Refleks - B1a020087 - Witri Muetia - R1 - K1
Refleks - B1a020087 - Witri Muetia - R1 - K1
Oleh :
Nama : Witri Muetia
NIM : B1A020087
Rombongan :1
Kelompok :1
Asisten : Alchita Dhia Zulfa
A. Hasil
Keterangan :
++ : Ada respon, cepat
+ : Ada respon, lambat
- : Tidak ada respon
B. Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh, perusakan yang dilakukan pada otak katak
menghasilkan respon positif (+) saat perlakuan pembalikkan badan, penarikan
kaki depan, penarikan kaki belakang dan kaki katak dicelupkan ke dalam larutan
H2SO4 (air panas). Data hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan pernyataan
Gordon (1992), yaitu pembentukan gerak refleks sudah tidak ada seiring dengan
rusaknya otak dikarenakan hubungan antar alat-alat vesikular dengan sumsum
tulang belakang tidak lagi lengkap. Namun, pada hasil yang diperoleh sudah
sesuai dengan pernyataan Ville et al. (1988) yang menyatakan bahwa meski otak
telak dirusak, gerak refleks masih bisa terjadi dikarenakan aktivitas caudal tidak
membutuhkan kontrol kesadaran, tetapi hanya karena cordo spinalis. Hal ini
dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Djuhanda (1982) yang
menyatakan bahwa perusakan otak tidak berakibat langsung terhadap respon
gerak refleks yang diberikan oleh suatu hewan. Ketika otak tersebut dirusak,
serabut-serabut pada saraf penghubung yang berada di sumsum tulang belakang
masih terhubung sehingga masih dapat menghantarkan impuls untuk memberikan
respon sel saraf motorik, sensorik, interneuron, efektor, dan organ-organ sensor
dengan cepat dalam kurun waktu yang bersamaan.
Pada perusakan ¼ medula spinalis, katak mulai memberikan respon
negatif (-) pada rangsangan pembalikkan badan, penarikan kaki depan dan
penarikan kaki belakang. Namun pada perlakuan saat pencelupan kaki belakang
katak ke dalam larutan H2SO4 (air panas), katak memberikan respon positif
dengan menarik kakinya secara cepat dari larutan H2SO4 (air panas). Pada
perusakan ½ dan ¾ medula spinalis, katak memberikan respon negatif pada
rangsangan pembalikkan badan, penarikan kaki depan dan penarikan kaki
belakang. Pada perlakuan pencelupan kaki ke dalam larutan H2SO4 baik
perusakan ½ ataupun ¾ medula spinalis, katak masih bisa merespon dengan
menarik kakinya untuk menghindari larutan H2SO4 namun secara lambat. Pada
perusakan total medula spinalis, katak sudah memberikan respon negatif pada
perlakuan pembalikkan badan, penarikan kaki depan dan belakang, serta
pencelupan kaki ke dalam larutan H2SO4.
Menurut Trueb & Duellman (1986) Hal yang menyebabkan dihasilkannya
respon positif pada perlakuan pencelupan kaki katak ke dalam larutan H2SO4 (air
panas) adalah perusakan ¼ dari sumsum tulang belakanng tidak merusak semua
sistem saraf yang menyebabkan masih adanya respon spinal, demikian pula pada
perusakan ½ dan ¾ sumsum tulang belakang. Namun, semakin lebar kerusakan
sumsum tulang belakang, maka akan semakin lemah pula respon yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA