Anda di halaman 1dari 16

Tugas Makalah

ILMU TILIK DAN TINGKA LAKU TERNAK


“ Pendugaan Kapasitas produksi ternak yang mencakup pada ternak Sapi
potong,Sapi perah,Kambing daging,Ayam ras petelur,Ayam ras pedaging,dan
Itik petelur”

Dosen Pengampuh : Prof. Dr. Ir H. Harapin Hafid H., M.Si

Oleh:

NAMA : RAMADHAN
STAMBUK : L1A120194
KELAS :E
JURUSAN : PETERNAKAN

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan kepada
penulis dalam menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tanpa rahmat dan
pertolongan-Nya, penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
syafa’atnya kita nantikan di akhirat kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, sehingga makalah “Pendugaan Kapasitas produksi ternak yang mencakup
pada ternak Sapi potong,Sapi perah,Kambing daging,Ayam ras petelur,Ayam
ras pedaging, dan Itik telur” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Tilik dan Tingka Laku Ternak.
Penulis menyadari makalah yang bertema Pendugaan Kapasitas produksi
ternak ini masih perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan.
Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan maupun
konten, penulis memohon maaf.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kendari, 13 Oktober 2021

Ramadhan

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................. i


Kata Pengantar ........................................................................................................... ii
Daftar Isi ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
I.I Latar Belakang ............................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 2
I.3 Tujuan dan Manfaat ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................. 3
2.I Sapi potong ..................................................................................................... 4
2.2 Sapi perah....................................................................................................... 5
2.3 Kambing pedaging ......................................................................................... 6
2.4 Ayam ras petelur ............................................................................................ 6
2.5 Ayam ras pedaging ........................................................................................ 7
2.6 Itik petelur ...................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP..................................................................................................... 8
3.I Kesimpulan ..................................................................................................... 9
3.2 Saran .............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Peternakan adalah suatu sarana produksi hewan ternak yang dikombinasikan
dengan faktor produksi lainnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan
masyarakat Sebagian besar masyarakan dunia mengakui bahwa produk-produk dari
peternakan dapat menjadi peranan penting dimasa yang akan datang.
Indonesia merupakan negara yang mayoritas pendapatan penduduknya berasal
dari peternakan dan pertanian. Pada tahun 1986 sampai tahun 2015 tercatat
masyarakat yang bergerak dalam sektor pertanian dan peternakan masih menempati
posisi teratas. Bulan Agustus 2015 tercatat jumlah penduduk yang bergerak dalam
bidang pertanian mencapai 37.748.228 orang dari keseluruhan penduduk yang terdata
114.819.199 orang (BPS, 2016). Pendapatan penduduk di bidang peternakan
didukung oleh kemampuan dalam mengatur jenis usaha peternakan yang mereka
tekuni. Namun, kurangnya kemampuan peternak di beberapa faktor dalam peternakan
sering sekali membuat peternak Indonesia mengalami kerugian baik yang bergerak
dalam bidang ternak ruminansia besar seperti penggemukan,Pendugaan kapasitas
produksi ternak dan pembudidayaan maupun dalam bidang ternak unggas seperti
peternakan ayam broiler dan ayam petelur.
Hal tersebut dikemukakan oleh Latulumamina (2013) yang menyatakan
bahwa bobot badan sangat sulit diketahui karena alat pengukur bobot badan terlalu
besar dan mahal, sehingga para peternak dalam menentukan kapasitas produksi
ternak lebih sering dilakukan berdasarkan eksteriornya dengan melihat besar kecilnya
ukuran tubuh. selain itu yang menentukan harga kapasitas produksi tersebut adalah
peternak.
Perkembangan ilmu teknologi dan informasi sudah berkembang sangat pesat
pada satu dekade terakhir, perkembangan ilmu teknologi ini juga berdampak sangat
besar pada dunia peternakan yang dibuktikan dengan banyaknya inovasi-inovasi baru

1
yang lebih efektif dan meningkatkan hasil produksi ternak dengan aplikasi teknologi
ini Pada saat ini sudah banyak software komputer yang mendukung untuk keefektifan
pengelolaan peternakan mulai dari penyusunan ransum, pengelolaan data hasil
penelitian dan termasuk software penghitungan laba rugi suatu usaha peternakan.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana melakukan pendugaan kapasitas produksi ternak pada hewan
ternak Sapi potong,Sapi perah,Kambing pedaging,Ayam ras petelur,Ayam ras
pedaging, dan Itik petelur
I.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun yang menjadi tujuan dan manfaat dalam makalah ini adalah agar dapat
mengetahui pendugaan kapasitas produksi ternak pada hewan ternak Sapi potong,
Sapi perah,Kambing pedaging,Ayam ras petelur,Ayam ras pedaging, dan Itik Petelur.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.I Sapi potong


Sapi potong merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam
mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, dan merupakan komoditas ekonomi yang
mempunyai nilai sangat strategis. Untuk memenuhi kebutuhan daging di Indonesia
terutama berasal dari daging unggas, daging sapi, daging kerbau serta daging
kambing dan domba. Konsumsi daging sapi di Indonesia setiap tahun selalu
meningkat, sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat serta semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat
akan pentingnya protein hewani (Diwyanto et al., 2005).
Program Swasembada daging sapi 2014 sebagaimana yang dituangkan dalam
Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 59/ Permentan /HK.060/8/2007 merupakan
salah satu program utama pemerintah dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan
asal ternak berbasis sumber daya domestik. Target yang ingin dicapai adalah
pemenuhan 90 persen dari kebutuhan daging sapi nasional. Pengembangan
pengusahaan penggemukan sapi potong dapat dijadikan alternatif dalam rangka
pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Secara nasional, pertumbuhan produksi
daging sapi tahun 2005-2008 mengalami penurunan rata-rata sebesar 0,08 persen per
tahun, sedangkan pertumbuhan konsumsi daging sapi rata-rata 5,47 persen per tahun.
Hal ini menyebabkan impor daging dan sapi bakalan tiap tahun selalu meningkat,
yaitu tahun 2003-2007 rata-rata 41,36 persen per tahun dan 20,3 persen per tahun
(Direktorat Jenderal Peternakan, 2009).
Konsumsi daging sapi nasional pada tahun 2005 sebesar 0,99 kg per kapita
per tahun dan terus meningkat sampai tahun 2012 hingga menjadi 2,16 kg per kapita
per tahun (BKP 2013). Permintaan daging sapi tersebut diperkirakan akan terus
meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional, meningkatnya kesadaran

3
masyarakat akan pentingnya protein hewani, pertambahan jumlah penduduk, dan
meningkatnya daya beli masyarakat (Daryanto 2009). Berdasarkan Badan Pusat
Statistik (BPS) dalam P4UI (2013) penyediaan sapi potong dan daging sapi dalam
negeri selama ini 97,7% berbasis peternakan rakyat. Pertumbuhan produksi daging
sapi (supply) di dalam negeri dari tahun 2005-2013 terus meningkat, namun belum
mampu mengimbangi laju permintaan (demand) yang semakin meningkat, sehingga
untuk memenuhi permintaan tersebut diperlukan impor. Kebutuhan daging sapi
secara nasional pada tahun 2013 sebesar 391 ribu ton, untuk penyediaannya dipenuhi
dari produksi dalam negeri (69,67%) dan impor (30,33%).

4
2.2 Sapi perah
Sapi perah adalah salah satu hewan ternak penghasil susu. Bangsa sapi perah
yang memiliki produksi susu paling tinggi diantara bangsa sapi lain adalah sapi Fries
Holland (FH). Blakely dan Bade (1994) menyatakan bahwa, produksi susu sapi perah
FH di negara asalnya berkisar 6.000 -7.000 liter dalam satu masa laktasi. Sudono, et
al. (2003) menyebutkan bahwa produktivitas sapi FH di Indonesia masih rendah
dengan produksi susu rata-rata 10 liter/ekor/hari atau kurang lebih 3.050 Kg/laktasi.
Sapi perah merupakan ternak penghasil susu utama untuk mencukupi
kebutuhan susu dunia bila dibandingkan dengan ternak penghasil susu yang lain,
sehingga dalam pemeliharaanya selalu diarahkan pada peningkatan produksi susu.
Siregar (2003) berpendapat, usaha untuk meningkatkan produksi susu nasional dapat
dilakukan dengan cara peningkatan populasi sapi perah, perbaikan pemberian pakan
dan tatalaksana, serta efisiensi reproduksi.
Calving interval merupakan salah satu para meter untuk mengukur efisiensi
reproduksi pada sapi perah. Calving interval merupakan jangka waktu dari induk saat
beranak hingga saat beranak berikutnya. Menurut Sudono (1999) calving interval
yang ideal untuk sapi perah adalah 12 -13 bulan, sedangkan yang panjangnya lebih
dari 13 bulan tidak ekonomis
Kemampuan produksi ternak sapi perah
Berdasarkan informasi dari dinas Peternakan Indonesia, idealnya sapi perah
sudah mulai diperah ketika sudah berusia 2,5 hingga 3 tahun. Selain itu,
jika sapi sudah beranak sebanyak 5 kali, sebaiknya proses pemerahan dihentikan
dulu, atau minimalnya dikurangi.

5
2.3 Kambing Pedaging
Ternak kambing merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki prospek
pengembangan yang cukup baik dalam menyuplai kebutuhan daging. Salah satu jenis
ternak kambing yang cocok untuk dikembangkan adalah kambing boer. Jenis
kambing yang satu ini berasal dari Afrika Selatan dan kini banyak dikembangkan
oleh peternak Indonesia yang menyilangkannya dengan kambing Jawa. Kambing
boer disebut-sebut sebagai kambing pedaging terbaik saat ini. Pasalnya tingkat
pertumbuhannya sangat cepat dan kualitas dagingnya sangat baik. Pada usia 3 bulan
saja, kambing boer sudah bisa mencapai bobot 35 sampai 45 kg. Dan ketika usia 2
sampai 3 tahun, beratnya mencapai 150 kg bagi pejantan sedangkan betinanya sekitar
90 kg.
Ciri fisik kambing boer sendiri yaitu memiliki badan yang lebar, panjang,
namun ukuran kakinya cukup pendek, dan telinganya panjang menggantung. Untuk
warna bulunya dominan putih sementara bagian kepalanya berwarna coklat. Selain
unggul dalam pertumbuhannya yang sangat cepat, kambing boer juga memiliki
keunggulan lain. Yakni fisiknya lebih memiliki daya tahan terhadap serangan
penyakit dan tak kenal musim dari pada jenis kambing lainnya. Kambing boer dapat
hidup di kawasan semak belukar, lereng gunung berbatu atau padang rumput.
Pemuliaan selektif mereka selama abad terakhir telah menyebabkan tingkat
pertumbuhan yang cepat dan kualitas daging yang sangat baik, menjadikannya
pilihan populer bagi peternak. Selain itu, kambing Boer memiliki ketahanan terhadap
penyakit yang tinggi dan beradaptasi dengan baik di hampir setiap lingkungan.
Kemampuan produksi kambing boer
Kebuntingan untuk kambing Boer adalah 5 bulan. Ia mampu melahirkan
anak-anak tiga kali dalam dua tahun. Betina umur satu tahunan dapat menghasilkan 1
– 2 anak.

6
Tujuan Pemeliharaan Kambing Boer
Sementara tujuan utama kambing Boer adalah produksi daging, semakin
banyak orang memelihara kambing ini sebagai hewan peliharaan pendamping atau
kambing pedaging. Dikenal sebagai “raksasa lembut” karena ukurannya yang besar
dan kepribadiannya yang santai, kambing jinak ini sangat cocok untuk anak-anak dan
hewan lain. Sementara itu Kambing boer dapat hidup pada suhu lingkungan yang
ekstrem, mulai dari suhu sangat dingin (-25 derajat celcius) hingga sangat panas (43
derajat celcius) dan mudah beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Tahan
terhadap penyakit. Mereka dapat hidup di kawasan semak belukar, lereng gunung
yang berbatu atau di padang rumput. Secara alamiah mereka adalah hewan yang suka
meramban sehingga lebih menyukai daun-daunan, tanaman semak daripada rumput.

2.4 Ayam ras Petelur


Ayam ras petelur adalah ayam ras final stock yang dihasilkan dari ayam ras
bibit parent stock (Rahayu et al., 2011). Ayam ras petelur merupakan jenis ayam
yang memiliki laju pertumbuhan sangat pesat dan kemampuan berproduksi telur yang
tinggi. Sifat-sifat unggul yang dimiliki ayam ras petelur antara lain laju pertumbuhan
ayam ras petelur sangat pesat pada umur 4,5-5,0 bulan, kemampuan produksi telur
ayam ras petelur cukup tinggi yaitu antara 250 - 280 butir/tahun dengan bobot telur
antara 50-60 g/tahun, konversi terhadap penggunaan ransum cukup bagus yaitu setiap
2,2-2,5 kg ransum dapat menghasilkan 1 kg telur, dan periode ayam ras petelur lebih
panjang karena tidak adanya periode mengeram (Sudarmono, 2003). Pada umumnya
produksi telur terbanyak terjadi pada tahun-tahun pertama ayam bertelur. Produksi
telur ayam petelur pada tahun-tahun berikutnya cenderung akan terus menurun
(Priyatno, 2000). Periode produksi ayam petelur terdiri dari dua periode yaitu fase I
dari umur 22-42 minggu dengan rata-rata produksi telur 78% dan berat telur 56 g,
fase II umur 42-72 minggu dengan rata-rata produksi telur 72% dan bobot telur 60 g
(Scottet al., 1982).

7
Ayam ras petelur dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe ringan dan tipe medium
(sedang). Ayam ras petelur tipe ringan memiliki ciri-ciri badan ramping dan postur
tubuhnya kecil sehingga telur yang dihasilkan berukuran lebih kecil dari tipe medium
dan berwarna putih. Ayam ras petelur tipe medium (sedang) memiliki postur tubuh
yang cukup besar dan menghasilkan telur yang umumnya berwarna cokelat. Ayam
ras petelur tipe medium ini juga dikenal sebagai ayam dwiguna atau ayam petelur
cokelat yang memiliki berat badan antara ayam tipe ringan dan ayam tipe berat
(Rasyaf, 2005).
Secara umum masyarakat Indonesia lebih banyak memelihara ayam ras
petelur tipe medium dari pada tipe ringan karena tipe medium lebih menguntungkan
jika dipelihara (Abidin, 2003).Kelemahan dari ayam ras petelur yaitu sangat peka
terhadap lingkungan sehingga lebih mudah mengalami stress, memiliki sifat
kanibalisme yang tinggi, dan selama pemeliharaan membutuhkan pakan dengan
kualitas yang baik serta air minum yang cukup.
Kemampuan produksi Ayam petelur
Sifat-sifat unggul yang dimiliki ayam ras petelur antara lain laju pertumbuhan
ayam ras petelur sangat pesat pada umur 4,5-5,0 bulan, kemampuan produksi telur
ayam ras petelur cukup tinggi yaitu antara 250 - 280 butir/tahun dengan bobot telur
antara 50 gram – 60 gram/tahun, konversi terhadap penggunaan ransum cukup.

2.5 Ayam ras pedaging


Ayam pedaging merupakan jenis ayam yang dipelihara untuk dimanfaatkan
dagingnya. Ayam ras pedaging unggul disebut ayam broiler. Ayam broiler dihasilkan
melalui perkawinan silang, seleksi, dan rekayasa genetik yang dilakukan
pembibitnya. Ayam broiler merupakan salah satu jenis ayam yang dipelihara dengan
tujuan produksi diambil dagingnya (Yuwanta, 2004). Ayam broiler merupakan ayam
penghasil daging yang dipelihara sampai umur 6-7 minggu dengan berat 1,5-2 kg dan
konversi 1,9-2,25 (Yuwanta, 2004). Ayam broiler dimanfaatkan dagingnya sebagai

8
sumber protein hewani. Broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil
budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis, dengan ciri khas
pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada
usia relatif muda, serta menghasilkan daging berkualitas serat lunak (Rasidi, 2000).
Strain ayam broiler yang terkenal di Indonesia, diantaranya Cobb, Ross, Lohman
meat, Hubbard, hubbard JA 57, hubabard, Hybro PG+; AA plus. Sehubungan dengan
waktu panen yang relatif singkat maka jenis ayam ini mempersyaratkan pertumbuhan
yang cepat, dada lebar yang disertai timbunan lemak daging yang baik, dan warna
bulu yang disenangi, biasanya warna putih (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010).

Kemampuan produksi Ayam pedaging/ Broiler


Fase pertumbuhan ayam broiler berdasarkan laju pertumbuhannya terdiri dari
fase starter (ayam broiler umur 1 – 21 hari) dan fase finisher (ayam broiler umur 22 –
35 hari atau sampai umur potong yang diinginkan) (Murwani, 2010). Fase
pertumbuhan ayam broiler paling awal adalah fase starter dimana ayam broiler atau
DOC
2.6 Itik Petelur
Itik merupakan unggas yang sudah cukup populer di masyarakat selain daging
ayam. Daging itik merupakan konsumsi terbesar kedua setelah daging ayam pada
masyarakat kalangan menengah ke bawah. Tidak hanya dagingnya saja yang dapat
dikonsumsi, telur itik bisa juga diolah menjadi telur asin, ada banyak aneka makanan
yang dapat dibuat dari bahan dasar daging maupun telur itik yang cukup banyak
digemari oleh masyarakat.
Ternak itik adalah salah satu jenis unggas yang memiliki prospek usaha yang
cukup menjanjikan untuk dikembangkan lebih lanjut. Ternak itik merupakan salah
satu unggas yang dipelihara oleh petani peternak yang ada di Indonesia yang berperan
sebagai sumber pendapatan. Dalam upaya untuk mengembangkan usaha ternak itik
petelur, disamping untuk mencapai target produksi, juga perlu diupayakan

9
peningkatan pendapatan peternak. Pendapatan peternak meningkat dapat membuka
peluang bagi peternak untuk mengembangkan usaha ternaknya, yaitu dengan cara
menambahkan skala usaha atau mengembangkan usaha di luar usaha ternak itik
petelur. Peluang usaha di bidang ternak itik cukup terbuka sebagai alternatif usaha
peternakan. Usaha ini sebenarnya cukup memiliki potensi yang besar untuk
mendatangkan keuntungan. Selain manajemen produksi yang baik diperlukan pula
manajemen pemeliharaan yang bagus supaya produk yang dihasilkan berkualitas
baik.
Kemampuan produksi Itik petelur
Setiap hari masing-masing bebek bisa bertelur sebanyak 1 butir. “Umur 7-8
bulan bebek sudah rutin dalam bertelur, bahkan ada yang sampai umur 12 bulan
masih saja produktif bertelur.

10
BAB III
PENUTUP
3.I Kesimpulan
Berdasarkan Hasil dari pembahasan dapat di simpulkan bahwa :
1. Kemampuan produksi/manfaat sapi pedaging
 Memelihara sapi potong sangat menguntungkan, karena tidak hanya
menghasilkan daging dan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan
sebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan meranih gerobak, kotoran
sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang
dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan.
2. Kemampuan produksi ternak sapi perah
 Berdasarkan informasi dari dinas Peternakan Indonesia, idealnya sapi perah
sudah mulai diperah ketika sudah berusia 2,5 hingga 3 tahun. Selain itu,
jika sapi sudah beranak sebanyak 5 kali, sebaiknya proses pemerahan
dihentikan dulu, atau minimalnya dikurangi.
3. Kemampuan produksi kambing pedaging
 Salah satu jenis ternak kambing yang cocok untuk dikembangkan adalah
kambing boer. Jenis kambing yang satu ini berasal dari Afrika Selatan dan
kini banyak dikembangkan oleh peternak Indonesia. Kebuntingan untuk
kambing Boer adalah 5 bulan. Ia mampu melahirkan anak-anak tiga kali
dalam dua tahun. Betina umur satu tahunan dapat menghasilkan 1 – 2 anak.
4. Kemampuan produksi Ayam petelur
 Sifat-sifat unggul yang dimiliki ayam ras petelur antara lain laju pertumbuhan
ayam ras petelur sangat pesat pada umur 4,5-5,0 bulan, kemampuan produksi
telur ayam ras petelur cukup tinggi yaitu antara 250 - 280 butir/tahun dengan
bobot telur antara 50 gram – 60 gram/tahun, konversi terhadap penggunaan
ransum cukup.

11
5. Kemampuan produksi Ayam pedaging/ Broiler
 Fase pertumbuhan ayam broiler berdasarkan laju pertumbuhannya terdiri dari
fase starter (ayam broiler umur 1 – 21 hari) dan fase finisher (ayam broiler
umur 22 – 35 hari atau sampai umur potong yang diinginkan) (Murwani,
2010). Fase pertumbuhan ayam broiler paling awal adalah fase starter dimana
ayam broiler atau DOC.
6. Kemampuan produksi Itik petelur
 Setiap hari masing-masing bebek bisa bertelur sebanyak 1 butir. “Umur 7-8
bulan bebek sudah rutin dalam bertelur, bahkan ada yang sampai umur 12
bulan masih saja produktif bertelur.
3.2 Saran
Dalam makalah ini tentunya terdapat banyak kalimat dan penempatan kosa
kata yang salah dan tidak baik untuk di kembangkan. Olehnya itu kritik maupun
saran dari Bapak/Ibu sangat saya harapkan untuk perbaikan pembuatan makalah
kedepannya. Terima kasih

12
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M. 2008. Pendugaan Bobot Badan Sapi potong Limousin Berdasarkan


Panjang Badan dan Lingkar Dada. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas
Brawijaya, Malang. Anam, B. 2003. Ilmu Tilik
Bamualim, A, M., Kusmartono, dan Kuswandi. 2009. Profil usaha peternakan sapi
perah di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor.
Bogor.
Blummel, M., H.2011. Analisis Usaha Peternakan Kambing di Kenagarian Soak
Laweh Kecamatan Kubung Kabupaten Solok. Padang. Universitas Andalas
Blakely, Baihaqi Achmad dan R. Herman. 1982. Perbandingan produksi daging
antara ayam jantan petelur dan ayam jantan pedaging. Institut Pertanian
Bogor, Bogor
Corzo, K. A. L., Sabrani dan B. Sitorus. 1997. Performa Ayam Pedaging (Broiler).
Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta
Darma. D, J.1990. Ilmu Ternak Itik. PT. Gramedia. Jakarta

13

Anda mungkin juga menyukai