Makalah Ulumul Quran Ahmad Yusup
Makalah Ulumul Quran Ahmad Yusup
ULUMUL QUR’AN
JAM’UL QURAN
DISUSUN :
YOGYAKARTA
2021
DAFTAR ISI
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Muhammad SAW sebagai sumber hukum Islam yang pertama. Ayat-ayat yang
pertama turun adalah al-Alaq 1-5 pada tanggal 17 Ramadhan dan ayat yang
terakhir turun adalah surat al Maidah ayat 3 ketika rasul menjalankan haji wada‟.
Dalam sejarah Al-Qur‟an ada istilah pengumpulan Al-Qur‟an, yaitu usaha
pengumpulan berkas-berkas Al-Qur‟an yang tercecer di tangan para sahabat
kemudian berkas-berkas tersebut
Seiring dengan berjalannya waktu, maka pada masa Rasulullah saw. hingga
kepada periode Khulafaurrosyidin masing-masing periode memiliki cara dan
metode dalam memelihara dan mengumpulkan al-Qur‟an. Khususnya aspek
sejarah dari proses pengumpulan al-Qur‟an pada masa setelah Rasulullah saw,
yaitu pada masa sahabat, dan juga usaha lanjutan pemeliharaan al-Qur‟an pasca
Khulafaurrosyidin.
RUMUSAN MASALAH
3
Al- qur’an di zaman Nabi Saw belumlah dihimpun menjadi satu, sebab Nabi belum
memerintahkanya dan menjaga apabila turun wahyu lagi yang akan diterimanya. Setelah
Rasulullah saw wafat. Estafet dakwah dilanjutkan oleh para Khulafaur Rasyidin. Pada masa ini,
pengumpulan dilakukan dalam dua periode, yaitu : Abu Bakar Ash- Siddiq dan Utsman bin
Affan.
a) Pembukuan Al-Qur’an Pada Masa Abu Bakar
Kaum muslimin melakukan konsensus untuk mengangkat Abu Bakar Al- Siddiq sebagai
khalifah sepeninggalan Nabi Saw. Pada awal masa pemerintahan Abu Bakar, terjadi kekacauan
akibat ulah Musailamah al- Kazzab beserta pengikut- pengikutnya. Mereka menolak membayar
zakat dan murtad dari islam. Pasukan yang dipimpin Khalid bin Walid segera menumpas gerakan
ini. Peristiwa tersebut terjadi di Ymamah tahun 12 H. Akibatnya banyak sahabat yang gugur,
termasuk 70 orang yang diyakini telah hafal Al- qur’an.
Kejadian tersebut dikritisi oleh Umar bin Khattab. Ia khawatir peristiwa yang serupa akan
terulang kembali. Sehingga semakin banyak golongan huffadz yang gugur. Bila demikian,”masa
depan” Al- qur’an menjadi terancam. Maka muncul ide kreatif Umar yang disampaikan kepada
Abu Bakar Al- Siddiq untuk segera mengumpulkan tulisan- tulisan Al- qur’an yang pernah
ditulis pada masa Nabi Saw4[16].
Semula Abu Bakar keberatan atas usul Umar. Tetapi Umar berhasil meyakinkanya. Maka
dibentuklah sebuah tim yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit dalam rangka merealisasikan mandat
dan tugas suci tersebut. Pada mulanya, Tsabit pun merasa keberatan, akan tetapi dapat pula
diyakinkan5[17]. Abu Bakar memerintahkan Zaid bi Tsabit, melihat kedudukanya dalam masalah
qiraat, hafalan, penulisan, pemahaman dan kecerdasanya serta kehadiranya pada pembacaan
yang terakhir kali. Zaid bin Tsabit memulai dengan bersandar pada hafalan yang ada dalam hati
para qurra’dan catatan yang ada pada para penulis 6[18]. Kemudian lembaran-lembaran itu
disimpan abu Bakar. Setelah ia wafat pada tahun 13 H, lembaran- lembaran itu berpindah ke
tangan Umar selaku khalifah kedua dan tetap berada di tanganya hingga ia wafat. Kemudian
mushaf itu berpindah ke tangan Hafsah, puteri Umar.
6
Dari rekaman sejarah diatas, maka dapat diketahui bahwa Abu Bakar Al- shiddiq adalah orang
pertama yang memerintahkan penghimpunan Al-qur’an, Umar bin Khatab adalah pelontar
idenya, serta Zaid bin Tsabit adalah pelaksana pertama yang melakukan kerja besar penulisan
Al- qur’an secara utuh dan sekaligus menghimpunya kedalam satu mushaf.
Adapun karakteristik penulisan al-qur’an pada masa Abu Bakar ini7[19] adalah :
1) Seluruh ayat Al-qur’an dikumpulkan dan ditulis dalam satu mushaf berdasarkan penelitian yang
cermat dan seksama.
2) Meniadakan ayat- ayat yang telah mansukh.
3) Seluruh ayat yang ada telah diakui kemutawatiranya.
4) Dialek arab yang dipakai dalam pembukuan ini berjumlah 7 (qiraat) sebagaimana yang dinukil
berdasar riwayat yang benar- benar sahih.
Demikianlah singkatnya riwayat Al- qur’an ketika dikumpulkan dan dihimpun menjadi
sebuah naskah. Peristiwa ini terjadi pada tahun ke 11 H.
9
sahabat- sahabat yang terkemuka dan cerdik cendikiawan untuk bermusyawarah dalam
menanggulangi fitnah (perpecahan) dan perselisihan. Mereka sepakat untuk menyalin dan
memperbanyak mushaf kemudian mengirimkanya ke segenap daerah dan kota. Ia menugaskan
kepada empat orang sahabat pilihan, yang hafalanya dapat diandalkan, yaitu Zaid bin Tsabit,
Abdullah bin Zubeir, Said ibn Al- Ash dan Abdurrahman ibn Hisyam. Mereka semua dari suku
Quraisy golongan Muhajirin, kecuali Zaid bin Tsabit yang berasal dari kaum Ansor. Pelaksanaan
gagasan yang mulia ini dilakukan pada tahun 24 hijrah. Utsman mengatakan kepada
mereka,”Bila anda sekalian menemui perselisihan pendapat tentang bacaan maka tulislah
berdasarkan bahasa Quraisy, karena Al- Quran diturunkan dengan bahasa Quraisy,” Utsman
meminjam mushaf Abu Bakar yang disimpan oleh Hafsah binti Umar dan memerintahkan
keempat orang sahabat tersebut untuk menyalinya dan memperbanyaknya 10[22]. Setelah mereka
selesai menyalin, naskah Hafsah tadi dikembalikan, dan salinan itu dijadikan 5 buah naskah, ini
menurut riwayat yang masyhur. Lima buah naskah mushaf Al- qur’an tersebut oleh Utsman lalu
dikirimkan sebuah ke Makkah, sebuah ke Syam, sebuah ke Kuffah, sebuah ke Basrah, dan
sebuah disimpan oleh beliau11[23]. Mushaf inilah yang sampai sekarang kita kenal dengan
sebutan Mushaf Utsmani.
BAB III
10
11
12
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Al- Qaththan, Manna’, Pengantar Studi Ilmu Al- Qur’an, Jakarta: Al- Kautsar, 2009.
Ash- Shabuuniy, Muhammad Ali, Studi Ilmu Al- Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 1991.
Chalil, Munawar, Al- Qur’an Dari Masa Ke Masa, Semarang: CV. Ramadhani, 1952.
Al- Maliki Al- Hasni, Muhammad bin Alawi, Mutiara Ilmu- Ilmu Al- Qur’an, Bandung: Pustaka
Setia, 1999.
Ash- Shieddieqi, Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al- Qur’an/ Tafsir, Jakarta: Bulan Bintang,
1980.
Al- Munawar, Said Agil Husin, Al- Qur’an: Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Jakarta:
Ciputat Press, 2002.