Bab Iii
Bab Iii
A. Pengertian Warisan
yang brarti peralihan harta orang yang sudah meninggal dunia (pewaris)
kepada orang yang masih hidup (ahli waris).Sehingga dapat dipahami bahwa
kewarisan itu adalah peralihan sesutau (harta) dari yang mewariskan kepada
yang masih hidup (ahli waris) dalam kewarisan hukum Islam mengenal tiga
unsur yaitu pewaris, harta warisan, dan ahli waris. Dan juga perlu diketahui
bahwa peralihan milik dari pewaris hanya dapat berlaku menurut hukum bila
harta tersebut adalah hak milik pewaris secara penuh. Pemilikan secara penuh
dapat berlaku bila harta itu dimiliki bendanya dan dimilikinya pula jasa atau
manfaatnya.
tangannya dan tidak memiliki benda atau zat harta itu, maka harta itu bukan
dinamakan hak milik pribadinya, seperti barang yang di sewa, barang yang
dipinjam, barang titipan dan lain-lain yang bendanya masih merupakan hak
pemilik asal, bukan milik penuh dari yang menyewa, meminjam, atau yang
menerima titipan.
1
Hajar M, Hukum Kewarisan Islam (Alaf Riau 2007), Cet. 1, h,1
Begitu pula sebaliknya, bila seseorang hanya memiliki zat atau
bendanya saja dan tidak memiliki manfaatnya seperti jaminan suatu utang.
Harta itu baru jadi miliknya secara penuh untuk dapat diwariskan bila telah
berahir kontark atas manfaat harta tersebut, apabila harta tersebut bukan milik
secara penuh bagi seseorang, maka harta itu tidak memenuhi syarat untuk jadi
harta warisan2.
Harta yang tercampur yang didalamnya ada hak orang lain, baik sedikit
atau banyak, menjadikan harta itu tidak sepenuhnya menjadi milik seseorang.
dibersihkan dari campuran hak orang lain3. Dalam hal pembagian harta warisan
orang lain secara tidak sah. Sebagaimana Firman Allah dalam surat Al-
Artinya : “ dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang
lain diantara kamu dengan jalan yang bathil4.
2
Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam (Jakarta: Kencana, 2012) Cet, ke 4, h,
210-211
3
Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Op cit. h, 2011
4
Departemen Agama RI. Al-Quran dan terjemahannya, (ponegoro 2008), Cet, 6 h, 29
Artinya:
Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-
bapak dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula)
dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau
banyak menurut bahagian yang Telah ditetapkan. (An-Nisa’ ayat 75).
Artinya:
Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)
anak-anakmu. yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan
bagahian dua orang anak perempuan dan jika anak itu semuanya
perempuan lebih dari dua Maka bagi mereka dua pertiga dari harta
yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia
memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi
masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang
meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak
mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka
ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai
beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. Pembagian-
pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat
atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan
anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang
lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu.Ini adalah ketetapan dari
5
Departemen Agama RI, Op cit, h, 78
Allah.Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.(An-Nisa’ ayat 11)
Sedangkan hadits Nabi Rasulullah saw dari Ibnu Abbas yang berbunyi:
اﻟﺤﻘﻮ اﻟﻔﺮ:ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎ س رﺿﻰ ﷲ ﻋﻨﮭﺎ ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل
( ) رواه اﻟﺒﺨﺎري. ﻓﻤﺎ ﺑﻘﻲ ﻓﮭﻮ ﻷو ﻟﻰ رﺟﻞ زﻛﺮ,ﺋﻄﻰ ﺑﺄھﻠﮭﺎ
Artinya:
“Dari Ibnu Abbas, dari Nabi Muhammad SAW bersabda. Berikanlah
bagian harta warisan kepada orang yang berhak mendapatkannya,
dan yang sisanya adalah bagi orang laki-laki yang paling dekat
hubungan kerabatnya6
1. Asas Ijbari
2. Asas Bilateral
warisan dari dua belah pihak garis kerabat,yakni dari garis keturunan
perempuan maupun garis keturunan laki-laki. Asas ini dapat dilihat dalam
6
M. Nashiruddin al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, (Jakarta: Gema Insani Press,
2008, Cet. 1, h, 752.
surat An-Nisa, ayat 7 yang menjelaskan bahwa seorang anak laki-laki
berhak mendapat warisan dari pihak ayah dan pihak ibu. Begitupula seorang
anak perempuan berhak menerima harta warisan dari pihak ayah dan ibu7.
3. Asas Individual
jatah masing-masing tanpa terikat dengan ahli waris yang lain. Maksudnya
keseluruhan harta warisan dibagikan kepada setiap ahli waris yang berhak
baik harta yang ditinggalkan itu sedikit atau banyak yang bahagiannya
setiap ahli waris dan bagi yang melanggarnya akan mendapatkan sanksi
4. Asas Keadilan
7
Hajar M, Op cit, h, 12
8
Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Op cit, h, 23
9
Hajar M, Op cit, h, 14
Secara rinci disebutkan dalam Al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 11, 12,
dan 176 menurut ketiga ayat itu dikatakan bahwa anak laki-laki dan anak
perempuan berhak mewarisi, bapak dan ibu juga berhak mewarisi, adanya
hak suami dan istri, saudara laki-laki dan perempuan dan seayah atau
seibu.10
tidak dapat beralih kepada orang lain yaitu ahli waris selama yang
10
Hajar M, Op cit, h, 15
11
Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Op cit, h, 30
12
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), Cet. I.
h, 113.
a. Mati haqiqy (mati sejati) adalah kematian yang dapat disaksikan oleh
b. Mati hukmi adalah kematian yang disebabkan oleh putusan hakim, baik
c. Mati taqdiry adalah kematian yang didasarkan pada dugaan yang kuat
2. Hidupnya ahli waris mutlak harus dipenuhi. Seorang ahli waris hanya akan
mewaris jika dia masih hidup ketika pewaris meninggal dunia. Masalah
boleh jadi muncul berkaitan dengan hal ini antara lain adalah;
tidakdiketahui secara pasti apakah dia masih hidup ataukah sudah mati
b. Masalah anak dalam kandungan yaitu terjadi dalam hal istri muwarits
13
Fatchur Rahman, Ilmu Waris, (Bandung: Al-Ma’arif, 1981), h. 79
matiduluan. Maka penetapannya dilakukan dengan memperhatikan
pewaris.
miliksuami istri.Bila suami meninggal, maka harta itu harus dibagi dua
E. Sebab-sebab Mewarisi
14
Ahmad Rofiq, Fiqih Mawaris, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1995), Cet. 2, h. 22-23
Kalau dianalisis penyebab adanya hak untuk mewarisi harta
adalah sebagaiberikut:
1) Hubungan Kekerabatan
saat adanya kelahiran.Jika seorang anak lahir dari seorang ibu, makaibu
tidakdapat diingkari oleh siapapun karena setiap anak yang lahir dari rahim
kekerabatan antara anak dengan ayah ditentukan oleh oleh adanya akad
yang sah antara ibu dengan ayah (penyebab si ibu hamil dan
15
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, (penebit: CV. Nuansa Aulia, Bandung
Cet 1, h, 55.
dapat pula diketahui hubungan kekerabatan dari pihak ayah dan ibu sampai
menerima warisan.
2) Hubungan Perkawinan
timbullah persoalan pengutamaan sesama ahli waris itu, ada yang perlu
Hijab secara harfiah berarti satir, penutup atau penghalang, orang yang
menghalangi disebut hijab dan orang yang terhalang disebut mahjub. Hijab ada
dua, pertama hijab nuqson yang menghalangi dengan mengurangi bagian ahli
yaitu menghalangi secara total. Hak-hak waris si mahjub tertutup sama sekali
dengan adanya ahli waris yang menghijab. Misalnya, saudara perempuan kandung
pada mulanya dia menerima ½ , tetapi karna adanya anak laki-laki, maka ia
Ahli waris ashab al-furud adalah ahli waris yang bagiannya telah
ditetapkan cecara pasti dalam al-Qur’an dan hadist nabi.Mereka menerima harta
warisan dalam urutan yang pertama, atau ahli waris yang secara hukum syara’
Ahli waris ashabul furud terdiri dari dua belas orang, yang terdiri dari
delapan orang perempuan dan empat orang laki-laki dan bagian-bagian tertentu
a. Seperdua (1/2)
b. Seperempat (1/4)
c. Seperdelapan (1/8)
d. Duapertiga (2/3)
e. Sepertiga (1/3)
f. Seperenam (1/6)17
2/3 Jika dua orang atau lebih dan tidak bersma dengan anak laki-laki.
2/3 Jika dua orang atau lebih adan tidak bersama dengan cucu laki-
laki.
3. Ibu, mendapat:
1/6 Jika ada anak atau cucu atau dua orang bersaudara atau lebih
1/3 Jika tidak menggilkan anak atau cucu atau dua orang saudara atau
lebih
1/3 dari sisa bila ahli waris terdiri dari ayah, ibu, suami atau istri.
4. Ayah, mendapat:
1/6 Jika + sisa jika tidak ada anak laki-laki dan cucu laki-laki
perempuan seayah
2/3 Jika lebih dari seorang dan tidak bersama saudara laki-laki atau
2/3 Jika lebih dari seorang dan tidak bersama saudara laki-laki
1/6 Jika ada anak atau cucu + sisa bila tidak ada anak atau cucu laki-
laki
dijelaskan bagiannya dalam Al-Qur’an dan Hadist Nabi.Dia menerima hak dalam
urutan kedua, dia mengambil seluruh harta bila tidak ada bersamanya ahli waris
zul Furudh dan mengambil sisa harta setelah diberikan lebih dahulu kepada ahli
waris zul Furudh yang ada bersamanya.Apabila harta warisan itu masih bersisa
Adapun ahli waris ashabah terdiri dari tiga kelompok, yaitu ashabah bi nafsisi,
bantuan ahli waris lain. Ia berstatus sebagai ahli waris yang berhak atas
seluruh sisa harta, yang terdiri dari anak laki-laki saja. Mereka itu
adalah:
2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki, bila tidak ada anak laki-laki
5. Saudara laki-laki kandung, bila tidak ada anak atau cucu laki-
laki
kandung
7. Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung, bila tidak ada
seayah
8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah, bila tidak ada anak
9. Paman kandung, bila tidak ada anak laki-laki dari saudara laki-
10. Paman seayah, bila tidak ada paman kandung dan yang
menghijabnya
11. Anak laki-laki dari paman kandung, bila tidak ada paman
12. Anak laki-laki dari paman seayah, bila tidak ada lagi ahli waris
laki-laki kandung
laki-laki seayah
terdapat anak laki-laki atau cucu laki-laki dan ahli waris ashabah bi
Faktor yang menyebabkan terhalang menjadi ahli waris ada dua, yaitu
.ﯾرث اﻟﻘﺎ ﺗل ﻻ:م ﻗﺎل. ﻋن اﺑﻰ ھرﯾرة رﺿﻰ ﷲ ﻋﻧﮫ ﻋن رﺳو ل ﷲ ص
Artinya: Dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah saw berkata: Pembunuh tidak
berhak sebagai ahli waris.
Hadits diatas cukup kuat sehingga dapat diterima oleh semua mujtahid,
dan di tempatkan sebagai dalil yang dapat dijadikan hujjah.Namun masih terdapat
tetapi pendapat yang lebih kuat yaitu dikalangan ulama Syafii yang menetapkan
Artinya: Dari Usamah bin Zaid ra. Bahwasanya Nabi saw bersabda: seorang
muslim tidak mewarisi dari seorang kafir, dan seorang kafir tidak
mewarisi seorang muslim.18
warisan, dan ahli waris.Bila ketiga unsur ini terpenuhi, pembagian warisan baru
dapat dilaksanakan atau dibagikan kepada setiap ahli waris. Dalam Kompilasi
warisan si pewaris ada beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan oleh ahli
waris yaitu:
hutang. Meskipun yang disebutkan terlebih dahulu wasiat daripada hutang, tetapi
18
M. Nashiruddin al-Albani, Ringkasan Shahih Muslim, (Jakarata: Gema Insani Press 2005,
Cet, 1, h, 470.
19
Kompilasi Hukum Islam, Op Cit, h, 56.
maksud daripada ayat tersebut adalah bahwa wasiat dan hutang harus
jumhurul ulama menetapkan bahwa biaya tersebut adalah tindakan yang paling
awal dilakukan.20 Pandangan yang berbeda dalam halini adalah kelompok Zahiri
yang lain, yang mengatakan bahwa pembayaran hutang harus didahulukan dari
adalah bahwa secara lahir ayat al-Qur’an menhendaki hutang lebih dahulu
dibayar, bila dengan membayar hutang harta pewaris habis, biaya penguburan
ternyata masih ada kelebihan harta maka kelebihannya itu menjadi hak penuh ahli
waris. Kemudian setelah menghadapi setumpuk harta yang akan dibagikan kepada
ahli waris, baik secara fisik maupun perhitungan, maka usaha selantjutnya sebagai
berikut:
uang dan angka, baik yang brgerak maupun yang tidak bergerak, baik
20
Drs. H. Moh.Rifa’I, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Penerbit: PT. Karya Toha Putra Semarang,
5 mei 1978, h, 513.
b. Menelusuri secara pasti orang-orang yang bertalian dengan si pewaris baik
bagian yang di tentukan (zul furudh) atau ahli waris yang bagiannya masih
2. Suami 1/4
3. Ayah Ashabah
Asal masalah adalah 4 yaitu bilangan yang habis dibagi dua dan empat:
Jumlahnya = 3 Bagian