Anda di halaman 1dari 13

Jurnal PENA

ISSN 2355-3766 Volume 5|Nomor 1|897

Jurnal Penelitian dan Penalaran


Submitted: Desember 2017, Accepted: Januari 2018, Publisher: Februari 2018

HUTAN 3B (BAKAU, BACA DAN BUDAYA) UPAYA


PENCEGAHAN ABRASI DAN PEMANFAATAN
AREA PUBLIK BERBASIS WISATA PHINISI
DI PANTAI BAJANG KECAMATAN HERLANG
KABUPATEN BULUKUMBA

A. Sarifah Nur Rahmi1, Masyita Sawal1, Nur Karmilawati Abdis2


Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah Makassar1
Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Muhammadiyah Makassar2
Shary_assagaf@yahoo.com

ABSTRAK
Kemaritiman Indonesia merupakan sektor yang paling berpengaruh karena wilayah
Indonesia yang didominasi laut. Kegiatan yang dilakukan di laut berhubungan dengan
pelayaran dan perdagangan dilaut serta meliputi semua kegiatan eksplorasi dan ekploitasi
sumber daya laut. Salah satu masalah kemaritiman yang hampir terjadi diseluruh wilayah
pesisir pantai yang ada di Indonesia adalah abrasi pantai. Di kecamatan Herlang
Ksbupaten Bulukumba terdapat suatu pantai yang mengalami abrasi cukup parah yaitu
pantai Bajang. Abrasi pantai yang terjadi di Pantai Bajang membuat garis pantai semakin
menyempit akibat pengikisan pantai oleh gelombang laut dan arus laut yang bersifat
merusak. Pencegahan abrasi pantai bisa dilakukan dengan membuat ekosistem baru yang
mampu menahan gelombang arus laut dan dapat dimanfaatkan sebagai area publik yangt
bermanfaat untuk masyarakat sekitar pesisir. Upaya pengelolaan sumber daya laut dan
pesisir yang kurang berwawasan lingkungan sehingga berdampak terhadap penurunan
produktivitas kelautan. Salah satu pencegahan abrasi adalah hutan bakau yang dijadikan
sebagai tempat membaca dan bermain yang bernilai edukatif dengan tetap mengangkat
budaya lokal daerah sekitar. Hutan bakau memiliki kegunaan sebagai pencegahan
terhadap abrasi pantai karena memiliki akar yang efisien dalam melindungi tanah di
diwilayah pesisir, sehingga dapat menjadi pelindung pengikisan tanah. Jenis penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dengan penelitian kepustakaan. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah dokumentasi dengan teknik analisis data yang dimulai dari
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Konsep hutan 3B
(bakau, baca, dan budaya) yang merupakan solusi pencegahan abrasi dapat dimanfaatkan
sebagai area publik dengan membuat taman baca dan taman bermain yang berbasis
kebudayaan. Mengintegrasikan 3 fungsi berbeda ke dalam satu tempat yang sama.
Pengaruh dari hutan 3B selain sebagai pemecah ombak juga memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap lingkungan serta masyarakat sekitar pesisir pantai Bajang kecamatan
Herlang. Tujuan dari menginovasikan hutan bakau menjadi area publik memiliki banyak
manfaat bagi masyarakat sekitar. Adanya hutan 3B (bakau,baca, dan budaya) di Pantai
Bajang dapat menunjang kepentingan masyarakat.
Kata kunci: Abrasi Pantai, Area Publik, Hutan 3B (Bakau, Baca, dan Budaya)

Copyright© 2018 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
ISSN 2355-3766 Volume 5|Nomor 1|898
ABSTRACT
Indonesian Maritime Affairs is the most influential sector because Indonesia's territory is
dominated by the sea. Activities carried out in the sea are related to shipping and trade at sea and
include all exploration and exploitation of marine resources. One of the maritime problems that
almost occur in all coastal areas in Indonesia is coastal abrasion. In the Herlang sub-district,
Bulukumba Regency, there is a beach that has severe abrasion, namely Bajang beach. Coastal
abrasion that occurs on Bajang Beach makes the coastline narrower due to erosion of the coast by
destructive ocean waves and ocean currents. Coastal abrasion prevention can be done by creating
a new ecosystem that is able to withstand waves of ocean currents and can be used as public areas
that are useful for communities around the coast. Efforts to manage marine and coastal resources
that are less environmentally sound so that they affect the decline in marine productivity. One of
the prevention of abrasion is the mangrove forest which is used as a place of reading and playing
with educational value by continuing to elevate the local culture of the surrounding area.
Mangrove forests have a purpose as a prevention against coastal abrasion because they have
roots that are efficient in protecting land in coastal areas, so they can protect the soil erosion due
to ocean currents. This type of research is qualitative research with library research. Data
collection techniques used are documentation with data analysis techniques that start from data
reduction, data presentation and conclusion or verification. The concept of forest 3B (mangrove,
reading, and culture) which is an abrasion prevention solution can also be used as a public area
by making reading parks and cultural-based playgrounds. Integrate 3 different functions into the
same place. The influence of the 3B forest besides being a breakwater also has a significant
influence on the environment and the communities around the coast of Bajang, Herlang district.
The goal of innovating mangrove forests into public areas has many benefits for the surrounding
community. The existence of 3B (mangrove, reading and cultural) forests on Bajang Beach can
support the interests of the community.

Keywords: Beach Abrasion, Public Area, Forest 3B (Mangrove, Reading, and Culture)

PENDAHULUAN Perairan wilayah pantai


Kemaritiman Indonesia merupakan salah satu ekosistem
merupakan sektor yang paling yang sangat produktif di perairan
berpengaruh karena wilayah laut. Ekosistem ini dikenal sebagai
indonesia yang didominasi laut. ekosistem yang dinamik dan unik,
Kegiatan yang dilakukan di laut karena pada wilayah ini terjadi
berhubungan dengan pelayaran dan pertemuan tiga kekuatan yaitu yang
perdagangan di laut serta meliputi berasal dari daratan, perairan laut
semua kegiatan eksplorasi dan dan udara. Ekosistem pantai
eksploitasi sumber daya laut. Hal mempunyai berbagai sumber daya
yang sangat diutamakan pada sektor alam yang berpotensi untuk
kemaritiman saat ini yaitu dikembangkan. Upaya pengelolaan
pengelolaan sumber daya pesisir dan sumber daya laut dan pesisir yang
laut yang berkelanjutan dan kurang berwawasan lingkungan,
bertanggungjawab berbasis kelautan sehingga berdampak terhadap
(Badan Pusat Statistik, 2015). penurunan produktivitas.

Copyright© 2018 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
ISSN 2355-3766 Volume 5|Nomor 1|899
Menurut Hadi (2014) ada Salah satu masalah
beberapa hal yang menjadi kendala kemaritiman yang hampir terjadi di
utama dalam pembangunan bangsa seluruh wilayah pesisir pantai yang
yang berbasis kelautan yaitu cara ada di Indonesia adalah lingkungan
pandang masyarakat yang masih kelautan seperti abrasi pantai. Abrasi
berorientasi ke darat, lemahnya pantai tidak hanya membuat garis-

industri maritim, penguasaan IPTEK garis pantai menjadi semakin

kelautan yang masih terbatas, menyempit, tetapi juga akan

lemahnya pengelolaan wilayah pesisir mengurangi nilai estetik dari wilayah

dan laut, dan lemahnya sistem hukum, pantai indonesia yang merupakan

pertahanan dan keamanan maritim nilai jual dari sektor pariwisata.

indonesia. Akibat abrasi, garis pantai yang ada

Lemahnya pengelolaan di Indonesia mengalami penyempitan

wilayah pesisir dan laut menjadikan yang cukup memprihatinkan. Abrasi

pembangunan daerah di sektor pantai rata-rata terjadi dari 2 – 10

maritim mengalami kemunduran. meter pertahun, yang jika terus

Potensi sektor maritim di kawasan terjadi bukan hanya membuat garis

timur indonesia yang cukup tinggi pantai menyempit tetapi akan

namun kurang pengelolaan perlu membuat garis-garis pantai hilang.

dibantu dari berbagai aspek. Kecamatan Herlang adalah

Lingkungan laut memiliki banyak adalah satu dari sepuluh kecamatan

potensi yang membutuhkan yang ada di Kabupaten Bulukumba.

pemberdayaan secara berkelanjutan. Kecamatan ini berada di pesisir timur

Permasalahan-permasalahan yang dari Provinsi sulawesi selatan. Luas

masih terjadi di laut seperti daerah di kecamatan Herlang yaitu

penangkapan ikan oleh kapal asing, 6.879 Ha, 6,47% berada pada

infrastruktur penunjang pelabuhan ketinggian 0-25 mdpl, 57,28% yang

perikanan, dan abrasi pantai serta berada pada ketinggian 25-100 mdpl,

kurangnya sumber daya manusia dan 36,25% yang berada pada

yang ahli di bidang kemaritiman ketinggian 100-500 mdpl. Luas

seakan tidak pernah selesai wilayah lautan yang berkisar 63,75%

menemukan solusi. menjadikan kecamatan Herlang


sebagai salah satu dari 7 kecamatan

Copyright© 2018 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
ISSN 2355-3766 Volume 5|Nomor 1|900
yang ada di bulukumba yang dalam melindungi tanah di wilayah
merupakan daerah pesisir sebagai pesisir, sehingga dapat menjadi
sentra pengembangan pariwisata. Di pelindung pengikisan tanah akibat
kecamatan Herlang terdapat satu air.
pantai yang mengalami abrasi cukup Gagasan yang diajukan
parah yaitu pantai bajang. Pantai penulis yaitu membuat hutan bakau,
bajang yang merupakan pantai baca dan budaya. Hutan bakau
berlumpur dijadikan sebagai sebagai salah satu cara pencegahan
dermaga bagi para nelayan yang abrasi pantai di daerah pantai bajang
berada di kecamatan Herlang dapat juga dijadikan sebagai tempat
(Website Resmi Pemerintah membaca dan pariwisata bahari yang
Kabupaten Bulukumba). memperkenalkan tentang wisata
Pantai Bajang saat ini phinisi serta budaya lokal
dijadikan sebagai dermaga oleh
masyarakat Kabupaten Bulukumba
nelayan pesisir kecamatan Herlang.
yang nantinya akan bernilai edukatif
Abrasi pantai yang terjadi di pantai
bagi warga sekitar dan masyarakat
Bajang membuat garis pantai
yang berkunjung ke dermaga.
semakin menyempit akibat
Gagasan ini diajukan berdasarkan
pengikisan pantai oleh gelombang
kondisi pantai Bajang yang semakin
laut dan arus laut yang bersifat
hari makin memprihatinkan, dan
merusak. Pencegahan abrasi pantai
untuk meningkatkan pengetahuan
bisa dilakukan dengan membuat
masyarakat sekitar dengan adanya
ekosistem baru yang mampu
hutan baca dan budaya.
menahan gelombang dan arus laut.
Kawasan pesisir di wilayah
METODE PENELITIAN
Indonesia timur. Indonesia memiliki
Jenis penelitian yang
empat ekosistem yang berharga,
digunakan adalah penelitian
yaitu hutan mangrove (bakau),
terumbu karang, lamun dan estuaria kualitatif dengan penelitian

(Syahailatua, 2014). Hutan bakau kepustakaan (library research) yaitu

memiliki kegunaan sebagai penelitian yang dilakukan peneliti

pencegahan terhadap abrasi pantai dalam rangka mencari.


karena memiliki akar yang efisien

Copyright© 2018 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
ISSN 2355-3766 Volume 5|Nomor 1|901
Objek yang digunakan dalam seperti yang disarankan oleh data.
penelitian ini adalah objek sekunder Terdapat tiga tahapan dalam teknik
berupa dokumen-dokumen tertulis analisis data, yakni: reduksi data,
mengenai kondisi geografis pantai, penyajian data dan menarik
dan buku serta jurnal yang kesimpulan atau verifikasi.
mendukung penelitian ini. Sumber
data yang digunakan dalam penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
ini adalah sumber data sekunder yang Konsep Hutan 3B (Bakau, Baca
berasal dari buku, jurnal dan skripsi dan Budaya)
yang terkait permasalahan.
Hutan 3B merupakan
Teknik pengumpulan data
pembangunan hutan bakau di pesisir
yang digunakan dalam penelitian ini
pantai Bajang kecamatan Herlang
adalah dokumentasi. Menurut
yang berfungsi sebagai penahan
Sugiyono (Sugiarto, 2015)
ombak sehingga mampu mengurangi
menjelaskan bahwa secara umum
abrasi pantai yang terjadi. Area hutan
terdapat empat macam teknik
tersebut selain berfungsi mencegah
pengumpulan data, yaitu observasi,
abrasi juga dijadikan area publik yang
wawancara, dokumentasi dan
bermanfaat bagi masyarakat.
triangulasi. Data yang digunakan
Membuat perpustakaan baca dan
merupakan data sekunder bersumber
taman budaya di sisi depan dermaga
dari beberapa buku, jurnal dan skripsi
menjadi nilai tambah pada hutan
terkait dengan permasalahan.
bakau tersebut. Hutan 3B yaitu
Teknik analisis data dalam
konsepnya menggabungkan tiga
penulisan ini terdiri atas reduksi data,
fungsi yang berbeda ke dalam satu
penyajian data dan penarikan
tempat yang sama.
kesimpulan/verifikasi. Menurut
Pantai Bajang jarang
Sugiyono (2016) analisis data adalah
dikunjungi masyarakat karena
proses mengorganisasikan dan
memiliki tekstur pantai yang
mengurutkan data ke dalam pola,
berlumpur kini dapat dijadikan
kategori, dan satuan uraian dasar
sebagai salah satu sektor wisata.
sehingga dapat ditemukan tema dan
Kecamatan Herlang yang merupakan
dapat dirumuskan hipotesis kerja
daerah pesisir hanya memiliki satu

Copyright© 2018 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
ISSN 2355-3766 Volume 5|Nomor 1|902
tempat wisata pantai sedangkan garis sebagai orang-orang yang
pantainya sangat luas. Dermaga yang menjalankan hutan 3B.
ada hanya digunakan sebagai tempat Pemerintah sekitar merupakan
mengikat perahu-perahu kecil para lembaga legal yang berfungsi sebagai
nelayan yang menjadikan pelaut perencana dan pelaksana
sebagai mata pencaharian utama kepentingan-kepentingan publik.
masyarakat sekitar pantai Bajang. Dinas terkait yang masing-masing
Implementasi konsep ini memiliki wewenang terhadap
membuat pemerintah dan masyarakat pembangunan hutan 3B ini harus
memiliki peranan yang penting merencanakan secara baik sehingga
terhadap pembangunan konsep hutan pelaksanaannya mampu sesuai seperti
3B. Pemerintah Kabupaten tujuan utama dari pembangunannya.
Bulukumba yang diwakili oleh Dinas Meskipun begitu, pelaksana dari
Kelautan dan Perikanan, Dinas pembangunan ini harus dikembalikan
Kebudayaan dan Pariwisata serta kepada masyarakat lokal sebagai
Dinas Kehutanan harus mampu sumber daya manusia yang
menjalankan tugas-tugas formal dari diberdayakan oleh pemerintah
pembangunan hutan 3B ini. setempat.
Dinas Kehutanan memberikan
Hutan 3B yang akan dibangun
bibit hutan bakau, penyuluhan cara
nantinya akan dikelola langsung oleh
menanam serta pemeliharaannya bagi
masyarakat tapi dengan bantuan
masyarakat untuk digunakan sebagai
pembangunan dari pemerintah
pemecah ombak di pantai Bajang.
setempat. Penggunaan hutan 3B
Dinas Kelautan dan Perikanan yang
sebagai area publik akan dikenakan
membawahi masalah pesisir pantai
biaya retribusi bagi pengunjung yang
Bajang di kabupaten Bulukumba
datang tapi masih dengan biaya yang
untuk memberdayakan masyarakat
terjangkau bagi masyarakat sekitar.
sekitar untuk menjaga sektor kelautan
Biaya tersebut nantinya akan
sekitar. Dinas Kebudayaan dan
digunakan sebagai pembiayaan untuk
Pariwisata sebagai pengelola sektor
pemeliharaan hutan 3B. Ada beberapa
wisata kabupaten Bulukumba
item yang terdapat di hutan 3B,
memberdayakan masyarakat sekitar
diantaranya:

Copyright© 2018 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
ISSN 2355-3766 Volume 5|Nomor 1|903
1. Hutan Bakau fauna yang bisa hidup di hutan
Jenis hutan bakau yang bakau.
akan ditanam di pantai Bajang 2. Gerbang
adalah Rhizophora Mucronata atau Gerbang pada hutan 3B
biasa disebut dengan bakau besar. hanya satu dengan lebar 4 meter
Ditinjau dari sudut pandang iklim dan tinggi 3 meter yang
dan cuaca jenis pohon bakau merupakan jalur satu-satunya bagi
rhizophora mucronata cocok pengunjung untuk masuk ataupun
ditanam di pantai Bajang. Jenis keluar di area hutan 3B. Di
hutan bakau ini cocok di pantai gerbang tersebut terdapat satu
Bajang karena tekstur pantai yang loket tiket yang diletakkan
berlumpur. Hutan bakau jenis dibagian tengah sehingga
Rhizophora Mucronata tumbuh pengunjung yang masuk ataupun
kurang lebih 10 tahun. Hutan keluar tidak berdesakan di pintu
bakau jenis ini mampu menahan gerbang. Di bagian depan gerbang
abrasi karena batang pohon yang juga terdapat nama tempat dari
kokoh dengan kegunaan sebagai hutan 3B dan denah area hutan 3B
pemecah ombak. sehingga memudahkan pengunjung
Bibit bakau jenis yang datang.
Rhizophora Mucronata dipilih dari Pemeriksaan dilakukan
pohon yang berumur antara 5 bagi pengunjung yang datang di
sampai 10 tahun. Bibit bakau yang bagian gerbang agar hal-hal yang
akan ditanam mengelilingi tidak diinginkan tidak terjadi di
dermaga, taman baca dan taman kawasan hutan 3B. Pemeriksaan
budayanya. Dengan adanya hutan dilakukan setelah melewati loket
bakau ini juga dapat dijadikan pembelian tiket. Pengunjung yang
sebagai salah satu mata datang diperbolehkan membawa
pencaharian masyarakat sekitar makanan dari luar karena di dalam
sebagai nelayan karena banyaknya kawasan hutan 3B memang tidak
ekosistem laut yang bisa tercipta. disediakan pusat jajanan. Pusat
Kepiting dan ikan merupakan jenis jajanan hanya berada di luar area
hutan 3B atau disekitar

Copyright© 2018 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
ISSN 2355-3766 Volume 5|Nomor 1|904
pemukiman masyarakat pantai sampah sehingga pengunjung yang
Bajang. datang tidak langsung membuang
3. Dermaga sampah ke laut.
Di pantai Bajang sudah 4. Perpustakaan Baca
terdapat dermaga yang digunakan Perpustakaan baca berada
nelayan untuk mengikat kapal ikan di tengah area Hutan 3B.
dengan bentuk seperti huruf L. Perpustakaan baca memiliki atap
Dermaga yang nantinya akan yang berguna melindungi buku-
dibangun berbentuk persegi yang buku yang ada. Ruangan
menjorok sejauh 30 m ke area perpustakaan baca memiliki
pantai dengan lebar sekitar 50 m. panjang 5 m dan lebar 10 m serta
Dermaga digunakan sebagai tinggi sekitar 3 m meskipun begitu
sirkulasi bagi pengunjung yang ruangan yang terletak ditengah
datang dan agar mata pencaharian dermaga ini diusahakan untuk
masyarakat daerah sekitar tidak tidak merusak daun, akar maupun
hilang, maka area paling belakang batang hutan bakau. Berbentuk
tetap dapat digunakan masyarakat seperti lingkaran ditengah hutan
sebagai tempat mengikat kapalnya. 3B. Rak-rak buku disusun
Area dermaga melingkar di dalam ruangan. Di
menggunakan kayu yang tahan perpustakaan berisi buku-buku
lama terhadap air laut. Setiap sisi bacaan dengan banyak jenis,
dermaga menggunakan pengaman brosur tentang wilayah tersebut
yang juga terbuat dari kayu dan juga informasi mengenai
setinggi satu meter, tapi untuk area tempat tersebut berupa papan
taman baca menggunakan kayu informasi. pengunmjung yang
yang dibuat seperti ruangan ingin membaca bisa meminjam
dengan kegunaan untuk buku di perpustakaan baca
melindungi buku-buku agar tidak kemudian berkeliling diarea hutan
rusak karena air. Dermaga 3B. buku yang ada diperpustakaan
terhubung ke taman baca dan juga baca hanya bisa dipakai di area
taman budaya. Di setiap bagian hutan 3B.
dermaga juga akan ada tempat

Copyright© 2018 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
ISSN 2355-3766 Volume 5|Nomor 1|905
5. Taman Budaya suka membaca di area terbuka juga
Taman budaya berada sebagai tempat istirahat bagi
didepan hutan 3B. Taman budaya pengunjung yang sudah berkeliling
adalah tempat yang pertama di area hutan 3B. Area membaca
dilihat pengunjung ketika masuk ini memungkinkan pengunjung
ke area Hutan 3B. Setelah untuk menikmati panorama laut
pengunjung masuk di dalam, sambil membaca buku. Di area
pengunjung akan melihat berbagai membaca ini juga disediakan
poster mengenai sejarah phinisi, tempat sampah.
etalase berupa ikon-ikon dari
Pengaruh Hutan 3B (Bakau, Baca
kabupaten bulukumba, pajangan
dan Budaya)
sarung khas daerah kajang, dan
Pengaruh hutan 3B (bakau,
berbagai macam jenis gambar
baca dan Budaya) terhadap
sejarah-sejarah yang mengingatkan
pencegahan abrasi dan dijadikan
bahwa dulunya adanya sejarah
sebagai sarana pemanfaatan area
phinisi serta pengetahuan tentang
publik bagi masyarakat sekitar pantai
bagaimana pemanfaatan hutan
Bajang adalah:
yang membuat pengunjung
1. Pencegahan Abrasi
merasakan sesuatu yang berbeda
Hutan bakau yang
dan merasakan suasana yang lebih
dibangun dipesisir pantai
nyaman ditambah pengetahuan
berlumpur memiliki fungsi
pengunjung lebih dalam dengan
sebagai pemecah ombak sehingga
konsep taman budaya ini.
mampu mencegah abrasi pantai.
6. Reading Corner
Jenis bibit bakau yang digunakan
Reading Corner tersedia di
adalah rhizophora mucronata
sepanjang dermaga dan jalur yang
yang memiliki batang kokoh
dilalui oleh pengunjung berupa
sehingga mampu menjadi
kursi-kursi yang diatur di tiap
pemecah ombak. Pengaruh hutan
sudut dermaga. Setiap kursi
3B (Bakau, Baca dan Budaya)
mampu ditempati tiga orang
sangat signifikan karena abrasi
dewasa. Reading Corner ini selain
pantai yang biarkan secara terus
ditujukan bagi pengunjung yang
menerus nantinya akan membuat

Copyright© 2018 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
ISSN 2355-3766 Volume 5|Nomor 1|906
pesisir pantai menjadi menyempit abrasi pantai dapat diperkecil
atau bahkan hilang. Jika hutan dengan menjaga daratan dari
bakau tidak ada maka intrusi air laut. adanya hutan
pemukiman penduduk yang ada bakau di pantai Bajang juga
disekitar pantai Bajang juga akan dapat membuat ekosistem laut.
hilang karena efek abrasi yang Ekosistem laut yang
ditimbulkan tersebut. terbentuk membuat beberapa
Konservasi hutan bakau di hewan laut menjadikan hutan
sekitar pesisir pantai Bajang bakau sebagai tempat tinggal.
kecamatan Herlang menjadi hal Ekosistem laut yang terbentuk
yang sangat perlu dilakukan saat dengan adanya hutan bakau juga
ini. Kestabilan ekosistem pantai, mampu menjadi salah satu mata
pesisir dan daratan merupakan pencaharian masyarakat sekitar
hal yang perlu menjadi perhatian pesisir pantai Bajang. Pengaruh
seluruh stakeholder yang hutan 3B (Bakau, Baca dan
memiliki kewenangan di dalam Budaya) yang pada
pemanfaatan ekosistem pantai. pembuatannya dikhususkan pada
Pengelolaan sumber daya pesisir pencegahan abrasi tapi dengan
yang berkelanjutan menjadi inovasi yang ada sektor ekonomi
kebutuhan utama. Masyarakat dan pariwisata masyarakat
yang berada di pesisir pantai pesisir pantai Bajang juga dapat
perlu diberikan pengetahuan yang terbantu dan tingkat
terkait dampak negatif yang kesejahteraan masyarakatnya
ditimbulkan dari kegiatan- menjadi meningkat.
kegiatan merusak ekosistem. 2. Pemanfaatan Area Publik
Pengaruh hutan 3B Adanya hutan bakau
(Bakau, Baca dan Budaya) yang memiliki fungsi tambahan
dalam pencegahan abrasi di sebagai area pemanfaatan publik
pantai Bajang tidak akan memiliki pengaruh yang sangat
membuat wilayah pesisir signifikan untuk masyarakat
menjadi menyempit. Hutan sekitar atau masyarakat yang
bakau sebagai pelindung daratan ingin sekedar berkunjung ke
dari air laut, maka kemungkinan tempat tersebut. Pemahaman

Copyright© 2018 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
ISSN 2355-3766 Volume 5|Nomor 1|907
masyarakat bisa terbantu bahwa pemerintah setempat karena
hutan bakau bukan hanya pemerintah sebagai lembaga
sebagai ekosistem laut pecegah legal dan hutan 3B (Bakau, Baca
abrasi pantai tapi juga mampu dan Budaya) mampu menjadi
diinovasikan menjadi tempat salah satu cara untuk
wisata. Pengunjung yang datang meningkatkan kesejahteraan
juga bisa mendapatkan informasi masyarakat sekitar secara
dari perpustakaan baca serta berkelanjutan. Selain itu,
pengalaman yang pengaruh hutan 3B (Bakau, Baca
menyenangkan karena dapat dan Budaya) ini sangat
mengetahui kebudayaan signifikan karena berada di
masyarakat Kabupaten kawasan yang strategis.
Bulukumba dari taman budaya Kawasan pesisir yang menjadi
yang ada. titik temu antara aktifitas
Masyarakat sekitar ekonomi masyarakat berbasis
terbantu dari segi ekonomi daratan dan laut.
dengan dapat membuat pusat Hutan 3B (Bakau, Baca
jajanan yang berada di luar dan Budaya) yang dijadikan
kawasan hutan 3B. Konsep sebagai area publik juga mampu
hutan 3B (Bakau, Baca dan dijadikan sebagai ekowisata.
Buadaya) tidak menitikberatkan Fungsi umum hutan bakau selain
pada fungsi ekonomi, tapi pencegahan abrasi adalah
masyarakat sekitar pesisir bisa pemanfaatannya sebagai lokasi
menjadikan bagian luar area ekowisata. Menjadikan hutan 3B
hutan 3B sebagai pusat jajanan sebagai destinasi wisata bahari
ataupun sebagai sentra oleh-oleh unggulan yang berada di kawasan
bagi pengunjung yang datang. pesisir pantai Bajang kecamatan
Kegiatan pembangunan Herlang.
konservasi hutan bakau ini
KESIMPULAN
sebagai area publik ditujukan
Inovasi hutan bakau menjadi
dan dilakukan oleh masyarakat
hutan 3B (Bakau, Baca dan Budaya)
lokal sekitar pantai Bajang tapi
merupakan solusi untuk pencegahan
masih dalam pengawasan

Copyright© 2018 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
ISSN 2355-3766 Volume 5|Nomor 1|908
abrasi pantai dengan menggunakan SARAN
hutan bakau jenis rhizophora Adapun saran dari penelitian
mucronata. Hutan bakau yang tersebut akan lebih bermakna jika ada
dibangun mengeliling dermaga sumbangsih untuk inovasi hutan
dengan memiliki banyak fasilitas di bakau menjadi hutan 3B (Bakau,
dalamnya yang mampu menjadi daya Baca dan Budaya) agar segera dapat
tarik bagi pengunjung yang datang. direalisasikan, diantaranya yaitu:
Mampu memanfaatkan hutan 3B 1. Perlu adanya tindak lanjut dari
(Bakau, Baca dan Budaya) menjadi pemerintah setempat untuk
area publik dan ruang terbuka hijau. melakukan peninjauan terhadap
Menjadikan hutan bakau bukan hanya lokasi yang dimaksud karena
sebagai solusi pemecah ombak tapi masalah abrasi yang dibiarkan
juga sebagai sarana bagi pengunjung akan membuat wilayah pantai

untuk meningkatkan minat baca dan menjadi menyempit.

taman budaya sebagai tempat yang 2. Perlu adanya bantuan dari

menyenangkan. Mengintegrasikan pemerintah untuk menyediakan

beberapa fungsi yang berbeda di bibit hutan bakau secepatnya

dalam satu tempat yang sama menjadi karena untuk hutan bakau

nilai tambah dalam pemanfaatan memiliki waktu yang cukup lama

hutan 3B (Bakau, Baca dan Budaya) untuk tumbuh.

menjadi area publik.


DAFTAR PUSTAKA
Perencanaan pembangunan
Anung. (2013). Ruang
melibatkan pemerintah kabupaten publik. Diakses dari
yang diwakili oleh dinas-dinas terkait http://masanung.staff.uns.ac.id

serta melibatkan masyarakat sekitar Ardiwidjaja Roby. (2016).


Pelestarian Warisan Budaya
dalam pembangunan hutan bakau Bahari: Daya Tarik Kapal
tersebut. Kesejahteraan masyarakat Tradisional Sebagai Kapal
Wisata. Jurnal KALPATARU,
sekitar pesisir juga dapat terbantu Volume 25 (1). Diakses dari
karena menjadikan hutan 3B (Bakau, Majalah Arkeologi.

Baca dan Budaya) yang berfungsi Asmuliany. (2014). Identifikasi


Tingkat Pengangguran Ruang
sebagai pencegah abrasi dan juga terbuka Publik di Kota
sebagai area publik. makassar, dilihat dari aspek
aktivitas, fasilitas dan kriteria
Copyright© 2018 LKIM-PENA
http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
ISSN 2355-3766 Volume 5|Nomor 1|909
perencanaan. Diakses dari
http://journal.uin-alauddin.ac.
BPS. (2015). Statistik Wilayah
Lautan Indonesia. Jakarta.
Hadi. (2016). Laut Indonesia, ITB
dan Pembangunan Bangsa
Berbasis Kelautan. Diakses
dari http://fgb.itb.ac.id.
Lantara, Dirgahayu. (2014). Proses
Produksi Pembuatan Kapal
Layar Phinisi untuk
Meminimalkan Waktu
Produksi dengan Model PERT
(Programming Evaluation and
Review Technique). Jurnal
Energi dan Manufaktur.
Volume 7 (1).
Listiawaty. (2015). Kondisi Lima
Taman Bacaan Masyarakat
(TBM) di Tanggerang dan
Bandung dalam upaya
meningkatkan minat baca
masyarakat. Diakses dari
http://jurnaldikbud.kemendikbu
d . Volume 16 (1). Diakses dari
http://jurnaldikbud.kemendikbu
d.go.id.
Muljadi. (2014). Kepariwisataan dan
Perjalanan. Jakarta: Grafindo
Persada.
Mulyadi. (2014). Konservasi Hutan
Mangrove sebagai Ekowisata.
(Onlne). Volume 2 (1). Diakses
dari http://core.ac.uk
Nendah Kurniasari. (2013). Dimensi
Religi dalam Pembuatan
Phinisi. Jurnal Sosial Ekonomi.
Volume 8 (1).

Copyright© 2018 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai