Anda di halaman 1dari 25

CASE BASED DISCUSSION ( CBD )

DIABETES MELITUS GESTSIONAL

Untuk Memenuhi Tugas Praktik Kebidanan

Disusun Oleh :

Raisya Haura (P17324419027)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN RI


BANDUNG

PRODI KEBIDANAN KARAWANG

2021
KATA PENGANTAR

            Assalamualaikum,wr. wb.

            Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang dimana berkat rahmat dan
nikmat-Nya saya bisa  mendapat ilmu didalam  proses pembuatan laporan ini. Laporan ini
merupakan salah satu tugas pokok pada saat dilaksanakannya Praktik Kebidanan.

            Laporan ini bertujuan untuk membahas mengenai Diabetes Gestasional pada ibu
hamil berdasarkan kasus yang ditemukan saat melakukan pengkajan data. Semoga laporan
ini dapat bermanfaat untuk para pembaca dan dapat menjadi referensi ilmu pengetahuan
yang dapat dimanfaatkan dengan baik.

            Segala kekurangan dan kesalahan dalam laporan ini mohon untuk dapat dimaafkan,
karena kemampuan saya sebagai penulis masih terbatas dan masih dalam  proses belajar.
Untuk itu saya sangat menyambut segala komentar dan saran yang dapat menjadi motivasi
saya kedepannya untuk menulis yang lebih baik lagi.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI.....................................................................................................................3
2.1 Diabetes................................................................................................................................3
2.2 Penyebab dan Faktor Resiko..............................................................................................3
2.3 Tanda dan Gejala Diabetes.................................................................................................7
2.4 Klasifikasi Diabetes.............................................................................................................7
2.5 Diagnosis Diabetes...............................................................................................................8
2.6 Penatalaksanaan Diabetes...................................................................................................9
2.7 Komplikasi Diabetes Terhadap Ibu dan Janin................................................................13
2.8 Pencegahan Diabetes.........................................................................................................14
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................25
4.1 Simpulan.............................................................................................................................25
4.2 Saran...................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus Gestasional adalah Intoleransi terhadap karbohidrat dengan


berbagai tingkat keparahan atau pertama kali dikenali pada masa hamil. Diagnosis
GDM ditegakkan tanpa memperhatikan kebutuhan akan insulin atau kontrol diet
atau apakah ada kemungkinan diabetes atau tidak, yang pasti belum pernah
terdiagnosis sebelum kehamilan berlangsung (Varney, 2007). Diabetes dalam
kehamilan telah lama diketahui sebagai masalah serius baik bagi ibu maupun janin
yang menimbulkan banyak kesulitan. Penyakit ini menyebabkan perubahan-
perubahan metabolik dan hormonal pada ibu yang dipengaruhi kehamilan dan
persalinan (Maryunani, 2013).
Diabetes melitus gestasional terjadi sekitar 16,1% dari semua kehamilan di
Dunia (IDF, 2015). Prevalensi prediabetes di Indonesia pada tahun 2007 sebesar
10% sedangkan prevalensi diabetes melitus gestasional di Indonesia sebesar 1,9%-
3,6% pada kehamilan umumnya (Soewardono dan Pramono, 2011). Pada ibu hamil
dengan riwayat keluarga diabetes melitus, prevalensi diabetes gestasional sebesar
5,1% (Maryunani, 2008). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Poli Kandungan
RS dr. Soepraoen Malang bulan Januari 2016 – Januari 2017 didapatkan data angka
ibu hamil yang beresiko Diabetes Melitus Gestasional berjumlah 87 dengan kejadian
Riwayat Obstetri mencurigakan yaitu meliputi Riwayat melahirkan bayi besar (>
4000 gr), Riwayat abortus spontan, Riwayat bayi melahirkan bayi mati yang tidak di
ketahui penyebabnya, riwayat preeklamsia/eklamsi, polihidramnion kemudian di
total hasil nya 74 dan kejadian

Riwayat Medis mencurigakan yaitu meliputi usia ibu hamil > 17 tahun, Riwayat
DM sebelumnya, Riwayat DM dalam keluarga, riwayat kenaikan BB, riwayat
Infeksi total hasil 13.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Diabetes Melitus Gestasional?
2. Apa penyebab/faktor predisposisi dan patofisiologi dari Diabetes Melitus
Gestasional?
3. Apa saja tanda dan gejala Diabetes Melitus Gestasional?
4. Bagaimana penegakan diagnosis dari kasus Diabetes Melitus Gestasional?
5. Bagaimana penatalaksanaan Diabetes Melitus Gestasional?
6. Apa saja komplikasi yang terjadi terhadap ibu dan janin?
7. Bagaimana pencegahan terhadap Diabetes Melitus Gestasional?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas Praktik
Kebidanan I, selanjutnya adalah untuk memperdalam ilmu mengenai asuhan
kebidanan khususnya mengenai Diabetes Melitus Gestasional dan :

1. Untuk mengetahui maksud dan pengertian dari Diabetes Melitus Gestasional


2. Untuk mengetahui penyebab dan faktor resiko dari Diabetes Melitus Gestasional
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala Diabetes Melitus Gestasional
4. Untuk mengetahui cara menegakkan diagnosa dari kasus Diabetes Melitus
Gestasional
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada Diabetes Melitus Gestasional
6. Untuk mengetahui komplikasi Diabetes Melitus Gestasional terhadap ibu dan
janin
7. Untuk mengetahui pencegahan terhadap Diabetes Melitus Gestasiona
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Mellitus

1. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis dimana ketika pankreas


tidak bias menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara
efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Hiperglikemia atau
meningkatnya kadar gula di dalam darah merupakan efek umum dari
diabetes yang tidak terkontrol dari waktu ke waktu, sehingga dapat
menyebabkan masalah serius pada sistem tubuh, khususnya saraf dan
pembuluh darah (WHO, 2012). Secara umum, klasifikasi diabetes mellitus
dibagi menjadi Diabetes Mellitus tipe 1, Diabetes Mellitus tipe 2, Diabates
Mellitus Gestasional (kehamilan), dan Diabetes Mellitus tipe lain (Suiraoka,
2012).
a. Diabetes Mellitus Gestasional/Kehamilan
Diabetes mellitus Gestasional didefinisikan sebagai gangguan
toleransi glukosa yang diketahui pertama kali saat hamil, dan biasanya
diketahui pada kehamilan usia kandungan trimester 3 (Wasis, 2008).
Wanita hamil yang belum pernah mengidap atau terkena diabetes
mellitus, namun memiliki kadar glukosa yang tinggi selama masa
kehamilan sudah dapat dikatakan bahwa ia menderita diabetes mellitus
gestasional (Suiroka, 2012).
Diabetes mellitus gestasional merupakan gangguan toleransi
glukosa yang pertama kali ditemukan pada saat hamil. Diabetes mellitus
gestasional pada umumnya menunjukan adanya gangguan yang relatif
ringan sehingga jarang membutuhkan pertolongan dokter. Karena,
kebanyakan wanita dengan DMG memiliki homeostatis glukosa relatif
normal selama paruh pertama waktu kehamilan dan bisa juga mengalami
defisiensi insulin relatif pada paruh kedua, tetapi kadar glukosa biasanya
akan kembali normal setelah proses melahirkan (Suiroka, 2012).
Menurut Tandra (2008) bahwa kehamilan yang sudah lebih dari 3
bulan, apabila terjadi kadar glukosa darah yang tinggi dapat
mengakibatkan persalinan prematur atau kematian janin di dalam
kandungan. Selain itu, diabetes yang tidak terkontrol dapat
mengakibatkan large baby atau bayi lahir besar, paru-paru bayi tidak
sempurna sewaktu lahir, atau dapat terjadi hipoglikemia pada waktu
persalinan.
Hipoglikemia pada saat persalinan juga mengatakan tentang
komplikasi yang dapat dialami oleh bayi ketika ibu mengalami diabetes
mellitus gestasional adalah:
1) Respiratory Distress Syndrome ( RDS)
Keadaan dimana akan kesusahan dalam bernapas karena paru-
paru belum terbentuk secara sempurna. Dapat terjadi apabila bayi
lahir secara premature. Namun, kontrol kadar glukosa darah dapat
mengurangi resiko terjadinya komplikasi ini.
2) Hipokalsemia
Keadaan dimana kadar kalsium menjadi rendah. Hal ini dapat terjadi
karena persalinan yang premature. Bayi akan mengalami kejang.
Namun hal tersebut dapat diatasi dengan pembrian suntikan kalsium.
3) Magnesium yang rendah
Kadar magnesium yang rendah dapat terjadi ketika bayi lahir secara
prematur.

4) Polisitemia

Keadaan dimana terjadi peningkatan sel darah merah, namun sebab


nya masih belum jelas.
5) Hiperbilirubinemia
Banyak terjadi pemecahan sel darah merah, sehingga
menyebabkan bayi menjadi kuning.
6) Lazy Left Colon
Bayi mengalami susah buang air besar, sehingga memberi
kesan terjadi penyumbatan (Tandra, 2008).

b. Patofisiologi Diabetes Mellitus Gestasional


Diabetes Mellitus Gestasional terjadi suatu keadaan dimana
jumlah/ fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika
insulin atau resistensi terhadap efek insulin. Sehingga mengakibatkan
jumlah sumber energy dalam plasma ibu semakin meningkat dalam
artian bahwa kadar glukosa menjadi tinggi, namun kadar insulin pun
tetap tinggi (Wasis, 2008).
Kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan
karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi kebutuhan janin
dan persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat tetap berdifusi melalui
plasenta kepada janin, sehingga kadar glukosa darah janin menyerupai
kadar glukosa darah sang ibu. Kadar glukosa darah dikendalikan oleh
hormon insulin, dan juga beberapa hormone lain seperti esterogen,
steroid, dan plasenta laktogen. Sehingga mengakibatkan proses
reabsorpsi makanan menjadi lambat sehingga dapat menimbulkan efek
hiperglikemia yang relatif lama dan secara otomatis hal tersebut
memberikan efek terhadap meningkatnya kebutuhan insulin. Kebutuhan
insulin akan meningkat 3 kali lipat dari keadaan normal menjelang
proses persalinan.
Tekanan diabetogenik dalam kehamilan. Secara fisiologi, telah
terjadi perubahan menjadi resistensi insulin, yaitu ketika dilakukan
penambahan insulin eksogen sehingga mengakibatkan tidak mudah
mengalami hipoglikemi. Tetapi, bila ibu tidak mampu meningkatkan
produksi insulin, akan tetap mengalami hipoinsulin yang menyebabkan
terjadinya hiperglikemia atau diabetes kehamilan.

2. Penyebab dan Faktor Resiko DMG


a. Penyebab DMG
Penyebab pasti diabetes gestasional sampai saat ini belum jelas
diketahui. Namun, para ahli percaya bahwa diabetes pada ibu hamil ini
terjadi ketika tubuh Anda tidak dapat membuat insulin yang cukup selama
kehamilan. Insulin merupakan hormon yang dibuat di pankreas dan
bertugas untuk mengubah glukosa menjadi energi sekaligus mengendalikan
kadar gula darah dalam tubuh.

Pada masa kehamilan, plasenta akan memproduksi lebih banyak


hormon, seperti hormon estrogen, HPL (human placental lactogen),
termasuk hormon yang membuat tubuh kebal terhadap insulin, yaitu
hormon yang menurunkan kadar gula darah. Akibatnya, kadar gula darah
meningkat dan menyebabkan diabetes gestasional.
Selama kehamilan, plasenta ibu akan menghasilkan berbagai jenis
hormon untuk membantu janin berkembang. Sayangnya, ada sejumlah
hormon yang dapat menghambat kerja insulin dalam tubuh ibu. Akibatnya,
sel-sel di tubuh ibu menjadi resisten terhadap insulin. Hal ini menyebabkan
tingkat gula darah melonjak naik, dan risiko diabetes pun ikut meningkat.
Sebenarnya, semua wanita hamil akan mengalami resistensi insulin selama
akhir kehamilan.

Pada sejumlah wanita, sel beta yang ada di pankreas mungkin dapat
menghasilkan insulin yang cukup untuk mengatasi resistensi tersebut.
Sayangnya, beberapa wanita tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup.
Nah, wanita-wanita tersebutlah yang akan mengalami diabetes gestasional.

b. Faktor Resiko DMG

Pada dasarnya, kondisi ini bisa dialami pada setiap wanita. Namun,
sejumlah wanita dengan kondisi tertentu memiliki risiko lebih tinggi
terkena diabetes pada ibu hamil ini.
Beberapa faktor risiko terjadinya diabetes pada wanita hamil adalah:
 Riwayat penyakit diabetes sebelum hamil
 Riwayat keluarga
 Kelebihan berat badan (indeks massa tubuh 30 atau lebih)
 Usia lebih dari 25 tahun
 Kondisi kelahiran bayi sebelumnya
 Memiliki sindrom polikistik ovarium (PCOS)
 Tekanan darah tinggi (hipertensi)
 Memiliki kolesterol tinggi dan penyakit jantung
 Pola hidup buruk
Pola makan yang buruk dan malas bergerak sebelum atau selama
kehamilan bisa meningkatkan risiko terjadinya diabetes pada ibu hamil.

3. Tanda dan Gejala Diabetes

Gejala diabetes saat kehamilan muncul ketika kadar gula darah melonjak
tinggi (hiperglikemia). Di antaranya:

 Sering merasa haus


 Frekuensi buang air kecil meningkat
 Mulut kering
 Tubuh mudah lelah
 Penglihatan buram
 Adanya gula dalam urin (diketahui melalui pemeriksaan lab)
 Sering merasa kesemutan

Dari beberapa gejala yang telah disebutkan terlihat sama seperti Diabetes Melitus
Tipe 2 namun banyak ditemukan wanita hamil dengan DM Gestasional tanpa gejala.

4. Klasifikasi Diabetes Melitus

Secara klinis diabetes mellitus gestasional dibagi menjadu :

1. Tak tergantung Insulin (TTI) – Non Insulin Dependent Diabetes Melitus


(NIDDM) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam oengendalian
kadar gla darah
2. Tergantung Insulin (TI) – Insulin Dependent Diabetes Melitus yaitu kasus
yang memerlukan insulin dalam mengendalikan kadar gula darah.
American Diabetes Assosiation World Helath Organization

mengklasifikasikan 4 macam penyakit diabetes mellitus berdasarkan

penyebabnya, yaitu:

a. Diabetes Mellitus Tipe 1 (Diabetes Mellitus Bergantung Insulin/DMTI)

Disebut juga dengan Juvenile Diabetes atau Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (IDMM), dengan jumlah penderita sekitar 5-10% dari seluruh

penderta DM dan pada umumnya terjadi pada usia muda (95% pada usia

dibawah 25 tahun). Dm tipe 1 mempunyai ciri khas yaitu terjadinya

kerusakan pada sel β pankreas yang disebabkan oleh proses autoimmune,

akibatnya terjadi defisiensi insulin absolut dan pasiennya akan mutlak

memerlukan insulin dari luar untuk dapat tetap mempertahankan kadar

glukosa dalam kondisi normal.

Kadar glukosa darah pasien diabetes mellitus sebisa mungkin

harus mendekati nilai 80-120 mg/dl. Jika kadar glukosa 200mg/dl akan

menimbulkan perasaan tidak nyaman, dan akan diikuti dengan sering

buang air kecil sehingga mengakibatkan dehidrasi (IP.Suiroka, 2012).

b. Diabetes Mellitus Tipe 2 (Diabetes Mellitus Tidak Bergantung

Insulin/DMTTI).

Diabetes Mellitus Tipe 2 biasa juga disebut dengan Non Insulin

Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Adult Onset Diabetes.


Jumlah penderita diabetes mellitus tipe 2 ini merupakan jumlah terbesar,

karena hampir mencapai angka 90-95% dari keseluruhan kasus DM.

Untuk jenis DM tipe 2 ini biasa terjadi pada usia dewasa, yaitu usia

pertengahan kehidupan, dan kejadiannya lebih tinggi terjadi pada laki-

laki daripada wanita (IP.Suiroka,2012).

DM tipe 2 terjadi keadaan yang disebut dengan resistensi insulin.

Jumlah reseptor pada permukaan sel berkurang, walaupun jumlah insulin

tidak berkurang. Sehingga mengakibatkan glukosa tidak dapat masuk ke

sel-sel di dalam tubuh walaupun insulin tersedia.

Faktor penyebab terjadinya resistensi insulin dapat terjadi karena

beberapa hal, namun hal yang paling berpengaruh dalam kejadian ini

adalah obesitas sentral (obesitas dengan penumpukan lemak di daerah

perut). Karena, pada keadaan obesitas sentral terjadi pengeluaran

hormon- hormon yang dapat menyebabkan rusaknya sistem toleransi

glukosa. Sebanyak 90% pasien DM tipe 2 ditemukan mengalami obesitas

sentral atau Diabetes Mellitus Gestasional/Kehamilan.

c. Diabetes Mellitus Gestasional/Kehamilan

Diabetes mellitus Gestasional didefinisikan sebagai gangguan

toleransi glukosa yang diketahui pertama kali saat hamil, dan biasanya

diketahui pada kehamilan usia kandungan trimester 3 (Wasis, 2008).


Wanita hamil yang belum pernah mengidap atau terkena diabetes

mellitus, namun memiliki kadar glukosa yang tinggi selama masa

kehamilan sudah dapat dikatakan bahwa ia menderita diabetes mellitus

gestasional (Suiroka, 2012).

5. Diagnosis Diabetes

Pemeriksaan glukosa awal


Pada wanita hamil yang memiliki risiko diabetes gestasional, Anda perlu
melakukan pemeriksaan glukosa darah puasa pada kunjungan kehamilan
pertama.
Jika hasil dari glukosa darah puasa > 126 mg/DL dan glukosa darah sewaktu
>200 mg/DL, Anda dikatakan mengalami diabetes gestasional.
Sementara itu, jika Anda tidak mempunyai faktor risiko diabetes gestasional,
Anda perlu melakukan pemeriksaan glukosa darah lanjutan yaitu Tes
Toleransi Glukosa Oral (TTGO) pada minggu ke 24-28 kehamilan.
Pemeriksaan glukosa lanjutan
Ketika Anda perlu menjalani pemeriksaan glukosan lanjutan, ibu hamil akan
diminta berpuasa semalaman sambil mengukur kadar gula dalam tubuh.
Kemudian, Anda akan diminta minum larutan manis lain yang mengandung
glukosa lebih tinggi.
Kadar gula akan diperiksa setiap jam dalam waktu tiga jam. Bila dalam dua
kali pemeriksaan gula darah lebih tinggi dari batas normal, barulah Anda akan
mendapat diagnosis positif diabetes gestasional.
Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
Merujuk pada situs Kementerian Kesehatan, pada tes ini, dokter akan meminta
ibu hamil melakukan pemeriksaan dengan langkah sebagai berikut:
 Makan makanan mengandung karbohidrat selama tiga hari.
 Berpuasa selama 8-12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan.
 Pemeriksaan kadar glukosa darah saat puasa dari pembuluh darah vena di pagi
hari.
 Dilanjutkan dengan pemberian glukosa sebanyak 75 gram yang dilarutkan
dalam 200 ml air dan langsung diminum.
 Setelah itu dilanjutkan pemeriksaan kadar glukosa darah satu sampai dua jam
berikutnya.
Bila hasil pemeriksaan TTGO satu jam kemudian <180 miligram per desiliter
(mg/DL) atau hasil glukosa darah 2 jam setelahnya 153-199 mg/DL, kadarnya
dianggap normal.
Bila kadar gula darah lebih tinggi dari normal, itu berarti ibu memiliki risiko
untuk dapat diagnosis diabetes gestasional lebih tinggi.
Jika ibu mengalami masalah dalam mengendalikan gula darah, biasanya
dokter akan meresepkan insulin.
Ketika mendapat diagnosis diabetes gestasional dan mengalami komplikasi
kehamilan lainnya, ibu mungkin memerlukan tes tambahan.
Tes ini dilakukan untuk mengevaluasi kesehatan bayi yang ada di dalam
kandungan. Biasanya tes yang dilakukan meliputi uji fungsi plasenta.
Plasenta adalah organ yang memasok oksigen dan nutrisi ke bayi melalui
darah.
Jika gangguan ini sulit dikendalikan, biasanya hal ini akan memengaruhi
plasenta dan mengancam suplai oksigen dan nutrisi ke bayi Anda.

6. Penatalaksanaan DMG
Tujuan penatalaksanaan diabetes gestasional adalah normoglikemi dan
menjaga pertumbuhan dan perkembangan fetus. Penatalaksanaan diabetes
dilakukan secara menyeluruh dengan kontrol rutin gula darah, perubahan gaya
hidup, dan terapi obat-obatan. Target kontrol glikemik pada diabetes
gestasional adalah kadar glukosa darah puasa ≤95 mg/dL dan kadar glukosa
darah 2 jam post prandial ≤120 mg/dL.
Dengan perubahan gaya hidup berupa aktivitas fisik dan kontrol diet, 70-
85% wanita dengan diabetes gestasional dapat mencapai kontrol glukosa yang
baik. Terapi obat dimulai apabila pasien gagal mencapai target glukosa dalam
1-2 minggu pasca perubahan gaya hidup.

Tatalaksana Non Farmakologi


Pada pasien dengan diabetes gestasional, dilakukan pemantauan kadar
glukosa darah dan modifikasi gaya hidup.
1. Pemantauan Kadar Gula Darah
Setelah terdiagnosa diabetes gestasional, pasien perlu melakukan
pemantauan kadar gula darah secara rutin, baik glukosa darah puasa maupun
glukosa darah post prandial. Sebaiknya pasien melakukan kunjungan antenatal
rutin setiap bulan untuk memantau kadar gula darah dan pertumbuhan
fetus. 5th International Workshop-Conference on Gestational Diabetes
Mellitus merekomendasikan kadar gula darah puasa <95 mg/dL, 1 jam
postprandial <140 mg/dL, dan 2 jam post prandial <120 mg/dL.

2. Aktivitas Fisik dan Kontrol Berat Badan


Setiap ibu hamil dengan diabetes gestasional direkomendasikan untuk
melakukan aktivitas fisik selama 30 menit dalam sehari atau 150 menit dalam
seminggu. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan adalah berenang, aerobic low
impact, berjalan, dan sepeda statis. Ibu hamil juga perlu mengontrol berat
badan selama masa kehamilan. Pada ibu yang memiliki riwayat obesitas
sebaiknya pertambahan berat badan tidak melebih 11,5 kg. Pada ibu hamil
yang memiliki berat badan ideal sebaiknya pertambahan berat badan dijaga
berkisar 0,5-2,5 kg pada trimester pertama dan 500 gram per minggu pada
trimester selanjutnya.

3. Diet
Pasien diabetes gestasional sebaiknya berkonsultasi dengan ahli gizi
khusus karena kebutuhan kalori perlu disesuaikan dengan kondisi masing-
masing individu. Secara umum, kebutuhan kalori pada wanita dengan diabetes
gestasional adalah 35-40 kcal/kg jika underweight, 30-34 kcal/kg pada berat
badan yang ideal, dan 23-25 kcal/kg jika overweight.
Komposisi nutrisi tidak berbeda dengan ibu hamil yang tidak mengalami
diabetes. Rekomendasi intake protein adalah sebesar 1-1,5 gram/kg. Jenis
karbohidrat sederhana dan gula sebaiknya dikurangi dan digantikan dengan
sumber karbohidrat yang lebih sehat, seperti sayur-sayuran, buah, dan gandum
utuh. Makanan tinggi lemak dan produk olahan sebaiknya dihindari.

Tatalaksana Farmakologi

Human insulin  masih dianggap sebagai penatalaksanaan farmakologi


yang paling baik untuk pasien diabetes gestasional.
1. Terapi Insulin
Sampai saat ini insulin masih menjadi drug of choice untuk diabetes
gestasional. Insulin tidak melewati plasenta sehingga aman diberikan selama
kehamilan.
Pada wanita yang hiperglikemia puasa dan postprandial terjadi pada setiap
kali waktu makan, dosis insulin yang direkomendasikan adalah 0,7-1,0
unit/kgBB per hari. Dosis ini sebaiknya dibagi menjadi beberapa regimen
menggunakan insulin kerja panjang atau menengah yang dikombinasikan
dengan insulin kerja cepat.
Namun, apabila hiperglikemia terjadi pada saat tertentu saja, maka
regimen insulin sebaiknya difokuskan pada saat spesifik tersebut. Misalnya,
jika seorang pasien hanya memiliki kadar glukosa darah puasa yang tinggi,
maka insulin kerja menengah sebaiknya diberikan saat malam hari. Atau pada
pasien dengan hiperglikemia postprandial saat sarapan, maka mungkin saja
hanya memerlukan insulin kerja pendek saat sarapan. [7,10]
2. Terapi Obat Hipoglikemik Oral
Selain terapi insulin, beberapa obat hipoglikemik oral juga dapat dipakai
menjadi pilihan terapi pada diabetes gestasional. Obat pilihan yang dapat
diberikan adalah metformin dan glibenclamide. Meskipun demikian, FDA
belum menyatakan metformin dan glibenclamide dapat menjadi salah satu
terapi alternatif obat dalam penatalaksanaan diabetes gestasional. Kedua obat
tersebut berada dalam kategori B dalam kehamilan. Metformin dan
glibenclamide dapat melewati barrier plasenta, namun belum ada bukti
adanya defek lahir atau komplikasi pada neonatus akibat penggunaan
metformin ataupun glibenclamide.[7,12]
Metformin merupakan obat oral pilihan karena memiliki risiko yang lebih
rendah untuk terjadinya hipoglikemia neonatus dan pertambahan berat badan
maternal. Meskipun demikian, metformin sedikit meningkatkan risiko
prematuritas. Metformin diberikan 500 mg sekali sehari pada awal pengobatan
dan dapat ditingkatkan sampai 2500 mg per hari dibagi dalam beberapa dosis.
Glibenclamide dapat diberikan dengan dosis awal 2,5 mg satu kali sehari 1
jam sebelum makan dan maksimal sampai 10 mg. Namun 15-40% pasien
yang menggunakan medikasi oral untuk diabetes gestasional tetap
membutuhkan insulin. [10,12,13].
3. Aspirin
Beberapa studi terbaru merekomendasikan pemberian aspirin dosis
rendah 50-150 mg/hari (biasanya 80 mg/hari) pada akhir trimester pertama
kehamilan sampai dengan kelahiran bayi untuk menurunkan risiko
preeklampsia pada ibu hamil dengan diabetes gestasional.[14]

7. Komplikasi Diabetes Melitus terhadap ibu dan janin


Diabetes gestasional tidak hanya memengaruhi kesehatan ibu hamil, tetapi
juga janin dalam kandungan. Jika kondisi ini tidak diatasi dengan tepat, ibu
hamil berisiko mengalami berbagai komplikasi. Berikut beberapa dampak
diabetes gestasional pada ibu hamil adalah:

 Preeklampsia (sindrom hipertensi, pembengkakan tungkai, dan tingginya


protein pada urine)

 Melahirkan lewat operasi caesar karena bayi yang dilahirkan cenderung


berbadan besar

 Kelahiran prematur untuk menghindari risiko komplikasi yang lebih serius

 Keguguran

 Mengalami diabetes lagi di kehamilan berikutnya

 Mengalami diabetes mellitus tipe 2 setelah melahirkan

Sementara pada janin, komplikasi yang mungkin terjadi jika ibu mengalami
diabetes gestasional adalah:
 Bayi lahir dengan berat badan yang sangat besar (makrosomnia)
 Kadar gula darah yang lebih rendah (hipoglikemia) saat lahir
 Kelahiran prematur
 Still birth  (bayi lahir dalam keadaan meninggal)
 Hipoglikemia (kadar gula darah terlalu rendah)
 Gangguan pernapasan sementara
 Penyakit kuning (jaundice)
 Takipnea (kelainan pernapasan membuat perlambatan perkembangan paru-
paru bayi)
 Kekurangan zat besi
 Kelainan jantung
Selain itu, bayi dari ibu yang mengalami diabetes gestasional saat hamil juga
berisiko mengalami obesitas dan diabetes ketika dewasa.

8. Pencegahan Diabetes Melitus Gestasional

Hingga saat ini, belum diketahui apakah diabetes gestasional dapat dicegah
atau tidak. Namun demikian, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
menekan risiko terserang penyakit ini, yaitu:

 Memperbanyak konsumsi makanan sehat dengan serat tinggi, seperti sayuran


dan buah-buahan. Di samping itu, hindari makanan yang mengandung lemak
atau kalori tinggi.
 Berolahraga secara teratur untuk menjaga kebugaran tubuh sebelum dan saat
hamil. Dianjurkan untuk melakukan olahraga ringan hingga sedang, seperti
berenang, jalan cepat, atau bersepeda minimal 30 menit per hari. Bila tidak
memungkinkan, lakukan olahraga singkat namun berkala, seperti sering
berjalan kaki atau melakukan pekerjaan rumah.
 Turunkan berat badan saat merencanakan kehamilan dengan menjalani pola
makan sehat secara permanen. Langkah ini juga akan memberikan manfaat
jangka panjang, seperti memiliki jantung sehat.
B. Kerangka Teori Gula darah tinggi :
Diabetes mellitus gestasional.
Glukosa darah yang tinggi dapat
mengakibatkan persalinan prematur
atau kematian janin di dalam
kandungan.
large baby atau bayi lahir besar,
paru-paru bayi tidak sempurna
Ibu hamil sewaktu lahir
hipoglikemia pada waktu persalinan.

Gula darah normal : Ibu


hamil sehat Janin sehat

Faktor penyebab gula darah tinggi :


Perubahan Hormon
Usia Wanita Saat Hamil
Riwayat Genetik Diabetes
Berat Badan
Daya Tahan Glukosa
Riwayat Kehamilan
Obat-obatan
Konsumsi Gula Berlebih
Kebiasaan Buruk
Infeksi Kelenjar Pankreas
Etnis
Kenaikan Berat Badan yang Terlalu Cepat
Sindrom Ovarium Polikistik
Bayi Kembar
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Diabetes mellitus Gestasional didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa
yang diketahui pertama kali saat hamil, dan biasanya diketahui pada kehamilan usia
kandungan trimester 3 (Wasis, 2008). Wanita hamil yang belum pernah mengidap atau
terkena diabetes mellitus, namun memiliki kadar glukosa yang tinggi selama masa
kehamilan sudah dapat dikatakan bahwa ia menderita diabetes mellitus gestasional
(Suiroka, 2012).
3.2 Saran
Semoga tulisan ini dapat memberikan pengetahuan dan sajian informasi kepada
pembaca tentang diabetes pada ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, Farid. Diabetes Melitus Gestasional. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,


Departemen Ilmu Penyakit Dalam-Divisi Metabolik Endokrin : Jakarta. 

Purnamasari D, Waspadji S, Adam JMF, Rudijanto A, Tahapary D. Indonesian clinical


practice guidelines for diabetes in pregnancy. Journal of the ASEAN Federation of
Endocrine Societies. 2013;28(1):1-17.

Garrison A. Screening, diagnosis, and management of gestasional diabetes mellitus. Am


Fam Physician. 2015;91(7):460-467.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes


Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019. 

Mouri, M., & Badireddy, M. (2020). Hyperglycemia. Statpearls Publishing. Retrieved


from 
Kitabchi, A., Umpierrez, G., Miles, J., & Fisher, J. (2009). Hyperglycemic Crises in Adult
Patients With Diabetes. Diabetes Care, 32(7), 1335-1343. 
American Diabetes Association. (2020). Hyperglycemia (High Blood Glucose). Retrieved
25 August 2020.
Mayo Clinic. (2020). Hyperglycemia in diabetes – Symptoms and causes. Retrieved 25
August 2020.

Anda mungkin juga menyukai