Staphylococcus Aureus DAN Vibrio Cholerae: Universitas Sumatera Utara
Staphylococcus Aureus DAN Vibrio Cholerae: Universitas Sumatera Utara
SKRIPSI
OLEH:
AFIFAH DHIA UNTARI HASIBUAN
NIM 151501245
SKRIPSI
OLEH:
AFIFAH DHIA UNTARI HASIBUAN
NIM 151501245
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa yang telah
Dengan Menggunakan Umbi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam)
cholerae”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., yang
telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada Ibu Dra. Erly Sitompul, M.Si., Apt., dan Dr.
kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian dan penulisan skripsi ini
berlangsung. Bapak Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS., Apt., dan Drs. Suryadi
Achmad, MSc., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
tulus kepada kedua orang tua, Ayahanda Zulhilminil Hasibuan dan Ibunda Elvita
Sari tercinta serta keluarga besar atas doa, dorongan dan pengorbanan baik moril
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat berupa ilmu yang berguna di masa sekarang maupun masa mendatang.
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari
hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri dan bukan plagiat karena kutipan yang
karena kesalahan sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program
Studi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Saya tidak
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan dalam
keadaan sehat.
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEMBUATAN MEDIA PERTUMBUHAN BAKTERI DENGAN
MENGGUNAKAN UMBI UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas (L.) Lam )
TERHADAP BAKTERI Lactobacillus acidophilus, Staphylococcus aureus
DAN Vibrio cholerae
ABSTRAK
Latar Belakang : Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) salah satu bahan
alami yang merupakan sumber karbohidrat dan memiliki nutrisi yang cukup
seperti protein, vitamin dan mineral.
Tujuan : Tujuan dalam penelitian ini untuk pembuatan media pertumbuhan
bakteri dengan menggunakan umbi ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam).
Metode : Metode pada penelitian ini dilakukan pembuatan pati dan tepung.
Proses pembuatan pati dilakukan pemarutan dan pemerasan sedangkan untuk
memperoleh suatu tepung dilakukan proses pengirisan, pengeringan dan
penghancuran ubi ungu. Pembuatan media pati dan tepung masing-masing dengan
konsentrasi 5% (F1), 7,5% (F2) dan 10% (F3), kemudian ditambahkan agar,
serbuk NaCl dan susu. Selanjutnya dilakukan uji secara mikrobiologi
menggunakan bakteri Lactobacillus acidophilus, Staphylococcus aureus dan
Vibrio cholerae dengan metode gores, sebar dan tuang. Pembanding yang
digunakan yaitu media Nutrient agar, selanjutnya dilakukan pengamatan
pertumbuhan bakteri tersebut.
Hasil : Hasil uji mikrobiologi diperoleh bahwa pati maupun tepung umbi ubi jalar
ungu menunjukkan media pertumbuhan bakteri. Media tepung lebih baik
dibandingkan media pati, tetapi media nutrient agar sebagai pembanding
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan media pati dan tepung.
Berdasarkan formula yang dibuat pada konsentrasi 7,5% (F2) memberikan
pertumbuhan yang baik dibandingkan konsentrasi 5% (F1) dan 10% (F3). Metode
biakan bakteri yang paling baik yaitu dengan metode tuang dibandingkan metode
gores dan sebar. Pertumbuhan bakteri Vibrio cholerae lebih baik dibandingkan
bakteri Staphylococcus aureus dan Lactobacillus acidophilus.
Kesimpulan : Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa umbi ubi jalar ungu
(Ipomoea batatas (L.) Lam) dapat digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri
Lactobacillus acidophilus, Staphylococcus aureus dan Vibrio cholerae, dimana
media tepung ubi ungu lebih baik pertumbuhannya dibandingkan pada media pati
ubi ungu, namun masih lebih baik pertumbuhan pada media nutrient agar.
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MAKING BACTERIAL GROWTH MEDIA USING PURPLE SWEET
POTATO TUBER (Ipomoea batatas (L.) Lam) ON Lactobacillus acidophilus,
Staphylococcus aureus AND Vibrio cholerae BACTERIA
ABSTRACT
Background : Purple sweet potato (Ipomoea batatas (L.) Lam) is one of natural
ingredients which is the source of carbohydrates and has adequate nutrients such
as proteins, vitamins and minerals.
Objective: The purpose of this study was to create a bacterial growth media using
purple sweet potato (Ipomoea batatas (L.) Lam).
Method: The method in this research is to make the starch and flour. The process
of making starch is done by grating and extorting while the process of slicing,
drying and destroying purple sweet potato for making the flour. Preparation of
starch and flour media which each have the concentration of 5% (F1), 7.5% (F2)
and 10% (F3), then added to agar, NaCl powder and milk. Furthermore,
microbiological tests were carried out using the bacteria of Lactobacillus
acidophilus, Staphylococcus aureus and Vibrio cholerae with the method of
scratching, scattering and pouring. The comparison used is nutrient agar media,
then the bacterial growth is observed.
Results : Microbiological test results obtained that the starch and purple sweet
potato flour showed bacterial growth media. Flour media is better than starch
media, but nutrient agar media as a comparison give better results compared to
starch and flour media. Based on the formula made at the concentration of 7.5%
(F2) gives better growth than the concentration of 5% (F1) and 10% (F3). The
best bacterial culture method is the pouring method rather than the scratching and
scattering method. The growth of Vibrio cholerae is better than Staphylococcus
aureus and Lactobacillus acidophilus.
Conclusion : The results of the study concluded that purple sweet potato
(Ipomoea batatas (L.) Lam) can be used as a medium for the growth of
Lactobacillus acidophilus, Staphylococcus aureus and Vibrio cholerae, which are
the media of purple sweet potato’s flour is better than the media of purple sweet
potato’s starch, but still better growth on nutrient agar media.
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.4 Penyiapan Sampel .......................................................................................... 26
3.4.1 Pengumpulan Bahan Tumbuhan ................................................................. 26
3.4.2 Identifikasi Sampel ...................................................................................... 26
3.4.3 Pengolahan Sampel ..................................................................................... 26
3.4.3.1 Pembuatan Pati ......................................................................................... 26
3.4.3.2 Pembuatan tepung ..................................................................................... 27
3.5 Pembuatan Larutan Pereaksi dan Media ........................................................ 27
3.5.1 Pembuatan Larutan Pereaksi ....................................................................... 28
3.5.1.1 Larutan Iodum 0,005 M ........................................................................... 28
3.5.1.2 Larutan Etanol 70% .................................................................................. 28
3.5.1.3 Pereaksi CuSO4 1% .................................................................................. 28
3.5.1.4 Pereaksi Natrium Hidroksida 2 N ............................................................ 28
3.5.2 Pembuatan Media ........................................................................................ 28
3.5.2.1 Media Nutrient Agar ................................................................................ 28
3.5.2.2 Pembuatan Peremajaan biakan bakteri...................................................... 29
3.5.2.3 Pembuatan Suspensi Bakteri .................................................................... 29
3.5.2.4 Pengenceran Suspensi Bakteri .................................................................. 29
3.6 Pemeriksaan Karakteristik Pati dan tepung .................................................... 29
3.6.1 Pemeriksaan Makroskopik .......................................................................... 29
3.6.2 Pemeriksaan Mikroskopik ........................................................................... 30
3.6.3 Pemeriksaan Kelarutan ................................................................................ 30
3.6.4 Uji Kadar Air ............................................................................................... 30
3.6.5 Uji Kadar Abu ............................................................................................. 30
3.6.6 Uji Karbohidrat ........................................................................................... 31
3.6.7 Uji Protein ................................................................................................... 31
3.7 Sterilisasi Alat dan Bahan .............................................................................. 31
3.8 Media Ubi Jalar Ungu ..................................................................................... 31
3.9 Cara Pengujian ............................................................................................... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 34
4.1 Identifikasi Tumbuhan .................................................................................... 34
4.2 Hasil Pengolahan Umbi Jalar Ungu Menjadi Pati dan Tepung ...................... 34
4.2.1 Hasil Pengolahan Umbi Jalar Ungu Menjadi Pati ....................................... 34
4.2.2 Hasil Pengolahan Umbi Jalar Ungu Menjadi Tepung ................................. 34
4.3 Karakteristik Serbuk Pati dan Tepung ........................................................... 35
4.4 Hasil Pembuatan Media ................................................................................. 37
4.5 Hasil Pertumbuhan Bakteri pada Media Pati dan Tepung Ubi Ungu ............. 37
4.5.1 Hasil Pertumbuhan Bakteri pada Media Pati Ubi Jalar Ungu ..................... 38
4.5.2 Hasil Pertumbuhan Bakteri pada Media Tepung Ubi Jalar Ungu ............... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 43
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 43
5.2 Saran ............................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 45
LAMPIRAN .......................................................................................................... 47
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
alternatif dari bahan-bahan yang mudah didapat dan tidak memerlukan biaya yang
mahal. Bahan yang digunakan harus mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk
terutama penyakit-penyakit infeksi bakteri maupun jamur, selain itu juga dapat
ada di alam untuk dijadikan media alternatif yang dapat menggantikan media-
media yang sudah dipatenkan oleh difco, oxoid, merck dan lain-lain. Di dalam
pengujian sifat-sifat phisis dan biokhemis bakteri serta untuk diagnosa suatu
penyakit. Zat makanan yang dibutuhkan bakteri pada umumnya sangat bervariasi,
Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) merupakan salah satu bahan
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
alami sebagai sumber karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi serta sumber
vitamin dan mineral, kandungan lainnya adalah protein, lemak, serat kadar dan
abu (Woolfe, 1993). Selain ubi jalar ungu ada juga ubi orange, ubi cilembu, ubi
kuning dan ubi putih. Ubi tersebut memiliki berbagai nutrisi yang cukup dan
pertumbuhan bakteri.
umbi-umbian, akar maupun batang. Protein juga terdapat pada susu yang
media pertumbuhan bakteri dari pati dan tepung umbi ubi jalar ungu (Ipomoea
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah tepung dan pati umbi ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam)
Staphylococcus aureus dan Vibrio cholerae pada media pati dan tepung umbi
ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) dengan media Nutrient agar?
a. Tepung dan pati umbi ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) dapat
aureus dan Vibrio cholerae pada media umbi ubi jalar ungu (Ipomoea batatas
3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.5 Manfaat Penelitian
a. Memberikan informasi bahwa umbi ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.)
nutrisi-nutrisi yang belum dimiliki oleh pati dan tepung ubi ungu tersebut.
4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan kerangka pikir yang dapat dilihat pada
Gambar 1.1:
5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ubi jalar atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari
Benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal
tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia dan Amerika bagian tengah.
Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet memastikan daerah asal
beriklim tropika pada abad ke-16. Penyebaran ubi jalar pertama kali terjadi ke
Spanyol melalui Tahiti, Kepulauan Guam, Fiji dan Selandia Baru. Orang-orang
Pada tahun 1960-an penanaman ubi jalar sudah meluas hampir di semua
provinsi di Indonesia. Daerah produksi ubi jalar pada mulanya terpusat di Pulau
Ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam) mempunyai banyak nama atau
sebutan, antara lain ketela rambat, huwi boled (Sunda), tela rambat (Jawa), sweet
potato (Inggris) dan shoyu (Jepang) (Rukmana, 1997). Nama latin ubi jalar ungu
selain Ipomoea batatas (L.) Lam yaitu Ipomoea batatas Poiret (Yuniarty, 2016).
6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.1.3 Morfologi Ubi Jalar
susunan tubuh utama terdiri dari batang, ubi, daun, bunga, buah dan biji. Batang
3 m. Ukuran batang dibedakan atas tiga macam yaitu besar, sedang dan kecil.
panjang secara tunggal. Daun berbentuk bulat sampai lonjong dengan tepi rata
atau berlekuk dangkal sampai berlekuk dalam sedangkan bagian ujung daun
meruncing. Helaian daun berukuran lebar, menyatu mirip bentuk jantung, namun
ada pula yang bersifat menjari. Daun biasanya berwarna hijau tua atau kekuning-
kuningan. Dari ketiak daun akan tumbuh karangan bunga (Rukmana, 1997).
Bunga ubi jalar berbentuk terompet, tersusun dari lima helai daun
mahkota, lima helai daun bunga, dan satu tangkai putik. Mahkota bunga berwarna
putih atau putih keungu-unguan. Bunga ubi jalar mekar pada pagi hari mulai
buah. Buah ubi jalar berbentuk bulat berkotak tiga, berkulit keras dan berbiji
(Rukmana, 1997).
Tanaman ubi jalar yang sudah berumur ±3 minggu setelah tanam biasanya
sudah membentuk umbi. Bentuk umbi biasanya bulat sampai lonjong dengan
permukaan rata sampai tidak rata. Bentuk ubi yang ideal adalah lonjong agak
panjang dengan berat antara 200 g - 250 g per ubi. Kulit ubi berwarna putih,
Struktur kulit ubi bervariasi antara tipis sampai dengan tebal dan biasanya
7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bergetah. Ubi yang berkadar tepung tinggi rasanya cenderung manis (Rukmana,
1997).
Bentuk dan ukuran umbi merupakan salah satu kriteria untuk menentukan
harga jual dipasaran. Bentuk umbi yang rata (bulat dan bulat lonjong) dan tidak
banyak lekukan termasuk umbi yang berkualitas baik (Juanda dan Bambang,
2000).
Ubi jalar ungu merupakan jenis ubi jalar yang memiliki daging umbi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanalees
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.1.5 Kandungan
Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi dan
juga merupakan sumber vitamin dan mineral. Vitamin yang terkandung antara
ubi jalar diantaranya adalah zat besi (Fe), fosfor (P) dan kalsium (Ca). Kan-
dungan lainnya adalah protein, lemak, serat kasar dan abu (Woolfe, 1993).
Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) adalah jenis umbi-umbian
Kandungan utama ubi jalar ungu adalah pati. Kandungan pati pada ubi
jalar ungu terdiri dari 30-40% amilosa dan 60-70% amilopektin. Ubi jalar ungu
juga memiliki kadar serat pangan yang tinggi yaitu 4,72% per 100 gram. Selain
itu, ubi jalar ungu juga mengandung banyak sumber antioksidan yang berasal dari
9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
antosianin, vitamin C, vitamin E dan betakaroten. Ubi jalar ungu memiliki
kandungan antosianin yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis ubi jalar
(Yuniarty, 2016).
jadi berbagai produk pengganti bahan pangan pokok. Sebagai bahan pangan, ubi
jalar merupakan sumber energi. Kandungan energi dalam ubi jalar sebesar 123 kal
Selain untuk pangan, ubi jalar juga merupakan sumber bahan industri yang
potensial. Di Cina, Taiwan dan Jepang ubi jalar merupakan bahan baku industri
tepung, alkohol (sochu), pakan ternak, sari karoten, bahan perekat dan gula cair
antosianin yang tinggi pada ubi jalar ungu membuat tanaman ini sebagai alternatif
ungu sebagai bahan mentah penghasil antosianin. Selain itu juga industri es krim,
minuman beralkohol, pie dan roti. Ubi jalar ungu juga telah dikembangkan dalam
Selain itu ubi jalar ungu dapat juga digunakan sebagai Antioksidan,
antikanker dan antibakteri. Antosianin ubi jalar ungu memiliki khasiat sebagai
10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2 Media Pertumbuhan Bakteri
sifat penelitian atau pemeriksaan. Fungsi suatu media yaitu secara kualitatif
organik (Radji, 2010). Sejumlah bakteri yang diinokulasikan pada sebuah media
2. Sesuai dengan faktor lingkungan yang dibutuhkan seperti pH, oksigen dan air.
4. Harus steril (teknik aseptik) supaya mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik
11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
lam bentuk plate agar (lempeng agar) atau slant agar (agar miring) (Harti,
(Harti, 2015). Media setengah padat dibuat dengan bahan sama dengan
media padat, akan tetapi yang berbeda adalah komposisi agarnya. Media ini
c. Media cair (liquid media), tanpa mengandung bahan pemadat. contoh media
nutrien cair, BHI (Brain Heart Infusion) (Harti, 2015). Media cair dapat
a. Media alami, terdiri dari bahan-bahan alami contoh ekstrak kentang, sari
(Harti, 2015).
contoh nutrien cair, Carry and Blair media, media Stuart dan lain
sebagainya.
12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(Waluyo, 2010).
d. Media selektif, merupakan media yang ditambah zat kimia tertentu yang
media ini ditambah reagensia atau zat kimia tertentu yang menyebabkan
f. Media Umum, merupakan media dengan bahan yang dapat dipakai untuk
jamur.
Agar).
secara tidak langsung, contoh metode plate count menggunakan PCA (Plate
13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tentu dan digunakan untuk menumbuhkan golongan bakteri tertentu
8. Agar-agar atau gelatin, sebagai bahan pemadat pada media padat (Harti, 2015)
(Nutrient Agar) dibuat dari campuran ekstrak daging dan peptone dengan
menggunakan agar sebagai pemadat, dalam hal ini media yang digunakan di
sodium chlorida 5.0, agar 15.0, lab-lemco’ powder 1.0, yeast extract 2.0. Media
kelompok media semi alami, media semi alami merupakan media yang terdiri dari
bahan alami yang ditambahkan dengan senyawa kimia (Rossita dkk., 2015).
14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan kegunaannya media NA (Nutrient Agar) termasuk kedalam
jenis media umum, karena media ini merupakan media yang paling umum
media ini berbentuk padat, karena mengandung agar sebagai bahan pemadatnya.
a. Cara gores
diencerkan, lalu dibuat serangkaian goresan sejajar yang tidak saling menutupi di
b. Cara sebar
c. Cara tuang
steril dan dicampurkan dengan medium agar cair, lalu dibiarkan memadat. Koloni
yang berkembang akan tertanam didalam media tersebut (Stanier et al., 1982).
mikroorganisme
15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pengamatan pertumbuhan mikroorganisme pada media kultur menurut
1. Ciri-ciri koloni meliputi bentuk, permukaan, tepi,warna koloni pada media agar
3. Tingkat kekeruhan pada media cair dengan sifat aerob dan anaerob
4. Perubahan warna media atau ciri koloni spesifik dari reaksi biokimiawi atau
metabolisme mikroorganisme
dasarnya ada dua macam tipe pertumbuhan, yaitu pembelahan inti tanpa diikuti
pembelahan sel sehingga dihasilkan peningkatan ukuran sel dan pembelahan inti
yang diikuti pembelahan sel sehingga dihasilkan peningkatan jumlah sel serta
pembesaran ukuran sel diikuti pembelahan membentuk dua progeni yang kurang
dibedakan menjadi faktor fisik dan faktor kimia. Faktor fisik meliputi temperatur,
pH, tekanan osmotik, dan cahaya atau radiasi. Faktor kimia meliputi karbon,
(Pratiwi, 2008).
1. Temperatur
16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Temperatur menentukan aktivitas enzim yang terlibat dalam aktivitas
sebesar dua kali lipat. Pada temperatur yang sangat tinggi dapat menyebabkan
temperatur yang sangat rendah aktivitas enzim akan berhenti. Pada temperatur
jumlah sel yang maksimal (Pratiwi, 2008). Mikroba tumbuh pada suhu biasa atau
umum seperti halnya organisme lain. Kebanyakan bakteri tumbuh pada kisaran
suhu sekitar 30ºC. Beberapa bakteri dapat bertahan pada suhu sangat dingin atau
2. pH
dalam protein, amino dan karboksilat. Hal ini dapat menyebabkan denaturasi
tumbuh pada kisaran pH mendekati netral yaitu 6,5-7,5. Sedikit bakteri yang
3. Tekanan osmosis
17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
air akan masuk ke dalam sel mikroorganisme sedangkan dalam larutan hipertonik
air akan ke luar dari dalam sel mikroorganisme sehingga membran plasma
mengerut dan lepas dari dinding sel (plasmolisis), serta menyebabkan sel secara
4. Radiasi
cahaya tampak, radiasi UV, sinar inframerah dan gelombang radio. Radiasi yang
panjang gelombang yang sangat pendek dan berenergi tinggi yang dapat
1. Karbon
2. Nutrisi
magnesium, besi dan kalsium. Mikroelemen yaitu elemen nutrisi yang diperlukan
dalam jumlah sedikit. Mikroelemen meliputi mangan, zinc, kobalt, nikel, tembaga
(Pratiwi, 2008).
3. Media kultur
dilaboratorium disebut media kultur (Pratiwi, 2008). Media merupakan bahan nut-
18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
si yang disiapkan untuk pertumbuhan mikroba (Suryanto, 2006).
4. Oksigen
dari makanan daripada mikroba yang tidak menggunakan oksigen. Klasifikasi mik
b. Anaerob mutlak, tidak mentoleransi adanya oksigen atau akan mati bila ada
c. Anaerob fakultatif, mampu tumbuh baik dalam suasana dengan atau tanpa
respirasi aerob.
d. Mikroaerofilik, hanya tumbuh baik pada konsentrasi oksigen yang rendah yaitu
kurang dari 20%, pada konsentrasi oksigen yang tinggi menyebabkan toksik.
Berkumpul dibagian atas tabung tetapi bukan dibagian permukaan, bakteri ini
Ada empat macam fase pertumbuhan mikroorganisme, yaitu fase lag, fase
19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Fase lag
pada suatu lingkungan baru. Ciri fase lag adalah tidak adanya peningkatan jumlah
sel, yang ada hanyalah peningkatan ukuran sel. Lama fase lag tergantung pada
kondisi dan jumlah awal mikroorganisme dan media pertumbuhan. Bila sel-sel
mikroorganisme diambil dari kultur yang sama sekali berlainan, maka yang sering
(Pratiwi, 2008).
dengan laju konstan dan massa yang bertambah secara eksponensial. Hal yang
dapat menghambat laju pertumbuhan adalah bila satu atau lebih nutrisi dalam
kultur habis, sehingga hasil metabolisme yang bersifat racun akan tertimbun dan
20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Fase stationer
keseimbangan antara jumlah sel yang membelah dengan jumlah sel yang mati.
Pada fase ini terjadi akumulasi produk buangan yang toksik (Pratiwi, 2008).
Kekurangan nutrisi dan perubahan pH yang bersifat toksik bagi sel menjadi
4. Fase kematian
Pada fase kematian, jumlah sel yang mati meningkat, faktor penyebabnya
(Pratiwi, 2008).
dari bakteri asam laktat. Tiap genus dan spesiesnya mempunyai karakteristik yang
Kingdom : Bacteria
Divisi : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Famili : Lactobacillaceae
Genus : Lactobacillus
Secara umum mereka merupakan bakteri Gram positif dengan sel berben-
21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tuk batang panjang tetapi terkadang hampir bulat dan membentuk rantai yang
pendek, berukuran 0,5-1,2 x 1,0-10,0 μm, bersifat non motil dan non spora yang
memproduksi asam laktat sebagai produk utama dari metabolisme fermentasi dan
(Buttris, 1997:21).
susu atau agak krem, bentuk koloni bulat dengan tepian seperti wol (Buttris,
1997:21).
tidak berspora dan mampu membentuk kapsul, berbentuk kokus dan tersusun
Kingdom : Bacteria
Divisio : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Bangsa : Bacillales
Suku : Staphylococcaceae
Marga : Staphylococcus
22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Staphylococcus aureus adalah 35ºC - 37ºC suhu minimum 6,7ºC dan suhu
maksimum 45,4ºC. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0 - 9,8, pH optimumnya
pengeluaran lendir dari tubuh manusia dan hewan seperti hidung, mulut, dan
koma dan berukuran 2-4 µm. Spesies ini tidak membentuk spora dan bergerak
sangat aktif karena memiliki flagel tunggal atau monotrik (Radji, 2010).
Bakteri ini bersifat patogen pada manusia dan dapat menyebabkan gangguan
pencernaan. Vibrio bergerak dengan flagel didalam media cair dan dapat
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gammaproteobacteria
Ordo : Vibrionales
Familia : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Vibrio cholerae tidak tahan asam dan hidup pada pH optimum 8,5-9,5.
23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dalam media pepton, bakteri ini akan membentuk indol, yang dengan
asam sulfat akan membentuk warna merah. Beberapa media pertumbuhan yang
2.7 Sterilisasi
Menurut Pratiwi (2008) sterilisasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
Metode ini tidak dapat digunakan untuk bahan yang terbuat dari karet atau
selama 1-2 jam, untuk mensterilkan alat-alat gelas seperti cawan petri, tabung
selama 10 menit efektif untuk sel-sel vegetatif dan spora eukariot (Pratiwi, 2008).
2. Autoklaf
diatas 100°C dilakukan dengan uap. Sterilisasi autoklaf dilakukan dengan suhu
terbuat dari plastik dan karet disterilisasi menggunakan autoklaf (Pratiwi, 2008).
24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
adalah pati dan tepung umbi ubi jalar ungu serta agar. Metodologi penelitian
meliputi pengumpulan dan preparasi bahan, karakterisasi pati dan tepung serta
pembuatan media.
3.2 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, alu,
mesh 80, batang L (stik L), batang pengaduk, benang wol, blue tip, lampu spiritus,
cawan petri, cawan porselen, colony counter, deck glass, desikator, inkubator
bakteri (Memmert), jarum ose, kain kasa, kapas, kertas label, kertas perkamen,
kain saringan, kompor gas, kurs porselen, LAF (Laminar Air Flow), lemari
digital (Boeco Germany), objek glass, oven (Memmert), parutan, penjepit tabung,
pipet tetes, plastik wrap, plat tetes, rak tabung reaksi, serbet, spatula,
3.3 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah umbi ubi jalar ungu
(Ipomoea batatas (L.) Lam), akuades, agar, susu UHT, serbuk NaCl, biakan
25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bakteri Lactobacillus acidophilus, Staphylococcus aureus, Vibrio cholerae,
larutan iodum 0,005 M, etanol 70%, pereaksi CuSO4 1%, pereaksi NaOH 2N,
membandingkan dengan daerah lain. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah ubi jalar ungu yang dibeli dari Pasar Pajak Sore, Medan, Provinsi Sumatera
Utara.
Sampel diolah dengan pembuatan pati dan tepung dengan cara sebagai
berikut:
Sebanyak 1 kg umbi ubi jalar ungu dipisahkan dari kulitnya dengan cara
ubi jalar ungu yang bagus. Ubi jalar ungu yang telah dikupas kulitnya kemudian
ditimbang. Ubi jalar ungu dicuci sampai bersih didalam wadah yang berisi air
untuk memisahkan kotoran yang menempel pada ubi jalar. Kemudian ubi jalar
ungu diparut secara manual (parutan biasa) sampai halus menjadi bubur umbi. Ubi
26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang sudah diparut ditimbang kembali, kemudian ditambahkan air sehingga
terbentuk bubur dan diremas-remas agar pati lebih banyak yang terlepas dari sel
umbi. Bubur umbi kemudian disaring dengan kain saring sehingga pati lolos dari
saringan sebagai suspensi pati, dan serat tertinggal pada saringan. Suspensi pati
yang diperoleh diendapkan didalam wadah pengendapan selama 12 jam. Pati akan
mengendap sebagai pasta. Cairan diatas endapan dialirkan dan ditampung didalam
wadah yang lain dan pati dikeringkan dengan alat pengering (oven) sampai kadar
air dibawah 14%. Pati ubi jalar yang telah kering atau pati kasar kemudian diayak
Sebanyak 1 kg umbi ubi jalar ungu dipisahkan dari kulitnya dengan cara
ubi jalar ungu yang bagus. Ubi jalar ungu yang telah dikupas kulitnya kemudian
ditimbang. Ubi jalar ungu dicuci sampai bersih didalam wadah yang berisi air
untuk memisahkan kotoran yang menempel pada ubi jalar ungu. Kemudian ubi
jalar ungu yang telah dicuci diiris tipis-tipis. Ubi jalar ungu yang telah diris tipis-
tipis kemudian dikeringkan dioven selama 12 jam dengan suhu 50-60ºC. Setelah
blender. Kemudian tepung ubi jalar ungu (masih serbuk kasar) yang telah
Larutan pereaksi yang digunakan untuk penelitian ini meliputi pereaksi iodum
0,005 M, pereaksi CuSO4 1%, pereaksi NaOH 2N, etanol 70% dan media yang di-
27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
gunakan yaitu Nutrient agar.
Sebanyak 72,9 mL etanol 96% dilarutkan dalam air suling hingga 100 mL
Yeast extract 2g
Peptone 5g
NaCl 5g
Agar 15 g
Cara pembuatan:
sebanyak 1000 mL, kemudian dipanaskan sampai bahan larut sempurna lalu
disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit (Oxoid, 1982).
28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.5.2.2 Pembuatan Peremajaan Biakan Bakteri
tabung reaksi sebanyak 5 ml dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121ºC
permukaan media agar miring kemudian diinkubasi dalam inkubator dengan suhu
aureus dan Vibrio cholerae diambil menggunakan jarum ose, lalu disuspensikan
Dilakukan pengenceran suspensi bakteri 106 sebanyak 4 kali yaitu 105, 104,
103 dan 102 dengan menggunakan NaCl fisiologis steril. Pada metode gores
digunakan suspensi bakteri 106 sedangkan pada metode sebar dan tuang
Pemeriksaan makroskopik dilakukan terhadap pati dan tepung umbi ubi ja-
29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
lar ungu dengan mengamati bentuk, warna, bau dan rasa.
menaburkan serbuk pati maupun tepung di atas kaca objek yang telah diteteskan
dengan larutan kloral hidrat dan ditutup dengan kaca penutup kemudian diamati di
kelarutannya.
diamati kelarutannya.
telah diketahui berat tetapnya. Dikeringkan dalam oven pada suhu 105ºC selama 3
jam atau sampai berat tetap. Disimpan dalam desikator, setelah dingin ditimbang
masing-masing pati dan tepung ubi jalar ungu dimasukkan kedalam krus porselen
30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang telah diketahui beratnya. Kemudian dimasukkan ke dalam tanur yang
suhunya 550ºC sampai terbentuk abu yang berwarna abu-abu. Setelah itu pati atau
tepung ubi jalar ungu yang telah berbentuk abu didinginkan dalam desikator dan
ditambahkan 3 tetes larutan iodum (lugol) diatas plat tetes. Diamati perubahan
masing-masing pati dan tepung diletakkan pada plat tetes, dilarutkan dengan
larutan CuSO4 terbentuk warna ungu menunjukkan reaksi positif (Ditjen POM,
1995).
autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit, sedangkan alat-alat gelas disterilkan
dengan oven pada suhu 170ºC selama 1 jam. Jarum ose disterilkan dengan
Media dari ubi jalar ungu yang digunakan terdiri atas beberapa formula
dengan konsentrasi pati dan tepung serta agar yang berbeda dan komposisi susu
31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
serta NaCl yang sama dengan cara pembuatan yang sama. Berikut ini formula
Tabel 3.1 Formula Media Pati dan Tepung Umbi Ubi Jalar Ungu
Formula Pati dan Susu sapi NaCl Agar Air
tepung UHT (gram) (gram) suling
(gram) (ml) (ml)
F1 (5%) 5 8 5 10 1000
F2 (7,5%) 7,5 8 5 7,5 1000
F3 (10%) 10 8 5 5 1000
Keterangan: F = formula
Cara Pembuatan :
ditimbang, dilarutkan kedalam air suling sebanyak 1000 mL, lalu dipanaskan
sampai bahan larut sempurna (dilakukan cek pH media dengan kertas indikator
pH) kemudian disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit.
Dengan cara tersebut dilakukan juga formula II dan formula III (Oxoid, 1982).
1. Metode Gores
Cara kerja metode gores yaitu: dituang media sebanyak 10-15 ml kedalam
cawan petri yang sudah disterilkan, didiamkan sampai menjadi padat dan dingin,
setelah media padat dan dingin, lalu ambil sampel bakteri dengan jarum ose yang
dimasukkan kedalam media padat dengan cara digores dengan jarum ose pada
permukaan media secara zig-zag, lalu cawan petri itu dibungkus dengan kertas
pada temperatur 37ºC selama 24 jam dengan posisi cawan petri terbalik. Lalu dia-
32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mati pertumbuhan bakteri tersebut (Putri, 2017).
2. Metode Sebar
Cara kerja metode sebar yaitu: dituang media sebanyak 10-15 ml kedalam
cawan petri yang sudah disterilkan, didiamkan sampai media menjadi padat dan
dingin, setelah media padat dan dingin, kemudian diambil suspensi bakteri yang
sudah diencerkan sampai 102 sebanyak 0,1 ml diletakkan dalam sebuah media
menggunakan batang kaca yang bengkok (stik L) yang telah steril, lalu cawan
petri tersebut dibungkus dengan kertas perkamen dan diberi label identitas.
dengan posisi cawan petri terbalik. Lalu diamati pertumbuhan dan jumlah koloni
3. Metode Tuang
Cara kerja metode tuang yaitu: diteteskan secara aseptis suspensi bakteri
yang sudah diencerkan sampai 102 sebanyak 0,1 ml kedalam cawan kosong,
kemudian tuangkan media yang masih cair kedalam cawan lalu putar cawan
dengan metode angka 8 sampai bakteri dan media homogen, kemudian cawan
petri itu dibungkus dengan kertas perkamen dan diberi label identitas.Selanjutnya
diinkubasi kedalam inkubator pada temperatur 37ºC selama 24 jam dengan posisi
cawan petri terbalik. Lalu diamati pertumbuhan dan jumlah koloni bakteri tersebut
(Putri, 2017).
33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV
Tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi ubi jalar
Hasil identifikasi adalah Ipomoea batatas (L.) Lam. Hasil identifikasi lengkap
4.2 Hasil Pengolahan Umbi Jalar Ungu Menjadi Pati dan Tepung
Hasil dari pengolahan ubi jalar ungu sebanyak 1 kg diperoleh pati sebesar
100 g. Hal ini disebabkan karena pada proses pengolahan ubi ungu menjadi pati
ampas ubi tersebut tidak digunakan. Pengolahan ubi ungu menjadi pati melalui
proses pemarutan dan pemerasan dimana hasil perasan tersebut didiamkan sampai
sebesar 300 g. Pengolahan ubi ungu menjadi tepung melalui proses pengirisan ubi
menggunakan oven lalu ubi yang telah kering tersebut dihaluskan menggunakan
blender sehingga diperoleh tepung ubi ungu. Diperoleh hasil rendemen tepung ubi
34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.3 Karakteristik Pati dan Tepung
ubi jalar ungu (Lampiran 2 halaman 48) pati ubi jalar ungu berwarna sedikit ungu
(ungu pudar) sedangkan tepung ubi jalar ungu berwarna ungu lebih terang, berbau
khas, berasa sedikit manis, tidak terdapat benda asing dan kehalusan masing-
masing serbuk pati dan tepung lolos ayakan mesh 80. Hasil pemeriksaan
mikroskopik serbuk pati ubi ungu terlihat adanya lamella dan hilus sedangkan
pada tepung ubi ungu terlihat adanya pati, jaringan parenkim, lamella dan hilus.
Gambar hasil pemeriksaan mikroskopik dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 50.
Hasil pemeriksaan karakteristik pati dan tepung ubi jalar ungu yang
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakteristik pati dan tepung ubi jalar ungu secara
uji kuantitatif
Uji Kuantitatif
No. Parameter
Pati Tepung
tepung ubi ungu memenuhi syarat yaitu kadar air pati maksimal 14% (SNI, 2011)
sedangkan kadar air tepung maksimal 12% (SNI, 1996). Hilangnya atau
kurangnya kandungan air pada tepung dan pati ubi jalar ungu yang dihasilkan
karena pada proses pengolahan ubi jalar ungu menjadi tepung telah mengalami
ubi jalar ungu menjadi pati telah mengalami proses pemerasan (air nya telah
Hasil penetapan kadar abu yang diperoleh pati ubi jalar ungu 1,3% sedang
35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
-kan pada tepung ubi ungu diperoleh 2,3% hal ini memenuhi syarat kadar abu
dengan proses pengolahan tepung dan pati dimana melalui tahapan pencucian dan
ubi jalar dalam air serta pada pengolahan pati banyak kandungan mineral yang
Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan karakteristik pati dan tepung ubi jalar ungu secara
uji kualitatif
Uji Kualitatif
No. Parameter
Pati Tepung
kehitaman. Hal ini membuktikan bahwa pati dan tepung ubi jalar ungu positif
mengandung karbohidrat.
Pada uji protein masing-masing pati dan tepung ubi jalar ungu terbentuk
warna awal biru kehijauan kemudian berubah warna menjadi hijau tua. Hal ini
membuktikan bahwa pati dan tepung ubi jalar ungu negatif mengandung protein.
Menurut Yuniarty (2016) dalam 100 g ubi jalar ungu mengandung 0,77 g protein,
hal tersebut yang menyebabkan secara uji kualitatif protein tidak terdeteksi.
Kelarutan serbuk pati dan tepung ubi jalar ungu larut dalam air panas (di-
panaskan diatas api kompor), serbuk pati dan tepung ubi jalar ungu tidak larut
36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.4 Hasil Pembuatan Media
yaitu formula 1 (5%), formula 2 (7,5%) dan formula 3 (10%). Formula tersebut
diganti dengan bahan yang terdapat dialam dan dengan harga yang relatif murah.
Nutrient agar yang diganti yaitu Lemco beef extract 1 g, yeast extract 2 g dan
pepton 5 g diganti dengan susu UHT 8 ml sebagai protein yang digunakan untuk
pertumbuhan bakteri. Agar yang digunakan pada pembuatan media nutrient agar
maupun tepung ubi ungu sedangkan 10 g nya yaitu agar merk mutiara yang hanya
mengandung agar saja tidak mengandung bahan-bahan lain seperti pewarna dan
formula, dimana pada formula 1, 2 dan 3 yang diubah hanyalah pati maupun
tepung serta agar nya saja sedangkan susu UHT dan NaCl pada formula 1, 2 dan 3
4.5 Hasil Pertumbuhan Bakteri pada Media Pati dan Tepung Ubi Jalar Ungu
media pati dan tepung ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) dengan berbagai
konsentrasi pati dan tepung ubi jalar ungu yaitu 5% b/v, 7,5% b/v dan 10% b/v.
Metode yang digunakan adalah metode gores, tuang dan sebar dengan waktu
37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.5.1 Hasil Pertumbuhan Bakteri pada Media Pati Ubi Jalar Ungu
4.5.2 Hasil Pertumbuhan Bakteri pada Media Tepung Ubi Jalar Ungu
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa semua konsentrasi pada media pati ubi
ungu terdapat perbedaan jumlah koloni yang sangat jauh dengan media kontrol
pada media tepung hampir mendekati jumlah koloni pada media kontrol NA
(Nutrient Agar). Hal ini dapat disebabkan karena tepung ubi ungu lebih banyak
38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengandung nutrisi. Tepung ubi ungu semuanya digunakan (air perasan dan
ampas ubinya) sedangkan media pati ubi jalar ungu hanya patinya saja yang
dipakai (air perasan dan ampas ubinya dibuang) sehingga pada tepung ubi ungu
lebih banyak mengandung nutrisi dibandingkan pada pati ubi ungu. Jumlah koloni
yang terdapat pada media kontrol NA (Nutrient Agar) dapat dilihat jumlah koloni
tak terhingga yang berarti bakteri tidak dapat dihitung, hal ini disebabkan karena
menumpuk.
Media pati maupun tepung ubi ungu menggunakan tiga formula yaitu
formula 1 (5% b/v), formula 2 (7,5% b/v) dan formula 3 (10% b/v). Pada tabel 4.3
dan 4.4 dapat dilihat bahwa formula 2 jumlah koloni nya lebih banyak
dibandingkan jumlah koloni yang ada pada formula 1 dan formula 3. Formula 3
lebih banyak jumlah koloni nya dibandingkan dengan formula 1, Hal ini
sehingga diperoleh jumlah koloni yang lebih sedikit. Jadi dari ketiga formula
tersebut yang paling baik pertumbuhan dan jumlah koloni nya yaitu pada formula
Pada formula 3 jumlah koloni nya mendekati formula 2 tetapi pada formula 3
(konsentrasi 7,5%) perbandingan pati maupun tepung dengan agar nya 2:1
dibandingkan dengan formula 2 yang lebih cepat memadat. Lama padatnya suatu
media pati maupun tepung ubi jalar ungu memerlukan waktu sekitar 15-20 menit.
diperoleh dapat dilihat dari ketiga bakteri tersebut dapat diurutkan pertumbuhan
39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bakterinya dari yang bagus hingga kurang bagus pertumbuhannya. Bakteri Vibrio
Vibrio choleare bagus pertumbuhannya pada media pati maupun tepung ubi jalar
pada media pati maupun tepung ubi jalar ungu, hal ini dikarenakan bakteri
Lactobacillus acidophilus bersifat asam dan dapat tumbuh pada media pH 4-5
(Triana, 2007) sedangkan pH pada media pati maupun tepung ubi jalar ungu yaitu
2. Sesuai dengan faktor lingkungan yang dibutuhkan seperti pH, oksigen dan air.
4. Harus steril (teknik aseptik) supaya mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik
Media pati dan tepung ubi ungu memiliki pH 7 (netral), hal ini memenuhi
bakteri harus dapat menyesuaikan nutrisi dan lingkungan dari bakteri tersebut.
Pada penelitian ini dilakukan tiga metode biakan bakteri yaitu metode
gores, sebar dan tuang. Dari ketiga metode tersebut, metode yang paling baik dan
banyak tumbuh bakteri ialah metode tuang, hal ini dikarenakan pada metode tuang
bakteri yang bersifat aerob maupun anaerob dapat mudah tumbuh pada metode
tersebut.
40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.5 Kriteria Pertumbuhan Bakteri Lactobacillus acidophilus,
Staphylococcus aureus dan Vibrio cholerae pada Media Pati Ubi
Jalar Ungu
Pertumbuhan Bakteri pada
Biakan Metode Konsentrasi Pati* Kontrol
Bakteri Biakan 5% 7,5% 10% NA
(F1) (F2) (F3)
Lactobacillus Gores ++ +++ + +++
acidophilus Tuang + ++ + +++
Sebar + ++ ++ +++
Staphylococcus Gores ++ +++ ++ +++
Aureus Tuang + ++ ++ +++
Sebar ++ ++ ++ +++
Vibrio Gores ++ ++ ++ +++
cholerae Tuang ++ +++ +++ +++
Sebar ++ +++ ++ +++
*
Keterangan: ( ) = Hasil rata-rata 3 kali pengulangan; NA = Nutrient Agar; F =
Formula; + = Kurang bagus; ++ = Bagus; +++ = Sangat bagus
Tabel 4.5 dan 4.6 menunjukkan kriteria pertumbuhan bakteri yang dilihat
dari segi pertumbuhan nya (Lampiran 6 halaman 55). Pada tabel tersebut dapat
dengan perbandingan pati maupun agar 1:1. Hal ini disebabkan karena pada
formula 1 pertumbuhan bakteri nya kurang baik tetapi media nya lebih cepat me-
41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
madat sedangkan pada formula 3 pertumbuhan bakterinya baik tetapi medianya
Menurut Rosidah (2014), ubi jalar ungu mengandung protein sebesar 0,77
g, lemak 0,94 g, Kalsium 30 mg, zat besi 0,70 mg dan karbohidrat 27,64 g.
pati maupun tepung ubi ungu meskipun jumlah koloni dan ketebalan lebih sedikit
dibandingkan dengan media Nutrient agar, selain itu dari jenis protein pati dan
tepung ubi ungu adalah protein nabati dan pada Nutrient agar adalah protein
hewani.
nutrisi. Selain faktor nutrisi, bakteri tersebut sedang berada pada fase adaptasi
proses adaptasi meliputi sintesis enzim baru yang berbeda dengan media tumbuh
pati maupun tepung ubi ungu ini ditunjukkan dengan jumlah koloni dan ketebalan
42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V
5.1 Kesimpulan
bahwa:
a. Umbi ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) baik pati maupun tepung
Vibrio cholerae pada media umbi ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam)
hampir mendekati pertumbuhan bakteri pada media kontrol nutrient agar. Hal
ini dapat dilihat dari jumlah koloni nya. Media tepung lebih baik
nya dibandingkan formula 1 dan formula 3 serta paling banyak jumlah koloni
bakteri yang tumbuh pada metode biakan tuang. Pertumbuhan yang paling
baik dari ketiga bakteri tersebut yaitu pada bakteri Vibrio cholerae.
5.2 Saran
a. Mengembangkan media umbi ubi jalar ungu menjadi media instant (media
yang sudah dipatenkan) dengan penambahan nutrisi lain yang belum dimiliki
oleh umbi ubi jalar ungu seperti natrium, kalium, magnesium, sulfur, kobalt
dan vitamin lainnya serta menggantikan asam amino yang lain seperti susu
kedelai.
43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Melakukan pembuatan media ubi jalar ungu menggunakan mikroorganisme
44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Rosita, A.S., dkk. 2015. Komparasi Media NA Pabrikan dengan NA Modifikasi
untuk Media Pertumbuhan Bakteri Comparison of Medium NA
Manufacturer With NA Modifications to the Medium of the Bacteri.
Jember : FKIP Universitas Muhammadiyah Jember.
Rukmana, R.1997. UBI JALAR Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.
Saleha, N.M. 2016. Optimasi Formulasi Flakes Berbasis Tepung Ubi Cilembu
Tepung Tapioka Serta Tepung Kacang Hijau Menggunakan Aplikasi
Design Expert Metode Mixture D-Optimal. Bandung: Fakultas Teknik
Universitas Pasundan.
Sarwono. 2005. Ubi Jalar (Cara Budidaya yang Tepat, Efisien, dan Ekonomis).
Swadaya : Depok
SNI 01-2997-1996. 1996. Tepung Singkong. Jakarta: Badan Standardisasi
Nasional. Halaman: 1.
SNI 01- 4493-1998. 1998. Ubi Jalar. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Halaman: 6.
SNI 3451:2011. 2011. Tapioka. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Halaman:
1.
Stanier, R.Y., Adelberg,E.A. dan Ingraham, J.L. 1982. Dunia Mikroba I.
Penerjemah : Agustin Wydia. Jakarta : Penerbit Bhratara Karya Aksara.
Halaman 23-25.
Suryanto, D., Munir, E. 2006. Mikrobiologi. Medan: Departemen Biologi FMIPA
Universitas Sumatera Utara. Halaman 33-37.
Triana, E., dan Nurhidayat. 2007. Seleksi dan Identifikasi Lactobacillus Kandidat
Probiotik Penurun Kolesterol Berdasarkan Analisis Sekuen 16s RNA.
Biota, 12 (55-60).
Waluyo, L. 2010. Teknik dan Metode Dasar Mikrobiologi. Malang: UMM Press.
Halaman 127- 133.
Woolfe, J. 1993. Sweet potato: An untapped food resource. Cambridge:
Cambridge University Press. Hal. 298.
Yuniarty,T dan Siti Rachmi Misbach.2016.Pemanfaatan Sari Ubi Jalar Ungu
(Ipomoea batatas poiret) Sebagai Zat Pewarna Pada Pewarnaan
Staphylococcus aureus. Jurnal Teknologi Laboratorium.5(2):1-2.
46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan
47
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 2. Hasil pemeriksaan makroskopik
(A)
(B)
Keterangan: A=umbi ubi jalar ungu; B= Simplisia umbi ubi jalar ungu
48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 2. (Lanjutan)
(C)
(D)
Keterangan: C = Tepung umbi ubi jalar ungu; D = Pati umbi ubi jalar ungu
49
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3. Hasil pemeriksaan mikroskopik pati dan tepung
Amilum bentuk
hilus Y
Amilum
poliadelph
Amilum setengah
majemuk
Amilum bentuk
hilus titik
Amilum topi baja
(A)
Serat
Amilum poliadelph
Amilum setengah
majemuk
Jaringan parenkim
Amilum bentuk
hilus Y
(B)
50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 4. Hasil uji karakteristik ubi jalar Ungu
Keterangan : A = Pati ubi jalar ungu negatif (-) mengandung protein; B = Tepung
ubi jalar ungu negatif (-) mengandung protein
51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 4. (Lanjutan)
(a) (b)
Keterangan : a = Hasil uji kelarutan umbi ubi jalar ungu dalam air panas
(terbentuk larutan); b = Hasil uji kelarutan umbi ubi jalar ungu
dalam air dingin (terbentuk suspensi)
52
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 5. Data Jumlah Koloni Bakteri Lactobacillus acidophilus,
Staphylococcus aureus dan Vibrio cholerae pada Media Pati dan Tepung Ubi
Jalar Ungu
Konsentrasi Pati
Pengu- Biakan Metode Kontrol
langan Bakteri Biakan F1 F2 F3 NA
Sampel (CFU/ (CFU/ (CFU/
ml) ml) ml)
Lactobacillus Tuang 36 x102 46 x102 44 x102 ∞
acidophilus Sebar 31 x102 35 x102 33 x102 ∞
Staphylococcus Tuang 42 x102 51 x102 47 x102 ∞
1 aureus Sebar 35 x102 41 x102 39 x102 ∞
Vibrio Tuang 58 x102 71 x102 64 x102 ∞
cholerae Sebar 45 x102 58 x102 52 x102 ∞
Konsentrasi Pati
Pengu- Biakan Metode
langan Bakteri Biakan F1 F2 F3
Sampel (CFU/ml) (CFU/ml) (CFU/ml)
Lactobacillus Tuang 41 x102 50 x102 46 x102
acidophilus Sebar 32 x102 40 x102 37 x102
Staphylococcus Tuang 53 x102 58 x102 55 x102
2 aureus Sebar 37 x102 43 x102 39 x102
Vibrio Tuang 69 x102 90 x102 84 x102
cholerae Sebar 43 x102 59 x102 50 x102
Konsentrasi Pati
Pengu- Biakan Metode
langan Bakteri Biakan F1 F2 F3
Sampel (CFU/ml) (CFU/ml) (CFU/ml)
Lactobacillus Tuang 44 x102 53 x102 47 x102
acidophilus Sebar 35 x102 46 x102 39 x102
2 2
Staphylococcus Tuang 52 x10 64 x10 60 x102
3 aureus Sebar 38 x102 53 x102 47 x102
2 2
Vibrio Tuang 68 x10 72 x10 69 x102
cholerae Sebar 42 x102 60 x102 51 x102
Keterangan : NA = Nutrient Agar; F = Formula; CFU/ml = Colony Forming Unit;
102 = pengenceran sampai 102.
53
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 5. (Lanjutan)
Konsentrasi tepung
Pengu- Biakan Metode Kontrol
langan Bakteri Biakan F1 F2 (F3) NA
Sampel (CFU/ (CFU/ (CFU/
ml) ml) ml)
Lactobacillus Tuang 47 x10 56 x102
2
51 x102 ∞
acidophilus Sebar 36 x102 45 x102 39 x102 ∞
Staphylococcus Tuang 69 x102 98 x102 86 x102 ∞
1 aureus Sebar 61 x102 67 x102 64 x102 ∞
Vibrio Tuang 72 x102 103 x102 95 x102 ∞
cholerae Sebar 65 x102 72 x102 68 x102 ∞
Konsentrasi tepung
Pengu- Biakan Metode
langan Bakteri Biakan F1 F2 F3
Sampel (CFU/ml) (CFU/ml) (CFU/ml)
Lactobacillus Tuang 41 x102 58 x102 68 x102
acidophilus Sebar 33 x102 40 x102 42 x102
Staphylococcus Tuang 105 x102 122 x102 113 x102
2 aureus Sebar 84 x102 99 x102 87 x102
Vibrio Tuang 163 x102 183 x102 179 x102
cholerae Sebar 159 x102 176 x102 165 x102
Konsentrasi tepung
Pengu- Biakan Metode
langan Bakteri Biakan F1 F2 F3
Sampel (CFU/ml) (CFU/ml) (CFU/ml)
Lactobacillus Tuang 35 x102 45 x102 38 x102
acidophilus Sebar 31 x102 39 x102 36 x102
Staphylococcus Tuang 46 x102 72 x102 57 x102
3 aureus Sebar 37 x10 2
48 x10 2
43 x102
Vibrio Tuang 60 x102 74 x102 66 x102
2 2
cholerae Sebar 34 x10 56 x10 44 x102
Keterangan : NA = Nutrient Agar; F = Formula; CFU/ml = Colony Forming Unit;
102 = pengenceran sampai 102.
54
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 6. Hasil pertumbuhan bakteri
1. Hasil pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus dengan menggunakan
metode gores.
A1 B1 C1
A2 B2 C2
A3 B3 C3
Keterangan: A1 : tepung 5%; A2 : tepung 7,5%; A3 : tepung 10%; B1: pati 5%;
B2: pati 7,5%; B3 : pati 10%; C1,C2,C3 : Nutrient agar
55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 6. (Lanjutan)
2. Hasil pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan menggunakan
metode gores.
A1 B1 C1
A2 B2 C2
A3 B3 C3
Keterangan: A1 : tepung 5%; A2 : tepung 7,5%; A3 : tepung 10%; B1: pati 5%;
B2: pati 7,5%; B3 : pati 10%; C1,C2,C3 : Nutrient agar
56
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 6. (Lanjutan)
3. Hasil pertumbuhan bakteri Vibrio cholerae dengan menggunakan metode
gores.
A1 B1 C1
A2 B2 C2
A3 B3 C3
Keterangan: A1 : tepung 5%; A2 : tepung 7,5%; A3 : tepung 10%; B1: pati 5%;
B2: pati 7,5%; B3 : pati 10%; C1,C2,C3 : Nutrient agar
57
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 6. (Lanjutan)
4. Hasil pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus dengan menggunakan
metode sebar.
A1 B1 C1
A2 B2 C2
A3 B3 C3
Keterangan: A1 : tepung 5%; A2 : tepung 7,5%; A3 : tepung 10%; B1: pati 5%;
B2: pati 7,5%; B3 : pati 10%; C1,C2,C3 : Nutrient agar
58
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 6. (Lanjutan)
5. Hasil pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan menggunakan
metode sebar.
A1 B1 C1
A2 B2 C2
A3 B3 C3
Keterangan: A1 : tepung 5%; A2 : tepung 7,5%; A3 : tepung 10%; B1: pati 5%;
B2: pati 7,5%; B3 : pati 10%; C1,C2,C3 : Nutrient agar
59
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 6. (Lanjutan)
6. Hasil pertumbuhan bakteri Vibrio cholerae dengan menggunakan metode sebar.
A1 B1 C1
A2 B2 C2
A3 B3 C3
Keterangan: A1 : tepung 5%; A2 : tepung 7,5%; A3 : tepung 10%; B1: pati 5%;
B2: pati 7,5%; B3 : pati 10%; C1,C2,C3 : Nutrient agar
60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 6. (Lanjutan)
7. Hasil pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus dengan menggunakan
metode tuang.
A1 B1 C1
A2 B2 C2
A3 B3 C3
Keterangan: A1 : tepung 5%; A2 : tepung 7,5%; A3 : tepung 10%; B1: pati 5%;
B2: pati 7,5%; B3 : pati 10%; C1,C2,C3 : Nutrient agar
61
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 6. (Lanjutan)
8. Hasil pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan menggunakan
metode tuang.
A1 B1 C1
A2 B2 C2
A3 B3 C3
Keterangan: A1 : tepung 5%; A2 : tepung 7,5%; A3 : tepung 10%; B1: pati 5%;
B2: pati 7,5%; B3 : pati 10%; C1,C2,C3 : Nutrient agar
62
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 6. (Lanjutan)
9. Hasil pertumbuhan bakteri Vibrio cholerae dengan menggunakan metode
tuang.
A1 B1 C1
A2 B2 C2
A3 B3 C3
Keterangan: A1 : tepung 5%; A2 : tepung 7,5%; A3 : tepung 10%; B1: pati 5%;
B2: pati 7,5%; B3 : pati 10%; C1,C2,C3 : Nutrient agar
63
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 7. Perhitungan hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk pati dan tepung
1. Perhitungan penetapan kadar air dari serbuk pati ubi jalar ungu
B−C
% Kadar air = × 100%
B−A
Keterangan: A = Berat cawan 46,17 g
B = Berat sampel + cawan
C = Berat sampel kering + cawan
2. 5,00 0,50
3. 5,00 0,52
51,16 −50,66
1. % Kadar air I = x 100% = 10,02%
51,16−46,17
51,16 −50,66
2. % Kadar air II = x 100% = 10,02%
51,16−46,17
51,16 – 50,64
3. % Kadar air II = x 100% = 10,42%
51,16−46,17
2. Perhitungan penetapan kadar air dari serbuk tepung ubi jalar ungu
B−C
% Kadar air = × 100%
B−A
Keterangan: A = Berat cawan 36,75 g
B = Berat sampel + cawan
C = Berat sampel kering + cawan
2. 5,06 0,50
3. 5,06 0,50
41,81 − 41,32
1. % Kadar air I = x 100% = 9,68%
41,81−36,75
41,81 − 41,31
2. % Kadar air II = x 100% = 9,88%
41,81− 36,75
41,81− 41,31
3. % Kadar air III = x 100% = 9,88%
41,81− 36,75
64
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 7. (Lanjutan)
3. Perhitungan penetapan kadar abu total dari serbuk pati ubi jalar ungu
Berat abu
% Kadar abu = x 100%
Berat sampel
2. 2,0 0,02
3. 2,0 0,04
0,02
1. % Kadar abu I = x 100% = 1%
2,0
0,02
2. % Kadar abu II = x 100% = 1%
2,0
0,04
3. % Kadar abu III = x 100% = 2%
2,0
1% + 1%+ 2%
% Kadar abu rata-rata = = 1,3%
3
4. Perhitungan penetapan kadar abu total dari serbuk tepung ubi jalar ungu
Berat abu
% Kadar abu = x 100%
Berat sampel
2. 2,0 0,05
3. 2,0 0,05
0,04
1. % Kadar abu I = x 100% = 2%
2,0
0,05
2. % Kadar abu II = x 100% = 2,5%
2,0
0,05
3. % Kadar abu III = x 100% = 2,5%
2,0
2% + 2,5%+ 2,5%
% Kadar abu rata-rata = = 2,3%
3
65
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 8. Perhitungan hasil rendemen pati dan tepung ubi jalar ungu
100 g
= x 100% = 10% b⁄b
1000 g
300 g
= x 100% = 30% b⁄b
1000 g
66
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 9. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian
(A) (B)
Keterangan : A: tepung ubi ungu; B: pati ubi ungu; C: Agar; D: serbuk NaCl; E:
media Nutrient agar; F: susu UHT (Ultra High Temperature); G:
aqua DM (Demineralized); H: infus NaCl 0,9%.
67
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 10. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
(A) (B)
(F) (G)
68
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 10. (Lanjutan)
(H) (I)
(J) (K)
(L) (M)
(N) (O)
69
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 10. (Lanjutan)
(P) (Q)
70
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 11. Hasil pemeriksaan pH pada media pati dan tepung ubi jalar ungu
71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 12. Bagan alir
1. Pembuatan pati ubi ungu
Serbuk Pati
72
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 12. (Lanjutan)
2. Pembuatan tepung ubi ungu
73
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 12. (Lanjutan)
3. Pembuatan peremajaan biakan bakteri
Nutrient Agar
74
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 12. (Lanjutan)
5. Pengenceran Suspensi Bakteri
Suspensi Bakteri 106
dilakukan pengenceran dari suspensi
bakteri 106 sebanyak 4 kali yaitu 105,
104, 103 dan 102 dengan mengguna-
kan NaCl fisiologis steril
digunakan suspensi bakteri 106 pada
metode gores sedangkan pada meto-
de sebar dan tuang digunakan suspen
-si bakteri 102.
75
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 12. (Lanjutan)
6. Pembuatan media pengganti Nutrient agar
Pertumbuhan Bakteri
Lactobacillus
acidophilus,
Staphylococcus aureus
dan Vibrio cholerae
76
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 12. (Lanjutan)
8. Pengujian bakteri dengan metode sebar
Pertumbuhan Bakteri
Lactobacillus
acidophilus,
Staphylococcus aureus
dan Vibrio cholerae
Pertumbuhan Bakteri
Lactobacillus
acidophilus,
Staphylococcus aureus
dan Vibrio cholerae
77
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA