Anda di halaman 1dari 4

Merupakan karya ilmiah yang merupakan bagian dari mata kuliah bioteknologi akuakultur TA

2019-2020 Genap. Prodi Budidaya Perairan,fakultas ilmu kelautan dan perikanan. Universitas Maritim
Raja Ali Haji.
Tetraploid pada ikan Patin (Pangasius sp) dengan teknik kejut suhu

Fernando

Jurusan Budidaya Perairan,Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,Universitas


Maritim Raja Ali Haji.

ABSTRAK

Makalah ilmiah ini merupakan rujukan atau informasi tentang tetraploid. Poliploidi
dengan jumlah kromosom genap, seperti tetraploid dengan 4n kromosom lebih diarahkan untuk
menghasilkan triploid buatan dengan cara menyilangkan antara spesies diploid dengan
tetraploid. telur yang mempunyai 2n kromosom akan mengalami penggandaan menjadi 4n
kromosom. Teknik kejutan suhu dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu, kejutan panas (heat
shock) dan kejutan dingin (cold shock). Untuk mendapatkan ikan tetraploid maka kejutan panas
dilakukan setelah 29 menit telur terbuahi dan direndam dalam air panas bersuhu 400C selama
1,5 menit. Hal tersebut merupakan kondisi efektif untuk menghasilkan tetraploid pada ikan
patin.

Kata kunci : Tetraploid, Kejut suhu, Ikan Patin.

ABSTRACT

This scientific paper is a reference or information about tetraploids. Polyploidy with an


even number of chromosomes, such as tetraploids with 4n chromosomes, are more directed to
produce artificial triploids by crossing between diploid species and tetraploids. eggs that have
2n chromosomes will multiply into 4n chromosomes. Temperature shock techniques can be
done in 2 ways, namely, heat shock (heat shock) and cold shock (cold shock). To get the
tetraploid fish, a hot shock is carried out after 29 minutes of the fertilized egg and soaked in
hot water at 400C for 1.5 minutes. This is an effective condition to produce tetraploid in catfish

Keywords: Tetraploid, Temperature Shock, Catfish


Merupakan karya ilmiah yang merupakan bagian dari mata kuliah bioteknologi akuakultur TA
2019-2020 Genap. Prodi Budidaya Perairan,fakultas ilmu kelautan dan perikanan. Universitas Maritim
Raja Ali Haji.
PENDAHULUAN

Pangsa pasar ikan di Indonesia saat ini masih sangat tinggi dan permintaan berbagai
jenis ikan untuk keperluan konsumsi terus meningkat. Ikan patin (Pangasius pangasius)
merupakan salah satu jenis ikan yang banyak diminati masyarakat karena memiliki rasa yang
enak, kandungan gizi yang tinggi dan mudah dibudidayakan. Untuk itu diperlukan suatu usaha
untuk meningkatkan kualitas produksi ikan patin. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
meningkatkan produktivitas tersebut, antara lain dengan manipulasi kromosom. Manipulasi
kromosom dapat menghasilkan ikan dengan kualitas genetik yang unggul, antara lain
pertumbuhan cepat, toleransi terhadap lingkungan tinggi, resisten terhadap penyakit dan
persentase daging tinggi. Salah satu bentuk manipulasi kromosom adalah pembuatan ikan
polyploid (Puji and Witoko n.d.).
Rekayasa kromosom merupakan salah satu inovasi teknologi dalam mengembangkan
benih ikan unggulan. Pengembangan rekayasa kromosom pada ikan patin dilakukan untuk
mencegah terjadinya perkawinan secara acak sehingga menyebabkan penurunan genetik yang
ditandai dengan tingkat pertumbuhan yang semakin menurun, derajat penetasan serta
ketahanan tubuh yang rendah. Selain itu, rekayasa kromosom dilakukan untuk mendapatkan
individu yang mempunyai pertumbuhan cepat. Salah satu aplikasi yang telah dilakukan
pembentukan individu triploid atau yang mempunyai struktur kromosom 3n. Pembentukan
individu triploid yang telah dilakukan yaitu dengan cara menahan terlepasnya polar body II,
atau mengawinkan ikan tetraploid dengan ikan diploid normal. Proses ini dilakukan melalui
pemberian kejutan suhu pada saat pembelahan meiosis 1, sehingga polar body II tidak keluar
dari sel telur (Herdiana 2013).
Permasalahan yang ditemukan adalah masih rendahnya persentase individu triploid
yang terbentuk. Kondisi ini disebabkan lama waktu kejutan yang dilakukan masih belum
sepenuhnya dapat menahan polar body II di dalam telur sehingga mengakibatkan individu yang
terbentuk adalah individu diploid normal. Oleh karena itu dilakukan kajian dalam menentukan
lama waktu kejutan suhu yang diberikan untuk meningkatkan persentase pembentukan
individu triploid (Fani et al. 2018).

MANFAAT

Penggunaan tetraploid pada aplikasi budidaya yaitu pertumbuhan ikan yang relatif
lebih cepat, toleransi terhadap lingkungan yang tinggi, resisten (tahan) terhadap penyakit.
Merupakan karya ilmiah yang merupakan bagian dari mata kuliah bioteknologi akuakultur TA
2019-2020 Genap. Prodi Budidaya Perairan,fakultas ilmu kelautan dan perikanan. Universitas Maritim
Raja Ali Haji.
METODE PENERAPAN
1. Seleksi Induk

Pada induk jantan, dilakukan pemeriksaan kematangan gonad dilakukan dengan cara
diurut pada bagian papilla secara perlahan. Apabila saat proses pengurutan keluar cairan
sperma berwarna putih maka bisa dikatakan induk jantan tersebut matang gonad dan siap
untuk dipijahkan. Induk betina juga dilakukan pemeriksaan kematangan gonadnya melalui
kanulasi dengan menggunakan kateter. Kateter dimasukkan kedalam lubang urogenital secara
perlahan, telur dihisap menggunakan kateter. Telur yang diperoleh diletakkan di cawan atau
di tangan untuk di amati. Telur yang matang atau bagus memiliki diameter antara 0,9-1 mm
dengan ukuran yang seragam, berwarna kuning gading dan apabila bersentuhan dengan air
telur tersebut akan terpisah atau tidak menggumpal. Indukan ikan patin siam yang sudah
selesai di seleksi selanjutnya ditimbang untuk menentukan dosis hormon yang akan diberikan
pada induk jantan maupun betina. Bobot induk betina hasil seleksi yaitu sebesar 5,8 kg
sedangkan bobot induk jantan yaitu 3 kg (Hartono, Witoko, and Purbosari 2016).

2. Pemijahan

Induk yang sudah diseleksi kemudian dipijahkan dengan pemijahan buatan dengan
dibantu penyuntikan hormon HCG dan ovaprim. Hormon HCG dengan dosis 500 IU/kg induk
yang dicampur cairan pelarut agar HCG tersebut terlarut dengan perbandingan HCG:solvent
500 UI:1 ml diberikan dua kali hanya pada induk betina saja. Penyuntikan yang ke dua
bersamaan dengan penyuntikan induk jantan, dosis ovaprim untuk induk jantan yaitu 0,2 ml/kg
dan untuk betina 0,6 ml/kg dan dilakukan di sebelah kanan. Pencampuran air tanah liat
diberikan pada 1 menit setelah dilakukan fertilisasi. Kemudian dilakukan pembilasan sampai
benar-benar bersih dari tanah liat. Telur-telur kemudian dipindah ke seser yang ditempatkan di
akuarium penetasan. Untuk mengetahui perbedaan manfaat penggunaan tanah liat pada
keberhasilan pentasan telur maka dilakukan pengamatan penetasan pada akuarium yang berisi
telur ikan patin yang sudah terfertilisasi tetapi tidak dibilas dengan tanah liat (Pristiariyoto,
Isnawati, and Kuswanti 2013).

3. Perlakuan Kejutan Suhu

Aplikasi kejutan suhu dilakukan dengan menggunakan kejutan dingin untuk


memperoleh ikan triploid (3n). Tiga menit setelah terjadi pembuahan diikuti dengan perlakuan
kejutan dingin pada suhu 4oC selama 120 detik, 180 detik dan 240 detik Setelah dilakukan
Merupakan karya ilmiah yang merupakan bagian dari mata kuliah bioteknologi akuakultur TA
2019-2020 Genap. Prodi Budidaya Perairan,fakultas ilmu kelautan dan perikanan. Universitas Maritim
Raja Ali Haji.
kejutan suhu dari setiap perlakuan, telur dimasukkan ke dalam akuarium untuk proses inkubasi.
Proses inkubasi telur dilakukan di dalam akuarium yang telah diberi air setinggi 25 cm hingga
terjadi penetasan telur.

4. Pemeliharaan larva

Larva ikan patin hasil penetasan dipelihara pada akuarium. Pemberian pakan dilakukan
setelah larva berumur 3 hari. Pakan yang diberikan berupa artemia dengan frekuensi pemberian
sebanyak 6 kali yaitu pada pukul 06.00, 10.00, 14.00, 18.00, 22.00, dan 02.00 WIB. Pemberian
artemia dilakukan sampai larva berumur 10 hari lalu dilanjutkan dengan cacing sutera sampai
berumur 28 hari. Pada media pemeliharaan larva dilakukan penyiponan dan pergantian air
setiap 2 hari sekali agar kondisi media tetap bersih.

DAFTAR PUSTAKA
Fani, Fariedah, Audia Audia, Yuwanita Rani, Qurrota A’yunin, and Tahapari Evi. 2018.
“Penggunaan Tanah Liat Untuk Keberhasilan Pemijahan Ikan Patin Siam
(Pangasianodon Hypophthalmus) <br><i>[The Use of Clay for Successful Spawning
Patin Siam (Pangasianodon Hypophthalmus)]<i>.” Jurnal Ilmiah Perikanan Dan
Kelautan 10(2):91.
Hartono, Dwi Puji, Pindo Witoko, and Ninik Purbosari. 2016. “Aplikasi Kejutan Suhu
Terhadap Pembentukan Ikan Patin (Pangasius Hypopthalmus) Tetraploid.” Jurnal
Prosiding Seminar Nasional Pengambangan Teknologi Pertanian 4(5):196–203.
Herdiana. 2013. “済無No Title No Title.” Journal of Chemical Information and Modeling
53(9):1689–99.
Pristiariyoto, Prananta, Isnawati, and Nur Kuswanti. 2013. “Pengaruh Konsentrasi Dan Lama
Perendaman Telur Dalam Larutan Kolkhisin Terhadap Laju Pertumbuhan Ikan Patin
(Pangasius Pangasius).” Lentera Bio 2(3):229–32.
Puji, Dwi and Pindo Witoko. n.d. “Pengaruh Jarak Waktu Pemberian Kejutan Dingin Pada
Pembentukan Individu Triploid Ikan Patin ( Pangasius Sp ) Effect of Temperature Shock
Gift Time Distance from Fertilization on The Triploidy Individual Process of Catfish (
Pangasius Sp ).” 12(3):156–62.

Anda mungkin juga menyukai