Anda di halaman 1dari 106

PEMANFAATAN TEPUNG UBI JALAR ORANGE DAN

TEPUNG DAUN KELOR SEBAGAI SUBTITUSI TEPUNG


TERIGU PADA PEMBUATAN STICK KUE BAWANG,
KANDUNGAN GIZI, DAN DAYA TERIMANYA

SKRIPSI

OLEH
YUSNAN MARIA HABEAHAN
NIM. 131000069

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PEMANFAATAN TEPUNG UBI JALAR ORANGE DAN TEPUNG DAUN
KELOR SEBAGAI SUBTITUSI TEPUNG TERIGU PADA PEMBUATAN
STICK KUE BAWANG, KANDUNGAN GIZI, DAN DAYA TERIMANYA

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
YUSNAN MARIA HABEAHAN
NIM. 131000069

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN

PEMANFAATAN TEPUNG UBI JALAR ORANGE DAN TEPUNG DAUN


KELOR SEBAGAI SUBTITUSI TEPUNG TERIGU PADA PEMBUATAN
STICK KUE BAWANG, KANDUNGAN GIZI, DAN DAYA TERIMANYA

SKRIPSI

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, April 2018


Yang Membuat Pernyataan

Yusnan Maria Habeahan


NIM. 131000069

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Stick kue bawang merupakan salah satu makanan ringan atau jenis kue
kering dengan bahan dasar tepung terigu, tepung tapioka atau tepung sagu, lemak,
telur serta air, yang berbentuk pipih panjang dan cara penyelesaiannya dengan
cara digoreng, mempunyai rasa gurih serta bertekstur renyah. Ubi jalar juga
merupakan sumber vitamin dan mineral sehingga cukup baik untuk memenuhi
gizi dan kesehatan masyarakat. Daun kelor merupakan sumber dengan vitamin A,
Vitamin B, Vitamin C, protein, kalsium, dan zat besi yang dapat berguna sebagai
obat-obatan, bahan baku pembuatan sabun dan kosmetik dan juga dimanfaatkan
sebagai penjernih air.
Penelitian merupakan eksperimen dengan rancangan acak lengkap
menggunakan dua perlakuan yaitu tepung terigu 56%, tepung ubi jalar orange
40%,tepung daun kelor 4% dan pada perlakuan kedua tepung terigu 44%, tepung
ubi jalar orange 50%, tepung daun kelor 6%. Uji organoleptik stick kue bawang
tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor dilaksanakan di Laboratorium Gizi
Kesehatan Masyarakat dan dilakukan terhadap 30 mahasiswa dan analisis
kandungan gizi karbohidrat,lemak,protein,kalsiun dan vitamin A di Laboratorium
Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan, dan Laboratorium Teknologi Pangan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Data uji organoleptik dianalisis
dengan Uji Mann-Whitney.
Hasil analisis kandungan gizi stick kue bawang tepung ubi jalar orange
dan tepung daun kelor dengan perlakuan A1 tepung terigu 56%, tepung ubi jalar
orange 40% dan tepung daun kelor 4%, memiliki kandungan karbohidrat sebesar
27,6 gr, lemak 30,7gr, protein 8,91gr, kalsium 225 mg dan Vitamin A 2,6 mcg.
Hasil analisis kandungan gizi stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan
tepung daun kelor dengan perlakuan A2 tepung terigu 44%, tepung ubi jalar
orange 50%, tepung daun kelor 6% memiliki kandungan karbohidrat 35,4
gram,lemak 33,6 gr, protein 9,13 gr, kalsium 239 mg, dan vitamin A 2,9 mcg.
Berdasarkan uji daya terima terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur, diketahui
panelis lebih menyukai stick kue bawang pada perlakuan A1.
Disarankan kepada masyarakat agar dapat memanfaatkan tepung ubi jalar
orange dan tepung daun kelor menjadi makanan camilan atau variasi makanan
jajanan pada keluarga,anak sekolah dan remaja. Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut untuk dapat menambah wawasan yang lebih dalam lagi.

Kata Kunci : Stick Kue Bawang, Tepung Ubi Jalar Orange, Tepung Daun Kelor,
Uji Daya Terima, Kandungan Gizi.

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

Stick onion chips was one snack or a type of pastry with the basic
ingredients of wheat flour, tapioca flour or sago flour, fat, eggs and water, long-
shaped flat and how to finish it by frying, has a savory taste and textured crunchy.
Sweet potatoes are also a source of vitamins and minerals so it is good enough to
meet the nutritional and public health. Moringa leaves are a source of vitamin A,
Vitamin B, Vitamin C, protein, calcium, and iron which can be useful as
medicines, raw materials for making soap and cosmetics and also used as a water
purifier.
The research was experiment with complete randomized design using two
treatment, 56% wheat flour, 40% orange sweet potato flour, 4% maize flour and
second treatment of wheat flour 44%, 50% orange sweet potato flour, 6% maize
flour. Organoleptic test stick orange flour sweet potato onion and moringa leaf
meal was conducted at Nutrition Laboratory of Public Health and conducted on
30 students and analysis of carbohydrate, fat, protein, calcium and vitamin A
content in Laboratory of Research and Industrial Standardization of Medan, and
Technology Laboratory Food Faculty of Agriculture University of North Sumatra.
Organoleptic test were analyzed by Mann-Whitney Test.
The result of nutrient content analysis of orange and sweet potato flour
onion flour with A1 treatment where wheat flour 56%, orange sweet potato flour
40% and 4% maize flour have carbohydrate content 27,6 gr, fat 30,7 gr, protein
8.91gr, calcium 225 mg and vitamin A 2,6 mcg. The result of nutrient content
analysis of orange and sweet potato flour onion flour with A2 treatment where
wheat flour 44%, 50% orange sweet potato flour, maize flour 6% contain
carbohydrate 35,4%, fat 33,6% protein 9,13%, calcium 239, and vitamin A
0,0029%. Based on organoleptic test on color, aroma, taste and texture, it is
known that panelists prefer stick onion chips to A1 treatment.
It was suggested to the community to use orange sweet potato flour and
moringa leaf meal into snacks or variations of snack foods to families, school
children and adolescents. Further research was needed to be able to add insight
deeper.

Keywords: Stick Onion Chips, Orange Sweet Potato Flour, Moringa Leaf Flour,
Acceptability Text, Nutrient Content.

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “ Pemanfaatan Tepung Ubi Jalar Orange dan Tepung

Daun Kelor Sebagai Subtitusi Tepung Terigu Pada Pembuatan Stick Kue

Bawang, Kandungan Gizi, dan Daya Terimanya”. Skripsi ini di susun sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

Selama penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan,

arahan, informasi, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan

ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Sumatera Utara dan para wakil dekan.

3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, selaku Ketua Departemen Gizi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera

Utara.

4. Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan serta arahan

kepada penulis selama masa kuliah dan dalam menyelesaikan skripsi ini.

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Prof. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si, selaku Pembimbing II yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan saran, masukan dan

petunjuk dalam penulisan skripsi ini.

6. Fitri Ardiani,S.K.M,M.P.H, selaku Penguji I yang telah banyak

memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

7. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, selaku Penguji II yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan saran, masukan untuk

perbaikan skripsi ini.

8. Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes, selaku dosen Penasihat Akademik

yang telah memberikan bimbingan akademik selama penulis mengikuti

pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi di Departemen Gizi Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

10. Bapak Marihot Oloan Samosir, ST, yang telah membantu dalam persiapan

surat-menyurat hingga akhir skripsi ini.

11. Orang tua tercinta Saitor Habeahan dan Lince br.Simangunsong yang tiada

henti mendoakan, mendukung, memberikan kasih sayang, nasihat kepada

penulis serta setia menjadi tempat berbagi keluh kesah sehingga penulis dapat

selalu bersemangat untuk menjalani masa perkuliahan hingga menyelesaikan

skripsi ini.

12. Sahabat terbaik seperjuangan dari semester pertama sampai akhir, Yadeni

Simamora, IraFrida Marbun, Ermahasni Pasaribu, Yoseva Marbun, Sri

Martina, Tresiana Marpaung dan Fai Sitinjak yang selalu setia menjadi teman

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sekaligus keluarga, memberikan dukungan dan motivasi, hingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

13. Sahabat terkece selama PBL, Maydina Fransisca Mungkur, Marnatal Leo

Sihombing,Sri Ulina Sitepu dan Tresiana Marpaung yang selama masa PBL

sampai saat ini menemani saya menyelesaikan tugas-tugas kuliah bahkan

dalam penyusunan skripsi.

14. Teman LKP (Latihan Kerja Peminatan), Lotmo Ayu Manik dan Sri Martina

Damanik, yang juga selalu setia menjadi teman yang baik dan selalu

membantu saya dalam masa LKP sampai saat ini.

15. Keluarga Besar Gizi Kesehatan Masyarakat Stambuk 2013 untuk kesempatan

dalam suka dan duka selama di perkuliahan. Selamat untuk kita dan mari kita

membangun masyarakat sehat dan sadar gizi.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan

kasih-Nya kepada kita semua dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat

bagi pembaca.

Medan, April 2018


Penulis

Yusnan Maria Habeahan

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
ABSTRACT ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................. 5
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6


2.1 Stick Kue Bawang ...................................................................................... 6
2.1.1 Resep dan Cara Pembuatan Stick Kue bawang ............................... 7
2.2 Ubi Jalar Orange ........................................................................................ 8
2.3 Tepung Ubi Jalar Orange ........................................................................... 10
2.4 Daun Kelor ................................................................................................. 12
2.5 Tepung Daun Kelor .................................................................................... 14
2.6 Daya Terima Makanan ............................................................................... 16
2.6.1 Uji Organoleptik .............................................................................. 17

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 20


3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................... 20
3.2 Waktu dan Tempat Penlitian ..................................................................... 20
3.3 Objek Penelitian ......................................................................................... 21
3.4 Defenisi Operasional .................................................................................. 21
3.5 Prosedur Pelaksanaan Eksperimen ............................................................. 22
3.5.1 Bahan ................................................................................................ 22
3.5.2 Peralatan ............................................................................................ 23
3.6 Tahapan Penelitian ..................................................................................... 27
3.7 Metode Analisa .......................................................................................... 29
3.7.1 Uji Kandungan Gizi ........................................................................... 29

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.8 Pengolahan dan Analisis Data .................................................................... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 38


4.1 Karakteristik Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar Orange dan Tepung
Daun kelor .................................................................................................. 39
4.2 Daya Terima Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar Orange dan Tepung
Daun Kelor ................................................................................................. 39
4.2.1 Warna Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar Orange dan Tepung
Daun Kelor ..................................................................................... 39
4.2.2 Aroma Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar Orange dan Tepung
Daun Kelor ..................................................................................... 40
4.2.3 Rasa Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar Orange dan Tepung
Daun Kelor ..................................................................................... 41
4.2.4 Tekstur Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar Orange dan Tepung
Daun Kelor ..................................................................................... 42
4.3 Analisis Kandungan Gizi Pada Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar
Orange dan Tepung Daun Kelor ................................................................ 43
4.4 Analisis Kandungan Gizi Stick Kue Bawang Pada Biasa .......................... 44
4.5 Perbandingan Zat Gizi Antara Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar
Orange dan Tepung Daun Kelor Dengan Stick Kue Bawang Biasa .......... 45

BAB V PEMBAHASAN ............................................................................... 47


5.1 Karakteristik Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar Orange dan Tepung
Daun kelor ................................................................................................. 47
5.2 Daya Terima Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar Orange dan Tepung
Daun kelor .................................................................................................. 47
5.2.1 Daya Terima Panelis Terhadap Warna Stick Kue Bawang Tepung
Ubi Jalar Orange dan Tepung Daun kelor ........................................ 48
5.2.1 Daya Terima Panelis Terhadap Aroma Stick Kue Bawang Tepung
Ubi Jalar Orange dan Tepung Daun kelor ........................................ 50
5.2.1 Daya Terima Panelis Terhadap Rasa Stick Kue Bawang Tepung
Ubi Jalar Orange dan Tepung Daun kelor ........................................ 52
5.2.1 Daya Terima Panelis Terhadap Tekstur Stick Kue Bawang Tepung
Ubi Jalar Orange dan Tepung Daun kelor ........................................ 54
5.3 Analisis Kandungan Karbohidrat, Lemak, Protein, Kalsium, dan
Vitamin A pada Stick Kue Bawang .......................................................... 56
5.4 Analisis Nilai Ekonomis Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar Orange
dan Tepung Daun Kelor ............................................................................ 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 61


6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 61
6.2 Saran .......................................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62


DAFTAR LAMPIRAN

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Pada Stick Kue Bawang per 100 gram............... 7

Tabel 2.2 Kandungan Proksimat Tepung Ubi Jalar Orange .......................... 11

Tabel 2.3 Kandungan Nilai Gizi Daun Kelor Segar dan Kering .................. 13

Tabel 3.1 Rincian Perlakuan.......................................................................... 20

Tabel 3.2 Jenis dan Ukuran Bahan Pembuatan Stick Kue Bawang .............. 23

Tabel 3.3 Tingkat Penerimaan Panelis Pada Uji Hedonik ............................ 27

Tabel 3.4 Interval Persentase dan Kriteria Kesukaan .................................... 36

Tabel 4.1 Karakteristik Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar Orange dan
Tepung Daun Kelor ...................................................................... 39

Tabel 4.2 Hasil Analisis Organoleptik Warna Stick Kue Bawang Tepung
Ubi Jalar Orange dan Tepung Daun Kelor ................................... 40

Tabel 4.3 Hasil Uji Mann Whitney Terhadap Warna Stick Kue Bawang
Tepung Ubi Jalar Orange dan Tepung Daun Kelor ........................ 40

Tabel 4.4 Hasil Analisis Organoleptik Aroma Stick Kue Bawang Tepung
Ubi Jalar Orange dan Tepung Daun Kelor ................................... 41

Tabel 4.5 Hasil Uji Mann Whitney Terhadap Aroma Stick Kue Bawang
Tepung Ubi Jalar Orange dan Tepung Daun Kelor ....................... 41

Tabel 4.6 Hasil Analisis Organoleptik Rasa Stick Kue Bawang Tepung
Ubi Jalar Orange dan Tepung Daun Kelor ................................... 42

Tabel 4.7 Hasil Uji Mann Whitney Terhadap Rasa Stick Kue Bawang
Tepung Ubi Jalar Orange dan Tepung Daun Kelor ....................... 42

Tabel 4.8 Hasil Analisis Organoleptik Tekstur Stick Kue Bawang Tepung
Ubi Jalar Orange dan Tepung Daun Kelor ................................... 43

Tabel 4.9 Hasil Uji Mann Whitney Terhadap Tekstur Stick Kue Bawang
Tepung Ubi Jalar Orange dan Tepung Daun Kelor ....................... 43

Tabel 4.10 Hasil Analisis Kandungan Gizi Stick Kue Bawang Tepung
Ubi Jalar Orange dan Tepung Daun Kelor .................................. 44

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.11 Kandungan Gizi Pada Stick Kue Bawang per 100 gram.............. 45

Tabel 4.12 Kandungan Zat Gizi Stick Kue Bawang Dalam 100 gram .......... 46

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ubi Jalar Orange ........................................................................ 9

Gambar 2.2 Daun Kelor................................................................................. 12

Gambar 3.1 Proses Pembuatan Tepung Ubi Jalar Orange............................. 24

Gambar 3.2 Proses Pembuatan Tepung Daun Kelor ..................................... 25

Gambar 3.3 Proses Pembuatan Stick Kue Bawang ....................................... 26

Gambar 4.1 Perlakuan A1 dan Perlakuan A2 ................................................ 38

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ................................................................. 66

Lampiran 2. Sertifikat hasil kandungan gizi dari laboratorium teknologi


pangan fakultas pertanian universitas sumatera utara .............. 67

Lampiran 3. Sertifikat hasil kandungan gizi dari laboratorium balai


pengujian riset dan standarisasi industri medan pada
perlakuan A1 ............................................................................ 68

Lampiran 4. Sertifikat hasil kandungan gizi dari laboratorium balai


pengujian riset dan standarisasi industri medan pada
perlakuan A2 ............................................................................ 69

Lampiran 5. Formulir Uji Daya Terima ...................................................... 70

Lampiran 6. Rekaptulasi Hasil Uji Organoleptik ......................................... 71

Lampiran 7. Output Uji Organoleptik .......................................................... 72

Lampiran 8. Perhitungan Hasil Analisis Organoleptik stick kue bawang .... 77

Lampiran 9. Perhitungan Angka Kecukupan Gizi (AKG) Stick


kue bawang ............................................................................. 80

Lampiran 10. Surat Selesai Penelitian........................................................... 84

Lampiran 11. Surat Izin peminjaman laboratorium ...................................... 86

Lampiran 12. Surat izin uji daya terima ........................................................ 87

Lampiran 13. Dokumentasi Penelitian .......................................................... 88

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Yusnan Maria Habeahan lahir di Medan, pada tanggal 10

Februari tahun 1995 dari pasangan Ayah Saitor Habeahan yang bersuku bangsa

Batak Toba dan Ibu Lince br.Simangunsong yang bersuku bangsa Batak Toba dan

menganut agama Kristen Protestan. Penulis merupakan anak pertama.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 2001, penulis bersekolah

di sekolah dasar yaitu SD Swasta Eka Prasetya, dilanjutkan ke SMP Swasta Eka

Prasetya dan tamat pada tahun 2010. Di tahun yang sama penulis melanjutkan

sekolah ke SMA Katolik Mariana dan tamat tahun 2013. Penulis melanjutkan

pendidikan sarjana di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara

melalui jalur Undangan Seleksi Nilai Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)

tahun 2013 kemudian mengambil peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat.

xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stick merupakan salah satu makanan ringan atau jenis kue kering dengan

bahan dasar tepung terigu, tepung tapioka atau tepung sagu, lemak, telur serta air,

yang berbentuk pipih panjang dan cara penyelesaiannya dengan cara digoreng,

mempunyai rasa gurih serta bertekstur renyah. Kriteria stick yang baik adalah

warna kuning keemasan, beraroma khas kue, tekstur kering dan renyah, serta rasa

yang gurih. Stick sering dikonsumsi masyarakat sebagai cemilan sehari-hari oleh

anak-anak,remaja serta orang dewasa dalam menemai waktu luang dan ketika rasa

lapar yang tiba-tiba sebelum makan utama.

Saat ini stick sudah banyak dimodifikasi terutama dengan penggantian bahan

baku. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan stick berupa tepung ikan

layang,tepung tulang ikan bandeng,tepung sorgum dan tepung gayam. Salah satu

penelitian (Pratiwi, 2013) yang memodifikasi stick yaitu dengan menggunakan

bahan tepung ikan layang yang dimana dalam hasil penelitiannya stick dengan

tepung daging ikan layang dengan kandungan gizi protein yang cukup tinggi.

Muna (2017) dalam penelitiannya memanfaatkan tepung tulang ikan bandeng

untuk pepmbuaan stick dengan hasil penelitannya stick mengandung protein dan

kalsium yang dibutuhkan tubuh. Stick yang dimodifikasi bertujuan untuk

meningkatkan kandungan gizinya dan lebih baik dari stick yang beredar

dimasyarakat.

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

Daun kelor berasal dari tanaman kelor yang berkayu memiliki kandungan

gizi yang tinggi. Daun kelor sangat jarang dimanfaatkan untuk makanan. Daun

kelor lebih sering digunakan untuk memandikan jenazah, sebagai jimat untuk

masyarakat atau yang bisa digunakan sebagai pengusir mahkluk halus dan daun

kelor juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena pengolahan daun kelor

secara luas belum banyak dilakukan di Indonesia, hal tersebut dikarenakan

kurangnya pengetahuan masyarakat dalam melakukan pemanfaatan daun kelor.

Untuk itu, penganekaragam pangan terhadap daun kelor perlu ditingkatkan yang

dapat dijadikan sebagai sumber gizi pada produk pangan. Salah satu upaya yang

dapat dilakukan adalah pembuatan stick kue bawang yang dapat bersifat

fungsional dengan ditambahkannya daun kelor dengan menjadikan daun kelor

sebagai tepung daun kelor didalam daun kelor kering per 100 gram mengandung

air 7,5%, kalori 205 gr, karbohidrat 38,2 gr, protein 27,1 gr, lemak 2,3 gr, serat

19,2 gr, kalsium 2003 mg, magnesium 368 mg, fosfor 204 mg, tembaga 0,6 mg,

besi 28,2 mg, sulfur 870 mg dan potassium 1324 mg (Haryadi, 2011).

Ubi jalar merupakan komoditas sumber karbohidrat utama, selain padi,

jagung dan singkong dan mempunyai peranan penting dalam penyediaan bahan

pangan, bahan baku industri maupun pakan ternak sebagia program diversikasi

(Zuraida dan Supriati, 2001). Ubi jalar juga salah satu umbi-umbian yang mudah

dikenal di Indonesia. Ubi jalar sering dimanfaatkan masyarakat sebagai ubi rebus

dan ubi goreng. Ubi jalar juga sangat mudah ditemukan terutama di pasar

tradisional. Produktivitas ubi jalar di Indonesia tahun 2013 sebesar 147.47

kwintal/hektar dan meningkat pada tahun 2014 sebesar 152.03 kwintal/hektar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

Sentra produksi ubi jalar di Indonesia yaitu jawa barat 471.737 ton tahun 2014

(BPS, 2015).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2015), bahwa terjadi kenaikan dan

penurunan produksi ubi jalar tiap tahunnya, karena kenaikan dan penurunan luas

panen. Namun hasil dan produktivitas ubi jalar per hektar lahan tanaman

menunjukan peningkatan, jadi optimalisasi lahan mampu meningkatkan hasil

panen. Pada masyarakat Indonesia, ubi jalar sudah banyak dikenal dan dengan

mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional. Ubi jalar yang dikenal di tanah air

berupa ubi merah, ubi orange, ubi kuning, ubi putih dan ubi ungu. Ubi jalar

orange merupakan sumber karbohidrat yang cukup tinggi dan juga mengandung

betakaroten, vitamin E, kalsium, zat besi serta serat. Kombinasi vitamin A

(betakaroten) dan vitamin E dalam ubi jalar orange bekerja sama dalam mencegah

stroke dan serangan jantung. Betakarotennya mencegah stroke, sementara vitamin

E ubi jalar orange mencegah penyumbatan dalam saluran pembuluh darah,

sehingga munculnya serangan jantung dapat dicegah. Ubi jalar dapat diproses

menjadi tepung yang bisa diolah menjadi aneka produk makanan yang

mempunyai nilai tambah tinggi. Proses penepungan dapat mengkonversi bahan

pangan lokal menjadi produk pangan bernilai gizi tinggi, bernilai tambah, dan

bercita rasa sesuai selera masyarakat, serta harganya terjangkau oleh masyarakat

luas. Hal ini sejalan dengan pendapat para ahli pangan bahwa pemanfaatan bahan

pangan berkarbohidrat tinggi dalam bentuk tepung lebih menguntungkan, karena

lebih fleksibel, mudah dicampur (dibuat komposit), dapat diperkaya gizinya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

(fortifikasi), ruang tempat lebih efisien, daya tahan simpan lebih lama, dan sesuai

dengan tuntutan kehidupan modern yang serba praktis (Damardjati et al., 2000).

Berdasarkan hal ini, peneliti tertarik untuk membuat stick kue bawang

dengan membuat stick kue bawang dengan menggunakan tepung ubi jalar orange

dan tepung daun kelor. Peneliti telah melakukan percobaan awal menggunakan

tepung ubi jalar orange sebanyak 60%, 65% dan 70%. Tepung daun kelor yang

digunakan 15%, 20% dan 25% pada percobaan ini stick kue bawang yang

dihasilkan adonan tidak kalis dengan baik serta warna adonan menjadi gelap yang

dipengaruhi oleh tepung daun kelor yang banyak digunakan sehingga warna dari

stick kue bawang menjadi kurang menarik. Sehingga peneliti menarik kesimpulan

melakukan perbandingan 40% : 4% dan 50% :6% karena subtitusi tepung terigu

yang baik dari 30%-50%. Stick kue bawang yang terbuat dari tepung ubi jalar

orange dan tepung daun kelor ini nantinya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan

protein, karbohidrat, lemak, kalsium dan vitamin A. Dengan alasan tersebut,

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Tepung

Ubi Jalar Orange dan Daun Kelor Sebagai Subtitusi Tepung Terigu pada

Pembuatan Stick kue Bawang, Kandungan Gizi, dan Daya Terimanya”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka sebagai perumusan masalah

adalah bagaimana hasil Pemanfaatan Tepung Ubi Jalar Orange dan Tepung Daun

Kelor Sebagai Subtitusi Tepung Terigu pada Pembuatan Stick Kue Bawang,

Kandungan Gizi dan Daya Terimanya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

1.2 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui daya terima dan nilai gizi subtitusi tepung ubi jalar orange

dengan tepung daun kelor sebagai bahan utama dalam pembuatan stick kue

bawang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui kandungan zat protein, karbohidrat, lemak, kalsium, dan vitamin

A pada pembuatan stick kue bawang dengan tepung ubi jalar orange dan

tepung daun kelor.

2. Mengetahui subsitusi tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor pada

pembuatan stick kue bawang terhadap daya terima (aroma, rasa,warna dan

tekstur) panelis.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai salah satu cara dalam pemanfaatan produk pangan lokal dan

penganekaragaman produk pangan.

2. Memberikan informasi pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara tentang nilai gizi dari stick kue bawang tepung

ubi jalar orange dan tepung daun kelor.

3. Sebagai alternatif untuk mengurangi pemakaian tepung terigu sebagai bahan

dasar pembuatan stick kue bawang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stick Kue Bawang

Stick merupakan salah satu makanan ringan atau jenis kue kering dengan

bahan dasar tepung terigu, tepung tapioka atau tepung sagu, lemak, telur serta air,

yang berbentuk pipih panjang dan cara penyelesaiannya dengan cara digoreng,

mempunyai rasa gurih serta bertekstur renyah sehingga banyak disukai

masyarakat. Stick kue bawang merupakan salah satu makanan ringan yang

berbahan dasar tepung terigu, margarin, bawang merah, bawang putih dan air.

Adonan stick tergolong dalam adonan goreng jenis padat.

Stick dapat dihidangkan setiap saat baik sebagai makanan selingan, makanan

camilan, sebagai teman minum teh dan dapat juga sebagai buah tangan saat

mengunjungi saudara. Stick merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yang

artinya tongkat atau sesuatu yang berbentuk seperti batang menurut Peter Salim

dalam The Contempory English-Indonesia Dictionary (1985:862). Karena

makanan ini bentuknya pipih panjang menyerupai tongkat maka makanan ini

disebut dengan stick. Kue dengan kualitas yang baik, diperlukan bahan-bahan

yang berkualitas. Bahan baku utama pembuatan stick adalah tepung terigu.

Beberapa penelitian yang telah memodifikasi stick kue bawang dari bahan

utamanya : kue bawang menggunakan pati jahe merah yang mengandung

karbohidrat, kalsium, dan zat besi yang tinggi. Sangat bermanfaat untuk ibu hamil

maupun orang yang sering mengalami mabuk perjalanan untuk mengurangi rasa

6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7

mual (Lestari,2016). Stick kue bawang menggunakan tepung ampas tahu yang

mengandung karbohidrat, protein dan serat yang cukup tinggi ( Fransiska,2017).

Tabel 2.1 kandungan gizi pada stick kue bawang per 100 gram
Kandungan gizi Jumlah
Energi (kal) 488
Protein (g) 8,8
Lemak (gr) 21,6
Karbohidrat (gr) 64,6
Kalsium (mg) 22
Fosfor (mg) 85
Zat besi (mg) 1,5
Vitamin A (IU) 5
Vitamin B1 (mg) 0,07
Sumber: Publikasi Kementrian Republik Indonesia Serta Sumber Lainnya

2.1.1 Resep Dan Cara Pembuatan Stick Kue Bawang

Bahan-bahan untuk membuat kue bawang cukup mudah ditemukan di toko-

toko bahan makanan maupun swalayan terdekat. Proses pembuatannya juga cukup

mudah. Berikut resep dasar kue bawang dan cara pembuatannya (Sholilah, 2015).

Bahan :
1. 300 gram tepung terigu
2. 6 siung bawang merah
3. 3 siung bawang putih
4. 2 batang seledri
5. ¼ sdt merica bubuk
6. 1 butir telur
7. 1 sdm margarin
8. Santan secukupnya
9. Garam halus secukupnya
10. Minyak makan secukupnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

Langkah-langkah pembuatan kue bawang :

1) Haluskan bawang merah, bawang putih, dan seledri yang telah dicincang kasar.

Kemudian campurkan ke dalam tepung.

2) Masukkann garam halus, merica bubuk, dan telur.

3) Aduk rata semua bahan hingga bisa digumpalkan. Jangan terlalu lembek agar

tidak lengket ketika digiling dengan cetakan.

4) Ambil segumpal adonan, lalu tipiskan dengan dengan menggunakan alat

penggiling mie.

5) Potong-potong sesuai selera.

6) Susun hasil potongan dalam piring. Jangan terlalu penuh agar tidak

menggumpal dan lengket.

2.2 Ubi Jalar Orange

Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan tanaman yang berasal dari daerah

tropis Amerika. Ubi jalar dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun di

pegunungan dengan suhu 270 C dan lama penyinaran 11-12 jam perhari. Pada

tahun 1960, ubi jalar sudah tersebar ke hampir setiap daerah Indonesia seperti

Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Papua dan Sumatra. Ubi jalar (Ipomoea

batatas L) merupakan sumber karbohidrat dan sumber kalori (energi) yang cukup

tinggi. Kandungan karbohidrat ubi jalar menduduki peringkat keempat setelah

padi, jagung dan ubi kayu. Ubi jalar juga merupakan sumber vitamin dan mineral

sehingga cukup baik untuk memenuhi gizi dan kesehatan masyarakat. Vitamin

yang terkandung dalam ubi jalar adalah vitamin A (betakaroten), vitamin C,

thiamin (vitamin B1) dan rebovlavi (vitamin B2). Sedangkan mineral yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

terkandung dalam ubi jalar adalah zat besi (Fe), fosfor (P), kalsium (Ca) dan

natrium (Na). Kandungan gizi lainnya yang terdapat dalam ubi jalar adalah

protein, lemak, serat kasar, kalori dan abu (Dede & Bambang, 2009).

Gambar 2.1 Ubi Jalar Orange


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Namun sampai saat ini hanya Papua saja yang memanfaatkan ubi jalar

sebagai makanan pokok, walaupun belum menyamai padi dan jagung

Pemanfaatan ubi jalar yang rendah disebabkan masih sedikitnya teknologi

pengolahan pascapanen yang diterapkan. Pengolahan ubi jalar di Indonesia masih

cukup sederhana dan pengolahannya masih dalam bentuk ubi segar seperti

dipanggang, direbus, dan digoreng. Pengolahan ubi jalar menjadi tepung dapat

menghasilkan suatu bentuk olahan produk pangan yang berbeda.

Ubi jalar orange (Ipomoea batatas L.) selain mengandung karbohidrat,

juga mengandung betakaroten (Rahman, dkk, 2015). Warna daging umbi

memiliki hubungan dengan kandungan gizi terutama kandungan β-karotennya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

Betakaroten yang ada dalam ubi jalar dapat mengurangi sekitar 40% resiko

terkena penyakit jantung, memberi perlindungan atau pencegahan terhadap

kanker, penuaan dini, penurunan kekebalan, penyakit jantung, stroke, katarak,

sengatan cahaya matahari, dan gangguan otot. Umbi yang berwarna jingga atau

orange mengandung betakaroten lebih tinggi daripada jenis ubi jalar dengan

warna yang lebih terang. Demikian pula, daging umbi yang berwarna orange

memiliki rasa yang lebih manis daripada daging umbi yang berwarna lain (Juanda

dan Cahyono, 2000).

2.3 Tepung Ubi Jalar

Pembuatan tepung ubi jalar dapat dilakukan dengan cara mengiris dan

memarut ubi jalar, dijemur kemudian dihaluskan hingga menjadi tepung.

Pembuatan tepung ubi jalar dapat dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari,

oven, maupun gabungan keduanya. Pengeringan merupakan cara yang dilakukan

untuk mengurangi kadar air suatu bahan sehingga diperoleh hasil akhir yang

kering. Air dalam bahan akan keluar dan menguap akibat adanya pindah panas

dan pindah massa (Koswara, 2009).

Pengeringan buatan merupakan proses yang dilakukan dengan

mengendalikan kondisi lingkungan pengeringan. Bahan pangan yang diolah

dengan pengeringan buatan memiliki kualitas lebih baik dibandingkan dengan

pengeringan matahari. Pengeringan menggunakan oven dapat dilakukan dengan

kondisi udara yang terkontrol dan waktu pengeringan yang lebih cepat (Koswara,

2009).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

Suhu pengeringan dapat mempengaruhi karakteristik kimia tepung. Pada

pengamatan tepung umbi suweg dengan 3 macam suhu yang berbeda diperoleh

hasil bahwa semakin tinggi suhu pengeringan maka kandungan protein pada

tepung semakin rendah. Pada pengamatan ini, suhu 50°C memiliki kandungan

protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengeringan suhu 60 °C dan 70 °C

(Septiani, dkk., 2015). Kandungan proksimat tepung ubi jalar oranye dapat dilihat

pada Tabel 2.3.

Tabel 2.2 Kandungan Proksimat Tepung Ubi Jalar Orange


Komposisi Jumlah
Kadar Air (%) 69,80
Kadar Abu (%) 1,00
Kadar Serat (%) 1,00
Kadar Protein (%) 0,46
Lemak 1,70
Karbohidrat 26,84
Sumber : (Adepoju dan Adejumo, 2015)

Penggunaan tepung ubi jalar dalam pembuatan produk pangan sudah

banyak dilakukan di Indonesia. Hal ini juga dapat dilihat dari beberapa penelitian

yang menggunakan tepung ubi jalar sebagai substitusi tepung terigu dalam

pembuatan beberapa jenis produk pangan. Di negara lain, tepung ubi jalar sudah

umum dijumpai seperti negara Nigeria yang memproduksi tepung ubi jalar orange

dengan harga jual yang lebih tinggi dan menjadi bahan baku pembuatan makanan

ringan dan mie serta sebagai penstabil dalam industri es krim (Oluwole, dkk.,

2012). Di India, tepung ubi jalar digunakan dalam pembuatan produk bakery dan

puding.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

2.4 Daun Kelor

Daun Kelor (Moringa oleifera lam) berasal dari tanaman kelor yang tumbuh

di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai di ketinggian ± 1000 dpl. Daun

Kelor banyak ditanam sebagai pagar di halaman rumah atau ladang. Daun kelor

dapat dipanen setelah tanaman tumbuh 1,5 hingga 2 meter yang biasanya

memakan waktu 3 sampai 6 bulan. Namun dalam budidaya intensif yang

bertujuan untuk produksi daunnya, kelor dipelihara dengan ketinggian tidak lebih

dari 1 meter. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik batang daun dari cabang

atau dengan memotong cabangnya dengan jarak 20 sampai 40 cm di atas tanah

(Kurniasih, 2013).

Daun kelor di Indonesia dikonsumsi sebagai sayuran dengan rasa yang

khas, yang memiliki rasa langu dan juga digunakan untuk pakan ternak karena

dapat meningkatkan perkembangbiakan ternak khususnya unggas. Daun kelor

dikenal dengan berbagai nama. Di sunda dan melayu disebut kelor. Masyarakat

Sulawesi menyebutnya kero, wori, kelo atau kelor. Orang-orang Madura

menyebutnya maronggih. Di Aceh disebut murong. Di Ternate dikenal sebagai

kelo di Sumbawa disebut kawona. Sedangkan orang-orang minang mengenalnya

dengan nama munggai.

Gambar 2.2 Daun Kelor


Sumber : Dokumen Pribadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Tabel 2.3 Kandungan Nilai Gizi Daun Kelor Segar dan Kering
Komponen gizi Daun Segar Daun Kering
Kadar air (%) 94,01 4,09
Protein (%) 22,7 28,44
Lemak (%) 4,65 2,74
Kadar abu - 7,95
Karbohidrat (%) 51,66 57,01
Serat (%) 7,92 12,63
Kalsium (mg) 550 2200
Energi (Kcal/100g) - 307,30
Sumber:Melo et al(2013);Shiriki et al (2015);Nweze&Nwafeo(2014);tekle(2015)

Berdasarkan penelitian Verma et al. (2009), bahwa daun kelor

mengandung fenol dalam jumlah yang banyak yang dikenal sebagai penangkal

senyawa radikal bebas. Tanaman ini dikenal memiliki nilai kandungan gizi luar

biasa, dan terkenal untuk mengatasi penyakit dengan cara tradisional (Fahey,

2005). Kelor dapat dijadikan sayuran langsung dan dapat dijual dalam bentuk

yang bermacam-macam seperti tepung dalam bentuk kapsul, ekstrak tanaman,

atau teh herbal dari daun moringa (Sahakitpichan, 2011). Begitupun di beberapa

daerah Indonesia, kelor sudah biasa dimanfaatkan sebagai sayuran terutama untuk

memperbanyak dan melancarkan ASI (air susu ibu) sebagaimana daun katuk

(Tilong, 2012).

Daun kelor merupakan salah satu bagian dari tanaman kelor yang telah

banyak diteliti kandungan gizi dan kegunaannya. Daun kelor mengandung zat gizi

yang tinggi yaitu beta karoten, vitamin C, protein, besi dan potasium. Daun kelor

dapat dimakan langsung dalam keadaan segar, dimasak atau disimpan sebagai

tepung kering beberapa bulan tanpa harus disimpan di kulkas dan tidak

mengalami kehilangan zat gizi. Daun kelor merupakan sumber asam amino

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

esensial seperti metionin, sistin, triptophan dan lisin (Metha, 2003 dalam

Rajanandh, 2010).

Penelitian lain menyatakan bahwa hasil perbandingan daun kelor dengan

bahan pangan lain dalam jumlah yang sama (gr) menunjukkan bahwa daun kelor

mengandung vitamin C setara vitamin C dalam 7 jeruk, vitamin A setara vitamin

A pada 4 wortel, kalsium setara dengan kalsium dalam 4 gelas susu, potassium

setara dengan yang terkandung dalam 3 pisang dan protein setara dengan protein

dalam 2 yoghurt (Mahmood 2011). Daun kelor juga mengandung zat besi lebih

tinggi daripada sayuran lainnya yaitu sebesar 17,2 mg/100 g (Yameogo et

al.,2011). Broin (2010), menyatakan bahwa 100 gram daun kelor segar

mengandung kalsium 350-550 mg dan tepung daun kelor mengandung 1600-2200

mg kalsium/100 gram tepung. Penggunaan tepung daun kelor dapat ditambahkan

dalam makanan dan minuman untuk meningkatkan kandungan vitamin, mineral

dan protein.

2.4 Tepung Daun Kelor

Tepung daun kelor merupakan salah satu produk yamg dihasilkan dari daun

kelor yang diproses dengan cara dikeringkan dan dibuat serbuk dengan

dihancurkan dan diayak (Tanico, 2009). Daun kelor yang akan dijadikan tepung

harus dicuci untuk menghilangkan kotoran dan kuman (Doerr & Cameron, 2005).

Tepung daun kelor adalah daun kelor dalam bentuk serbuk yang telah

dikeringkan, Demikian juga kandungan nutrisi daun kelor segar dan daun kelor

yang dibuat tepung berbeda, dimana tepung daun kelor memiliki nilai gizi yang

lebih tinggi dari pada daun kelor segar (Rahman, dkk,. 2012).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Tahap pembuatan tepung daun kelor dengan tanpa blanching yakni dimana

daun kelor langsung dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 45 Celsius

selama 2 hari. Kemudian dihaluskan sehingga menjadi tepung. Sedangkan pada

pembuatan tepung daun kelor dengan perlakuan blanching kukus terlebih dahulu

dikukus pada suhu 60 Celsius selama 3 menit dan dioven dengan suhu 45 Celsius

selama 2 hari kemudian dihaluskan sehingga menjadi tepung. Sama halnya

dengan pembuatan tepung daun kelor dengan perlakuan blanching rebus, direbus

pada suhu 60 Celsius selama 3 menit dan dioven dengan suhu 45 Celsius selama 2

hari kemudian dihaluskan sehingga menjadi tepung.

Menurut Broin (2010), terdapat tiga cara yang dapat dilakukan untuk

mengeringkan daun kelor yaitu pengeringan di dalam ruangan, pengeringan

dengan cahaya matahari, dan menggunakan mesin pengering. Daun yang sudah

kering dan dapat dijadikan tepung dicirikan dengan daunnya rapuh dan mudah

dihancurkan. Daun yang sudah kering dibubukkan menggunakan mortar ataupun

penggilingan. Tepung daun kelor sebaiknya disimpan dalam wadah kedap udara

dan terhindar dari panas, kelembaban, dan cahaya untuk menghindari

pertumbuhan mikroogranisme dan masalah lain yang berbahaya. Tepung yang

disimpan dalam keadaan bersih, kering, kedap udara, terlindung dari cahaya dan

kelembaban serta suhu di bahwa 240C dapat bertahan hingga 6 bulan (Doerr &

Cameron, 2005).

Alternatif yang dilakukan pada penelitian ini adalah pembuatan tepung

daun kelor dengan suhu maksimal 500C yaitu menggunakan cahaya matahari

dalam rumah kaca. Daun dikeringkan di rak-rak yang berada dalam rumah kaca

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

selama 24 jam. Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air bahan pangan

untuk menurunkan risiko kerusakannya. Pengeringan menggunakan sinar

matahari merupakan salah satu cara pengeringan yang dapat dilakukan dalam

pembuatan tepung daun kelor karena tidak memerlukan biaya yang mahal (Broin,

2010). Energi matahari dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk

mengeringkan bahan pangan sampai kadar air dimana kerusakan karena mikroba

dapat diturunkan secara nyata, meningkatkan mutu makanan yang dihasilkan dan

mengurangi pembuangan bahan pangan.

Daun yang sudah kering kemudian dihancurkan dengan blender sampai

halus. Menurut Doerr dan Cameron (2005), daun dikatakan kering dan dapat

dilanjutkan ke proses selanjutnya jika secara fisik daun sudah rapuh dan mudah

dihancurkan atau diremas dengan tangan. Penggunaan blender untuk

menghancurkan daun bertujuan agar lebih efektif dibandingkan dengan

penghancuran menggunakan penggilingan. Daun kering yang telah berubah ke

dalam bentuk bubuk kemudian diayak dengan ayakan 60 mesh untuk

menghilangkan ranting yang tersisa. Tepung daun kelor yang sudah jadi disimpan

dalam plastik kedap udara, terlindung dari panas, kelembapan, dan cahaya. Jika

tepung daun kelor belum kering kemudian disimpan, akan mendorong bakteri

tumbuh. Penyimpanan harus terhindar dari panas atau cahaya untuk menghindari

penurunan kandungan gizi (Doerr & Cameron, 2005).

2.6 Daya Terima Makanan

Menurut Suhardjo (1989), daya terima makanan merupakan tingkat kesukaan

atau ketidaksukaan individu terhadap suatu jenis makanan. Tingkat kesukaan ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

sangat beragam pada setiap individu sehingga akan berpengaruh terhadap

konsumsi pangan. Manusia makan untuk kenikmatan. Kesukaan akan makanan

berbeda-beda. Secara umum, makanan yang disukai adalah makanan yang

memenuhi selera atau cita rasa indrawi dalam hal rupa, warna, bau atau aroma,

rasa, suhu, dan tekstur. Cara pengujian dengan menggunakan indera manusia

sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap suatu produk

dinamakan uji daya terima. Uji daya terima biasa disebut dengan uji organoleptik.

2.6.1 Uji Organoleptik

Uji organoleptik disebut juga penilaian indera atau penilaian sensorik yang

merupakan suatu cara penilaian yang sudah lama dikenal. Penilaian organoleptik

sangat banyak digunakan dalam menilai mutu dalam industri pangan dan industri

hasil pangan lainnya. Dalam suatu waktu, penilaian ini dapat memberikan hasil

penilaian yang sangat teliti. Karena dalam beberapa hal penilaian dengan indera

bahkan melebihi ketelitian dengan alat yang sensitif (Susiwi, 2009).

Penilaian organoleptik yang disebut juga penilaian indera atau penilaian

sensorik. Metode penilaian ini banyak digunakan karena dapat dilaksanakan

dengan cepat dan langsung. Dalam beberapa hal, penilaian dengan indera

memiliki ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan alat ukur yang paling

sensitif (Soekarto, 2002).

Salah satu cara pengujian organoleptik adalah dengan metode uji

pencicipan. Uji pencicipan menyangkut penilaian seseorang akan suatu sifat atau

kualitas suatu bahan yang disukai. Pada uji pencicipan dapat dilakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

menggunakan panelis yang belum berpengalaman. Dalam kelompok uji

pencicipan ini termasuk uji kesukaan (hedonik).

1. Warna

Faktor yang mempengaruhi suatu bahan makanan antara lain tekstur, warna,

cita rasa, dan nilai gizinya. Sebelum faktor-faktor yang lain dipertimbangkan

secara visual. Faktor warna lebih berpengaruh dan kadang-kadang sangat

menentukan suatu bahan pangan yang dinilai enak, bergizi dan teksturnya

sangat baik, tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang tidak indah

dipandang atau memberi kesan telah menyimpang dari warna yang

seharusnya.

2. Aroma

Aroma dapat didefinisikan sebagai suatu yang dapat diamati dengan indera

pembau untuk data menghasilkan aroma, zat harus dapat menguap, sedikit

larut dalam air dan sedikit larut dalam lemak. Senyawa berbau sampai kee

jaringan pembau dalam hidung bersama-sama dengan udara. penginderaan

cara ini memasyarakatkan bahwa senyawa berbau bersifat atsiri.

3. Tekstur

Tekstur adalah faktor kualitas makanan yang paling penting, sehingga

memberikan kepuasan terhadap kebutuhan kita. Oleh indera itu kita

menghendaki makanan yang mempunyai rasa dan tekstur yang sesuai dengan

yang kita harapkan, sehingga bila kita membeli makanan, maka pentingnya

nilai gizi biasanya ditempatkan pada mutu setelah harga, tekstur dan rasa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

4. Rasa

Rasa merupakan faktor yang cukup penting dari suatu makanan. Komponen

yang dapat menimbulkan rasa yang diinginkan tergantung senyawa

penyusunnya. Umumnya bahan pangan tidak hanya terdiri dari satu macam

rasa yang terpadu sehingga menimbulkan cita rasa makanan yang utuh.

Perbedaan penilaian penelis terhadap rasa dapat diartikan sebagai

penerimaannya terhadap flavor atau cita rasa yang dihasilkan oleh kombinasi

bahan yang digunakan.

Pada uji hedonik, panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang

kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan. Disamping panelis mengemukakan

tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonic. Dalam

penganalisaan, skala hedonik ditransformasi menjadi numerik menurut tingkat

kesukaan . Dengan data ini dapat dilakukan analisis-analisis statistik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah eksperimen, dengan menggunakan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) yaitu Pemanfaatan Tepung Terigu Ubi Jalar Orange dan Tepung

Daun Kelor Sebagai Subtitusi Tepung Terigu pada Pembuatan stick kue bawang,

Kandungan Gizi, dan Daya Terimanya. Penelitian ini menggunakan dua perlakuan

eksperimen yaitu stick kue bawang dari tepung ubi jalar orange 40%, 50% dan

ditambahkan tepung daun kelor 4%, 6% dengan simbol A1 dan A2.

Tabel 3.1. Rincian Perlakuan


Ulangan(U)
Perlakuan
1 2
A1 Y11 Y21
A2 Y12 Y22
Keterangan:
A1 : Stick kue bawang dengan penambahan tepung ubi jalar orange 40%, dan
tepung daun kelor 4%
A2 : Stick kue bawang dengan penambahan tepung ubi jalar orange 50%, dan
tepung daun kelor 6%
Y11 : Perlakuan A1 pada ulangan ke-1
Y21 : Perlakuan A1 pada ulangan ke-2
Y12 : Perlakuan A2 pada ulangan ke-1
Y22 : Perlakuan A2 pada ulangan ke-2

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Januari 2018.

Pembuatan stick kue bawang tepung ubi jalar orange dengan penambahan tepung

daun kelor dilakukan di rumah peneliti (Jln.Ghermenia Utama No.29 Kecamatan

Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang). Pembuatan tepung ubi jalar orange

dan tepung daun kelor dilakukan di Laboratorium Gizi Kesehatan Masyarakat

20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21

USU. Uji kandungan zat gizi dilakukan di Balai Riset dan Standarisasi Industri

Medan dan Laboraturium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara. Uji Daya Terima stik kue bawang tepung ubi jalar orange dengan

penambahan tepung daun kelor dilakukan di Laboratorium Gizi Kesehatan

Masyarakat USU kepada Mahasiswa FKM USU.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan

tepung daun kelor dengan menggunakan perbandingan tepung ubi jalar orange

40%, 50% dan tepung daun kelor 4%, 6% pada setiap perlakuan.

3.4 Defenisi Operasional

1. Tepung ubi jalar adalah hancuran ubi jalar yang dihilangkan sebagian kadar

airnya.

2. Tepung daun kelor merupakan produk yang dihasilkan dari daun kelor yang

diproses dengan cara dikeringkan dan dibuat serbuk dengan dihancurkan dan

diayak.

3. Stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor adalah stick

kue bawang yang terbuat dari tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor.

4. Uji organoleptik adalah cara pengujian yang dilakukan untuk mengetahui

daya terima pada panelis terhadap cita rasa dan tektur dari stick kue bawang

yang diolah dengan menggunakan skala hedonik tiga titik acuan.

5. Kandungan zat gizi stick kue bawang adalah penetapan kadar karbohidrat,

lemak, protein, kalsium dan vitamin A yang terdapat pada stick kue bawang

dengan penambahan tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

penentuan komposisi zat gizi masing-masing yang sudah di tetapkan dan

yang nantinya akan di lakukan pengujian di Laboratorium.

6. Warna adalah corak rupa yang dihasikan oleh stick kue bawang yang

dirasakan secara subyektif oleh indera penglihatan.

7. Rasa adalah sifat dari stick kue bawang berupa manis, asin yang dirasakan

oleh indra pengecap.

8. Aroma adalah bau khas yang dihasilkan oleh stick kue bawang yang

dibedakan oleh indera pencium.

9. Tekstur adalah tingkat kerenyahan dari stick kue bawang yang diukur secara

subyektif dengan indera peraba.

3.5 Prosedur Pelaksanaan Eksperimen

Prosedur pelaksanaan eksperimen merupakan langkah-langkah yang telah

ditentukan dalam melaksanakan percobaan stick kue bawang ubi jalar orange.

Adapun pelaksanaan eksperimen ini meliputi persiapan eksperimen, proses

eksperimen dan tahap penyelesaian. Berikut adalah rincian pelaksanaan

eksperimen:

3.5.1 Bahan

Penggunaan bahan harus dipilih yang berkualitas baik,tidak busuk,tidak

berubah warna dan tidak kadaluarsa. Jenis dan ukuran bahan yang digunakan di

dalam eksperimen ini dapat dilihat pada tabel 3.2. di bawah ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

Tabel 3.2 Jenis dan Ukuran Bahan Pembuatan Stick Kue Bawang Subtitusi
Tepung Ubi Jalar Orange dengan Tepung Daun Kelor
Kelompok Eksperimen
Nama Bahan
A1 A2
Tepung terigu 168 gr 132 gr
Tepung ubi jalar orange 120 gr 150 gr
Tepung daun kelor 12 gr 18 gr
Bawang merah 6 siung 6 siung
Bawang putih 3 siung 3 siung
Seledri - -
Merica bubuk ¼ sdt ¼ sdt
Telur 1 butir 1 butir
Margarin 50 gr 50 gr
Santan 200 ml 200 ml
Garam halus ½ sdt ½ sdt
Minyak makan 1 liter 1 liter

Keterangan:
Berat total dari tepung terigu adalah 300 gram
A1 : tepung terigu 56 % : tepung ubi jalar orange 40% : tepung daun kelor 4%
A2 : tepung terigu 44% : tepung ubi jalar orange 50% : tepung daun kelor 6%

3.5.2 Peralatan

Alat-alat yang digunakan pada pembuatan stick kue bawang dalam

penelitian ini antara lain kompor, kuali, ampia, sendok goreng, saringan,

timbangan, baskom/wadah, blender, ayakan tepung, sendok, talam dan mikser.

3.5.3 Proses Pembuatan Stick Kue Bawang Yang Terbuat Dari Tepung Ubi
Jalar Orange Dan Tepung Daun Kelor

Penggunaan tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor di dalam

penelitian ini dipilih dari bahan yang memiliki kualitas baik misalnya tepung ubi

jalar orange yang tidak bau tengik, dan tepung daun kelor yang tidak busuk.

Kedua bahan yang sudah kering maka bahan haris digiling supaya menjadi

tepung.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

3.5.3.1 Proses Pembuatan Tepung Ubi Jalar Orange

Ubi jalar di bersihkan dan


kulitnya di kupas hingga bersih

Pengirisan

Pengeringan (Oven)

Digiling atau diblender

Tepung ubi jalar

Gambar 3.1 Proses Pembuatan Tepung Ubi Jalar Orange

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

3.5.3.2 Proses Pembuatan Tepung Daun Kelor

Pilih daun kelor yang masih


hijau, pisahkan daun dengan
batangnya

Setelah itu dicuci daun


kelor sampai bersih

Setelah bersih, keringkan daun kelornya di


oven ± 60 c

Daun kelor yang sudah kering,di


blender hingga halus lalu di ayak
hingga menjadi tepung

Gambar 3.2 Proses Pembuatan Tepung Daun Kelor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

3.5.3.3 Proses Pembuatan Stick Kue Bawang Ubi Jalar Orange Dan Tepung
Daun Kelor

Campurkan tepung terigu, tepung ubi jalar orange dan

tepung daun kelor.

Haluskan bawang merah, bawang putih, yang telah dicincang kasar.


Kemudian campurkan ke dalam tepung. Masukkann garam halus,
merica bubuk, dan telur.

Aduk rata semua bahan .Jangan terlalu lembek agar tidak lengket ketika

digiling dengan cetakan. lalu tipiskan dengan dengan menggunakan alat

penggiling mie.

Susun hasil potongan dalam piring. Jangan terlalu penuh agar tidak

menggumpal dan lengket. Lalu goreng kedalam minyak panas.

Stick Kue Bawang

Gambar 3.3 Proses Pembuatan Stick Kue Bawang


Dari Tepung Ubi Jalar Orange Dan Tepung Daun Kelor

Bagan diatas menjelaskan tahapan-tahapan pembuatan stick kue bawang

dari tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor dengan perbandingan 40% :

4% dan 50% : 6%. Prosedur pembuatan stick kue bawang dengan tepung ubi jalar

orange dan tepung daun kelor dilakukan beberapa tahap yaitu tahap persiapan,

tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

3.6 Tahapan Penelitian

Penilaian secara subjektif dilakukan dengan uji organoleptik. Uji

organoleptik adalah penilaian yang menggunakan indera. Jenis uji organoleptik

yang digunakan adalah uji kesukaan/hedonik menyatakan suka atau tidaknya

terhadap suatu produk. Dalam penelitian ini Mahasiswa Fakultas Kesehatan

Masyarakat berperan dalam menilai daya terima berdasarkan indikator warna,

rasa, tekstur dan aroma, karena Mahasiswa Kesehatan Masyarakat yang dijadikan

sebagai panelis dalam penelitian ini.

Uji hedonik adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat daya

terima konsumen dengan mempergunakan skala hedonik sembilan titik sebagai

acuan, namun mempermudah penelis dan peneliti skala ini diperkecil menjadi 3

tingkatan dengan skor yang paling rendah adalah 1 dan skor yang paling tinggi

adalah 3. Berdasarkan tingkatannya, tingkat penerimaan konsumen dapat

diketahui sesuai dengan tabel 3.3 berikut :

Tabel 3.3 Tingkat Penerimaan Panelis Pada Uji Hedonik


Organoleptik SkalaHedonik SkalaNumerik
Warna Suka 3
Kurangsuka 2
TidakSuka 1
Aroma Suka 3
KurangSuka 2
Tidaksuka 1
Rasa Suka 3
KurangSuka 2
TidakSuka 1
Tekstur Suka 3
KurangSuka 2
TidakSuka 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

1. Panelis

Pada penilaian kesukaan/analisa sifat sensori suatu komoditi diperlukan alat

(instrument). Alat yang digunakan terdiri dari orang yang disebut panel,

orang yang bertugas sebagai panel disebut panelis.

Panelis dalam penelitian ini adalah panelis konsumen yaitu Mahasiswa/i

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sebanyak 30

orang. Kriteria panelis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Usia berkisar antara 19-29 tahun

b. Sedang tidak sakit

c. Bersedia menjadi panelis

d. Bisa bekerja sama

e. Mahasiswa FKM USU

2. Pelaksanaan Penilaian

a. Waktu dan Tempat

Penilaian uji daya terima stick kue bawang tepung ubi jalar orange

dengan tepung daun kelor dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat

USU kepada mahasiswa FKM USU.

b. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah formulir penilaian, alat tulis. Sedangkan

bahan yang digunakan adalah stick kue bawang tepung ubi jalar orange

dengan tepung daun. Dimana tepung ubi jalar orange sebanyak (40%,

50%) dengan perbandingan tepung daun kelor sebanyak (4%, 6%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

Sedangkan alat yang digunakan adalah formulir penelitian, alat tulis dan

air minum kemasan.

3. Langkah-langkah Pada Uji Daya Terima

a. Mempersilahkan panelis untuk duduk di ruangan yang telah disediakan.

b. Membagikan sampel dengan kode sesuai variasi, formulir penilaian dan

alat tulis.

c. Memberikan penjelasan singkat kepada panelis tentang cara memulai dan

cara pengisian formulir.

d. Memberikan kesempatan kepada panelis untuk memulai dan menuliskan

penilaian pada lembar fomulir penilaian.

e. Mengumpulkan formulir yang telah diisi oleh panelis.

f. Setelah formulir penilaian dikumpulkan kemudian dianalisis.

3.7 Metode Analisa

3.7.1 Uji Kandungan Gizi

Uji Kandungan gizi karbohidrat, protein dan serat dilakukan di Balai Riset

dan Standarisasi Industri Medan dan uji kandungan vitamin A dilakukan di

Laboraturium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pengujian :

3.7.1.1 Uji Protein (AOAC, 2005)

Cara kerja :

1. Timbang seksama 0,51 gr sampel, masukkan ke dalam labu Kjeldhal 100 ml.

2. Tambahkan 2 gr campuran selen dan 25 ml H2SO4 pekat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

3. Panaskan di atas pemanas listrik atau api pembakar sampai mendidih dan

larutan menjadi jernih kehijau-hijauan (sekitar 2 jam).

4. Biarkan dingin, kemudian encerkan dan masukkan ke dalam labu ukur 100

ml, tepatkan sampai tanda garis.

5. Pipet 5 ml larutan dan masukkan ke dalam alat penyuling, tambahkan 5 ml

NaOH 30%.

6. Sulingkan selama lebih kurang 10 menit, sebagai penampung gunakan 10 ml

larutan asam borat 2% yang telah dicampur indikator.

7. Bilasi ujung pendingin dengan air suling.

8. Titrasi dengan larutan HCl 0,01 N.

9. Kerjakan penetapan blanko.

10. Perhitungan :

Keterangan :
VA : ml HCl untuk titrasi sampel
VB : ml HCl untuk titrasi blangko
N : normalitas HCl standar yang digunakan
14,007 : berat atom Nitrogen
6,25 : faktor konversi protein untuk ikan
W : berat sampel dalam gram
Kadar protein dinyatakan dalam satuan g/100 g sampel (%)

3.7.1.2 Uji Karbohidrat (AOAC, 2005)

Kandungan karbohidrat dihitung dengan menggunakan metode Luff

Schrool. Adapun cara kerjanya sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

1. Timbang dengan seksama lebih kurang 5 gr cuplikan kedalam Erlenmeyer

500ml

2. Tambahkan 200 ml larutan HCl 3% didihkan selama 3 jam dengan pendingin

tegak.

3. Dinginkan dan netralkan dengan larutan NaOH 30% (dengan kertas lakmus

atau fenolftalein) dan tambahkan sedikit CH3COOH 3% agar suasana sedikit

asam.

4. Pindahkan isinya kedalam labu ukur 500 mL dan impitkan hingga tanda

batas, kemudian saring.

5. Pipet 10 mL saringan kedalam Erlenmeyer 500 mL, tambahkan 25 mL

larutan Luff (dengan pipet) dan beberapa butir batu didih serta 15 mL air

suling.

6. Panaskan campuran tersebut dengan nyala yang tetap. Usahakan agar larutan

dapat mendidih dalam waktu 3 menit (gunakan stop watch). Didihkan terus

selama 10 menit dihitung dari saat mulai mendidih dan gunakan stop watch)

kemudian dinginkan dalam bak yang berisi es.

7. Setelah dingin tambahkan 15 mL larutan KI 20%, dan 25 mL H 2SO4 25%

perlahan-lahan.

8. Titer secepatnya dengan larutan tio 0,1 N (gunakan larutan indikator

amilum0,5%)

9. Kerjakan penetapan Blanko.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

Keterangan
Ws : bobot cuplikan (mg)
Mg gula : glukosa yang terkadang untul mL tio yang dipergunakan (mg) Table
Luff Schoorl
Fp : faktor pengenceran
3.7.1.3 Uji Vitamin A

Perinsip pengujian Vitamin A adalah standar dan contoh disabunkan

dalam larutan etanol-air basa, dinetralkan dan dilarutkan, sehingga mengubah

lemak menjadi asam lemak dan ester retinol. Restinol dianalisi menggunakan

HPLC dengan detector UV pada panjang gelombang 325.

Sebanyak 5 gram contoh uji ditimbang kemudian di masukan ke dalam

erlenmeyer 100 ml, ditambahkan 3 ml aquabides, dan ditambahkan 10 ml etanol

95%. Erlenmeyer lalu digoyangkan untuk memastikan semua bahan tercampur

dengan penambahan batu didih untuk mempercepat pemanasan. Tahap berikutnya

yaiu eksraksi dan penyabunan, penangas air dan pendingin kondensor dinyalakan,

dipipet 2,5 ml KOH 50% ke dalam erlenmeyer contoh, dilakukan dengan cepat di

atas penangas air suhu 80 derjat Celcius dengan pendingin kondensor dilakukan di

atas bibir erlenmeyer. Larutan ini direfluks selama 30 menit, stelah itu erlenmeyer

diangkat dari penangas, didinginkan hingga suhu ruang, ditambahkan asam asetat

glasial 2,5 ml untuk menetralkan KOH, diaduk rata, dan dibiarkan dingin hingga

suhu ruang. Larutan ini lalu dipindahkan ke dalam labu ukur 25 ml dan ditera

dengan larutan THF : etanol (1:1), setelah itu disaring lalu diendapkan. High

performance liquid chromatography (HPLC) merk Perkim Elmer series 200

dinyalakan, dibiarkan stabil selama 30 menit dengan pengaliran fase gerak pada

kecepatan 1 ml/menit. Larutan standar vitamin A yang telah melalui proses

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

penyabunan diinjeksi, lalu diatur fase gerak untuk mendapatkan revolusi bentuk

cis dan trans. Semua trans retinol larut dan cis retinol akab larut sebagai sebuah

peak kecil sebelum bentuk trans. Deret standar dan contoh diinjeksikan kedalam

botol-botol kecil autosampler lalu diletakkan di dalam HPLC.

Standar yang diuji harus masuk kedalam rabge peak contoh dengan cara

standar atau contoh diencerkan. Ekstrak yang berisi vitamin A dapat dianalisis

menggunakan HPLC. Sistem yang dianjurkanadalah sebagai berikut:

Fase gerak : methanol : air (95:5)

Kolom : reverse phase C18

Kecepatan aliran : 1 ml/menit

Detektor : UV visible 325 nm

3.7.1.4 Uji Lemak (Metode Hidrolisis / Weibull)

Cara kerja :

1. Timbang seksama 1 g – 2 g cuplikan ke dalam gelas piala.

2. Tambah 30 ml HCl 25% dan 20 ml air serta beberapa butir batu didih.

3. Tutup gelas pial dengan kaca arloji dan didihkan selama 15 menit.

4. Saring dalam keadaan panas dan cuci dengan air panas sehingga tidak bereaksi

asam lagi.

5. Keringkan kertas saring berikut isinya pada suhu 100°C - 105°C.

6. Masukkan ke dalam kertas saring pembungkus (paper thimble) dan ekstrak

dengan heksana atau pelarut lemak lainnya 2 jam – 3 jam pada suhu lebih

kurang 80°C.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

7. Sulingkan larutan heksana atau pelarut lemak lainnya dan keringkan ekstrak

lemak pada suhu 100°C - 105°C.

8. Dinginkan dan tibang.

9. Ulangi proses pengeringan ini hingga tercapai bobot tetap.

Perhitungan:

Kadar Lemak =

Dimana:
W : Bobot cuplikan, dalam gr
W1 : Bobot labu lemak sesudah ekstraksi, dalam gr
W2 : Bobot labu lemak sebelum ekstraksi, dalam gr

3.7.1.5 Uji Kalsium

Pengamatan secara objektif dalam penentuan kadar kalsium dilakukan

menggunakan metode SSA (Spektrofotometri Serapan Atom). Prinsip metode

SSA adalah kelarutan logam akan mencapai maksimum pada derajat keasaman

yang tinggi, hal ini akan dicapai pada pH 2-4. Kelarutan logam tersebut dapat

diperbesar sehingga menaikkan temperature. Larutan bahan disemprotkan melalui

aspirator ke dalam nyala pada alat SSA, akan mengalami proses penguapan-

pelarut, sublimasi akan menyerap sejumlah sinar. Jumlah sinar diserap akan

sebanding dengan konsentrasi unsur yang dianalisis.

Cara kerja dalam menentukan kadar kalsium :

a. Ditimbang 5 gram sampel

b. Kemudian diabukan sampai terbentuk abu putih’

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

c. Kemudian abu ditambahkan dengan campuran larutan standar Ca dan Mg ke

dalam tabung kimia

d. Setelah itu, ditambahkan larutan Cl

e. Sampel dianalisi dengan SSA

Rumus :

Kadar Setara Ca =

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang sudah dikumpulkan, diolah secara manual kemudian dianalisis

dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif persentase ini

digunakan untuk mengkaji reaksi panelis terhadap suatu bahan yang

diujikan.Untuk mengetahui tingkat kesukaan dari panelis dilakukan analisis

deskriptif kualitatif persentase yaitu kualitatif yang diperoleh dari panelis harus

dianalisis dahulu untuk dijadikan data kuantitatif.

Menurut Ali yang dikutip oleh Kamal (2015), skor nilai untuk mendapatkan

persentase dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan

% = skor presentase
n = jumlah skor yang diperoleh
N = skor ideal (skor tertinggi x jumlah panelis)
Untuk mengubah data skor persentase menjadi nilai kesukaan konsumen,

analisinya sama dengan analisis kualitatif dengan nilai yang berbeda, yaitu

sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

Nilai tertinggi = 3 (suka)

Nilai terendah = 1 (tidak suka)

Jumlah kriteria yang ditentukan = 3 kriteria

Jumlah panelis = 30 orang

1. Skor maximum = jumlah panelis x nilai tertinggi


= 30 x 3
= 90
2. Skor minimum = jumlah panelis x nilai terendah
= 30 x 1
= 30

3.

= 90/90 x 100%
= 100

4.

= 30/90 x100%
= 33,3%
5. Rentangan = Persentase maximum – Persentase minimum
= 100% - 33,3%
= 66,7%
6. Interval presentase = Rentangan : Jumlah kriteria
= 66,7% : 3
= 22,23%

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat dibuat interval


persentase dan kriteria kesukaan sebagai berikut:
Tabel 3.4 Interval Persentase dan Kriteria Kesukaan
Persentase Kriteria Kesukaan
78-100 Suka
56-77 Kurang Suka
33-55 Tidak Suka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

Tabel 3.4 diatas menyatakan bahwa Interval presentasi dan kriteria kesukaan

diatas dilakukan untuk mengetahui bagaimana penerimaan panelis terhadap stick

kue bawang hasil pemanfataan tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor.

Setelah

mengetahui bagaimana penerimaan panelis terhadap stick kue bawang tepung ubi

jalar orange dan tepung daun kelor, maka selanjutnya adalah mengetahui ada atau

tidaknya perbedaan pada organoleptik stick kue bawang A1 dan A2, dengan

demikian dapat dilakukan dengan uji t independent ( tidak berpasangan) untuk

melihat perbedaan pengaruh pada dua perlakuan. Apabila data yang telah di uji

tidak normal maka dianalisis dengan Uji Mann-Whitney. Analisis data diawali

dengan uji normalitas data dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan hasil

keseluruahan data uji organoleptik terhadap warna, aroma, tekstur dan rasa adalah

tidak normal dengan signifikansi sebesar 0,000 < α (0,005). Analisis dilakukan

dengan program komputer (SPSS).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar Orange Dan Tepung
Daun Kelor

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik stick kue bawang tepung

ubi jalar orange dan tepung daun kelor jauh berbeda dengan perlakuan (tepung ubi

jalar orange 40% : 4% tepung daun kelor) dan (tepung ubi jalar orange 50% : 6%

tepung daun kelor). Stick kue bawang juga memiliki warna, aroma, rasa dan

tekstur yang berbeda-beda pada setiap perlakuan.

Perlakuan I atau disebut A1, sedangkan perlakuan II atau disebut dengan A2

dengan bahan utama dan bahan pelengkap ( tepung terigu, bawang dan mentega).

Perbedaan kedua perlakuan pada stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan

tepung daun kelor yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 4.1 dan tabel 4.1

berikut ini.

(a) (b)
Gambar 4.1 (a) Perlakuan A1 dan (b) Perlakuan A2
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2018)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

Tabel 4.1. Karakteristik Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar Orange Dan
Tepung Daun Kelor
Stick kue bawang
Karakteristik A1 A2
Warna Kecoklatan dan sedikit Kecoklatan dan
hijau kehijauan
Aroma Aroma khas bawang Aroma khas bawang,
aroma langu dari daun
kelor
Rasa Rasa bawang Rasa bawang ,ubi jalar
dan daun kelor lebih
terasa
Tekstur Lebih rapuh dan mudah Tidak terlalu rapuh dan
hancur tidak mudah hancur
Keterangan:
A1 : tepung ubi jalar 40% dan tepung daun kelor 4%
A2 : tepung ubi jalar 50% dan tepung daun kelor 6%

4.2 Daya Terima Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar Orange Dan Tepung
Daun Kelor

Uji organoleptik dilakukan untuk memanfaatkan panca indera manusia untuk

mengamati warna, aroma, rasa dan tekstur dari stick kue bawang tepung ubi jalar

orange dan tepung daun kelor. Uji organoleptik dilakukan pada jam 09.00-13.00

terhadap panelis di Fakultas Kesehatan Masyarakat dengan umur 19-29 Tahun,

dinilai dengan peringkat 1-3 dan di analisa menggunakan analisis deskriptif.

4.2.1 Warna Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar Orange Dan Tepung Daun
Kelor

Hasil analisis organoleptik terhadap warna stick kue bawang tepung ubi jalar

orange dan tepung daun kelor menunjukkan total skor pada perbandingan

40%:4% yaitu 77 (85,4%), sedangkan total skor yang rendah pada perbandingan

50%:6% memiliki total skor yaitu 56 (62,1%). Hal ini menunjukkan bahwa total

skor pada perbandingan 40%:4% termasuk kategori suka dan pada perbandingan

50%:6% termasuk kategori kurang suka, sehingga penilaian panelis kurang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

menyukai warna stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor.

Hasil analisis organoleptik warna stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan

tepung daun kelor dengan skala hedonik dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2 Hasil Analisis Organoleptik Warna Stick Kue Bawang Tepung Ubi
Jalar Orange Dan Tepung Daun Kelor
Kriteria A1 A2
Warna Panelis Skor (%) Panelis Skor (%)
Suka 17 51 56,6 0 0 0
Kurang suka 13 26 28,8 26 52 57,7
Tidak suka 0 0 0 4 4 4,44
Total 30 77 85,4 30 56 62,14

Berdasarkan hasil Uji Mann-Whitney terhadap penilaian organoleptik

warna stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor pada

perlakuan A1 dan A2 di peroleh nilai p = 0,000. Dari hasil uji tersebut, didapatkan

hasil bahwa nilai p ˂ α (0,05) artinya ada perbedaan yang nyata terhadap warna

stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor pada

perbandingan 40%:4% dan 50%:6%. Hasil Uji Mann Whitney dapat dilihat pada

tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3 Hasil Uji Mann Whitney Terhadap Warna Stick Kue Bawang
Tepung Ubi Jalar Orange Dan Tepung Daun Kelor

Perlakuan N Mean rank Sig Ket


A1 30 39,87 0,000 Ada Perbedaan
A2 30 21,13

4.2.2 Aroma Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar Orange Dan Tepung Daun
Kelor

Hasil analisis organoleptik terhadap aroma stick kue bawang tepung ubi jalar

orange dan tepung daun kelor menunjukkan total skor tertinggi pada perbandingan

40%:4% yaitu 85 (94,4%), sedangkan pada perbandingan 50%:6% memiliki total

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

skor yaitu 74 (82,1%) dengan demikian kriteria kesukaan panelis terhadap aroma

stick kue bawang terdapat pada perbandingan 40%:4%. Hasil analisis organoleptik

aroma stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor dengan

skala hedonik dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4 Hasil Analisis Organoleptik Aroma Stick Kue Bawang Tepung Ubi
Jalar Orange Dan Tepung Daun Kelor
Kriteria A1 A2
Aroma Panelis Skor (%) Panelis Skor (%)
Suka 25 75 83.3 14 42 46,6
Kurang suka 5 10 11,1 16 32 35,5
Tidak suka 0 0 0 0 0 0
Total 30 85 94,4 30 74 82,1

Berdasarkan hasil Uji Mann whitney terhadap penilaian organoleptik

aroma stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor diperoleh

p ˂ α (0,05) artinya ada perbedaan yang nyata terhadap aroma stick kue bawang

tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor pada perbandingan 40%:4% dan

50%:6%. Hasil uji Mann whitney dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini :

Tabel 4.5 Hasil Uji Mann Whitney Terhadap Aroma Stick Kue Bawang
Tepung Ubi Jalar Orange Dan Tepung Daun Kelor

Perlakuan N Mean rank Sig Ket


A1 30 36,00 0,003 Ada Perbedaan
A2 30 25,00

4.2.3 Rasa Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar Orange Dan Tepung Daun
Kelor

Hasil analisis organoleptik terhadap Rasa stick kue bawang tepung ubi jalar

orange dan tepung daun kelor sangat mempengaruhi tingkat kesukaan panelis,

bahkann dapat dikatakan merupakan faktor penentu utama. Hasil Organoleptik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

berdasarkan indikator tekstur pada stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan

tepung daun kelor skor total A1 84 (93,3%) dan A2 skor total 75 (83,2%)

tergolong A1 kategori disukai oleh panelis dan A2 kategori kurang suka oleh

panelis, dapat dilihat pada Tabel 4.6 dibawah ini :

Tabel 4.6 Hasil Analisis Organoleptik Rasa Stick Kue Bawang Tepung Ubi
Jalar Orange Dan Tepung Daun Kelor
Kriteria A1 A2
Rasa Panelis Skor (%) Panelis Skor (%)
Suka 24 72 80 16 48 53,3
Kurang suka 6 12 13,3 13 26 28,8
Tidak suka 0 0 0 1 1 1,1
Total 30 84 93,3 30 75 83,2

Berdasarkan hasil Uji Mann-Whitney terhadap penilaian organoleptik rasa

stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor pada perlakuan

A1 dan A2 di peroleh nilai p =0,027. Dari hasil uji tersebut, didapatkan hasil

bahwa nilai p ˂ α (0,05) artinya ada perbedaan yang nyata terhadap rasa stick kue

bawang tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor pada perlakuan A1 dan A2.

Hasil Uji Mann Whitney dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini.

Tabel 4.7 Hasil Uji Mann Whitney Terhadap Rasa Stick Kue Bawang
Tepung Ubi Jalar Orange Dan Tepung Daun Kelor

Perlakuan N Mean rank Sig Ket


A1 30 34,60 0,027 Ada Perbedaan
A2 30 26,40

4.2.4 Tekstur Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar Orange Dan Tepung
Daun Kelor

Hasil analisis organoleptik terhadap Tekstur suatu makanan akan

mempengaruhi cita rasa yang ditimbulkan dari bahan makanan tersebut, dan hal

ini berpengaruh terhadap penerimaan panelis. Hasil Organoleptik berdasarkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

indikator tekstur pada stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan tepung daun

kelor skor total pada perlakuan A1 yaitu 82 (90%) dan skor total pada perlakuan

A2 yaitu 66 (73,2%) tergolong A1 lebih disukai oleh panelis dan A2 kategori

kurang disukai oleh panelis, dapat dilihat pada Tabel 4.8 dibawah ini :

Tabel 4.8 Hasil Analisis Organoleptik Tekstur Stick Kue Bawang Tepung Ubi
Jalar Orange Dan Tepung Daun Kelor
Kriteria A1 A2
Tekstur Panelis Skor (%) Panelis Skor (%)
Suka 22 66 73,3 10 30 33,3
Kurang suka 8 16 17,7 16 32 35,5
Tidak suka 0 0 0 4 4 4,4
Total 30 82 90 30 66 73,2

Berdasarkan hasil Uji Mann Whitney terhadap penilaian organoleptik

tekstur stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor diperoleh

p ˂ α (0,05) artinya ada perbedaan yang nyata terhadap tekstur stick kue bawang

tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor pada perlakuan A1 dan A2. Hasil

Uji Mann Whitney dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini.

Tabel 4.9 Hasil Uji Mann Whitney Terhadap Tekstur Stick Kue Bawang
Tepung Ubi Jalar Orange Dan Tepung Daun Kelor

Perlakuan N Mean rank Sig Ket


A1 30 37,03 0,001 Ada Perbedaan
A2 30 23,97

4.3 Analisis Kandungan Zat Gizi Pada Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar
Orange Dan Tepung Daun Kelor

Hasil analisis kandungan gizi stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan

tepung daun kelor dilakukan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan dan

Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian. Hasil analisis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

kandungan karbohidrat, lemak, protein, vitamin A, dan kalsium pada stick kue

bawang tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor dengan dua perlakuan yaitu

A1 (tepung terigu 56%: tepung ubi jalar orange 40%: tepung daun kelor 4%) dan

A2 (tepung terigu 44% : tepung ubi jalar orange 50% : tepung daun kelor 6%)

dapat dilihat pada tabel 4.10

Tabel 4.10 Hasil Analisis Kandugan Gizi Stick Kue Bawang Tepung Ubi
Jalar Orange Dan Tepung Daun Kelor
Zat Gizi Satuan A1 A2
Karbohidrat Gram 27,6 35,4
Lemak Gram 30,7 33,6
Protein Gram 8,91 9,13
Vitamin A Mcg 2,6 2,9
Kalsium Mg 225 239

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa kandungan karbohidrat,

lemak, protein, vitamin A dan kalsium pada A2 lebih tinggi daripada A1, dimana

kandungan karbohidrat A2 sebesar 35,4 gr dan A1 sebesar 27,6 gr. Kandungan

lemak A2 sebesar 33,6 gr dan A1 sebesar 30,7 gr. Kandungan protein A2 sebesar

9,13 gr dan A1 sebesar 8,91 gr. Kandungan vitamin A A2 sebesar 2,9 mcg dan A1

sebesar 2,6 mcg. Kandungan kalsium A2 sebesar 239 mg dan A1 sebesar 225 mg.

4.4 Analisis Kandungan Gizi Stick Kue Bawang Pada Biasa

Stick Kue bawang pada umumnya mengandung energi sebesar 488 kilokalori,

protein 8,8 gram, karbohidrat 64,6 gram, lemak 21,6 gram, kalsium 22 miligram,

fosfor 85 miligram, dan zat besi 1,5 miligram. Di dalam kue bawang terkandung

vitamin A sebanyak 1,5 mcg, vitamin B1 0,07 miligram.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram kue

bawang dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100%. Berikut tabel 4.11

informasi rinci komposisi kandungan gizi pada stick kue bawang.

Tabel 4.11 Kandungan Gizi Pada Stick Kue Bawang Per 100 Gram
Kandungan gizi Jumlah
Energi (kal) 488
Protein (g) 8,8
Lemak (gr) 21,6
Karbohidrat (gr) 64,6
Kalsium (mg) 22
Fosfor (mg) 85
Zat besi (mg) 1,5
Vitamin A (mcg) 1,5
Vitamin B1 (mg) 0,07
Sumber: Publikasi Kementrian Republik Indonesia Serta Sumber Lainnya

Tidak semua kandungan yang terdapat dalam kandungan stick kue bawang

sama. Riset/penelitian pada stick kue bawang yang berbeda bisa menghasilkan

perbedaan hasil yang didapat karena berbagai faktor yang mempengaruhi baik

cara pembuatan ataupun bahan yang digunakan untuk pembuatan.

4.5 Perbandingan Gizi Antara Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar Orange
Dan Tepung Daun Kelor Dengan Stick Kue Bawang Biasa

Stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor A2 memiliki

kandungan lemak, protein dan kalsium yang lebih tinggi dibandingkan dengan

stick kue bawang biasa. Sedangkan, kandungan karbohidrat dan vitamin A lebih

tinggi pada stick kue bawang biasa dibandingkan stick kue bawang tepung ubi

jalar orange dan tepung daun kelor. Pada stick kue bawang tepung ubi jalar orange

dan tepung daun kelor mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin A dan

kalsium sebanyak 35,4 g, 33,6 g, 9,13 g, 2,7 mcg, dan 239 mg, sedangkan pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

stick kue bawang biasa mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin A dan

kalsium sebanyak 64,6 g, 21,6 g, 8,8 g, 1,5 mcg, dan 22 mg.

Tabel 4.12 Kandungan Zat Gizi Stick Kue Bawang Dalam 100 Gr
Stick Kue Bawang Tepung
Ubi Jalar Orange Dan Kue Bawang Standart Stick
Zat Gizi Tepung Daun Kelor Pati Jahe Kue Bawang
Merah biasa
A1 A2
Karbohidrat 27, 6 35,4 47,4 64,6
Lemak 30,7 33,6 41,7 21,6
Protein 8,91 9,13 4,74 8,8
Kalsium 225 239 53,4 22
Vitamin A 2,6 2,9 - 1,5
 Hasil Uji Laboratorium
** Lestari (2016)
*** Publikasi Kementrian Republik Indonesia Serta Sumber Lainnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar Orange Dan Tepung
Daun Kelor

Berdasarkan dua perlakuan yang dilakukan stick kue bawang tepung ubi jalar

orange dan tepung daun kelor, maka dihasilkan karakteristik stick kue bawang

tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor yang berbeda. Stick kue bawang

tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor pada perbandingan 40%:4%

berwarna kecoklatan dan sedikit hijau, beraroma khas bawang, rasa bawang pada

stick kue bawang, dan tekstur stick kue bawang yang lebih rapuh dan mudah

hancur . Stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor pada

perbandingan 50%:6% berwarna kecoklatan dan kehijauan warna kehijauan lebih

dominan pada stick kue bawang. Sedangkan aroma khas bawang dengan aroma

langu dari daun kelor, rasa bawang serta ubi jalar dan daun kelor terasa dan

tekstur stick kue bawang tidak terlalu rapuh dan tidak mudah hancur.

5.2 Daya Terima Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar Orange Dan Tepung
Daun Kelor

Berdasarkan hasil uji daya terima panelis yaitu kepada 30 mahasiswa

Fakultas Kesehatan Mayarakat (FKM) Universitas Sumatera Utara (USU)

didapatkan hasil bahwa stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan tepung daun

kelor yang disukai panelis yaitu stick kue bawang dengan komposisi tepung

terigu 56%, tepung ubi jalar orange 40%, dan tepung daun kelor 4%. Hal ini

dapat dilihat dari total skor pada perbandingan 40%:4% berdasarkan karakteristik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

warna, aroma, tekstur dan rasa, yaitu sebesar 328 sedangkan total skor pada

perbandingan 50%:6% sebesar 271.

Uji daya terima dilakukan di Laboratorium Gizi Kesehatan Masyarakat

(FKM) Universitas Sumatera Utara (USU). Pada uji daya terima terhadap stick

kue bawang tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor, panelis menilai

berdasarkan indikator berupa warna, aroma, rasa dan tekstur. Berikut ini hasil uji

daya terima terhadap stick kue bawang

5.2.1 Daya Terima Panelis Terhadap Warna Stick Kue Bawang Tepung Ubi
Jalar Orange Dan Tepung Daun Kelor

Berdasarkan penilaian daya terima terhadap warna stick kue bawang tepung

ubi jalar orange dan tepung daun kelor menunjukkan bahwa perlakuan pada

perbandingan 50%:6% memiliki skor terendah. Skor pada perlakuan

perbandingan 40%:4% sebesar 77 dengan persentase 85,4% termasuk dalam

kategori suka. Sedangkan pada perbandingan 50%:6% memiliki total skor 56

dengan persentase 62,1% dan termasuk juga dalam kategori kurang suka Berarti

secara keseluruhan penilaian berdasarkan karakteristik warna stick kue bawang

tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor termasuk dalam kategori suka dan

kurang suka.

Hasil analisa dengn Uji Mann Whitney terhadap warna dari kedua

perlakuan pada stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor

yang dihasilkan nilai p (0,000) < α (0,05) bermakna bahwa stick kue bawang

tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor dengan berbagai variasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap warna stick kue bawang

tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor yang dihasilkan.

Tingginya skor pada perbandingan 40%:4% disebabkan karena panelis

menyukai warna kecoklatan dan sedikit hijau stick kue bawang tepung ubi jalar

orange dan tepung daun kelor dibandingan dengan perbandingan 50%:6% yang

memiliki kecoklatan dan kehijauan yang lebih menonjol sehingga warna lebih

gelap. Pada perbandingan 40%:4% dan 50%:6% memiliki perbedaan warna

dikarenakan perbandingan komposisi bahan utama pada kedua perlakuan terlalu

jauh. Penambahan tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor yang tepat pada

perbandingan 40%:4%, sehingga menghasilkan warna kecoklatan dibandingkan

dengan perbandingan 50%:6% yang penambahan tepung ubi jalar orange dan

tepung daun kelor yang lebih banyak lebih banyak, sehingga menghasilkan warna

kehijauan yang lebih dominan. Perbedaan inilah yang menyebabkan panelis lebih

menyukai warna stick kue bawang perbandingan 40%:4%.

Berdasarkan penelitian sebelumnya Fransiska (2017) tentang pembuatan

stik ampas tahu menyatakan bahwa hasil stiknya memiliki warna semakin cokelat

dikarenakan komposisi tepung ampas tahu yang lebih banyak. Kemudian

penelitian Handayani (2010) tentang pembuatan mie basah tepung ubi jalar orange

menyatakan bahwa hasil mie basah memiliki warna semakin coklat tua

dikarenakan komposisi tepung ubi jalar orange yang semakin banyak digunakan.

Menurut penelitian Fakhrunnisa (2014) tentang pembuatan biskuit tepung

daun kelor dengan penambahan jamur tiram menyatakan bahwa hasil biskuit hijau

kecoklatan karena penambahan daun kelor. Sedangkan menurut penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

Muna,dkk (2017) tentang pembuatan stik tepung tulang ikan bandeng menyatakan

bahwa hasil stik kuning kecoklatan karena penambahan tepung ikan bandeng yang

lebih banyak.

Warna merupakan tanda corak suatu makanan yang sulit untuk diukur.

penilaian yang berdasarkan subjektif yang dilihat oleh indera penglihatan,

sehingga menimbulkan pendapat dan tingkat kesukaan yang berbeda dalam

menilai kualitas warnanya. Sebelum kita memasukkan makanan ke dalam mulut

kita, kita biasanya memperhatikannya dahulu untuk melihat apakah makanan

tersebut layak untuk dimakan. Fungsi utama warna pada makanan, untuk

menambah dan menumbuhkan minat selera yang akan mempengaruhi penilaian

konsumen terhadap kualiatas dan penerimaan pangan.

Warna yang bagus dan segar sesungguhnya memiliki arti pada kondisi

makanan tersebut, yang pada akhirnya menjadi daya tarik konsumen untuk

memilih makanan tersebut. Hal ini juga tidak selalu identik dengan rasa makanan

tertentu (Aswatan, 2008 dan Shewfelt, 2013).

5.2.2 Daya Terima Panelis Terhadap Aroma Stick Kue Bawang Tepung Ubi
Jalar Orange Dan Tepung Daun Kelor

Berdasarkan penilaian daya terima terhadap aroma stick kue bawang tepung

ubi jalar orange dan tepung daun kelor menunjukkan bahwa perlakuan yang

memiliki skor tertinggi adalah pada perbandingan 40%:4%, yaitu memiliki total

skor sebesar 85 dengan persentase 94,4% dan termasuk dalam kategori suka.

Sedangkan A2 memiliki total skor 74 dengan persentase 82,1% dan juga termasuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

dalam kategori suka. Aroma pada perbandingan 40%:4% dan 50%:6% sama-sama

disukai oleh panelis.

Analisa Uji Mann Whitney menunjukkan terhadap aroma dari kedua

perlakuan pada stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor

yang dihasilkan nilai p (0,003) α (0,05) bermakna stick kue bawang tepung ubi

jalar orange dan tepung daun kelor dengan berbagai variasi memberikan pengaruh

yang berbeda nyata terhadap aroma stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan

tepung daun kelor yang dihasilkan.

Aroma pada stick kue bawang dihasilkan oleh aroma khas tepung ubi jalar

orange dan tepung daun kelor beserta bahan penyusun stick kue bawang lainnya.

Pada stick kue bawang perbandingan 40%:4% aroma tepung ubi jalar orange dan

tepung daun kelor yang dihasilkan pada stick kue bawang yang sedikit aroma khas

yang dihasilkan pada stick kue bawang dikarenakan jumlah tepung ubi jalar

orange dan tepung daun kelor lebih sedikit. Tepung ubi jalar orange dan tepung

daun kelor lebih banyak pada perbandingan 50%;6%, sehingga panelis menilai

bahwa aroma yang dihasilkan oleh perbandingan 40%:4% lebih sedikit aroma

tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor.

Berdasarkan penelitian sebelumnya Fransiska (2017) tentang pembuatan

stik ampas tahu menyatakan bahwa hasil stiknya semakin beraroma ampas tahu

dikarenakan komposisi tepung ampas tahu yang lebih banyak. Kemudian

penelitian Handayani (2010) tentang pembuatan mie basah tepung ubi jalar orange

menyatakan bahwa hasil mie basah memiliki aroma ubi jalar yang semakin tajam

dikarenakan komposisi tepung ubi jalar orange yang semakin banyak digunakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

Menurut penelitian Fakhrunnisa (2014) tentang pembuatan biskuit tepung

daun kelor dengan penambahan jamur tiram menyatakan bahwa hasil biskuit

beraroma daun kelor karena penambahan daun kelor yang semakin banyak.

Sedangkan menurut penelitian Muna,dkk (2017) tentang pembuatan stik tepung

tulang ikan bandeng menyatakan bahwa hasil stik semakin banyak penggunaan

tepung tulang ikan bandeng dalam pembuatan stik bawang maka aroma stik

bawang akan semakin tidak tajam.

Aroma merupakan wangi dan bau khas yang dihasilkan oleh suatu

makanan dan dinilai subjektif oleh indera penciuman. Menurut Winarno (2004)

yang dikutip oleh Kamal (2015), Indera penciuman sangat sensitif terhadap bau

dan kecepatan timbulnya bau lebih kurang 0,8 detik. Kepekaan indra penciuman

diperkirakan berkurang setiap bertambahnya umur satu tahun. Penerimaan indera

penciuman akan berkurang oleh adanya senyawa - senyawa tertentu seperti

misalnya formaldehida. Kelelahan daya penciuman terhadap bau dapat terjadi

dengan cepat. Menurut Satiarini (2006) yang dikutip oleh Nofrianti, dkk (2013),

Kesukaan terhadap aroma merupakan parameter organoleptik yang penting,

karena aroma banyak menentukan kelezatan bahan pangan.

5.2.3 Daya Terima Panelis Terhadap Rasa Stick Kue Bawang Tepung Ubi
Jalar Orange Dan Tepung Daun Kelor

Berdasarkan penilaian daya terima terhadap rasa stick kue bawang tepung

ubi jalar orange dan tepung daun kelor menunjukkan bahwa perlakuan yang

memiliki skor tertinggi adalah perbandingan 40%;4% yaitu memiliki total skor

sebesar 84 dengan persentase 93,3% dan termasuk dalam kategori suka.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Sedangkan pada perbandingan 50%:6% memiliki total skor 75 dengan persentase

83,2% dan juga termasuk dalam kategori suka. Rasa pada perbandingan 40%;4%

lebih disukai dari pada perbandingan 50%:6%,hal ini dikarenakan pada

perbandingan 50%:6% komposisi tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor

yang digunakan lebih banyak yaitu sebesar 50% dan 6% sehingga menghasilkan

rasa yang khas ubi jalar dan daun kelor dari pada perbandingan 40%;4%.

Hasil analisa dengan Uji Mann Whitney terhadap rasa dari kedua perlakuan

pada stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor yang

dihasilkan nilai p(0,027) < α (0,05) bermakna bahwa stick kue bawang tepung ubi

jalar orange dan tepung daun kelor dengan berbagai variasi memberikan pengaruh

yang berbeda nyata terhadap rasa stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan

tepung daun kelor yang dihasilkan.

Berdasarkan penelitian sebelumnya Fransiska (2017) tentang pembuatan

stik ampas tahu menyatakan bahwa hasil stiknya semakin terasa ampas tahu (khas

tahu) dikarenakan komposisi tepung ampas tahu yang lebih banyak. Kemudian

penelitian Handayani (2010) tentang pembuatan mie basah tepung ubi jalar orange

menyatakan bahwa hasil mie basah semakin terasa khas ubi jalar dikarenakan

komposisi tepung ubi jalar orange yang semakin banyak digunakan.

Menurut penelitian Fakhrunnisa (2014) tentang pembuatan biskuit tepung

daun kelor dengan penambahan jamur tiram menyatakan bahwa hasil rasa biskuit

kurang manis karena komposisi gula yang sedikit. Sedangkan menurut penelitian

Muna,dkk (2017) tentang pembuatan stik tepung tulang ikan bandeng menyatakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

bahwa hasil stik semakin banyak tepung tulang ikan bandeng pada stik maka

semakin banyak asam glutamat semakin memberikan rasa gurih pada stik.

Setiap orang memiliki kesukaan rasa yang berbeda-beda sehingga sukar

untuk diukur. Hal ini dapat menimbulkan pendapat yang berlainan dari kualitas

rasa yang dihasilkan. Rasa lebih banyak melibatkan panca indera yaitu lidah. Rasa

suatu bahan makanan dipengaruhi oleh senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan

interaksi dengan komponen rasa yang lain. Setiap orang mempunyai batas

konsentrasi terendah terhadap suatu rasa agar masih bisa dirasakan (threshold).

Batas ini tidak sama pada tiap-tiap orang dan threshold seseorang terhadap rasa

yang berbeda juga tidak sama (Menurut Winarno 2004, dikutip oleh Maisaroh

2016 ).

5.2.4 Daya Terima Panelis Terhadap Tekstur Stick Kue Bawang Tepung Ubi
Jalar Orange Dan Tepung Daun Kelor

Berdasarkan penilaian daya terima terhadap tekstur stick kue bawang tepung

ubi jalar orange dan tepung daun kelor menunjukkan bahwa perlakuan yang

memiliki skor tertinggi adalah pada perbandingan 40%:4%, yaitu memiliki total

skor sebesar 82 dengan persentase 90% dan termasuk dalam kategori suka.

Sedangkan pada perbandingan 50%:6% memiliki total skor 66 dengan persentase

73,2% dan juga termasuk dalam kategori kurang suka. Tekstur pada perbandingan

40%:4% lebih disukai daripada perbandingan 50%:6% , hal ini dikarenakan pada

perbandingan 40%:4% digunakan tepung ubi jalar 40%dan tepung daun kelor 4%.

Berdasarkan analisa Uji Mann Whitney terhadap tekstur dari kedua

perlakuan pada stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

yang dihasilkan nilai p (0,001) α (0,05) bermakna bahwa stick kue bawang

tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor dengan berbagai variasi

memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tekstur stick kue bawang

tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor yang dihasilkan.

Pada stick kue bawang perbandingan 40%:4% memiliki tekstur rapuh dan

mudah hancur pada stick kue bawang perbandingan 50%:6% memiliki tekstur

tidak rapuh dan tidak mudah hancur. Tekstur stick kue bawang yang berbeda

disebabkan oleh konsentrasi tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor,

tekstur pada stick kue bawang perbandingan 40%:4% lebih rapuh dan mudah

hancur karena pemakaian tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor lebih

sedikit dari pada stick kue bawang perbandingan 50%:6%, dengan demikian

panelis lebih menyukai stick kue bawang dengan perbandingan 40%:4%.

Berdasarkan penelitian sebelumnya Fransiska (2017) tentang pembuatan

stik ampas tahu menyatakan bahwa hasil stiknya semakin banyak penggunaan

tepung ampas tahu semakin tinggi menyerap cairan yang mengakibatkan tekstur

produk menjadi kurang kering dan kurang renyah. Kemudian penelitian

Handayani (2010) tentang pembuatan mie basah tepung ubi jalar orange

menyatakan bahwa hasil mie basah semakin banyak komposisi tepung ubi jalar

orange yang banyak digunakan maka mie basah mudah patah dan tidak kenyal.

Menurut penelitian Fakhrunnisa (2014) tentang pembuatan biskuit tepung

daun kelor dengan penambahan jamur tiram menyatakan bahwa hasil tekstur

biskuit keras, karena komposisi bahan. Sedangkan menurut penelitian Muna, dkk

(2017) tentang pembuatan stik tepung tulang ikan bandeng menyatakan bahwa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

hasil stick bawang hasil eksperimen pada indikator tekstur tidak ada sampel yang

terbaik.

Penilaian tekstur suatu produk makanan merupakan penilaian berdasarkan

indra peraba. tekstur dan konsistensi suatu bahan akan memengaruhi cita rasa

yang ditimbulkan bahan tersebut karena dapat memengaruhi kecepatan timbulnya

rangsangan terhadap sel reseptor dan kelenjar air liur. Semakin kental suatu

bahan, penerimaan terhadap intensitas rasa, bau dan cita rasa semakin berkurang.

Tekstur makanan berkaitan dengan sensasi sentuhan. Memandang satu produk

dapat memberi gagasan apakah suatu produk tersebut kasar, halus, keras, atau

lembek (Shewfelt, 2014).

Menurut Zahro (2011), tekstur dari suatu produk dipengaruhi oleh bahan

baku yang digunakan. Tekstur makanan merupakan salah satu faktor yang dapat

memengaruhi penampilan makanan. Penampilan makanan sendiri merupakan

salah satu faktor kunci dari pemilihan makanan seseorang (Moehyi, 1999 dalam

Fatty, 2012). Selain dapat memengaruhi penampilan, tekstur makanan juga dapat

memengaruhi rasa serta aroma makanan (Winarno, 1997 dalam Fatty. 2012).

5.3 Analisis Kandungan karbohidrat,lemak, protein,kalsium dan vitamin A


Pada Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar Orange Dan Tepung Daun
Kelor

Hasil analisis kandungan karbohidrat, lemak, protein, kalisum, dan vitamin A

pada stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor dengan dua

perlakuan menunjukkan kandungan karbohidrat pada perbandingan 40%:4%

(27,6) dan A2 (35,4). Kandungan lemak pada perbandingan 40%:4% (30,7) dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

perbandingan 50%:6% (33,6). Kandungan protein pada perbandingan 40%:4%

(8,91) dan A2 (9,13). Kandungan kalsium pada perbandingan 40%:4% (225) dan

perbandingan 50%:6% (239). Kandungan vitamin A pada perbandingan 40%:4%

(2,6) dan perbandingan 50%:6% (2,9).

Kandungan karbohidrat, lemak, protein, kalsium, dan vitamin A, paling

tinggi terdapat pada stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan tepung daun

kelor pada perlakuan perbandingan 50%:6% yaitu tepung ubi jalar 50% : tepung

daun kelor 6%. Jadi dapat diketahui bahwa semakin sedikit jumlah tepung ubi

jalar dan tepung daun kelor yang ditambahkan, maka semakin rendah pula

kandungan karbohidrat, lemak, protein, kalsium, dan vitamin A. Stick kue bawang

tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor memiliki kandungan kalsium dan

vitamin A yang lebih tinggi dibandingkan dengan stick kue bawang biasa yang

tidak memiliki kandungan kalsium dan vitamin A.

Kandungan karbohidrat, lemak, protein, vitamin A, dan kalsium tertinggi

terdapat pada tepung ubi jalar orange 50% : tepung daun kelor 6% yaitu dengan

komposisi tepung terigu 44%, tepung ubi jalar orange 50%, dan tepung daun kelor

6%. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan, konsumen

mengkonsumsi karbohidrat perharinya yaitu 375 gram untuk laki-laki dan 309

perharinya untuk perempuan, mengkonsumsi lemak sebesar 91 gr perhari untuk

laki-laki dan 75 gr perhari untuk perempuan, mengkonsumsi protein sebesar 62 gr

perhari untuk laki-laki dan 56 gr perhari untuk perempuan, mengkonsumsi

kalsium sebesar 1100 mg perhari untuk laki-laki dan 1100 gr perhari untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

perempuan, sedangkan mengkonsumsi vitamin A sebesar 600 mcg perhari untuk

laki-laki dan 500 mcg perhari untuk perempuan.

Pada 100 gram kue bawang tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor

dengan perbandingan 40%:4% dapat menyumbang sebesar 7,36 % dari kebutuhan

karbohidrat perhari 375 gr untuk laki-laki dan dapat menyumbang sebesar 8,93%

dari kebutuhan karbohidrat perhari 309 gram untuk perempuan. Jika konsumen

mengkonsumsi sebanyak 100 gr stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan

tepung daun kelor 40%:4% maka dapat menyumbang sebesar 33,7 % dari

kebutuhan lemak perhari 91 gr untuk laki-laki dan dapat menyumbang sebesar

40,9% dari kebutuhan lemak perhari 75 gr untuk perempuan. Jika konsumen

mengkonsumsi sebanyak 100 gr stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan

tepung daun kelor 40%:4% maka dapat menyumbang sebesar 14,3% dari

kebutuhan protein perhari 62 gr untuk laki-laki dan dapat menyumbang sebesar

15,9% dari kebutuhan protein perhari 56 gr untuk perempuan. Jika konsumen

mengkonsumsi sebanyak 100 gr stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan

tepung daun kelor 40%:4% maka dapat menyumbang sebesar 0,43% dari

kebutuhan vitamin A perhari 600 mcg untuk laki-laki dan dapat menyumbang

sebesar 0,52% dari kebutuhan vitamin A perhari untuk perempuan. Jika konsumen

mengkonsumsi sebanyak 100 gr stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan

tepung daun kelor 40%:4% maka dapat menyumbang sebesar 20,45% dari

kebutuhan kalsium perhari 1100 gr untuk laki-laki dan perempuan. Jadi untuk

kekurangannya atau memenuhi kecukupan zat-zat gizi tersebut, konsumen dapat

memperolehnya dari makanan lain yang mengandung zat-zat gizi tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

5.4 Analisis Nilai Ekonomis Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar Orange Dan
Tepung Daun Kelor

Tepung ubi jalar orange yang dapat dihasilkan dari 1 kg ubi jalar orange

adalah sekitar 300 gr, sedangkan tepung daun kelor yang dapat dihasilka dari 1

kg adalah sekitar 100 gr. Penggunaan bahan sebanyak 300 gram tepung dapat

menghasilkan 500 gram stick kue bawang.

Berdasarkan hasil laboratorium, kandungan gizi pada stick kue bawang tepung

ubi jalar orange dan tepung daun kelor pada perbandingan 50% : 6% lebih tinggi

dibandingkan dengan stick kue bawang dengan perbandingan 40% : 4%, itu

artinya stick kue bawang ini dapat direkomendasikan kepada masyarakat

berdasarkan kandungan gizi yang terdapat pada makanan tersebut. Selain itu yang

menjadi pertimbangan adalah analisis terhadap biaya yang dibutuhkan dalam

pembuatan stick kue bawang sebanyak 500 gram. Adapun perhitungan biaya

pembuatan stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor dilihat

pada tabel 5.1

Tabel 5.1 Rincian Biaya Pembuatan 500 Gram Stick Kue Bawang Tepung
Ubi Jalar Orange Dan Tepung Daun Kelor

Bahan- Jumlah Harga


bahan A1 A2 A1 A2
Tepung 168 gr 132 gr Rp. 1.680 Rp. 1.320
terigu
ubi jalar 120 gr 150 gr Rp. 840 Rp. 1.050
orange
Daun kelor 12 gr 18 gr - -
Bawang 6 siung 6 siung Rp. 1.500 Rp. 1.500
merah
Bawang 3 siung 3 siung Rp. 300 Rp. 300
putih
Merica ¼ sdt ¼ sdt Rp. 200 Rp. 200

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

Margarin 50 gr 50 gr Rp. 1.500 Rp. 1.500


Santan 200 ml 200 ml Rp. 1.750 Rp. 1.750
Garam halus ½ sdt ½ sdt Rp. 8 Rp. 8
Minyak 1 liter 1 liter Rp. 14.000 Rp. 14.000
goreng
Telur 1 butir 1 butir Rp. 1.269 Rp. 1.269
Total Rp. 23.047 Rp. 22.897
Keterangan :
Harga tepung terigu : Rp. 10.000/kg
Harga ubi jalar orange : Rp. 7.000/kg
Harga daun kelor : Rp. –
Harga bawang merah : Rp. 25.000/kg
Harga bawang putih : Rp. 20.000/kg
Harga merica : Rp. 20.000/kg
Harga garam : Rp. 8.000/kg
Harga Minyak : Rp. 14.000/liter
Harga Margarin : Rp. 30.000/kg
Harga santan : Rp. 7000/kg
Harga telur : Rp. 12.966/10 butir

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat, dengan modal Rp. 23.047 akan

menghasilkan keping stick kue bawang. Tiap 100 gram stick kue bawang

tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor menghasilkan keping stick

kue bawang. Pertimbangan biaya yang cukup murah dapat menjadikan kue

bawang ini cukup diminati ditengah masyarakat.

Biaya produksi pada stick kue bawang 100 gram tepung ubi jalar orange

dan tepung daun kelor dengan perbandingan 40% : 4% adalah sekitar Rp. 4.609

sedangkan di pasar ataupun di supermarket harga stick kue bawang dijual Rp.

8.500 berdasarkan perbandingan harga tersebut stick kue bawang tepung ubi jalar

orange dan tepung daun kelor memiliki harga yang lebih murah dibandingkan

dengan kue bawang biasa, dan memiliki kandungan gizi (protein, lemak dan

kalsium) yang lebih tinggi dibandingkan kue bawang biasa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan

sebagai berikut :

1. Stick kue bawang dengan tepung ubi jalar orange, dan tepung daun kelor yang

disukai panelis adalah stick kue bawang dengan tepung ubi jalar orange

sebanyak 40%, tepung daun kelor sebanyak 4% pada perlakuan A1.

2. Stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor (40%:4%)

mengandung karbohidrat 27,6 gr, lemak 30,7 gr, protein 8,91 gr, kalsium 225

mg, dan vitamin A 2,6 mcg.

6.2. Saran

Hal yang dapat disarankan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

adalah :

1. Agar memanfaatkan ubi jalar orange dan daun kelor untuk dijadikan tepung

dalam pembuatan stick kue bawang sebagai bahan pangan fungsional yaitu

camilan sehat yang nikmat juga mengandung nilai gizi.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait kandungan gizi, dan daya simpan

stick kue bawang tepung ubi jalar orange dan tepung daun kelor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

DAFTAR PUSTAKA

Adepoju, A. L. dan Adejumo, B. A. 2015. Some proximate properties of sweet


potato (Ipomea batatas L) as influenced by cooking methods.
International Journal of Scientific & Technology Research. 4(3): 146-148.

Arief, M. D. 2012. Pemanfaatan Tepung Ubi jalar (Ipomoea batatas (L).


Lam) cv. Cilembu Sebagai subsitusi Tepung Terigu Dalam
Pembuatan Biskuit. Skripsi. Yogyakarta: Universtitas Atma Jaya.

Astawan, M. 2008. Sehat Dengan Hidangan Kacang dan Biji-Bijian. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2015. produksi tanaman ubi jalar.


http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php (diakses 5 juli 2017).

Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2011. Syarat Mutu Cookies. SNI No. 01-
2973-1992. Jakarta: BSN.

Doerr B, Cameron L. 2005. Moringa Leaf Powder. ECHO Technical Note.


USA.

European Food Informational Council (EFIC). 2005. The Determinants of Food


Choice. http://www.eufic.org. [diakses 18 November 2017].

Fakhrunnisa, Fitri. 2014. Uji Kadar Protein Dan Organoleptik Biskuit Tepung
Terigu Dan Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera) Dengan
Penambahan Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus). Jawa tengah.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Fatty, A.R. 2012. Pengaruh Penambahan Udang Rebon Terhadap


Kandungan Gizi Hasil Uji Hedonik pada Bola-Bola Tempe. Skripsi.
Universitas Indonesia. Jakarta.

Fransiska . dan Deglas, Welly.2017. Pengaruh Penggunaan Tepung Ampas


Tahu Terhadap Karakteristik Kimia Dan Organoleptik Kue Stick.
Jurnal Teknologi Pangan. Vol 8 (3):171 -179 Th. 2017.

Ginting, S. 2010. Pemanfaatan Ubi Jalar Orange Sebagai Bahan Pembuat


Biskuit Untuk Alternatif Makanan Tambahan Anak Sekolah Dasar Di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

Desa Ujung Bawang Kecamatan Dolok Silau Kabupaten Simalungun.


Skripsi. Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara.

Haryadi, N. K. 2011. Kelor Herbal Multikhasiat. Solo: Delta Media.

Handayani, Suci. 2010. Modifikasi Tepung Ubi Jalar Orange Dalam


Pembuatan Mi Basah Dan Daya Terimanya. Skripsi. Sumatera Utara:
Universitas Sumatera Utara.

Juanda, D. dan Cahyono, B. (2000). Ubi Jalar Budidaya dan Analisis Usaha
Tani. Yogyakarta : Kanisius.

Kamal, Mustapa. 2015. Pemanfaatan Kulit Pisang Raja (Musa textilla)


Menjadi Selai Sebagai Isian Roti serta Daya Terima dan Kandungan
Zat Gizinya. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan

Kurniasih. 2016. Khasiat Dan Manfaat Daun Kelor Kelor Untuk


Penyembuhan Berbagai Penyakit.Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Kustiani, A. 2013. Pengembangan Crackers Sumber Protein Dan Mineral


Dengan Penambahan Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera) Dan
Tepung Badan-Kepala Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus. Skripsi.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Koswara, S. 2009.Ubi jalar dan Hasil Olahannya (Teori dan Praktek).


http://www.ebookpangan.com (4 Juni 2017).

Lestari, Ratih. 2016. Pemanfaatan Pati Jahe Merah (Zingiber Officinale Var
Rubrum) Sebagai Modifikasi Tepung Terigu Dalam Pembuatan Kue
Bawang Dan Analisis Kandungan Gizinya Serta Daya Terimanya
Oleh Masyarakat. Skripsi. Sumatera Utara : Universitas Sumatera
Utara.

Mandiri, Tim Agro. 2016. Budi Daya Ubi Jalar. Surakarta : Visi Mandiri.

Margaret, O. 2010. Pengaruh Proporsi Tepung Ubi Jalar Kuning dan tepung
Terigu Terhadap Sifat Fisikokimia dan Organoleptik Biskuit Manis.
Skripsi. Surabaya: Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

Maisaroh, Y. 2016. Uji Daya Terima Agar-Agar Dadih Susu Kerbau. Skripsi
FakultasKesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara
Melo, N. V., Vargas, T. Quirino and C. M. C. Calvo. (2013). Moringa Oleifera
L. An Underutilized Tree With Macronutrients For Human Health.
Emir. J. Food Agric, 25 (10): 785- 789.
Muna,Nilnal, Titin dan Saptariana.2017. Eksperimen Inovasi Pembuatan Stik
Bawang Subtitusi Tepung Tulang Ikan Bandeng. Jurnal kompetensi
Vol.8,No.2 Mei 2017.

Pratiwi, fitriana.2013. Pemanfaatan Tepung Daging Ikan Layang Untuk


Pembuatan Stick Ikan. Skripsi.semarang:universitas negeri semarang.

Rahmawan, W. S. 2006. Pemanfaatan Potensi Tepung Ubi Jalar (Ipomea


Batatas) Dan Pati Garut (Maranta Arundinaceae L.) Sebagai Bahan
Substitusi Tepung Terigu Dalam Pembuatan Cookies Yang
Diperkaya Isolat Protein Kedelai Untuk Intervensi Gizi. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.

Shewfelt, R. 2013. Pengantar Ilmu Pangan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC.

Shobikhah, S. 2014. Eksperimen pembuatan kastengel dengan subsitusi


tepung ceker ayam sebagai upaya peningkatan gizi. Skripsi. Semarang:
Universitas Semarang.

Siregar, S. H. 2010. Modifikasi Tepung Ubi Jalar Orange Dalam Pembuatan


Mi Basah Dan Daya Terimanya. Skripsi. Sumatera Utara: Universitas
Sumatera Utara.

Susiwi,S. 2009. Penilaian Organoleptik. Jurusan Pendidikan Kimia. Universitas


Pendidikan Indonesia. Bandung.

Suarni. 2009. Prospek Pemanfaatan Jagung Untuk Kue Kering (Cookies).


Jurnal. Balai penelitian tanaman serealia.

Soekarto, S. 2002. Penilaian organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil


Pertanian. Bharata Karya Aksara. Jakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

Sholihah, 2015. Resep Kue Bawang Praktis dan Sederhana. [diakses : 18


November 2017]. http://www.kerjanya.net/faq/13473-resep-kue-bawang-
praktissederhanan.html

Yulianti, F. 2015. Karakteristik Dan Kesesuaian Atribut Mutu Cookies


Soyaba (Soya-Banana) Dari Tepung Kedelai Anjasmoro, Baluran Dan
Impor Dengan Penambahan Pisang Mas. Skripsi. Jawa
Timur:Universitas Jember.

Zakaria, T. A. dan Hartono, R. 2012. Penambahan Tepung Daun Kelor Pada


Menu Makanan Sehari-Hari Dalam Upaya Penanggulangan Gizi
Kurang Pada Anak Balita. Media gizi pangan. Vol XIII.edisi 1:
Makasar.

Zuraida, N dan Supriati, Y. 2011. Usahatani Ubi Jalar Sebagai Bahan Baku
Pangan Alternatif dan Diversifikasi Sumber Karbohidrat. Buleti.
Agrobiro. Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

Lampiran 2: Sertifikat Hasil Kandungan Gizi Dari Laboratorium Teknologi


Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

Lampiran 3: Sertifikat Hasil Kandungan Gizi Dari Laboratorium Balai


Pengujian Riset Dan Standarisasi Industri Medan Padan
Perlakuan A1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

Lampiran 4: Sertifikat Hasil Kandungan Gizi Dari Laboratorium Balai


Pengujian Riset Dan Standarisasi Industri Medan Padan
Perlakuan A2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

Lampiran 5 : Formulir Uji Daya Terima

FORMULIR UJI DAYA TERIMA

No. Panelis :
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Peminatan :

Petunjuk
1. Cicipilah sampel pertama (A1) terlebih dahulu.
2. Berikanlah penilaian berdasarkan pendapat anda tentang apa yang
dirasakan oleh indera pengecap. Kemudian berikan penilaian pada kolom
kode sampel A1 dengan angka ( lihat keterangan dibawah tabel penilaian
berdasarkan tingkat kesukaan).
3. Jika sudah selesai mencicipi sampel pertama dan memberikan penilaian,
silahkan menetralkan indera pengecap anda dengan minum air putih
kemudian lanjutkan dengan mencicipi sampel kedua (A2).

Kode Sampel
Indikator
A1 A2
Warna
Aroma
Rasa
Tekstur

Keterangan :
Suka :3
Kurang Suka :2
Tidak Suka :1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

Lampiran 6 : Rekapitulasi Hasil Uji Organoleptik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

Lampiran 7: Output Uji Organoleptik

A. Uji Daya Terima Warna Stick Kue Bawang


Frekuensi
Warna A1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Vali Kurang Suka
13 43,3 43,3 43,3
d
Suka 17 56,7 56,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
Warna A2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Vali Tidak Suka
4 13,3 13,3 13,3
d
Kurang Suka 26 86,7 86,7 100,0
Total 30 100,0 100,0

B. Uji Daya Terima Aroma Stick Kue Bawang


Frekuensi

Aroma A1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Vali Kurang Suka
5 16,7 16,7 16,7
d
Suka 25 83,3 83,3 100,0
Total 30 100,0 100,0

Aroma A2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Vali Kurang Suka
16 53,3 53,3 53,3
d
Suka 14 46,7 46,7 100,0
Total 30 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

C. Uji Daya Terima Rasa Stick Kue Bawang


Frekuensi

Rasa A1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Vali Kurang Suka
6 20,0 20,0 20,0
d
Suka 24 80,0 80,0 100,0
Total 30 100,0 100,0

Rasa A2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Vali Tidak Suka
1 3,3 3,3 3,3
d
Kurang Suka 13 43,3 43,3 46,7
Suka 16 53,3 53,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
D. Uji Daya Terima Tekstur Stick Kue Bawang
Frekuensi

Tekstur A1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Vali Kurang Suka
8 26,7 26,7 26,7
d
Suka 22 73,3 73,3 100,0
Total 30 100,0 100,0

Tekstur A2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Vali Tidak Suka
4 13,3 13,3 13,3
d
Kurang Suka 16 53,3 53,3 66,7
Suka 10 33,3 33,3 100,0
Total 30 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

Uji Normalitas Data

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Warna 60 100,0% 0 ,0% 60 100,0%
Arom
60 100,0% 0 ,0% 60 100,0%
a
Rasa 60 100,0% 0 ,0% 60 100,0%
Tekstu
60 100,0% 0 ,0% 60 100,0%
r

Descriptives

Statistic Std. Error


Warna Mean 2,22 ,072
95% Confidence Lower Bound
2,07
Interval for Mean
Upper Bound
2,36
5% Trimmed Mean 2,24
Median 2,00
Variance ,308
Std. Deviation ,555
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness ,058 ,309
Kurtosis -,146 ,608
Aroma Mean 2,65 ,062
95% Confidence Lower Bound
2,53
Interval for Mean
Upper Bound
2,77
5% Trimmed Mean 2,67
Median 3,00
Variance ,231
Std. Deviation ,481
Minimum 2
Maximum 3
Range 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

Interquartile Range 1
Skewness -,645 ,309
Kurtosis -1,640 ,608
Rasa Mean 2,65 ,066
95% Confidence Lower Bound
2,52
Interval for Mean
Upper Bound
2,78
5% Trimmed Mean 2,69
Median 3,00
Variance ,265
Std. Deviation ,515
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -1,026 ,309
Kurtosis -,118 ,608
Tekstur Mean 2,47 ,080
95% Confidence Lower Bound
2,31
Interval for Mean
Upper Bound
2,63
5% Trimmed Mean 2,52
Median 3,00
Variance ,389
Std. Deviation ,623
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -,738 ,309
Kurtosis -,397 ,608
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Warna ,369 60 ,000 ,724 60 ,000
Arom
,417 60 ,000 ,603 60 ,000
a
Rasa ,418 60 ,000 ,632 60 ,000
Tekstu
,337 60 ,000 ,728 60 ,000
r
a Lilliefors Significance Correction

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

Uji Mann –Whitney Test

Ranks
Perlakuan Sampel N Mean Rank Sum of Ranks
Warna A1 30 39,87 1196,00
A2 30 21,13 634,00
Total 60
Aroma A1 30 36,00 1080,00
A2 30 25,00 750,00
Total 60
Rasa A1 30 34,60 1038,00
A2 30 26,40 792,00
Total 60
Tekstur A1 30 37,03 1111,00
A2 30 23,97 719,00
Total 60

Test Statistics(a)

Warna Aroma Rasa Tekstur


Mann-Whitney U 169,000 285,000 327,000 254,000
Wilcoxon W 634,000 750,000 792,000 719,000
Z -4,957 -2,952 -2,218 -3,272
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,003 ,027 ,001
a Grouping Variable: Perlakuan Sampel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

Lampiran 8: Perhitungan Hasil Analisis Organoleptik Stick Kue Bawang

Tabel 4.2 Hasil Analisis Organoleptik Warna Stick Kue Bawang Tepung Ubi
Jalar Orange Dan Tepung Daun Kelor
Kriteria A1 A2
Warna Panelis Skor (%) Panelis Skor (%)
Suka 17 51 56,6 0 0 0
Kurang 13 26 28,8 26 52 57,7
suka
Tidak suka 0 0 0 4 4 4,44
Total 30 77 85,4 30 56 62,14

A1 = Suka : 17

(17x 3 = x 100% = 56,6%)

Kurang Suka : 13

(13 x 2 = x 100% = 28,8%)

Tidak Suka :0

A2= Suka :0

Kurang Suka : 16

(16 x 2 = x 100% = 57,7%)

Tidak Suka :4

(4 x 1 = x 100% = 4,44%)

Tabel 4.4 Hasil Analisis Organoleptik Aroma Stick Kue Bawang Tepung Ubi
Jalar Orange Dan Tepung Daun Kelor
Kriteria A1 A2
Aroma Panelis Skor (%) Panelis Skor (%)
Suka 25 75 83.3 14 42 46,6
Kurang 5 10 11,1 16 32 35,5
suka
Tidak suka 0 0 0 0 0 0
Total 30 85 94,4 30 74 82,1
A1 = Suka : 25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

(25 x 3 =

Kurang Suka :5

(5 x 2 =

Tidak Suka :0

A2 = Suka : 14

(14 x 3 =

Kurang Suka : 16

(16 x 2 =

Tidak Suka :0

Tabel 4.6 Hasil Analisis Organoleptik Rasa Stick Kue Bawang Tepung Ubi
Jalar Orange Dan Tepung Daun Kelor
Kriteria A1 A2
Rasa Panelis Skor (%) Panelis Skor (%)
Suka 24 72 80 16 48 53,3
Kurang 6 12 13,3 13 26 28,8
suka
Tidak suka 0 0 0 1 1 1,1
Total 30 84 93,3 30 75 83,2

A1= Suka : 24

(24 x 3 =

Kurang Suka :6

(6 x 2 =

Tidak Suka :0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

A2= Suka : 16

(16x 3 =

Kurang Suka : 13

(13 x 2 =

Tidak Suka :1

(1 x 1 =

Tabel 4.8 Hasil Analisis Organoleptik Tekstur Stick Kue Bawang Tepung
Ubi Jalar Orange Dan Tepung Daun Kelor
Kriteria A1 A2
Tekstur Panelis Skor (%) Panelis Skor (%)
Suka 22 66 73,3 10 30 33,3
Kurang 8 16 17,7 16 32 35,5
suka
Tidak suka 0 0 0 4 4 4,4
Total 30 82 90 30 66 73,2

A1= Suka : 22

(22 x 3 =

Kurang Suka :8

(8 x 2 =

Tidak Suka :0

A2= Suka : 10

(10 x 3 =

Kurang Suka : 16

(16 x 2 =

Tidak Suka :4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

(4 x 1 =

Lampiran 9 : Perhitungan Angka Kecukupan Gizi (AKG) Stick Kue Bawang

1. Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar Orange Dan Tepung Daun Kelor
Perlakuan A1

Karbohidrat Lemak Protein Kalsium Vitamin A

27,6% 30,7% 8,91% 225 0,0026

Acuan AKG 2000 Kkal


Ukuran Porsi 100 gr

a. Perhitungan gram zat gizi makro ( Karbohidrat,lemak dan Protein) dalam


100 gr stick kue bawang perlakuan A1
Karbohidrat : 27,6% x 100 = 27,6 gr
Lemak : 30,7% x 100 = 30,7 gr
Protein : 8,91% x 100 = 8,91 gr

b. Perhitungan kalori dan zat gizi makro


Standard Konfersi : 1 gram Karbohidrat = 4 Kkal
1 gram Lemak = 9 Kkal
1 gram Protein = 4 Kkal
Jumlah kalori dalam 100 gram bahan
Karbohidrat : 27,6 gr x 4 = 110, 4 Kkal
Lemak : 30,7 gr x 9 = 122,8 Kkal
Protein : 8,91 gr x 4 = 80,19 Kkal
Total Kalori = Karbohidrat + Lemak + Protein
= 110,4 + 122,8 + 80,19
= 313,39 Kkal

c. Perhitungan standard kalori dan zat gizi makanan


Acuan standard kecukupan energi yang dipakai : 2000 Kkal
Karbohidrat 60-75% ( Standard 67,5%)
Lemak 10-25% ( standard 17,5%)
Protein 10-15% ( standard 15%)
Standard kecukupan 2000 Kkal dari zat gizi makro :
Karbohidrat : 67,5 x 2000 = 1350 Kkal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

Lemak : 17,5 x 2000 = 350 Kkal


Protein : 15 x 2000 = 300 Kkal

d. Perhitungan AKG
Rumus :

AKG =

AKG Karbohidrat =

AKG Lemak =

AKG Protein =

Perhitungan kebutuhan zat gizi dilakukan hanya untuk zat gizi

makro, sedangkan untuk zat gizi mikro mengikuti Angka Kecukupan Gizi

(AKG). Ber dasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

IndonesiaNomor 75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang

Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Perhitungan zat gizi mikro (vitamin A) dalam 100 gram bahan.

Vitamin A : 0,0026 mg x1000 = 2,6 mcg

b. Perhitungan AKG

Rumus :

AKG =

AKG Vitamin A (Laki-laki) = x 100% = 0,43 %

AKG Vitamin A ( Perempuan ) =

c. Perhitungan AKG Kalsium

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

AKG Kalsium ( Laki-laki dan Perempuan ) =

2. Stick Kue Bawang Tepung Ubi Jalar Orange Dan Tepung Daun Kelor
Perlakuan A2

Karbohidrat Lemak Protein Kalsium Vitamin A

35,4% 33,6% 9,13% 239 0,0029

Acuan AKG 2000 Kkal


Ukuran Porsi 100 gr

a. Perhitungan gram zat gizi makro ( Karbohidrat,lemak dan Protein)


dalam 100 gr stick kue bawang perlakuan A1
Karbohidrat : 35,4% x 100 = 35,4 gr
Lemak : 33,6% x 100 = 33,4 gr
Protein : 9,13% x 100 = 9,13 gr

b. Perhitungan kalori dan zat gizi makro


Standard Konfersi : 1 gram Karbohidrat = 4 Kkal
1 gram Lemak = 9 Kkal
1 gram Protein = 4 Kkal
Jumlah kalori dalam 100 gram bahan
Karbohidrat : 35,4 gr x 4 = 141,6 Kkal
Lemak : 30,7 gr x 9 = 302,4 Kkal
Protein : 8,91 gr x 4 = 36,52 Kkal
Total Kalori = Karbohidrat + Lemak + Protein
= 141,6 + 302,4 + 36,42
= 480,52 Kkal

c. Perhitungan standard kalori dan zat gizi makanan


Acuan standard kecukupan energi yang dipakai : 2000 Kkal
Karbohidrat 60-75% ( Standard 67,5%)
Lemak 10-25% ( standard 17,5%)
Protein 10-15% ( standard 15%)
Standard kecukupan 2000 Kkal dari zat gizi makro :
Karbohidrat : 67,5 x 2000 = 1350 Kkal
Lemak : 17,5 x 2000 = 350 Kkal
Protein : 15 x 2000 = 300 Kkal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

d. Perhitungan AKG
Rumus :

AKG =

AKG Karbohidrat =

AKG Lemak =

AKG Protein =

Perhitungan kebutuhan zat gizi dilakukan hanya untuk zat gizi

makro, sedangkan untuk zat gizi mikro mengikuti Angka Kecukupan Gizi

(AKG). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

IndonesiaNomor 75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang

Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Perhitungan zat gizi mikro (vitamin A) dalam 100 gram bahan.

Vitamin A : 0,0029% x100 = 0,29 gr

b. Perhitungan AKG

Rumus :

AKG =

AKG Vitamin A (Laki-laki) = x 100% = 0,048 %

AKG Vitamin A ( Perempuan ) =

c. Perhitungan AKG Kalsium

AKG Kalsium ( Laki-laki dan Perempuan ) =

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

Lampiran 10 : Surat Selesai Penelitian

1. Surat Selesai Penelitian di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

2. Surat Selesai Penelitian di Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

Lampiran 11 : Surat Izin Peminjaman Laboratorium pembuatan Tepung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

Lampiran 12 : Surat Izin Peminjaman Lab Untuk Uji Daya Terima

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

Lampiran 13 : Dokumentasi Penelitian Stick Kue Bawang

Gambar : Uji Daya Terima Stick Kue Bawang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

Gambar : irisan ubi jalar orange kering

Gambar : Tepung Ubi Jalar Orange

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

Gambar :Daun Kelor kering

Gambar : Tepung Daun Kelor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai