Anda di halaman 1dari 20

Tugas

PENGEMBANGAN FORMULA MAKANAN

Di Susun Oleh Kelompok :

Anggota :

 Fitria nur
 Rusmikawati
 Riza Trisda
 Irmalawati

Kelas/Jurusan : D4 Alih jenjang

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI D-IV GIZI
TAHUN 2018
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Katuk (Sauropus androgynus) merupakan tanaman sayuran yang banyak


terdapat di Asia tenggara. Selama ini daun katuk banyak dikonsumsi dengan cara
dimasak menjadi sayuran. Untuk meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap daun
katuk, maka sangat diperlukan teknologi pengolahan yang tepat, salah satunya adalah
dengan cara mengolah daun katuk menjadi tepung sehingga dapat dijadikan sebagai
bahan baku pembuatan produk pangan, contohnya seperti pembuatan cookies.

Cookies merupakan produk pangan yang digemari oleh masyarakat dari anak-
anak, remaja, orang dewasa, hingga lansia. Saat ini cookies menjadi makanan yang
cukup populer dan dapat ditemukan dengan mudah. Cookies juga memiliki kalori
tinggi karena di dalamnya terdapat kandungan lemak dan gula yang tinggi. lemak yang
digunakan di dalam cookies sekitar 10-40% dan gula yang ada sekitar 20-50%
(Matz, 1968). Pembuatan cookies biasanya menggunakan bahan dasar tepung terigu.
Tetapi, terigu bukan merupakan produk pangan lokal, melainkan menjadi salah satu
bahan baku utama pembuatan makanan yang paling banyak dipakai oleh produsen
industri makanan. Terigu memiliki kandungan gluten tinggi yang menyebabkan
kerusakan pada usus halus sehingga terjadi gangguan penyerapan zat gizi secara
umum yang masuk ke dalam tubuh. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk
mengurangi penggunaan terigu dibutuhkan alternatif pemanfaatan bahan
pangan lokal, salah satunya yang dapat digunakan adalah daun katuk yang akan
diolah menjadi tepung. Selain itu, tepung daun katuk juga dapat meningkatkan serat
cookies.

Penambahan tepung daun katuk diharapkan juga berfungsi sebagai sumber


sumber antioksidan. Menurut Persatuan Ahli Gizi Indonesia (2009), daun katuk
mengandung serat sebesar 1,5g. Manfaat lain yang dimiliki oleh daun katuk adalah
sebagai sumber vitamin A yang bagus untuk penyakit mata, pertumbuhan sel,
meningkatkan ketahanan tubuh, menjaga kesehatan kulit, serta dapat memperlancar
ASI. Untuk membuat variasi jenis cookies yang ada saat ini dan menambah kandungan
gizi agar lebih bermanfaat jika dikonsumsi sekaligus untuk alternatif bagi anak-
anak yang tidak suka memakan sayur agar dapat mengkonsumsi sayur dengan cara yang
berbeda, maka dalam penelitian ini penulis akan memilih cookies dengan penambahan
tepung daun katuk pada proses pembuatannya.
Tujuan

Tujuan penulisan aadalah untuk mengetahui pembuatan tepung daun katuk, warna
cookies daun katuk, formulasi resep yang tepat untuk cookies daun katuk dan kesukaan
konsumen terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur cookies daun katuk. Konsumen yang
dijadikan obejek adalah ibu-ibu menyusui dan anak-anak.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Cookies
1. Pengertian Cookies

Kata Cookies (jamak) dan cookies (tunggal) berasal dari bahasa Belanda,
yaitu “kokje” yang berarti “kue kecil”. Awal munculnya cookies diperkirakan sudah
ada sejak abad ke-7 Masehi di Persia, salah satu negara pertama yang mengolah
gula. Saat itu kue-kue yang mewah, dalam versi besar dan kecil dikenal baik di
kerajaan Persia. Gula menyebar ke Persia, kemudian ke Mediterania Timur. Cookies
ini ditemukan secara tidak sengaja. Saat pembuatan kue ulang tahun yang
ukurannya besar, dicoba lebih dahulu adonan kecil yang untuk dipanggang di
oven.Adonan kecil tersebut mengering dan ternyata rasanya lezat, (Laeliyaa, 2012).
Cookies di Inggris dan Australia dikenal sebagai “biscuits”, orang Spanyol
menyebutnya “galletas”, di Jerman dikenal sebagai “keks” atau “Platzchen”, dan di
Italia dikenal dengan beberapa nama tergantung bentuk variasinya,
diantaranya “amaretti” dan “biscotti.” Di Perancis dikenal sebagai “biscurt”, bis
berarti dua, dan curt berarti masak, dengan kata lain yang berarti kue yang dimasak
dua kali hingga kering.

Menurut Matz (1978), cookies adalah jenis biscuit yang dibuat dari
adonan lunak, berkadar lemak tinggi, renyah, dan bila dipatahkan
penampang potongannya bertekstur padat atau berongga. Cookies merupakan produk
pangan yang digemari oleh masyarakat dari berbagai kalangan usia, mulai dari anak-
anak, remaja, orang dewasa, hingga yang lanjut usia. Saat ini cookies menjadi
makanan yang cukup populer dan dapat ditemukan dengan mudah.
Pembuatan cookies biasanya menggunakan bahan dasar tepung, lemak, gula,
susu, telur dan bahan pengembang. Cookies juga memiliki kalori tinggi
karena di dalamnya terdapat kandungan lemak yang tinggi. Cookies termasuk
dalam kategori biscuit dengan bahan penyusun antara lain: tepung terigu, air, susu,
telur, gula, dan shortening yang dibuat melalui tahap pencampuran, pencetakan, dan
pemanggangan. Selain menggunakan tepung terigu, cookies juga dapat dibuat dengan
menggunakan tepung jagung. Tepung jagung juga telah digunakan oleh beberapa
peneliti sebagai bahan baku cookies.

a. Jenis-jenis cookies

Cookies adalah jenis biscuit dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi,
renyah, dan bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur padat (Manley,
2000). Berikut adalah jenis-jenis cookies berdasarkan bentuk:

1) Bar Cookies, terdiri dari adonan atau bahan lain yang dituang atau
ditekan ke dalam panci/loyang dan potong kue seukuran kue kecil atau a-
bite-cut setelah di panggang. Di dalam masyarakat Inggris (British), bar
cookies dikenal sebagai “kue loyang”. Contoh : brownies, kue buah, dan
lain-lain.
2) Drop cookies, terbuat dari adonan yang relative lunak yang diletakkan di atas
loyang. Selama proses pemanggangan berlangsung, adonan akan menyebar
dan merata. Contoh: chocolate chip cookies (Toll House Cookies) dan oatmel
cookies (oatmeal kismis).
3) Filled cookies, terbuat dari adonan kue yang digulung dan diisi dengan
buah atau cokelat sebelum dipanggang. Contoh: Hamantash dan kue
bolu.
4) Molded cookies, terbuat dari adonan yang sedikit lebih kaku dibanding
adonan biasanya, dibentuk menjadi bola atau dibentuk dengan tangan
sebelum dipanggang. Contoh: Snickerdoodles dan kue selai kacang.
5) No-bake cookies, dibuat dengan mencampur bahan khusus, seperti sereal atau
kacang, dan mengaduknya untuk menjadi kue semacam permen atau cokelat.
Kue kemudian dibentuk ke dalam bentuk kue kecil atau bar, dan dibiarkan
dalam suhu ruangan sampai mengeras. Contoh: oatmeal cluster, rice krispies
treats, dan bola truffle rum.
6) Press cookies, dibuat dari adonan lembut yang di sprit menjadi berbagai
macam bentuk sebelum dipanggang. Contoh: spritzgeback dan lidah kucing.
7) Refrigerator cookies, terbuat dari adonan kaku yang didinginkan untuk
menjadi lebih kaku. Adonan biasanya dibentuk menjadi silinder yang diiris
menjadi kue bulat sebelum dipanggang. Contoh: pinwheel
8) Rolled Cookies, terbuat dari adonan sedikit lebih kaku, kemudian digulung
dan dipotong menjadi bentuk dengan cetakan kue. Contoh: Gingerbread dan
kastengel.

b. Teknik Pembuatan cookies


Untuk menghasilkan produk cookies yang baik, tentu diperlukan proses
atau tahapan yang benar dalam pembuatan cookies. Menurut Sin Khasanah
(2006), ada 3 macam teknik dalam pembuatan cookies, yaitu :

1) One Stage Methode


Semua bahan/formula diaduk menjadi satu sampai adonan tercampur rata,
kemudian adonan di pipihkan atau di giling, kemudian di cetak. Hasil
dari kue kering ini adalah empuk dan renyah.
2) Creaming Methode
Kocok margarin dan gula halus hingga rata. Kemudian masukkan kuning
telur, kocok kembali hingga rata. Masukkan tepung terigu yang sudah di
ayak, sambil di ad dengan menggunakan spatula hingga rata. Adonan siap
dibentuk/dicetak sesuai selera. Hasil dari kue kering dengan teknik ini adalah
renyah dan empuk.
3) Sponge Methode
Teknik ini mempunyai ciri khusus yaitu menghasilkan kue berpori-pori
seperti busa tapi renyah dan mudah hilang atau hancur pada saat di mulut.
Gula dan air dipanaskan dengan suhu 110oF / 43oC sampai menyerupai sirup.
Sementara putih telur, dan garam dikocok sampai berbusa. Kemudian hasil
tersebut dicampurkan dengan sirup yang masih hangat, sambil dikocok
terus hingga dingin dan bahan-bahan lainnya diaduk sampai rata kemudian
dicetak. Adonan kue ini hanya cocok untuk kue jenis busa seperti meringue
dan kue lidah kucing.
c. Bahan dasar dalam pembuatan basic cookies

Menurut Anni (2008), Ada beberapa bahan dasar yang digunakan dalam
proses pembuatan basic cookies yaitu sebagai berikut :

1) Tepung terigu

Tepung terigu adalah bahan utama dalam pembuatan cookies dan


memengaruhi proses pembuatan adonan, fungsi tepung adalah sebagai struktur
cookies. Sebaiknya dalam pembuatan cookies menggunakan tepung terigu
protein rendah (8-9%). Jika menggunakan tepung terigu jenis ini akan
menghasilkan kue yang rapuh dan kering merata. Tepung terigu merupakan
bahan dasar utama dalam segala jenis roti, kue kering, mie, biskuit, dan
spaghetti. Tepung yang digunakan oleh peneliti adalah tepung terigu protein
rendah.

2) Gula Halus
Gula merupakan bahan yang banyak digunakan dalam pembuatan
cookies. Jumlah gula yang ditambahkan biasanya berpengaruh terhadap
tesktur dan penampilan cookies. Fungsi gula dalam proses pembuatan
cookies selain sebagai pemberi rasa manis, juga berfungsi untuk
memperbaiki tesktur dan memberikan warna pada permukaan cookies.
Meningkatnya kadar gula di dalam adonan cookies, akan mengakibatkan
cookies menjadi semakin keras. Dengan adanya gula, maka waktu pembakaran
harus sesingkat mungkin agar tidak hangus karena sisa gula yang masih terdapat
dalam adonan dapat mempercepat proses pembentukan warna. Dalam membuat
cookies ini, penulis menggunakan gula halus karena mudah di campur dengan
bahan-bahan lain dan menghasilkan tekstur kue dengan pori-pori kecil dan
halus.

3) Mentega

Lemak adalah bahan yang paling penting diantara bahan baku yang lain
dalam industri cookies/biskuit. Dibandingkan dengan terigu dan gula, harga
lemak yang paling mahal.Lemak digunakan baik pada adonan, disemprotkan
dipermukaan biskuit/cookies, sebagai isi krim dan coating pada produk biskuit
cokelat. Fungsi mentega yaitu menjadikan cookies terasa empuk dan tahan
lama.

4) Kuning Telur

Telur berpengaruh terhadap tekstur produk patiseri sebagai hasil dari


fungsi emulsifikasi, pelembut tekstur, dan daya pengikat. Penggunaan kuning
telur dapat memberikan tekstur cookies yang lembut, tetapi struktur dalam
cookies tidak sebaik jika digunakan keseluruhan bagian telur. Telur digunakan
untuk menambah rasa dan warna. Telur juga membuat produk lebih
mengembang karena menangkap udara selama pengocokan. Putih telur bersifat
sebagai pengikat/pengeras dan kuning telur bersifat sebagai pengempuk. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan kuning telur, karena kuning telur
bersifat sebagai pengempuk cookies.

5) Tepung Maizena

Tepung maizena adalah tepung yang terbuat dari pati jagung. Tepung ini
juga sering disebut dengan corn flour atau corn starch. Tepung maizena
memiliki kandungan gizi yang baik, yaitu energi, karbohidrat, protein,
kalsium, fosfor, dan zat besi. Tepung maizena ini hanya bersifat sebagai bahan
pelengkap yang berguna untuk merenyahkan tekstur kue kering atau cookies.
d. Resep Acuan Basic Cookies

Yaitu petunjuk tentang cara mengolah suatu makanan yang sudah teruji ke
akuratannya.

Berikut ini adalah resep acuan dalam pembuatan basic cookies yaitu:
Tabel 1. Resep acuan basic cookies

No. Bahan Berat


1. Tepung terigu 125 gr
2. Mentega 75 gr
3. Gula halus 50 gr
4. Tepung maizena 10 gr
5. Kuning telur 1 butir
Cara Membuat
1. Kocok mentega dan gula halus sampai lembut dan putih
2. Kemudian masukkan kuning telur, mixer sampai adonan merata
3. Setelah adonan tercampur rata, masukkan tepung terigu dan tepung
maizena , aduk rata dengan menggunakan spatula.
4. Bentuk adonan dengan menggunakan cetakan
5. Setelah di bentuk, masukkan ke dalam oven dengan suhu 160oC selama 20
menit.
Sumber : Anandita, (2016)

Syarat mutu cookies di Indonesia mengacu pada syarat mutu biskuit. Syarat
mutu biskuit yang berlaku saat ini adalah Standar Nasional Indonesia SNI 01-2973-1992

Tabel 2. Syarat Mutu Cookies Menurut SNI 01-2973-1992

Kriteria Uji Syarat


Energy (kkal/100 gram) Minimum 400
Air (%) Maksimum 5
Protein (%) Minimum 9
Lemak (%) Minimum 9,5
Karbohidrat (%) Minimum 30
Abu (%) Maksimum 70
Serat Kasar (%) Maksimum 0,5
Logam berbahaya Negatif
Bau dan rasa Normal dan tidak tengik
Warna Normal
Sumber : Dewan Standarisasi Nasional (1992)
2. Daun Katuk ((Sauropus androgynous)

Mempunyai batang tegak, saat masih muda berwarna hijau dan setelah
tua berwarna cokelat kehijauan. Daunnya berbentuk bulat telur dengan ujung
runcing dan pangkal tumpul. Tepi daun rata, panjang daun 1,5-6 cm. daun
katuk ini bertangkai pendek, dan berwarna hijau keputihan pada bagian
atas, hijau terang pada bagian bawah. (BPOM RI, 2008).

Daun katuk merupakan tanaman sayuran yang banyak terdapat di Asia


Tenggara. Tumbuhan ini dalam beberapa bahasa dikenali sebagai mani cai
(Bahasa Cina), cekur manis (Bahasa Melayu), dan rau ngot (Bahasa Vietnam), di
Indonesia masyarakat Minangkabau menyebut katuk dengan nama simani. Selain
menyebut katuk, masyarakat Jawa juga menyebutnya katuan atau babing.
Tanaman katuk sesungguhnya sudah dikenal nenek moyang kita sejak abad
ke-16 (Wiarto, 2008). Budidaya tanaman katuk di Indonesia umumnya belum
dilakukan secara intensif seperti tanaman hijauan lainnya. Tanaman katuk
sesungguhnya sudah dikenal oleh nenek moyang kita sejak abad 16 sebagai
tanaman obat berkhasiat (Hieronimus, 2003). Tanaman ini sudah sangat populer
di kalangan masyarakat khususnya kaum ibu, karena biasa ditanam di sekitar
halaman rumah sebagai pagar hidup yang dimanfaatkan sebagai apotek hidup.
Daun katuk banyak dimanfaatkan sebagai sayuran dan oleh para ibu-ibu
yang menyusui anak sebagai pelancar air susu ibu. (Sa’roni dkk.,2004).

Katuk merupakan tanaman yang termasuk ke dalam golongan simplisia


nabati, yaitu bahan tanaman utuh yang digunakan sebagai obat dan belum
mengalami pengolahan apapun. (Sardjiman et al,1997). Sebagai bahan
makanan tambahan, daun katuk dikonsumsi dalam bentuk sayur atau lalap
untuk menu sehari-hari dan peranan bagi ibu yang sedang menyusui daun
katuk sebagai penyubur ASI. Menurut Sadi (1983), fungsi makanan
tambahan dari katuk ini adalah untuk melengkapi kecukupan energi, protein,
vitamin, dan mineral, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Daun katuk
dapat digunakan sebagai bahan makanan sumber vitamin A, penyusun ASI,
bahan pewarna hijau yang mengandung protein nabati cukup tinggi.

a. Klasifikasi Tanaman
Berikut klasifikasi tanaman katuk (Sauropus androgynus) :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Malpighiales

Famili : Phyllanthaceae Genus : Sauropus

Spesies : Sauropus androgynous

Sumber : (BPOM RI, 2008)

b. Kandungan Gizi Daun Katuk


Berikut adalah tabel kandungan gizi daun katuk per 100 gram
Tabel 3. kandungan gizi daun katuk per 100 gr

No. Komponen Gizi (Satuan) Jumlah


1. Energi (kkal) 59
2. Protein (g) 48
3. Lemak (g) 1
4. Karbohidrat (g) 11
5. Kalsium (mg) 204
6. Fosfor (mg) 83
7. Zat Besi (mg) 3
8. Vitamin A (IU) 10370
9. Vitamin B1 (mg) 0,1
10. Vitamin C (mg) 239
Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

c. Manfaat Daun Katuk


Daun katuk mempunyai beberapa manfaat diantaranya yaitu :
1) Melancarkan ASI
2) Mengobati frambusia atau infeksi kulit
3) Menyembuhkan sembelit
4) Mencegah osteoporosis
5) Mengobati influenza
6) Meningkatkan imunitas tubuh
7) Membantu daya penglihatan

d. Komposisi Gizi Tepung Daun Katuk


Tabel 4. Komposisi gizi tepung daun katuk

No. Zat Makanan Komposisi (%)


1. Protein kasar 25,70
2. Lemak kasar 6,92
3. Serat kasar 9,85
4. Kalsium 0,98
5. Fosfor 1,17
6. Energi metabolis (kkal/kg) 3000.20
Sumber: Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Ruminansia dan Kimian
Makanan Ternak, Fapet UNPAD(2002)

e. Prosedur pembuatan tepung daun katuk


Berikut adalah prosedur pembuatan tepung daun katuk :
1) Petik daun katuk, kemudian pisahkan daun dengan batangnya
2) Dijemur selama 1-2 hari
3) Dioven dengan suhu 50 derajat celcius
4) Digiling dengan penggilingan tepung
5) Disaring dengan menggunakan ayakan
6) Disimpan dalam toples dan ditutup rapat agar awet
Sumber : (Wiradimadja dkk., 2010)

3. Tepung

Tepung adalah partikel padat yang berbentuk butiran halus. Biasanya


digunakan untuk keperluan penelitian, rumah tangga, dan bahan baku industri.
Tepung bisa berasal dari bahan nabati, misalnya tepung terigu yang berasal
dari gandum, tapioka yang berasal dari singkong, maizena yang berasal dari
jagung dan hewani, misalnya tepung tulang dan tepung ikan. (Neti, 2015)
menjelaskan ada beberapa macam tepung, diantaranya yaitu :

1. Tepung Terigu
a. Tepung terigu protein tinggi (bread flour)
Kandungan protein dalam tepung terigu ini yaitu 11-13%. Jenis tepung ini
adalah gandum hard dan mengandung gluten yang tinggi. Tepung ini
cocok untuk pembuatan roti, mie, pasta, dan donat. Contoh merk tepung ini
yaitu: cakra, cakra kembar, dan kereta kencana.
b. Tepung terigu protein sedang (All purpose flour)
Kandungan protein dalam tepung ini yaitu antara 8-10%. Tepung ini
merupakan campuran gandum soft dan hard, dan memiliki luten yang
sedang. Tepung ini cocok untuk pembuatan cake. Contoh merk yaitu :
segitiga biru & gunung bromo (bogasari).
c. Tepung terigu protein rendah (pastry flour)
Kandungan protein dalam tepung terigu ini sangat rendah, yaitu sekitar 6-
8%. Tepung ini adalah jenis gandum yang soft dan mengandung gluten yang
rendah. Tepung ini digunakan untuk membuat kue yang bertekstur
renyah, contohnya seperti cookies.

2. Tepung maizena
3. Tepung maizena, adalah tepung yang dihasilkan dari pengolahan biji jagung,
dapat menjadikan adonan kue kering lebih lembut dan mengurangi kadar
protein atau gluten dalam adonan.
4. Tepung beras dan tepung ketan
Tepung beras biasanya digunakan untuk membuat aneka kue jajanan pasar
seperti kue nagaasri, kue lapis, atau sebagai pelapis gorengan agar teksturnya
lebih renyah. Tepung beras dapat juga digunakan untuk pembuatan bihun.
Tepung ketan memiliki tekstur tepung yang hampir mirip dengan tepung beras,
hanya saja lebih kenyal ketika sudah diolah.
5. Tepung umbi
Terbuat dari bahan tepung yang berjenis umbi-umbian seperti singkong dan ubi
ungu.Biasanya tepung umbi digunakan untuk membuat roti, cake, dan cookies.
6. Tepung sagu
Terbuat dari sari pati batang pohon sagu dan biasanya digunakan untuk
membuat hidangan yang bersifat agak kenyal seperti bakso, pempek, dan bika
ambon.
7. Tepung tapioka
Adalah jenis tepung yang terbuat dari sari pati singkong atau ubi. Biasanya
digunakan dalam pembuatan bakso.

METODE

Bahan pembuatan Tepung Daun Katuk : Daun katuk.

Alat : loyang, ulekan, saringan, oven, baskom.

Bahan Pembuatan Cookies Tepung Daun Katuk : tepung daun katuk, tepu ng terigu,
tepung maizena, gula halus, kuning telur, mentega.

Alat : timbangan, baskom, cetakan, panci, loyang, oven.


Tahap Penelitian : pada percobaan ini, resp standar yang digunakan adalah resep
Anandita 2016.

Tabel 5. Bahan-bahan Cookies Daun Katok

No Bahan Kontrol Resep Pembuatan

Formula I Formula II Formula III


1 Tepung terigu 125 gram 115 gram 105 gram 95 gram
2 Tepung dauk katuk - 10 gram 20 gram 30 gram
3 Kuning Telur 1 butir 1 butir 1 butir 1 butir
4 Gula halus 50 gram 50 gram 50 gram 50 gram
5 Maizena 10 gram 10 gram 10 gram 10 gram
6 Mentega 75 gram 75 gram 75 gram 75 gram

Diagram alir pembuatan Cookies yang disubtitusi dengan tepung daun kelor dapat dilihat
pada gambar 1.
Tepung daun katuk, tepung
tepunggula halus,
terigu, mentega
tepung maizena, kuning telur

Semua bahan
ditimbang

Kocok mentega dan gula halus


sampai lembut dan putih

Masukkan kuning telur, mixer


sampai adonan merata

Masukkan tepung terigu, tepung


daun katuk dan maizena aduk rata
menggunakan spatula

Bentuk adonan
menggunakan cetakan

Masukkan oven, panggang dengan suhu


1600C selama 20 menit
Daftar Pustaka

Anandita. (2016). Resep basic cookies. Diakses pada tanggal 18 Mei 2017, di
http://cookpad.com/id/resep/539566-basic-cookies-kue-kering

Anni. (2008). Cookies. Diakses pada tanggal 14 Agustus 2017, di


https://foodtechnology13.wordpress.com

Arikunto. (2006). Pengumpulan Data dan Instrumen. Diakses pada tanggal 14 Agustus
2017, di https://afid burhanuddin.wordpress.com

BPOM RI (2008). Klasifikasi tanaman katuk. Diakses pada tanggal 24 April 2017 di
http://wisuda.unud.ac.id

BSN. (1992). SNI Mutu Dan Cara Uji Biskuit (SNI-01-2973-1992) Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional

Carmelita. (2015). Gambar Kuning Telur. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2017,
https://www.vemale.com/tips-dapur/88484-ini-dia-fakta-dibalik-perbedaan-
warna-kuning-telur-ayam.html

Departemen Perindustrian. 1993. Syarat Mutu Biskuit dan Cookies No.01-2973


93.Standar Nasional Indonesia.Jakarta.

Dessi Kus Ossiani Putri. (2015). “Pemanfaatan Tepung Biji Cempedak Sebagai Bahan
Tambahan Dalam Pembuatan Cookies”. Tugas Akhir Diploma, tidak
diterbitkan, Politeknik Negeri Balikpapan

Funna. (2013). Uji Organoleptik. Diakses pada tanggal 2 Mei 2017, di


www.academia.edu

Gay. (1981). Metode Penelitian. Diakses pada tanggal 14 Agustus 2017, di


www.eurekapendidikan.com

Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak, Fapet
UNPAD (2002), komposisi gizi tepung daun katuk. Diakses pada tanggal 28
April 2017, di peternakan.litbang.pertanian.go.id

Hieronimus. (2003). Tanaman Katuk. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2017, di


peternakan.litbang.pertanian.go.id

Indriati. (2017). Gula Halus. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2017, di


https://cookpad.com/id/resep/185990-gula-halus
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). kandungan gizi daun katuk. Diakses
pada tanggal 28 April 2017 di www.erablogger.com

Khasanah, (2006). Teknik Dalam Pembuatan Cookies. Diakses pada tanggal 10 Mei
2017, di http://pt.scribd.com

Laeliyaa. (2012). Sejarah Cookies. Diakses pada tanggal 14 Agustus 2017, di


https://laeliyaa.wordpress.com

Manley. (2000). Pengertian Cookies. Diakses pada tanggal 24 April 2017, di


https://core.ac.uk

Matz. (1968). Latar Belakang Cookies. Diakses pada tanggal 14 Agustus 2017, di
repository.wima.ac.id

Matz. (1978). Cookies and Cracker Technologi.Avi Publishing Company.Inc

Wesport.

Murtiningrum. (2012). Tingkat pengembangan dan daya terima bolu kukus berbahan
dasar tepung singkong yang disubtitusi tepung daun katuk. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Di akses pada tanggal 02 Mei 2017, di
eprints.ums.ac.id

Neti. (2015). Jenis-jenis tepung. Diakses pada tanggal 28 April 2017, di


www.netirecipe.com

Persatuan Ahli Gizi Indonesia. (2009). Daun Katuk. Diakses pada tanggal 2 Mei 2017 di
scholar.unand.ac.id

Puspita. (2015). Karakteristik Cookies. Diakses pada tanggal 25 April 2017, di


mrandmrshamdani.blogspot.co.id

Rahayu. (1998). Uji Organoleptik. Diakses pada tanggal 2 Mei 2017, di


digilib.unimus.ac.id

Rineti. (2015). Tepung Maizena. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2017, di


http://bahan2kue.blogspot.co.id/2015/10/apa-itu-tepung-maizena.html

Sa’roni, dkk (2004). Tanaman Katuk. Diakses pada tanggal 9 Mei 2017, di
http://wisuda.unud.ac.id

Sadi. (1983). Potensi Tanaman Katuk. Diakses pada tanggal 28 April 2017, di
peternakan.litbang.pertanian.go.id
Sardjiman et al., (1997). Potensi Tanaman Katuk. Diakses pada tanggal 15 Agustus
2017, di peternakan.litbang.pertanian.go.id

Anda mungkin juga menyukai