ABSTRAK
Penelitian ini mengembangkan produk kue kering non-gandum dari tepung komposit berbahan dasar
tepung singkong modifikasi (mocaf). Kue kering choco-chips, kastengel, dan nastar dari tepung terigu (WF),
modified cassava flour/mocaf (MCF), tepung beras (RF), tepung maizena (MF), isolat protein kedelai (ISP), dan
hidrokoloid (xanthan gum (XG) dan guar gum (GG). Kue kering dievaluasi secara sensoris untuk menganalisa
warna, aroma, tekstur, rasa dan penerimaan keseluruhan. Berdasar hasil uji sensoris, ditentukan kompisisi terbaik
yang menghasilkan produk dengan tingkat kesukaan yang tidak berbeda nyata dengan produk gandum. Hasil
penelitian menunjukkan: 1) kue kering choco-chips dari mocaf 70%, tepung beras 25%, ISP 5% dan xanthan
gum 2% basis tepung, menghasilkan produk dengan karakteristik sensoris lebih disukai daripada sampel lain, 2)
kue kering kastengel dari mocaf 85%, tepung maizena 10%, ISP 5% dan xanthan gum 2,5% basis tepung,
menghasilkan produk dengan karakteristik sensoris tidak berbeda nyata dengan sampel gandum, dan 3) kue
kering nastar dari mocaf 75%, tepung beras 20%, ISP 5% dan guar gum 2% basis tepung, menghasilkan produk
dengan karakteristik sensoris tidak berbeda nyata dengan sampel gandum.
Ada beberapa macam tipe kue kering berdasar termodifikasi (mocaf). Karakteristik sensoris
pencetakannya, yaitu bagged cookie, dropped mocaf mirip dengan tepung terigu, yaitu
cookie, rolled cookie, molded cookie, ice box berwarna putih, lembut dan tidak mempunyai
cookie, bar cookie, sheet cookie dan stencil aroma khas singkong. Harga mocaf juga sama
cookie. Proses pencetakan harus dengan harga tepung terigu. Program
memperhatikan keseragaman bentuk dan intensifikasi produksi singkong memerlukan
ukuran. Kue kering dipanggang dan komitmen dari berbagai pihak. Formulasi kue
dikeringkan untuk menurunkan kadar air. kering dari mocaf belum dikembangkan dengan
Karakteristik sensoris kue kering meliputi sempurna. Subsitusi total (100%) tepung terigu
ukuran, bentuk, aroma, warna, tekstur, dan rasa. dengan mocaf akan menghasilkan produk kue
Setiap jenis kue kering mempunyai kering dengan karakteristik sensoris yang tidak
karakteristik sensoris yang berbeda dengan kue dapat diterima oleh konsumen, khususnya pada
kering lainnya. Karakteristik sensoris kue tekstur [1]. Untuk mendukung program
kering bervariasi, mulai dari ukuran kecil ke intensifikasi produksi singkong, perlu dilakukan
besar, rasa manis ke gurih, dan tekstur renyah pengembangan produk bakery yang terbuat dari
ke lembut. mocaf, yang dapat diterima secara sensoris oleh
Kue kering yang terkenal di Indonesia konsumen.
umumnya dibuat dari tepung terigu, misal Penggunaan tepung kedelai sebagai
choco-chips, kastengel dan nastar. Choco-chips improver pada kue kering diketahui dapat
adalah dropped cookie, dengan karakteristik meningkatkan karakteristik adonan. Selain itu,
warna coklat, renyah dan manis. Kastengel tepung kedelai juga dapat digunakan untuk
adalah rolled cookie. Kastengel dibuat dari keju meningkatkan kualitas protein pada tepung
edam, sehingga rasanya asin, warna kuning [10]. Menurut [9], kue kering dengan
keemasan, dan tekstur lembut. Nastar adalah penambahan tepung kedelai dapat diterima
molded cookie. Nastar dicetak berbentuk bola, sensoris (warna, rasa dan kerenyahan) oleh
yang di dalamnya terdapat selai nanas. Nastar konsumen, tetapi teksturnya masih belum dapat
berwarna kuning keemasan, tekstur lembut dan diterima. Penambahan hidrokoloid seperti
rasa manis asam. Kastengel dan nastar xanthan gum pada tepung non-terigu dilaporkan
diinginkan mempunyai karakteristik tekstur dapat meniru elastisitas gluten [8]. Menurut [5]
yang lumer di mulut. juga melaporkan hal yang sama pada
Singkong (Manihot esculenta) adalah salah hidrokoloid lain seperti pektin dan guar gum.
satu bahan pangan pokok yang dapat tumbuh di Saat ini belum ada pengembangan produk
Indonesia. Tetapi singkong kurang terkenal kue kering dari mocaf dengan karakteristik
dibanding dengan beras, gandum dan jagung. sensoris yang dapat diterima oleh konsumen.
Singkong tahan terhadap lingkungan yang Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
kering dan serangan hama. Apabila ditanam produk kue kering choco-chips, nastar and
pada lahan dengan kandungan air dan kastengel dari tepung komposit berbasis mocaf
kandungan gizi yang kritis, singkong masih dengan penambahan improver isolat protein
dapat dipanen dengan jumlah yang masih kedelai dan hidrokoloid. Produk kue kering
ekonomis [11]. Sebagai akibat dari program tersebut kemudian akan dievaluasi berdasar
intentifikasi pangan lokal yang dicanangkan analisis sensoris.
pemerintah Indonesia, produksi singkong
meningkat dari 17,2 juta di tahun 1993 menjadi METODE
23,4 juta di tahun 2014 [2]. Bahan
Singkong dapat diolah menjadi aneka jenis Bahan yang digunakan untuk pembuatan
tepung, yaitu tepung singkong, tepung pati kue kering choco-chips adalah tepung terigu
singkong (tapioka) dan tepung singkong (Triticum aestivum, WF), mocaf (MCF), tepung
Anggraeni, et.al. Pengaruh Hidrokoloid Pada Karakteristik......... 11
beras (Oryza sativa, RF), isolat protein kedelai maizena, isolat protein kedelai, dan xanthan
(ISP), xanthan gum (XG), guar gum (GG), gum/guar gum ditambahkan dan diaduk rata
margarin, mentega, gula halus, kuning telur, sampai adonan dapat digulung. Adonan
coklat batangan, coklat bubuk, dan choco chips. digulung dengan menggunakan rolling pin dan
Kue kering kastengel dibuat dari tepung terigu dicetak dengan cetakan kastengel dengan
(WF), mocaf (MCF), tepung maizena (MF), panjang sekitar 4 cm. Adonan kue kemudian
isolat protein kedelai (ISP), guar gum (GG), diolesi dengan kuning telur dan pada bagian
xanthan gum (XG), margarin, mentega, kuning atas ditaburi dengan parutan keju cheddar.
telur, keju edam dan keju cheddar. Kue kering Adonan dipanggang pada suhu atas 160 oC dan
nastar dibuat dari tepung terigu (WF), mocaf suhu bawah 170 oC selama 30 – 45 menit
(MCF), tepung beras (RF), isolat protein sampai berwarna kuning keemasan.
kedelai (ISP), xanthan gum (XG), guar gum
(GG), margarin, mentega, gula halus, kuning Pembuatan kue kering nastar
telur, susu bubuk, nanas, gula, kayu manis dan Selai nanas dibuat terlebih dahulu. 500
cengkeh. gram daging nanas diparut, kemudian dicampur
Mocaf dibeli dari Putri 21, Playen, Gunung dengan 100 gram gula, 2 cm kayu manis dan 2
Kidul. Isolat protein kedelai dibeli dari buah cengkeh. Campuran ini kemudian
Shandong Crown Soya Protein Co. Ltd. Guar didihkan dengan api kecil, hingga tekstur
gum didapatkan dari Hindustan Gum & menjadi kental. Selai nanas kemudian
Chemicals Limited. Xanthan gum diperoleh disisihkan. Margarin, mentega, kuning telur,
dari CV. Nura Jaya. Dan bahan lain diperoleh gula bubuk dan susu bubuk dicampur dengan
dari merk komersial di toko lokal Yogyakarta. mixer hingga lembut dan berwarna putih.
Tepung terigu / mocaf / tepung maizena, isolat
Pembuatan kue kering choco-chips protein kedelai dan xanthan gum / guar gum
Margarin, mentega, gula halus dan kuning ditambahkan ke dalam adonan lemak dan
telur dicampur dengan mixer sampai dicampur hingga rata. Sekitar 8 gram adonan
mengembang dan kaku. Tepung terigu / mocaf / ditimbang kemudian dipipihkan. Selai nanas
tepung beras disangrai sampai sedikit coklat. diletakkan di tengah adonan, kemudian dicetak
Tepung terigu / mocaf / tepung beras, isolat bentuk bola. Adonan kemudian dipanggang
protein kedelai, dan xanthan gum / guar gum pada suhu atas 155 oC dan suhu bawah 160 oC
ditambahkan ke dalam adonan lemak dan selama 40 menit.
dicampur dengan rata. Coklat batangan yang
sudah dipotong kecil dan coklat bubuk Evaluasi sensoris
ditambahkan ke dalam adonan, kemudian Kue kering yang telah selesai dipanggang
dicampur sampai rata. Sekitar 12 gram adonan kemudian diletakkan pada suhu ruang dan
diambil dengan sendok dan dicetak dengan dikemas dengan kemasan low-density poly
bentuk lingkaran berdiameter sekitar 4,5 cm. ethylene (LDPE), lalu disimpan dalam
Choco-chips diletakkan diatas adonan. Adonan kontainer kedap udara. Sampel kue kering diuji
kemudian dipanggang pada suhu 160 oC selama secara sensoris 24 jam kemudian. Karakteristik
16 menit untuk kontrol (kue kering dari tepung sensoris dievaluasi berdasar uji hedonik oleh
terigu) dan 22 menit untuk sampel lain. 50-60 panelis semi terlatih. Panelis diminta
Pembuatan kue kering kastengel untuk menilai sifat sensoris yang berupa warna,
Margarin dan mentega dicampur dengan aroma, tekstur, rasa dan penerimaan
mixer sampai halus. Kuning telur ditambahkan keseluruhan. Panelis menilai karakteristik
ke dalam adonan lemak dan dicampur sampai sensoris menggunakan sistem penilaian hedonik
rata. Parutan keju edam ditambahkan dan 9 skala. Panelis menilai kue kering dari skor 9
diaduk rata. Tepung terigu / mocaf / tepung sampai dengan 1, yaitu 9 adalah sangat suka
Anggraeni, et.al. Pengaruh Hidrokoloid Pada Karakteristik......... 12
dan 1 adalah sangat tidak suka. Sampel kue konsentrasi hidrokoloid yang digunakan. C1
kering diatur secara acak dan diletakkan dalam dan C2 menggunakan 2% dan 3% xanthan gum.
kemasan LDPE yang dilengkapi dengan kode Sedangkan C3 dan C4 menggunakan 2% dan
sampel. Air putih disiapkan untuk menetralkan 3% guar gum. Perbedaan formulasi pada setiap
rongga mulut selama proses penilaian. sampel ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 2 menunjukkan hasil evaluasi
Analisis data sensoris pada sampel kue kering choco-chips.
Hasil evaluasi sensoris kemudian dianalisis Kue kering kontrol dari tepung terigu
dengan analisis varians (ANOVA). Perbedaan menunjukkan penerimaan keseluruhan yang
antar sampel dievaluasi menggunakan tes paling rendah yaitu 6,8. Sedangkan kue kering
perbandingan Duncan (P≤ 5%). sampel dari tepung komposit menunjukkan
penerimaan keseluruhan yang paling tinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN yaitu 8,2. Sampel C1 menunjukkan penerimaan
keseluruhan yang lebih tinggi daripada sampel
Kue kering choco-chips C2, C3 dan C4. Hasil ini menunjukkan bahwa
Subsitusi tepung terigu 100% dengan kue kering yang dibuat dari tepung komposit
mocaf pada kue kering choco-chips akan memiliki tingkat penerimaan keseluruhan yang
menghasilkan kue kering dengan dengan tinggi, tetapi tingkat penerimaan tersebut
karakteristik sensoris yang tidak dapat diterima menurun jika konsentrasi hidrokoloid (baik
oleh konsumen, khususnya pada tekstur xanthan gum maupun guar gum) meningkat.
(Anggraeni, 2017). Penelitian ini mempelajari Penambahan 2% xanthan gum dalam sampel C2
penambahan hidrokoloid seperti xanthan gum menunjukkan nilai tertinggi untuk warna,
dan guar gum pada kue kering choco-chips tekstur, rasa dan penerimaan keseluruhan.
yang dibuat dari tepung komposit berbasis Warna adalah karakteristik penting dalam
mocaf. menilai kualitas kue kering [6].
Kue kering kontrol terbuat dari 100%
tepung terigu. Semua sampel kue kering (C1,
C2, C3, dan C4) diproduksi dari tepung
komposit yang terdiri dari 70% mocaf, 25%
tepung beras dan 5% isolat protein kedelai.
Perbedaan setiap sampel terletak pada jenis dan
Sampel C1 terdiri dari MCF 70%, RF 25%, ISP 5%, XG 2% basis tepung.
Sampel C2 terdiri dari MCF 70%, RF 25%, ISP 5%, XG 3% basis tepung.
Sampel C3 terdiri dari MCF 70%, RF 25%, ISP 5%, GG 2% basis tepung.
Anggraeni, et.al. Pengaruh Hidrokoloid Pada Karakteristik......... 13
Sampel C4 terdiri dari MCF 70%, RF 25%, ISP 5%, GG 3% basis tepung.
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan terigu dapat dibuat dari mocaf 70%, tepung
guar gum pada kue kering nastar mampu beras 25%, ISP 5% dan xanthan gum 2% basis
meningkatkan tingkat penerimaan secara tepung. Kue kering kastengel non-terigu dapat
keseluruhan. Penggunaan guar gum pada kue dibuat dari mocaf 85%, tepung maizena 10%,
kering nastar lebih disukai daripada xanthan ISP 5% dan xanthan gum 2,5% basis tepung.
gum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kue kering nastar non-terigu dapat dibuat dari
penambahan 2% guar gum pada tepung mocaf 75%, tepung beras 20%, ISP 5% dan
komposit mampu memperbaiki karakteristik guar gum 2% basis tepung
sensoris kue kering nastar. Penggunaan guar Karakteristik sensoris produk choco-chips
gum pada tepung komposit (75% mocaf, 20% non-terigu lebih baik dari produk terigu,
tepung beras dan 5% isolat protein kedelai) sedangkan karakteristik sensoris produk
disarankan karena mempu mempertahankan kastengel dan nastar non-terigu tidak berbeda
karakteristik sensoris kue kering nastar. nyata dengan produk terigu. Tiga jenis kue
kering tersebut dapat diproduksi secara
SIMPULAN komersial untuk mengurangi ketergantungan
Dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap gandum.
impor gandum, maka penggunaan tepung terigu
dalam produk bakery khususnya kue kering REFERENSI
perlu dikurangi dengan cara mengganti tepung
terigu dengan tepung bahan pangan lokal. [1] Anggraeni, A.A., Handayani, T.H.W., and
Produk kue kering non-terigu harus memiliki Palupi, S. (2017) Sensory characteristic of
karakteristik sensoris yang lebih baik dari gluten-free popular Indonesian cookies,
produk terigu atau tidak berbeda nyata dengan Advances in Social Science, Education and
kue terigu terigu. Kue kering choco-chips non- Humanities Research,. 1stProceeding of
Anggraeni, et.al. Pengaruh Hidrokoloid Pada Karakteristik......... 16