Anda di halaman 1dari 8

Tugas Makalah

Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura

VERTIKULTUR

Disusun Oleh :

Nama : Andi Nur Fauzan Ramadana

Nim : G011191212

Kelas : Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura A

Program Studi Agroteknologi


Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
Makassar
2021
Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Saat ini sayuran banyak karena banyak orang yang mulai kembali memanfaatkan sayur
sebagai hidangan kesehatan sehingga akhirnya manusia kembali lagi ke alam. Seperti diketahui
sebelumnya, ternyata sayur sangat berperan dalam membangun kesehatan manusia. Organ tubuh
manusia akan sangat terbantu dengan mengonsumsi sayuran sesuai porsinya (Liferdi. 2016).
Kebutuhan manusia akan sayuran selalu tumbuh setiap saat. Otomatis usaha pertanian harus
berkembang. Namun hal itu tidak diiringi dengan pengembangan lahan pertanian, lahan
pertanian justru semakin sempit. Oleh karena itu, manusia membutuhkan kreatifitas dalam
memanfaatkan lahan untuk mendapatkan kebutuhan sayuran yang diinginkan. Selain itu,
kebutuhan sayur tidak hanya dipenuhi dari masyarakat desa, tetapi masyarakat kota juga dapat
mengusahakan sendiri dengan memanfaatkan lahan terbatas (Liferdi. 2016)..
Semakin tingginya pertumbuhan penduduk membuat lahan pertanian semakin sempit. Hal itu
menimbulkan masalah baru sehingga diperlukan solusi untuk bertani di lahan sempit, salah
satunya yaitu dengan vertikultur
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian
vertikultur, konsep vertikultur, kelebihan dan kekurangan vertikultur, perkembangan vertikultur,
dan sayuran yang cocok dengan budidaya vertikultur
Bab II
Isi

2.1 Pengertian Vertikultur

Sesuai dengan asal katanya dari bahasa Inggris, yaitu vertical dan culture, maka vertikultur
adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor
maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan
konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1
meter mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman, dengan sistem vertikal bisa untuk
20 batang tanaman. Vertikultur tidak hanya sekadar kebun vertikal, namun ide ini akan
merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas di pekarangan yang sempit
sekalipun. Struktur vertikal, memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya. Pertanian
vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga menciptakan suasana alami yang
menyenagkan (Lukman. 2011).
Vertikultur adalah salah satu contoh urban farming yang diartikan sebagai teknik budidaya
tanaman secara vertikal dengan penanaman dilakukan secara bertingkat untuk memaksimalkan
penggunaan lahan dalam menghasilkan tanaman.Pemanfaatan teknik vertikultur
memungkinkanuntuk berkebun dengan memanfaatkan tempat secara efisien
(Sutarminingsih, 2003).
Menurut Damastuti (1997), Sistem pertanian vertikultur adalah sistem budi daya pertanian
yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Sistem ini cocok diterapkan pada lahan sempit
atau di pemukiman yang padat penduduknya. Sistem ini dapat menjadi solusi kesulitan mencari
lahan pertanian yang tergusur oleh perumahan dan industri.
2.2 Konsep Vertikultur

Sistem budidaya pertanian secara bertingkat ini lebih cenderung sebagai konsep penghijauan
yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Bahkan bila kebun dikelola dengan baik
dapat menghasilkan produk beberapa kali lipat dari lahan konvensional dengan luas yang sama.
(Liferdi. 2016),
Munculnya vertikultur dapat dipandang tidka hanya sekedar kebun bersusun, tetapi dapat
memberikan inspirasi untuk menctiptakan dan mengembangkan khasanah biodiversitas di
pekarangan terbatas. Selain itu, model dan struktur pertanian vertical, harus didesain sedemikian
rupa agar memudahkan pengguna dalam membuat dan memeliharanya. Desain yang bagus akan
memberikan nilai estetika yang menarik dan menyenagkan untuk dilihat (Liferdi. 2016).
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Vertikultur
Kelebihan system pertanian vertikultur sebagai berikut: (1) efisiensi penggunaan lahan
karena yang ditanam jumlahnya lebih banyak dibandingkan sistem konvensional, (2)
penghematan pemakaian pupuk dan pestisida, (3) kemungkinan tumbuhnya rumput dan gulma
lebih kecil, (4) dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah
tertentu, (5) mempermudah monitoring/pemeliharaan tanaman, dan (6) adanya atap plastik
memberikan keuntungan (a) mencegah kerusakan karena hujan, (b) menghemat biaya
penyiraman karena atap plastik mengurangi penguapan (Damastuti. 1997).
Kekurangannya adalah (1) rawan terhadap serangan jamur, karena kelembaban udara yang
tinggi akibat tingginya populasi tanaman adanya atap plastik, (2) investasi awal cukup tinggi, (3)
sistem penyiraman harus kontinyu, dan diperlukan beberapa peralatan tambahan, misalnya
tangga sebagai alat bantu penyiraman, (4) Bila tidak dipindah dengan hati hati tanaman bisa
patah (Damastuti. 1997).
2.4 Perkembangan Vertikultur
Vertikultur merupakan cara tanam yang muncul karena kemampuan untuk menyesuaikan
dengan kondisi yang ada dan kreativitas yang muncul. Dengan demikian, usaha ini akan
memberikan kesempatan pada orang yang akan bertanam dimana saja (Liferdi. 2016).
Vertikultur muncul diawali dengan adanya serangkaian penelitian yang dilakukan di
laboratorium untuk mengembangkan dan mencari varietas unggul pada jenis tanaman tertentu.
Penelitian tersebut dilakukan di tempat atau media tertutup dengan membuat bangunan dari
plastic transparan yang saat ini biasa disebut screen house atau rumah kaca (Liferdi. 2016).
Dengan tempat yang sangat terbatas, mengingat lahan yang ada dan dana yang tersedia,
kreativitas menjadi muncul. Di tempat yang tertutup dan terbatas maka tanaman-tanaman
percobaan dan penelitian ditempatkan secara rapat dan terbatas maka tanaman-tanaman
percobaan dan penelitian ditempatkan secara rapat dan bersusun. Tentu saja pengaturannya tetap
memperhatikan daya adaptasinya terhadap kondisi yang ada sehingga tanaman mampu tumbuh
dengan baik dan tidak terganggu (Liferdi. 2016).
Berdasarkan dari kondisi seperti itu, muncul cara bertanam secara vertikultur pada ruangan,
laboratorium, lapangan tertutup atau terbatas. Kemudian ide tersebut dikembangkan pada
tanaman yang dilakukan di luar laboratorium. Selanjutnya, bertanam vertikultur terus mengalami
perkembangan dari satu Negara ke Negara lainnya. Pengembangan dan penerapannya sesuai
dengan kondisi negara yang mengembangkan (Liferdi. 2016).
Oleh karena Indonesia beriklim tropis, cara bertani vertikultur dapat dikembangkan dimana saja,
baik di dalam atau di luar ruangan. Dengan demikian, kondisi tanaman sayuran banyak cocok
dan tidak terpengaruh musim. Bertanam sayur secara vertikultur pun tidak hanya ditanam dengan
media tanah, tetapi juga dengan hidroponik (Liferdi. 2016).
2.5 Jenis tanaman yang cocok untuk Vertikultur
Jenis tanaman yang dapat ditanam dengan sistem ini sangat banyak, misalnya a) tanaman
sayur semusim (sawi,selada, kubis, wortel, tomat, terong, cabai dan lain-lainnya), b) tanaman
bunga seperti anggrek, mawar, melati, azalea, kembang sepatu, dll; dan c) tanaman obat-obatan
yang sekulen. Terdapat tiga aspek yang harus dipersiapkan dalam budidaya tanaman organik
secara vertikultur, yaitu: (1) Pembuatan rak vertikultur, (2) Penyiapan dan penggunaan pupuk
organic, (3) Penanaman dan pemeliharaan. Pelaksanaan vertikultur dapat menggunakan
bangunan khusus (modifikasi dari sistem green house) maupun tanpa bangunan khusus, misalnya
di pot gantung dan penempelan di tembok-tembok. Wadah tanaman sebaiknya disesuaikan
dengan bahan yang banyak tersedia di pasar lokal. Bahan yang dapat digunakan, misalnya kayu,
bambu, pipa paralon, pot, kantong plastik dan gerabah. Bentuk bangunan dapat dimodifikasi
menurut kreativitas dan lahan yang tersedia (Sastro, 2010).
2.6 Hasil Penelitian Jurnal Terkait
2.6.1 Pemanfaatan Pekarangan Rumah Dengan Metode Vertikultur Untuk Mendukung
Ketahanan Pangan Di Desa Wonorejo Kecamatan Pematang Bandar Kabupaten
Simalungun
Adapun simpulan dari kegiatan pengabdian ini adalah sebagai berikut ini:
1. Dengan adanya pembinaan pembuatan vertikultur ini maka warga desa atau ibu-ibu telah
mendapat informasi dan praktek langsung dalam pembuatan vertikultur dengan bahan yang
berasal dari daerah setempat
2. Dengan adanya pembuatan vertikultur maka diharapkan agar warga desa dan ibu-ibu dapat
memanfaatkan lahan pekarangan dirumah untuk ditanami dengan sayur-sayuran.
3. Semakin beragam inovasi untuk menjaga lingkungan dan pemanfaatan area pekarangan
rumah. Hendaknya ditingkatkan pembinaan dalam pemanfaatan area pekarangan rumah di Desa
Wonorejo
2.6.2 PEMANFAATAN LAHAN SEMPIT UNTUK BUDIDAYA SAYURAN DENGAN
SISTEM VERTIKULTUR
Vertikultur merupakan pola bercocok tanam yang menggunakan wadah tanam vertikal
untuk mengatasi keterbatasan lahan. Tempat media vertikultur dapat menggunakan bambu,
talang, rak kayu bertingkat dll. Media tanam digunakan bisa campuran tanah, kompos, dan
sekam. Jenis tanaman yang ditanam dari tanaman sayur-sayuran dan sayuran buah serta tanaman
hias. Setelah kegiatan ini masyarakat RT I RW I Kelurahan Bukit Tunggal Kecamatan Jekan
Raya telah menguasai teknik budidaya tanaman sayur secara vertikultur, yang meliputi,
persiapan media tanam, persemaian, penanaman, pemeliharaan hama dan penyakit serta panen
serta pasca panen
2.6.3 PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA MELALUI PEMANFAATAN
PEKARANGANRUMAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK VERTIKULTUR

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Ibu-Ibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok mawar dan melati memperloleh
pendidikan dan pengetahuan baru mengenai cara budidaya sawi organik, manajemen usaha dan
analisis biaya usahatani.
2. Ibu rumah tangga memiliki aktifitas positif yang rutin dilakukan setiap hari
3. Pekarangan rumah JL. Tawangmangu V menjadi lebih hijau dan asri
4. Keluarga dapat mengkonsumsi sayuran organik yang sehat karena terbebas dari pestisida
sekaligus dapat menghemat pengeluaran
5. Ada tambahan pendapatan bagi para ibu rumah tangga yang berhasil menjual hasil panen sawi
organiknya
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Sistem pertanian vertikultur adalah sistem budi daya pertanian yang dilakukan secara vertikal
atau bertingkat. Sistem ini cocok diterapkan pada lahan sempit atau di pemukiman yang padat
penduduknya. Sistem ini dapat menjadi solusi kesulitan mencari lahan pertanian yang tergusur
oleh perumahan dan industri. Dengan adanya Vertikultur membuat system budidaya pertanian
menjadi lebih mudah karena tidak memerlukan lahan yang luas. Vertikultur memiliki beberapa
keuntungan salah satunya yaitu efisiensi penggunaan lahan dimana kita dapat menanam lebih
banyak dibandingkan dengan system konvensional. Namun vertikultur juga memiliki kelemahan
salah satunya yaitu investasi awal yang memakan biaya tinggi. Tanaman yang ditanam dalam
vertikultur pun cukup beragam yaitu tanaman sayur semusim dan dapat juga tanaman hias seperti
anggrek, serta dapat pula tanaman obat-obatan yang sekulen.
3.2 Saran
Veritkultur dapat menjadi salah satu inovasi dalam system budidaya di lahan sempit. Maka dari
itu adanya dukungan melalui edukasi dari pemerintah tentang budidaya vertikultur sangat di
perlukan
Daftar Pustaka
Damastuti, Anya P. 1997. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro.
Sumber:http://www.elsppat.or.id/download
/file/w8_a6.pdfDiakses 5 Oktober 2021
Harahap, A. S., & Lubis, N. (2020). Pemanfaatan Pekarangan Rumah Dengan Metode
Vertikultur Untuk Mendukung Ketahanan Pangan Di Desa Wonorejo Kecamatan Pematang
Bandar Kabupaten Simalungun. Jurnal Prodikmas Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat,
5(1), 36-40.
Hidayati, N., Rosawanti, P., Arfianto, F., & Hanafi, N. (2018). Pemanfaatan lahan sempit untuk
budidaya sayuran dengan sistem vertikultur. PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian
kepada Masyarakat, 3(1), 40-46.
Liferdi, L., & Saparinto, C. (2016). Vertikultur Tanaman Sayur. Penebar Swadaya Grup.
Lukman, L. (2011). Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur. Teknologi
Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur, 517(6).
Sutarminingsih, C. 2003. Vertikultur Pola Bertanam Secara Vertikal.
Kanisius.Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai