Anda di halaman 1dari 17

HISTOLOGI I

Oleh :
Nama : Witri Muetia
NIM : B1A020087
Rombongan : C1
Kelompok :1
Asisten : Alfira Rahmalia F

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN


KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2021
A. Tinjauan Pustaka

Histologi mempelajari jaringan penyusun tubuh, kimia jaringan dan sel

dipelajari dengan metode analitik mikroskopik dan kimia. Zat-zat kimia di dalam

jaringan dan sel dapat dikenali dengan reaksi kimia yang menghasilkan senyawa

berwarna tak dapat larut, diamati dengan mikroskop cahaya atau penghamburan

elektron oleh presipitat yang dapat diamati menggunakan mikroskop elektron.

Disamping reaksi kimia yang terjadi dalam jaringan, metode lain misalnya metode

fisis sering digunakan, misalnya mikroskop interferensi yang memungkinkan

penentuan massa sel atau jaringan dan mikroskop spektrophotometri yang

memungkinkan penentuan jumlah DNA dan RNA dalam sel (Harjana, 2011).

Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, dan

menginformasikan kita dari lingkungan sekitar. Sistem ini seringkali merupakan

bagian dari sistem organ terbesar yang mencakup kulit, rambut, kuku, kelenjar

keringat, kelenjar minyak dan kelenjar susu. Sistem integumen mampu memperbaiki

dirinya sendiri apabila terjadi kerusakan yang tidak terlalu parah (self-repairing) dan

mekanisme pertahanan tubuh pertama (pembatas antara lingkungan luar tubuh

dengan dalam tubuh). Lapisan kulit dibagi menjadi 3 lapisan yakni epidermis, dermis

dan subkutis (hipodermis) (Andriyani, Triana & Juliarti, 2015).

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan merupakan organ

esensial dan vital serta cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit memiliki variasi

mengenai lembut, tipis dan tebalnya. Kulit yang elastis dan tebal terdapat pada

palpebra, bibir dan preputium. Kulit yang tebal dan teagang terdapat paada telapak

kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, kulit yang lembut

terdapat pada leher dan badan, kulit yang berambut kasar terdapat pada kepala. Kulit

tipis dan kulit tebal mempunyai perbedaan yaitu pada kulit tipis memiliki ketebalan

lapisan epidermal yang bervariasai dari 75-150 mikrometer sedangkan pada kulit
tebal ketebalan lapisan epidermal berkisaran dari 400-1400 mikrometer (Djuanda,

2007).

Epithelium berasal dari kata epi yang berarti di atas dan thele berarti punting

(nipple). Istilah persebut untuk pertama kali digunakan terhadap suatu lapisan pada

permukaan bibir yang tembus cahaya. Dibawah lapisan tersebut terdapat punting-

punting (papilae) jaringan pengikat yang banyak mengandung kapiler darah.

Jaringan epitel tidak berdiri terlepas, tetapi melekat erat pada jaringan di bawah

deretan sel, jaringan ini dinamakan membrana basalis. Membrana basalis ini

merupakan tempat sel epitel melekat. Jaringan epitel dapat diklasifikasikan menjadi

beberapa kelompok berdasarkan atas bentuk dan jumlah lapisan sel-selnya. Untuk

penamaan epitel banyak lapis umumnya berdasarkan bentuk sel permukaannya tanpa

memperhatikan bentuk sel yang ada pada lapisan di bawahnya. Jaringan epitel dapat

dibedakan menjadi 2 kelompok yakni: I. Epitel pelapis yaitu epitelium superfisial

yang bersifat membran atau lembaran/lapisan. II.Epitel kelenjar yaitu epitelium

glandulare. Epitel pelapis dapat dikelompokkan dan diberi nama berdasarkan

patokan tertentu. Berdasarkan Bentuk Sel Epitel: Epitelium squamousum dengan

epiteliocytus squamous, Epitelium kuboideum dengan epiteliocytus cuboideus,

Epitelium kolumnar dengan epiteliocytus columnaris. Untuk melihat bentuk sel

epitel tersebut tidak cukup melihat dari arah permukaan epitel yang kebanyakan

berbentuk poligonal. Namun yang penting bentuk pada potongan tegak lurus

permukaannya. Epitel Pipih/ Gepeng/ Squamous Karena berbentuk sebagai sisik ikan

maka disebut sel squamuos. Dengan demikian ukuran tinggi atau tebal kurang dari

ukuran panjang dan lebar selnya. Pada potongan tegak lurus permukaan (melintang),

epitel tampak bentuk sel yang memanjang dengan bagian tengahnya yang berisi inti

tampak lebih menonjol sehingga bagian tersebut terlihat lebih tebal. bila

dibandingkan dengan bagian tepi dari sitoplasma.


B. Lembar Kerja

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM


STRUKTUR HEWAN

Nam : Witri Muetia Romb/Kel : 1/`1


a
NIM : B1A020087 Hari/tgl : Rabu, 6 Oktober
Kelas : C Asisten : Alfira Rahmalia F

KEGIATAN PRAKTIKUM 1
Histologi 1 (Sistem Integumen dan Jaringan Epitel)

1. Tuliskan 4 perbedaan yang dapat diamati pada kulit tipis dan kulit tebal!
Parameter Kulit Tipis Kulit Tebal
Pili Ada Tidak ada
Kelenjar minyak Ada Tidak ada
Stratum corneum Ada, namun lebih tipis Ada dan lebih tebal
Letak Telapak kaki dan
Seluruh tubuh
yangan
2. Mengapa pili dan kelenjar minyak hanya ditemukan pada kulit tipis tidak
ditemukan pada kulit tebal? Berikan argumentasi anda!
Jawab: pili dan kelenjar minyak hanya ditemukan pada kulit tipis karena kulit
tipis memiliki folikel rambut sebagai tempat tumbuhnya rambut dan tempat
menempelnya kelenjar minyak.

3. Apakah epitel yang terdapat pada kulit tipis dan esofagus memiliki struktur yang
sama? Tuliskan masing-masing epitelnya dan jelaskan!
Epitel kulit tipis Squamous complex dengan keratin
Epitel esofagus Squamous complex tanpa keratin
Argumen Squamous complex terdapat pada
daerah yang sering terkena pengaruh
mekanik dan kimiawi. Ada yang
terkeratinisasi dan ada yang tidak
terkeratinisasi. Yang terkeratinisasi
contohnya pada permukaan kulit
tepatnya pada epidermis. Fungsi
utama keratin sebagai stem cell,
selanjutnya sel epitel berkeratin yang
meliputi perkembangan derivat kulit
seperti rambut dan kuku (Telford dan
Brigman, 1990). Sedangkan pada
esofagus yaitu squamous complex
tanpa keratin.

4. Apa yang menyebabkan epitel pada epididimis termasuk berlapis semu?


Jelaskan!
Jawab: epitel pada epididimis termasuk berlapis semu karena epitel hanya
tersusun atas satu lapis saja, tetapi tipe selnya memiliki letak inti dantinggi yang
berbeda sehingga terlihat seperti berlapis-lapis.

5. Mengapa kelenjar tiroid memiliki struktur epitel berbentuk kubus hanya selapis?
Jawab: kelenjar tiroid memiliki struktur epitel yang berbentuk kubuh dan hanya
selapis karena kelenjar tiroid memiliki foliker berisi thyroglobulin.
5

8
6

2
10
11
9

12

13

Gambar Skematis Kulit Tipis

Keterangan Gambar:

1. Epidermis
2. Dermis
3. Hipodermis
4. Pili
5. Stratum corneum
6. Glandula sebacea
7. Cervix pili
8. Glandula sudorifera
9. Radix pili
10. Papilla dermis
11. Korpuskula Meissner
12. Panniculus adiposus
13. Pembuluh darah
4

Gambar Skematis Kulit Tebal

Keterangan Gambar:

1. Epidermis
2. Dermis
3. Hipodermis
4. Stratum corneum
5. Glandula sudorifera
6. Panniculus adiposus
7. Pembuluh darah
2

Gambar Skematis Esofagus

Keterangan Gambar:

1. Lumen
2. Epitel Squamous Complex tanpa keratin
3. Stratum mucosa
4. Muscularis mucosa
5. Muscularis externa
6. Nukleus
7. Membrana basalis
2

Gambar Skematis Kelenjar Tiroid

Keterangan Gambar:

1. Folikel
2. Lumen
3. Epitel cuboid simplex
4. Nukleus
5. Membrana basalis
4

Gambar Skematis Epididimis

Keterangan Gambar:

1. Lumen
2. Spermatozoa
3. Epitel columnar pseudostratified dengan stereosilia
4. Otot polos
5. Stereosilia
6. Nukleus
7. Sel Goblet
8. Sel silindris
9. Sel basal
10. Membrana basalis

2
4 9 36
7

Gambar Mikroskopis Kulit Tipis

Perbesaran Gambar: 40 X

Keterangan Gambar:

1. Stratum corneum
2. Stratum granulosum
3. Stratum spinosum
4. Grandula sebaceae
5. Panniculus adiposus
6. Epidermis
7. Dermis
8. Folikel
9. Pili
2134

Gambar Mikroskopis Kulit Tebal

Perbesaran Gambar: 40X

Keterangan Gambar:

1. Grandula sudorifera
2. Panniculus adiposus
3. Epidermis
4. Dermis
5. Pembuluh darah
1

3
4

Gambar Mikroskopis Kelenjar Tiroid

Perbesaran Gambar: 400 X

Keterangan Gambar:

1. Folikel
2. Epitel Cuboid simplex
3. Nukleus
4. Jaringan ikat
5. Lumen
1
2

5
6

Gambar Mikroskopis Esofagus

Perbesaran Gambar:400X

Keterangan Gambar:

1. Lumen
2. Epitel Squamous complex without cerathin
3. Mukosa
4. Muscularis mucosa
5. Lamina propia
6. Sukmukosa
7. Muscularis externa
1
3

Gambar Mikroskopis Epididimis

Perbesaran Gambar: 400 X

Keterangan Gambar:

1. Lumen
2. Spermatozoa
3. Epitel columnar pseudostratified dengan stereosilia
4. Otot polos
5. Stereosilia
6. Nukleus
7. Jaringan ikat
DAFTAR REFERENSI

Andriyani, R., Triana, A. & Juiarti, W., 2015. Buku Ajar Biologi Reproduksi dan
Perkembangan. Edisi 1. Yogyakarta: Deepublish.

Djuanda, Adhi., 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5. Jakata : Balai
Penerbit FKUI.

Ilea, Arifin S, Muslim M., 2021. Tantangan Implementasi Kebijakan “Merdeka


Belajar, Kampus Merdeka pada Perguruan Tinggi Islam Swasta. Jurnal
Pendidikan Islam Al Ilmi. 4(1), pp. 1-11.

Pedersen, S. F. & Ho, Y. C., 2020. SARS-CoV-2: A Storm is Raging. The Journal
of
Clinical Investigation, CXXX(5), pp. 2202-2205.

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/ec8398f80eeacfed7d9087b558
3e4c3c.pdf diakses pada tanggal 6 Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai