Anda di halaman 1dari 5

REFLEKS SPINAL PADA KATAK

Oleh :
Nama : Witri Muetia
NIM : B1A020087
Rombongan :1
Kelompok :1
Asisten : Alchita Dhia Zulfa

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2021
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1 Data Pengamatan Refleks Spinal Pada Katak Sawah


Rangsangan Stimulus (Stimulate)
Penarikan (withdrawal of) Pencelupan
Perusakan kaki ke
Pembalikan Kaki
(damages) Kaki Depan H2SO4 1%
(body turning) Belakang
(front legs) (dying into
(hind legs)
H2SO4 1%)
Otak (brain) + + + +
¼ medulla
- - - ++
spinalis
½ medulla
- - - +
spinalis
¾ medulla
- - - +
spinalis
Total medulla
- - - -
spinalis

Keterangan :
++ : Ada respon, cepat
+ : Ada respon, lambat
- : Tidak ada respon
B. Pembahasan

Sistem saraf merupakan mekanisme yang memungkinkan tubuh akan


bereaksi terhadap suatu perubahan pada berbagai lingkungan baik eksternal
maupun internal yang akan selalu terjadi. Mekanisme ini juga bertugas
mengawasi dan menyelaraskan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh tubuh.
Berdasarkan strukturalnya, sistem saraf dibagi menjadi dua yaitu sistem saraf
pusat dan sistem saraf tepi. Sedangkan untuk berdasarkan fungsionalnya, sistem
saraf dibedakan menjadi sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom. Jaringan
sel tersusun atas dua jenis sel utama yaitu neuron dan sel penunjangnya. Neuron
adalah kesatuan secara struktural dan fungsionalis pada sistem saraf yang berguna
untuk berkomunikasi secara cepat. Neuron tersusun dari badan sel dan
penunjangnya yang terdiri dari dendrit dan akson yang keduanya mempunyai
tugas masing-masing untuk membawa impuls ke badan sel dan menjauhi badan
sel (Tungga & Ratna, 2015).

Berdasarkan data yang diperoleh, perusakan yang dilakukan pada otak katak
menghasilkan respon positif (+) saat perlakuan pembalikkan badan, penarikan
kaki depan, penarikan kaki belakang dan kaki katak dicelupkan ke dalam larutan
H2SO4 (air panas). Data hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan pernyataan
Gordon (1992), yaitu pembentukan gerak refleks sudah tidak ada seiring dengan
rusaknya otak dikarenakan hubungan antar alat-alat vesikular dengan sumsum
tulang belakang tidak lagi lengkap. Namun, pada hasil yang diperoleh sudah
sesuai dengan pernyataan Ville et al. (1988) yang menyatakan bahwa meski otak
telak dirusak, gerak refleks masih bisa terjadi dikarenakan aktivitas caudal tidak
membutuhkan kontrol kesadaran, tetapi hanya karena cordo spinalis. Hal ini
dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Djuhanda (1982) yang
menyatakan bahwa perusakan otak tidak berakibat langsung terhadap respon
gerak refleks yang diberikan oleh suatu hewan. Ketika otak tersebut dirusak,
serabut-serabut pada saraf penghubung yang berada di sumsum tulang belakang
masih terhubung sehingga masih dapat menghantarkan impuls untuk memberikan
respon sel saraf motorik, sensorik, interneuron, efektor, dan organ-organ sensor
dengan cepat dalam kurun waktu yang bersamaan.
Pada perusakan ¼ medula spinalis, katak mulai memberikan respon
negatif (-) pada rangsangan pembalikkan badan, penarikan kaki depan dan
penarikan kaki belakang. Namun pada perlakuan saat pencelupan kaki belakang
katak ke dalam larutan H2SO4 (air panas), katak memberikan respon positif
dengan menarik kakinya secara cepat dari larutan H2SO4 (air panas). Pada
perusakan ½ dan ¾ medula spinalis, katak memberikan respon negatif pada
rangsangan pembalikkan badan, penarikan kaki depan dan penarikan kaki
belakang. Pada perlakuan pencelupan kaki ke dalam larutan H2SO4 baik
perusakan ½ ataupun ¾ medula spinalis, katak masih bisa merespon dengan
menarik kakinya untuk menghindari larutan H2SO4 namun secara lambat. Pada
perusakan total medula spinalis, katak sudah memberikan respon negatif pada
perlakuan pembalikkan badan, penarikan kaki depan dan belakang, serta
pencelupan kaki ke dalam larutan H2SO4.
Menurut Trueb & Duellman (1986) Hal yang menyebabkan dihasilkannya
respon positif pada perlakuan pencelupan kaki katak ke dalam larutan H2SO4 (air
panas) adalah perusakan ¼ dari sumsum tulang belakanng tidak merusak semua
sistem saraf yang menyebabkan masih adanya respon spinal, demikian pula pada
perusakan ½ dan ¾ sumsum tulang belakang. Namun, semakin lebar kerusakan
sumsum tulang belakang, maka akan semakin lemah pula respon yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

Djuhanda, T., 1988. Anatomi Perbandingan Vertebrata II. Bandung: Amico.


Gordon, S.F., 1972. Animal Physiology. New York: Mc Milan Publishing Co.Ltd.
Trumb, L & Duellman, W.F., 1986. Biology of Amphibians. New York: Mc Graw
Hill Book Company.
Tungga, W & Ratna, M., 2015. Aplikasi Pembelajaran Fungsi Sistem Saraf Pada
Tubuh Manusia Berbasis Android. Jurnal Ilmiah Fifo, 7(2), pp. 2085
4315.
Ville, C.A., W.F Walker & Barnes, R.D., 1988. Zoologi Umum. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai