status cedera
kapiler paru.
 Ketidakefektifan pola napas b.d. sempitnya lapang
respirasi dan penekanan toraks.
INTERVENSI
Tujuan:
Gangguan pertukaran
01 gas b.d. hipoksemia setelah diberikan asuhan keperawatan selama...... jam,
secara reversible/ diharapkan tingkat oksigen yang adekuat untuk
menetap, refraktori keperluan tubuh dapat dipertahankan.
dan kebocoran
Kriteria Hasil:
interstisial pulmonal/ 1. Klien tidak mengalami sesak napas.
alveolar pada status 2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
cedera kapiler paru. 3. Tidak ada tanda-tanda sianosis.
4. PaO2dan PaCO2 dalam batas normal (PaO2 :80-
100mmHg, PaCO2: 35-45 mmHg)
5. Saturasi O2 dalam rentang normal (SaO2>90%)
Rasional

Intervensi 1. Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan


dan/ atau kronisnya proses penyakit.
1. Pantau frekuensi, kedalaman pernapasan.
2. Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi
Catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir, duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan
tidakmampuan bicara/ berbincang. kolaps jalan nafas, dispnea dan kerja nafas.
2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk 3. Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau

memilih posisi yang mudah untuk bernapas. sentral (terlihat sekitar bibir/ atau daun telinga). Keabu-
abuan dan diagnosis sentral mengindi-kasikan
3. Awasi secara rutin kulit dan warna membrane
beratnya hipoksemia.
mukosa.
4. Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber
4. Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila
utama gangguan pertukaran gas pada jalan nafas kecil.
diindikasikan. Kental, tebal Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.
5. Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran 5. Bunyi nafas mugkin redup karena aliran udara atau
udara dan/ atau bunyi tambahan. area konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan
secret. Krekel basah menyebar menunjukkan cairan
pada intertisial/ dekompensasi jantung
INTERVENSI
Tujuan:

02 Ketidakefektifan pola
Memperbaiki atau mempertahankan pola pernapasan
napas b.d. sempitnya normal dan pasien mencapai fungsi paru-paru yang
lapang respirasi dan maksimal.
penekanan toraks.
Kriteria Hasil:
1. Pasien menunjukkan frekuensi pernapasan yang
efektif.
2. Pasien bebas dari dispnea, sianosis, atau tanda-tanda
lain distress pernapasan
Rasional

Intervensi
1. Memaksimalkan ekspansi paru,menurunkan
kerja pernapasan, dan menurunkan resiko
1. Berikan posisi fowler atau semi fowler aspirasi
2. Ajarkan teknik napas dalam dan atau 2. Membantu meningkatkan difusi gas dan
pernapasan bibir atau pernapasan diafragmatik ekspansi jalan napas kecil, memberika
abdomenbila diindikasikan pasienbeberapa kontrol terhadap pernapasan,
3. Obserfasi TTV (RR atau frekuensi permenit) membantu menurunkan ansietas.
4. Berikan oksigen tambahan yang dilembabkan 3. M e ng e ta h ui ke a de k u a ta n fre k ue n si
jika diperlukan pernapasan dan keefektifan jalan napas.
5. Pantau hasil analisa gas darah atau oksimetri 4. mungkin dibutuhkan selama periode distres
nadi pernapasan atau adanya tanda-tanda hipoksia
5. memantau kefektifan pola napas/terapi
Kesimpulan
Cor Pulmonale adalah pembesaran ventrikel kanan
(hipertrofi dan/atau dilatasi) yang terjadi akibat
kelainan paru. Cor Pulmonale dapat terjadi akut
maupun kronik. Penyebab Cor Pulmonale akut
tersering adalah emboli paru masif (syok/adanya
penyumbatan pada pembuluh darah di paru-paru),
sedangkan Cor Pulmonale kronik sering disebabkan
oleh penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Pada
Cor Pulmonale kronik umumnya terjadi hipertrofi
(penambahan ukuran sel) ventrikel kanan,
sedangkan pada Kor Pulmonal akut terjadi dilatasi
(pembesaran/pengecilan sel) ventrikel kanan.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai