Anggota :
Fitria nur
Rusmikawati
Riza Trisda
Irmalawati
Latar Belakang
Cookies merupakan produk pangan yang digemari oleh masyarakat dari anak-
anak, remaja, orang dewasa, hingga lansia. Saat ini cookies menjadi makanan yang
cukup populer dan dapat ditemukan dengan mudah. Cookies juga memiliki kalori
tinggi karena di dalamnya terdapat kandungan lemak dan gula yang tinggi. lemak yang
digunakan di dalam cookies sekitar 10-40% dan gula yang ada sekitar 20-50%
(Matz, 1968). Pembuatan cookies biasanya menggunakan bahan dasar tepung terigu.
Tetapi, terigu bukan merupakan produk pangan lokal, melainkan menjadi salah satu
bahan baku utama pembuatan makanan yang paling banyak dipakai oleh produsen
industri makanan. Terigu memiliki kandungan gluten tinggi yang menyebabkan
kerusakan pada usus halus sehingga terjadi gangguan penyerapan zat gizi secara
umum yang masuk ke dalam tubuh. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk
mengurangi penggunaan terigu dibutuhkan alternatif pemanfaatan bahan
pangan lokal, salah satunya yang dapat digunakan adalah daun katuk yang akan
diolah menjadi tepung. Selain itu, tepung daun katuk juga dapat meningkatkan serat
cookies.
Tujuan penulisan aadalah untuk mengetahui pembuatan tepung daun katuk, warna
cookies daun katuk, formulasi resep yang tepat untuk cookies daun katuk dan kesukaan
konsumen terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur cookies daun katuk. Konsumen yang
dijadikan obejek adalah ibu-ibu menyusui dan anak-anak.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Cookies
1. Pengertian Cookies
Kata Cookies (jamak) dan cookies (tunggal) berasal dari bahasa Belanda,
yaitu “kokje” yang berarti “kue kecil”. Awal munculnya cookies diperkirakan sudah
ada sejak abad ke-7 Masehi di Persia, salah satu negara pertama yang mengolah
gula. Saat itu kue-kue yang mewah, dalam versi besar dan kecil dikenal baik di
kerajaan Persia. Gula menyebar ke Persia, kemudian ke Mediterania Timur. Cookies
ini ditemukan secara tidak sengaja. Saat pembuatan kue ulang tahun yang
ukurannya besar, dicoba lebih dahulu adonan kecil yang untuk dipanggang di
oven.Adonan kecil tersebut mengering dan ternyata rasanya lezat, (Laeliyaa, 2012).
Cookies di Inggris dan Australia dikenal sebagai “biscuits”, orang Spanyol
menyebutnya “galletas”, di Jerman dikenal sebagai “keks” atau “Platzchen”, dan di
Italia dikenal dengan beberapa nama tergantung bentuk variasinya,
diantaranya “amaretti” dan “biscotti.” Di Perancis dikenal sebagai “biscurt”, bis
berarti dua, dan curt berarti masak, dengan kata lain yang berarti kue yang dimasak
dua kali hingga kering.
Menurut Matz (1978), cookies adalah jenis biscuit yang dibuat dari
adonan lunak, berkadar lemak tinggi, renyah, dan bila dipatahkan
penampang potongannya bertekstur padat atau berongga. Cookies merupakan produk
pangan yang digemari oleh masyarakat dari berbagai kalangan usia, mulai dari anak-
anak, remaja, orang dewasa, hingga yang lanjut usia. Saat ini cookies menjadi
makanan yang cukup populer dan dapat ditemukan dengan mudah.
Pembuatan cookies biasanya menggunakan bahan dasar tepung, lemak, gula,
susu, telur dan bahan pengembang. Cookies juga memiliki kalori tinggi
karena di dalamnya terdapat kandungan lemak yang tinggi. Cookies termasuk
dalam kategori biscuit dengan bahan penyusun antara lain: tepung terigu, air, susu,
telur, gula, dan shortening yang dibuat melalui tahap pencampuran, pencetakan, dan
pemanggangan. Selain menggunakan tepung terigu, cookies juga dapat dibuat dengan
menggunakan tepung jagung. Tepung jagung juga telah digunakan oleh beberapa
peneliti sebagai bahan baku cookies.
a. Jenis-jenis cookies
Cookies adalah jenis biscuit dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi,
renyah, dan bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur padat (Manley,
2000). Berikut adalah jenis-jenis cookies berdasarkan bentuk:
1) Bar Cookies, terdiri dari adonan atau bahan lain yang dituang atau
ditekan ke dalam panci/loyang dan potong kue seukuran kue kecil atau a-
bite-cut setelah di panggang. Di dalam masyarakat Inggris (British), bar
cookies dikenal sebagai “kue loyang”. Contoh : brownies, kue buah, dan
lain-lain.
2) Drop cookies, terbuat dari adonan yang relative lunak yang diletakkan di atas
loyang. Selama proses pemanggangan berlangsung, adonan akan menyebar
dan merata. Contoh: chocolate chip cookies (Toll House Cookies) dan oatmel
cookies (oatmeal kismis).
3) Filled cookies, terbuat dari adonan kue yang digulung dan diisi dengan
buah atau cokelat sebelum dipanggang. Contoh: Hamantash dan kue
bolu.
4) Molded cookies, terbuat dari adonan yang sedikit lebih kaku dibanding
adonan biasanya, dibentuk menjadi bola atau dibentuk dengan tangan
sebelum dipanggang. Contoh: Snickerdoodles dan kue selai kacang.
5) No-bake cookies, dibuat dengan mencampur bahan khusus, seperti sereal atau
kacang, dan mengaduknya untuk menjadi kue semacam permen atau cokelat.
Kue kemudian dibentuk ke dalam bentuk kue kecil atau bar, dan dibiarkan
dalam suhu ruangan sampai mengeras. Contoh: oatmeal cluster, rice krispies
treats, dan bola truffle rum.
6) Press cookies, dibuat dari adonan lembut yang di sprit menjadi berbagai
macam bentuk sebelum dipanggang. Contoh: spritzgeback dan lidah kucing.
7) Refrigerator cookies, terbuat dari adonan kaku yang didinginkan untuk
menjadi lebih kaku. Adonan biasanya dibentuk menjadi silinder yang diiris
menjadi kue bulat sebelum dipanggang. Contoh: pinwheel
8) Rolled Cookies, terbuat dari adonan sedikit lebih kaku, kemudian digulung
dan dipotong menjadi bentuk dengan cetakan kue. Contoh: Gingerbread dan
kastengel.
Menurut Anni (2008), Ada beberapa bahan dasar yang digunakan dalam
proses pembuatan basic cookies yaitu sebagai berikut :
1) Tepung terigu
2) Gula Halus
Gula merupakan bahan yang banyak digunakan dalam pembuatan
cookies. Jumlah gula yang ditambahkan biasanya berpengaruh terhadap
tesktur dan penampilan cookies. Fungsi gula dalam proses pembuatan
cookies selain sebagai pemberi rasa manis, juga berfungsi untuk
memperbaiki tesktur dan memberikan warna pada permukaan cookies.
Meningkatnya kadar gula di dalam adonan cookies, akan mengakibatkan
cookies menjadi semakin keras. Dengan adanya gula, maka waktu pembakaran
harus sesingkat mungkin agar tidak hangus karena sisa gula yang masih terdapat
dalam adonan dapat mempercepat proses pembentukan warna. Dalam membuat
cookies ini, penulis menggunakan gula halus karena mudah di campur dengan
bahan-bahan lain dan menghasilkan tekstur kue dengan pori-pori kecil dan
halus.
3) Mentega
Lemak adalah bahan yang paling penting diantara bahan baku yang lain
dalam industri cookies/biskuit. Dibandingkan dengan terigu dan gula, harga
lemak yang paling mahal.Lemak digunakan baik pada adonan, disemprotkan
dipermukaan biskuit/cookies, sebagai isi krim dan coating pada produk biskuit
cokelat. Fungsi mentega yaitu menjadikan cookies terasa empuk dan tahan
lama.
4) Kuning Telur
5) Tepung Maizena
Tepung maizena adalah tepung yang terbuat dari pati jagung. Tepung ini
juga sering disebut dengan corn flour atau corn starch. Tepung maizena
memiliki kandungan gizi yang baik, yaitu energi, karbohidrat, protein,
kalsium, fosfor, dan zat besi. Tepung maizena ini hanya bersifat sebagai bahan
pelengkap yang berguna untuk merenyahkan tekstur kue kering atau cookies.
d. Resep Acuan Basic Cookies
Yaitu petunjuk tentang cara mengolah suatu makanan yang sudah teruji ke
akuratannya.
Berikut ini adalah resep acuan dalam pembuatan basic cookies yaitu:
Tabel 1. Resep acuan basic cookies
Syarat mutu cookies di Indonesia mengacu pada syarat mutu biskuit. Syarat
mutu biskuit yang berlaku saat ini adalah Standar Nasional Indonesia SNI 01-2973-1992
Mempunyai batang tegak, saat masih muda berwarna hijau dan setelah
tua berwarna cokelat kehijauan. Daunnya berbentuk bulat telur dengan ujung
runcing dan pangkal tumpul. Tepi daun rata, panjang daun 1,5-6 cm. daun
katuk ini bertangkai pendek, dan berwarna hijau keputihan pada bagian
atas, hijau terang pada bagian bawah. (BPOM RI, 2008).
a. Klasifikasi Tanaman
Berikut klasifikasi tanaman katuk (Sauropus androgynus) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Malpighiales
3. Tepung
1. Tepung Terigu
a. Tepung terigu protein tinggi (bread flour)
Kandungan protein dalam tepung terigu ini yaitu 11-13%. Jenis tepung ini
adalah gandum hard dan mengandung gluten yang tinggi. Tepung ini
cocok untuk pembuatan roti, mie, pasta, dan donat. Contoh merk tepung ini
yaitu: cakra, cakra kembar, dan kereta kencana.
b. Tepung terigu protein sedang (All purpose flour)
Kandungan protein dalam tepung ini yaitu antara 8-10%. Tepung ini
merupakan campuran gandum soft dan hard, dan memiliki luten yang
sedang. Tepung ini cocok untuk pembuatan cake. Contoh merk yaitu :
segitiga biru & gunung bromo (bogasari).
c. Tepung terigu protein rendah (pastry flour)
Kandungan protein dalam tepung terigu ini sangat rendah, yaitu sekitar 6-
8%. Tepung ini adalah jenis gandum yang soft dan mengandung gluten yang
rendah. Tepung ini digunakan untuk membuat kue yang bertekstur
renyah, contohnya seperti cookies.
2. Tepung maizena
3. Tepung maizena, adalah tepung yang dihasilkan dari pengolahan biji jagung,
dapat menjadikan adonan kue kering lebih lembut dan mengurangi kadar
protein atau gluten dalam adonan.
4. Tepung beras dan tepung ketan
Tepung beras biasanya digunakan untuk membuat aneka kue jajanan pasar
seperti kue nagaasri, kue lapis, atau sebagai pelapis gorengan agar teksturnya
lebih renyah. Tepung beras dapat juga digunakan untuk pembuatan bihun.
Tepung ketan memiliki tekstur tepung yang hampir mirip dengan tepung beras,
hanya saja lebih kenyal ketika sudah diolah.
5. Tepung umbi
Terbuat dari bahan tepung yang berjenis umbi-umbian seperti singkong dan ubi
ungu.Biasanya tepung umbi digunakan untuk membuat roti, cake, dan cookies.
6. Tepung sagu
Terbuat dari sari pati batang pohon sagu dan biasanya digunakan untuk
membuat hidangan yang bersifat agak kenyal seperti bakso, pempek, dan bika
ambon.
7. Tepung tapioka
Adalah jenis tepung yang terbuat dari sari pati singkong atau ubi. Biasanya
digunakan dalam pembuatan bakso.
METODE
Bahan Pembuatan Cookies Tepung Daun Katuk : tepung daun katuk, tepu ng terigu,
tepung maizena, gula halus, kuning telur, mentega.
Diagram alir pembuatan Cookies yang disubtitusi dengan tepung daun kelor dapat dilihat
pada gambar 1.
Tepung daun katuk, tepung
tepunggula halus,
terigu, mentega
tepung maizena, kuning telur
Semua bahan
ditimbang
Bentuk adonan
menggunakan cetakan
Anandita. (2016). Resep basic cookies. Diakses pada tanggal 18 Mei 2017, di
http://cookpad.com/id/resep/539566-basic-cookies-kue-kering
Arikunto. (2006). Pengumpulan Data dan Instrumen. Diakses pada tanggal 14 Agustus
2017, di https://afid burhanuddin.wordpress.com
BPOM RI (2008). Klasifikasi tanaman katuk. Diakses pada tanggal 24 April 2017 di
http://wisuda.unud.ac.id
BSN. (1992). SNI Mutu Dan Cara Uji Biskuit (SNI-01-2973-1992) Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional
Carmelita. (2015). Gambar Kuning Telur. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2017,
https://www.vemale.com/tips-dapur/88484-ini-dia-fakta-dibalik-perbedaan-
warna-kuning-telur-ayam.html
Dessi Kus Ossiani Putri. (2015). “Pemanfaatan Tepung Biji Cempedak Sebagai Bahan
Tambahan Dalam Pembuatan Cookies”. Tugas Akhir Diploma, tidak
diterbitkan, Politeknik Negeri Balikpapan
Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak, Fapet
UNPAD (2002), komposisi gizi tepung daun katuk. Diakses pada tanggal 28
April 2017, di peternakan.litbang.pertanian.go.id
Khasanah, (2006). Teknik Dalam Pembuatan Cookies. Diakses pada tanggal 10 Mei
2017, di http://pt.scribd.com
Matz. (1968). Latar Belakang Cookies. Diakses pada tanggal 14 Agustus 2017, di
repository.wima.ac.id
Wesport.
Murtiningrum. (2012). Tingkat pengembangan dan daya terima bolu kukus berbahan
dasar tepung singkong yang disubtitusi tepung daun katuk. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Di akses pada tanggal 02 Mei 2017, di
eprints.ums.ac.id
Persatuan Ahli Gizi Indonesia. (2009). Daun Katuk. Diakses pada tanggal 2 Mei 2017 di
scholar.unand.ac.id
Sa’roni, dkk (2004). Tanaman Katuk. Diakses pada tanggal 9 Mei 2017, di
http://wisuda.unud.ac.id
Sadi. (1983). Potensi Tanaman Katuk. Diakses pada tanggal 28 April 2017, di
peternakan.litbang.pertanian.go.id
Sardjiman et al., (1997). Potensi Tanaman Katuk. Diakses pada tanggal 15 Agustus
2017, di peternakan.litbang.pertanian.go.id