Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ULUMUL QUR’AN

JAM’UL QURAN

DISUSUN :

1. Ahmad khusaini 14194852


2. Maulana Yusup 14194860

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2021
DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................... 1


Daftar Isi .................................................................................................................. 2
Halaman Persembahan ............................................................................................. 3
Kata Pengantar ......................................................................................................... 4
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 6
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 7
2.1 Pengertian Jam‟ul Qur‟an .................................................................................. 7
2.2 Jam‟ul Qur‟an pada Masa khulafaurrosyidin .............................................................. 10
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 15
2.3 Kesimpulan ...................................................................................................... 15
2.4 Daftar Pustaka .................................................................................................. 16
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah dan inayahNya.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
sahabat dan tabiin hingga hari akhir. Amin
Tugas yang berjudul “Jam‟ul Qur‟an pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq” ini selain
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer,
juga merupakan salah satu usaha dalam mengkaji dan mempelajari proses pengumpulan
AlQur‟an itu sendiri pada masa Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Penuyusunan tugas ini, tidak akan berhasil sebagaimana diharapkan tanpa adanya restu,
dorongan, semangat, dan pengertian dari dosen, orangtua, sahabat dan teman. Semoga dengan
adanya tugas ini, hasilnya dapat memenuhi penilaian untuk mata kuliah Ulumul Qur‟an.
Namun demikian, kami menyadari bahwa tugas ini jauh dari sempurna, karena kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT. Untuk itu tiada gading yang tak retak, segala kritik dan saran
untuk kebaikan tugas ini, kami merasakan bahwa itu adalah bagian dari kearifan pembaca

yang sangat berharga sehingga layak mendapat tempat yang tinggi.


Pada akhirnya, semoga tugas besar ini bermanfaat dalam menunjang ilmu pengetahuan
khususnya tentang materi Jam‟ul Qur‟an pada Mata Kuliah Ulumul Qur‟an.

Yogyakarta, 22 September 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Al-Qur‟an merupakan firman Allah yang diwahyukan kepada nabi

Muhammad SAW sebagai sumber hukum Islam yang pertama. Ayat-ayat yang
pertama turun adalah al-Alaq 1-5 pada tanggal 17 Ramadhan dan ayat yang
terakhir turun adalah surat al Maidah ayat 3 ketika rasul menjalankan haji wada‟.
Dalam sejarah Al-Qur‟an ada istilah pengumpulan Al-Qur‟an, yaitu usaha
pengumpulan berkas-berkas Al-Qur‟an yang tercecer di tangan para sahabat
kemudian berkas-berkas tersebut

disatukan sebagai konteks utuh yang bernama mushaf.


Pengumpulan dan penyusunan al-Qur‟an dalam bentuk seperti saat ini,
tidak terjadi dalam satu masa, tapi berlangsung beberapa tahun atas upaya
beberapa orang dan berbagai kelompok. Cara lazim dalam menjaga al-Qur‟an
pada masa Nabi dan Sahabat adalah dengan hafalan ( al-jan‟ fissudur). Hal ini
selain karena masih banyak sahabat yang buta huruf, juga karena hafalan orang
Arab ketika itu terkenal kuat. Bisa dimaklumi jika pencatatan al-Qur‟an belum
merupakan alat pemeliharaan yang handal, karena dari segi teknis, alat-alat tulis
ketika itu masih sangat sederhana dan rawan terhadap kerusakan. Bahan tempat
menulis berasal dari pelepah-pelepah kurma dan tulang- belulang yang gampang
lapuk dan patah, tinta yang mudah luntur, dan alat tulis yang sangat sederhana.

Seiring dengan berjalannya waktu, maka pada masa Rasulullah saw. hingga
kepada periode Khulafaurrosyidin masing-masing periode memiliki cara dan
metode dalam memelihara dan mengumpulkan al-Qur‟an. Khususnya aspek
sejarah dari proses pengumpulan al-Qur‟an pada masa setelah Rasulullah saw,
yaitu pada masa sahabat, dan juga usaha lanjutan pemeliharaan al-Qur‟an pasca
Khulafaurrosyidin.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis menarik suatu


rumusan dan batasan masalah pada pembahasan makalah ini, yaitu sebagai
berikut:

1. Apakah pengertian Jam„ul Qur‟an?


2. Bagaimana Jam‟ul Qur‟an pada masa khulafaurrosyidin?
BAB II
PEMBAHASAN

PENGERTIAN JAM’UL QUR’AN


Dalam sebagian besar literatur yang memebahas tentang ilmu- ilmu Al-Qur’an, istilah
yang dipakai untuk menunjukkan arti penulisan, pembukuan, atau kodifikasi Al- Qur’an adalah
“Jam’u Al- Qur’an” yang artinyapengumpulan Al- Qur’an. Sementara, hanya sebgian kecil
literatur yang memakai istilah “Kitabat Al-Qur’an” artinya penulisan al- qur’an serta “Tadwin
Al- Qur’an” artinya Pembukuan al- qur’an1[1].
Yang dimaksud dengan pengumpulan al-qur’an(jam’ul qur’an) oleh para ulama adalah
salah satu dari 2 pengertian berikut2[2]:
Pertama: Pengumpulan dalam arti Haffazhahu (mengahafalnya dalam hati). Jumma’ul Qur’an
artinya huffazhuhu (para penghafal, yaitu orang yang menghafalka dalam hatinya).
Kedua: pengumpulan dalam arti kitabu kullihi (penulisan Al-Qur’an semuanya) baik dengan
memisah- misahkan ayat- ayat dan surat- suratnya atau menertibkanayat- ayatnya semata dan
setiap surat ditulis dalam satu lembaran terpisah, atau menertibkanayat- ayat dan surat-
suratnyadalam lembaran yang terkumpul yang menghimpun semua surat.
Apabila kita mencermati maksud dua pengertian diatas, sesungguhnya istilah- istilah
yang mereka gunakan memiliki maksud yang sama, yaitu proses penyampaian wahyu yang
turun, oleh Rasulullah kepada para sahabat, pencatatan atau penulisanya sampai dihimpun
catatan-catatan tersebut dalam 1 mushaf yang utuh dan tersusun secara tertib. Secara garis besar,
pengumpulan Al-qur’an dilakukan 2 periode, yaitu periode nabi SAW dan periode khulafaur
rasyidin. Sedangkan pengumpulan yang terjadi pada masa nabi pun dibagi menjadi dua 3[3],
Seperti pendapat kebanyakan ulama, yaitu:
1)      Pengumpulan dalam dada, dengan cara menghafal, menghayati dan mengamalkan
2)      Pengumpulan dalam dokumen dengan cara menulis pada kitab, atau diwujudkan dalam bentuk
ukiran.
PENGUMPULAN AL- QUR’AN PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN

3
Al- qur’an di zaman Nabi Saw belumlah dihimpun menjadi satu, sebab Nabi belum
memerintahkanya dan menjaga apabila turun wahyu lagi yang akan diterimanya. Setelah
Rasulullah saw wafat. Estafet dakwah dilanjutkan oleh para Khulafaur Rasyidin. Pada masa ini,
pengumpulan dilakukan dalam dua periode, yaitu : Abu Bakar Ash- Siddiq dan Utsman bin
Affan.
a)      Pembukuan Al-Qur’an Pada Masa Abu Bakar
Kaum muslimin melakukan konsensus untuk mengangkat Abu Bakar Al- Siddiq sebagai
khalifah sepeninggalan Nabi Saw. Pada awal masa pemerintahan Abu Bakar, terjadi kekacauan
akibat ulah Musailamah al- Kazzab beserta pengikut- pengikutnya. Mereka menolak membayar
zakat dan murtad dari islam. Pasukan yang dipimpin Khalid bin Walid segera menumpas gerakan
ini. Peristiwa tersebut terjadi di Ymamah tahun 12 H. Akibatnya banyak sahabat yang gugur,
termasuk 70 orang yang diyakini telah hafal Al- qur’an.
Kejadian tersebut dikritisi oleh Umar bin Khattab. Ia khawatir peristiwa yang serupa akan
terulang kembali. Sehingga semakin banyak golongan huffadz yang gugur. Bila demikian,”masa
depan” Al- qur’an menjadi terancam. Maka muncul ide kreatif Umar yang disampaikan kepada
Abu Bakar Al- Siddiq untuk segera mengumpulkan tulisan- tulisan Al- qur’an yang pernah
ditulis pada masa Nabi Saw4[16].
Semula Abu Bakar keberatan atas usul Umar. Tetapi Umar berhasil meyakinkanya. Maka
dibentuklah sebuah tim yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit dalam rangka merealisasikan mandat
dan tugas suci tersebut. Pada mulanya, Tsabit pun merasa keberatan, akan tetapi dapat pula
diyakinkan5[17]. Abu Bakar memerintahkan Zaid bi Tsabit, melihat kedudukanya dalam masalah
qiraat, hafalan, penulisan, pemahaman dan kecerdasanya serta kehadiranya pada pembacaan
yang terakhir kali. Zaid bin Tsabit memulai dengan bersandar pada hafalan yang ada dalam hati
para qurra’dan catatan yang ada pada para penulis 6[18]. Kemudian lembaran-lembaran itu
disimpan abu Bakar. Setelah ia wafat pada tahun 13 H, lembaran- lembaran itu berpindah ke
tangan Umar selaku khalifah kedua dan tetap berada di tanganya hingga ia wafat. Kemudian
mushaf itu berpindah ke tangan Hafsah, puteri Umar.

6
Dari rekaman sejarah diatas, maka dapat diketahui bahwa Abu Bakar Al- shiddiq adalah orang
pertama yang memerintahkan penghimpunan Al-qur’an, Umar bin Khatab adalah pelontar
idenya, serta Zaid bin Tsabit adalah pelaksana pertama yang melakukan kerja besar penulisan
Al- qur’an secara utuh dan sekaligus menghimpunya kedalam satu mushaf.
Adapun karakteristik penulisan al-qur’an pada masa Abu Bakar ini7[19] adalah :
1)      Seluruh ayat Al-qur’an dikumpulkan dan ditulis dalam satu mushaf berdasarkan penelitian yang
cermat dan seksama.
2)      Meniadakan ayat- ayat yang telah mansukh.
3)      Seluruh ayat yang ada telah diakui kemutawatiranya.
4)      Dialek arab yang dipakai dalam pembukuan ini berjumlah 7 (qiraat) sebagaimana yang dinukil
berdasar riwayat yang benar- benar sahih.
Demikianlah singkatnya riwayat Al- qur’an ketika dikumpulkan dan dihimpun menjadi
sebuah naskah. Peristiwa ini terjadi pada tahun ke 11 H.

b)      Pembukuan Al- Qur’an Pada Masa Utsman bin Affan.


Latar belakang pengumpulan Al- qur’an pada masa Utsman ra berbeda dengan faktor yang ada
pada masa Abu Bakar. Daerah kekuasaan pada masa Utsman telah meluas dan daerah- daerah
islam telah terpencar di berbagai daerah dan kota. Disetiap daerah telah populer bacaan sahabat
yang mengajar mereka. Penduduk Syam membaca Al- qur’an mengikuti bacaan Ubay bin Ka’ab,
penduduk Kufah mengikuti bacaan Abdullah bin Mas’ud, dan sebagian yang lain mengikuti
bacaan Abu Musa Al- ‘Asyari. Diantara mereka terdapat perbedaan tentang bunyi huruf, dan
bentuk bacaan. Masalah ini membawa mereka kepada pintu pertikaian dan perpecahan antar
sesama8[20]. Ketika penyerbuan Armenia dan Azerbaijan dari penduduk Irak, termasuk
Hudzaifah bin Al- Yaman. Ia melihat banyak perbedaan dalam cara- cara membaca Al- qur’an.
Sebagian bacaan itu bercampur dengan ketidakfasihan, masing- masing mempertahankan dan
berpegang pada bacaannya, serta menentang setiap orang yang menyalahi bacaanya dan
puncaknya mereka saling mengkafirkan9[21]. Setelah kejadian tersebut, Utsman dengan
kebenaran pandanganya bermaksud untuk melakukan tindakan pencegahan. Ia mengumpulkan

9
sahabat- sahabat yang terkemuka dan cerdik cendikiawan untuk bermusyawarah dalam
menanggulangi fitnah (perpecahan) dan perselisihan. Mereka sepakat untuk menyalin dan
memperbanyak mushaf kemudian mengirimkanya ke segenap daerah dan kota. Ia menugaskan
kepada empat orang sahabat pilihan, yang hafalanya dapat diandalkan, yaitu Zaid bin Tsabit,
Abdullah bin Zubeir, Said ibn Al- Ash dan Abdurrahman ibn Hisyam. Mereka semua dari suku
Quraisy golongan Muhajirin, kecuali Zaid bin Tsabit yang berasal dari kaum Ansor. Pelaksanaan
gagasan yang mulia ini dilakukan pada tahun 24 hijrah. Utsman mengatakan kepada
mereka,”Bila anda sekalian menemui perselisihan pendapat tentang bacaan maka tulislah
berdasarkan bahasa Quraisy, karena Al- Quran diturunkan dengan bahasa Quraisy,” Utsman
meminjam mushaf Abu Bakar yang disimpan oleh Hafsah binti Umar dan memerintahkan
keempat orang sahabat tersebut untuk menyalinya dan memperbanyaknya 10[22]. Setelah mereka
selesai menyalin, naskah Hafsah tadi dikembalikan, dan salinan itu dijadikan 5 buah naskah, ini
menurut riwayat yang masyhur. Lima buah naskah mushaf Al- qur’an tersebut oleh Utsman lalu
dikirimkan sebuah ke Makkah, sebuah ke Syam, sebuah ke Kuffah, sebuah ke Basrah, dan
sebuah disimpan oleh beliau11[23]. Mushaf inilah yang sampai sekarang kita kenal dengan
sebutan Mushaf Utsmani.

C.    PERBEDAAN ANTARA MUSHAF ABU BAKAR DAN MUSHAF UTSMAN


Perbedaan antara pengumpulan (mushaf) Abu Bkar dan Utsman adalah sebagai berikut.
Pengumpulan mushaf pada mada Abu Bakar adalah bentuk pemindahan dan penulisanya Al-
Qur’an kedalam satu mushaf yang ayat- ayatnya sudah tersusun, berasal dari tulisan yang
terkumpul pada kepingan- kepingan batu, pelepah kurma dan kulit- kulit binatang. Adapu latar
belakangnya karena banyaknya Huffadz yang gugur. Sedangkan pengumpulan mushaf pada masa
Utsman adalah menyalin kembali mushaf yang telah tersusun pada masa Abu Bakar dengan
tujuan untuk dikirimkan ke seluruh negara islam. Latar belakangnya adalah perbedaan dalam hal
membaca Al- qur’an12[24].

BAB III

10

11

12
PENUTUP

KESIMPULAN

Abu Bakar Ash- Shiddiq adalah orang pertama yang memerintahkan


penghimpunan Al-qur‟an, Umar bin Khatab adalah pelontar idenya, serta Zaid bin
Tsabit adalah pelaksana pertama yang melakukan kerja besar penulisan Alqur‟an secara utuh dan
sekaligus menghimpunya kedalam satu mushaf.
Kodifikasi yang di lakukan atas perintah Abu Bakar Ash Shiddiq adalah
seluruh ayat Al Qur‟an di kumpulkan dan di tulis menjadi sebuah mushaf setelah
melalui proses penelitian yang sangat detail, teliti dan cermat. Para ulama
berpendapat bahwa penyebutan Al Qur‟an dengan mushaf mulai berlaku sejak
zaman Abu Bakar Ash Shiddiq.
Ali bin Abi Thalib ra berkata :
“Orang yang mendapatkan pahala paling besar di dalam ( pengumpulan )
mushaf adalah Abu Bakar. Kesejahteraan Allah ata Abu Bakar. Dialah orang
pertama kali yang mengumpulkan Al Qur‟an”.

DAFTAR PUSTAKA
Al- Qaththan, Manna’, Pengantar Studi Ilmu Al- Qur’an, Jakarta: Al- Kautsar, 2009.
Ash- Shabuuniy, Muhammad Ali, Studi Ilmu Al- Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 1991.
Chalil, Munawar, Al- Qur’an Dari Masa Ke Masa, Semarang: CV. Ramadhani, 1952.
Al- Maliki Al- Hasni, Muhammad bin Alawi, Mutiara Ilmu- Ilmu Al- Qur’an, Bandung: Pustaka
Setia, 1999.
Ash- Shieddieqi, Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al- Qur’an/ Tafsir, Jakarta: Bulan Bintang,
1980.
Al- Munawar, Said Agil Husin, Al- Qur’an: Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Jakarta:
Ciputat Press, 2002.

Anda mungkin juga menyukai