Anda di halaman 1dari 8

Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol.

1 (1): 55 - 62

Pengaruh Selulosa Mikrokristal Kulit Buah Kapuk Terhadap Laju


Disolusi Tablet Furosemida

The Influence of Kapok Pericarpium Microcrystalline Cellulose on


Dissolution of Furosemida Tablet

Putri Handayani, Juanita Tanuwijaya, Karsono*


Departemen Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Latar Belakang: Kulit buah kapuk (Ceiba petandra (L.) Gaertner) mengandung α-selulosa
94,04%. Selulosa mikrokristal digunakan sebagai bahan pengisi dalam formula tablet cetak
langsung. Metode cetak langsung merupakan metode yang paling efisien dan paling ekonomis
untuk memproduksi tablet.
Tujuan: Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh selulosa mikrokristal kulit buah
kapuk (C. petandra (L.) Gaertner) (SMKBK) terhadap disolusi tablet furosemida.
Metode Penelitian: Isolasi α-selulosa dilakukan dengan menghilangkan lignin dan
hemiselulosa dari kulit buah kapuk (C. petandra (L.) Gaertner). Selulosa mikrokristal dari kulit
buah kapuk (SMKBK) diperoleh dengan menghidrolisis α-selulosa dengan HCl 2,5 N. Formula
tablet furosemida yang dibuat yaitu formula dengan bahan pengisi SMKBK (F1) dan dengan
bahan pengisi Avicel® PH 102 (tanpa SMKBK) (F2). Pembuatan tablet dilakukan dengan
metode cetak langsung. Selanjutnya, tablet dievaluasi meliputi uji kekerasan tablet, waktu
hancur, keseragaman sediaan, dan uji disolusi menggunakan medium larutan dapar fosfat pH
5,8, dengan metode dayung, kemudian penetapan kadar furosemida dengan spektrofotometri
UV dengan F2 sebagai pembanding.
Hasil: Rendemen SMKBK adalah 16,38%. Hasil evaluasi tablet furosemida meliputi kekerasan
tablet F1 = 7,40 kg dan F2 = 7,45 kg; waktu hancur F1 = 17 detik dan F2 = 12 menit 29 detik;
keseragaman sediaan F1 = 98,87% ± 0,02% dan F2 = 102,41 ± 0,05%. Hasil uji disolusi
menunjukkan pencapaian 85% persen kumulatif untuk F1 pada menit ke-30, sedangkan F2 pada
menit ke-60.
Kesimpulan: Tablet furosemida menggunakan selulosa mikrokristal kulit buah kapuk
(C. petandra (L.) Gaertner) memenuhi persyaratan uji disolusi tablet furosemida yang terdapat
dalam Farmakope Indonesia Edisi IV.

Kata kunci: selulosa mikrokristal, kapuk, tablet cetak langsung, uji disolusi

ABSTRACT

Background: Kapok pericarpium (Ceiba petandra (L.) Gaertner) contain 94.04% α-cellulose.
Microcrystalline cellulose is used as diluent in formulation of direct compression. Direct
compression is the most efficient and economic technique for tablet manufacturing process.
Objective: This study was conducted to determine the influence of microcrystalline cellulose
obtained from kapok pericarpium (C. petandra (L.) Gaertner) on the dissolution of furosemide
tablet.
Methods: α-cellulose was isolated by removing lignin and hemicelluloses from kapok
pericarpium (C. petandra (L.) Gaertner). Microcrystalline cellulose from kapok pericarpium
(C. petandra (L.) Gaertner) was obtained by controlled hydrolysis α-cellulose with HCl 2.5 N.
*Korespondensi penulis: karsonobk50@yahoo.com
55
Furosemide tablets were prepared using microcrystalline cellulose from kapok pericarpium
(C. petandra (L.) Gaertner) (F1) and Avicel® PH 102 (without microcrystalline cellulose from
kapok pericarpium (C. petandra (L.) Gaertner) (F2). Tablets were made by direct compression.
Furthermore, tablets were evaluated including tablet hardness, disintegration time, content
uniformity, and dissolution test using pH 5.8 phosphate buffer solution, with paddle method,
then the concentration of furosemide was determined by UV spectrophotometric with F2 was
used as reference.
Results: The yield of microcrystalline cellulose from kapok pericarpium (C. petandra (L.)
Gaertner) was 16.38%. The results of furosemide tablets evaluation including tablet hardness of
F1 = 7.40 kg and F2 = 7.45 kg; disintegtation time of F1 = 17 seconds and F2 = 12 minutes
29 seconds; content uniformity of F1 = 98.87% ± 0.02% and F2 = 102.41 ± 0.05%. The result of
dissolution test showed that the 85% of cumulative percentage for F1was reached at 30th minute
and for F2 at 60th minute.
Conclusion: Furosemide tablet which used microcrystalline cellulose obtained from kapok
pericarpium (C. petandra (L.) Gaertner) as diluent meets the requirements of furosemide tablet
dissolution contained in 4th Edition of Indonesian Pharmacopeia.

Keywords: microcrystalline cellulose, kapok, direct compression tablet, dissolution test

PENDAHULUAN Kemajuan pesat cetak langsung


dipicu oleh penemuan eksipien selulosa
Metode cetak langsung mikrokristal (Avicel®) walaupun laktosa
merupakan metode pilihan dalam kering beku sudah ditemukan
pembuatan tablet apabila proses itu dapat sebelumnya. Selulosa mikrokristal
digunakan untuk memproduksi tablet menunjukkan sifat yang mudah
yang memenuhi persyaratan. Cetak mengalir, keterkempaan yang baik, dan
langsung merupakan metode pembuatan merupakan bahan yang dapat
tablet yang paling cepat karena metode bertindak sebagai filler-binder-
ini menggunakan penanganan bahan- disintegrant (Pasqualoto, et al., 2005).
bahan paling sedikit dan tidak Keduanya sering digunakan dalam
melibatkan tahap pengeringan. Oleh bentuk campuran dalam formulasi tablet
karena itu, metode ini paling efisien dan cetak langsung (Agoes, 2008).
paling ekonomis untuk memproduksi Selulosa mikrokristal dibuat
tablet. Penghematan biaya tenaga kerja, dengan cara hidrolisis terkontrol alfa
waktu, dan biaya energi dapat dicapai selulosa, suatu pulp dari tumbuhan yang
dengan peniadaan granulasi dan berserat dengan larutan asam mineral
pengeringan. Biaya untuk proses-proses encer (Rowe, et al., 2009). Salah satu
yang biasa dilakukan dengan metode produk selulosa mikrokristal di
granulasi basah ini dapat lebih besar dari perdagangan dikenal dengan merek
pada biaya bahan atau pun dagang Avicel®. Ada beberapa macam
metode/prosedur cetak langsung (Siregar jenis Avicel®, salah satunya Avicel® PH
dan Wikarsa, 2010). 102 (Siregar dan Wikarsa, 2010).
Tablet yang dibuat dengan Buah kapuk (Ceiba petandra (L.)
metode cetak langsung mempunyai sifat Gaertner) adalah salah satu sumber
disintegrasi yang baik, dimana kecepatan senyawa kimia α-selulosa
bebasnya zat aktif dari massa tablet dengan tingkat kemurnian di atas 90%.
mempengaruhi waktu disolusi Selain serat kapuk, bagian hati dan kulit
(Pasqualoto, et al., 2005). buah kapuk potensial sebagai sumber
α-selulosa dengan tingkat kemurnian

56
yang berbeda yaitu hati buah 93,90%, (KH2PO4), aquadest, Avicel® PH 102,
dan kulit buah 94,04% (Astika, 2010). talkum, magnesium stearat.
Kulit buah kapuk yang biasanya Selulosa mikrokristal kulit buah
hanya merupakan bagian dari buah kapuk (C. petandra (L.) Gaertner) yang
kapuk yang dibuang dapat dimanfaatkan digunakan dalam penelitian ini
sebagai sumber α-selulosa yang mempunyai karakterisasi sebagai
kemudian dapat dijadikan selulosa berikut:
mikrokristal, sehingga dapat
memberikan nilai guna kulit buah kapuk Tabel 1. Karakteristik granul selulosa
dan adanya alternatif lain sebagai mikrokristal dari kulit buah kapuk
sumber selulosa mikrokristal yang dapat (Siburian, 2012)
digunakan sebagai bahan tambahan
dalam pembuatan tablet. Uji SMKBK
Hasil pembuatan selulosa Bobot Jenis Benar 1,43
mikrokristal dari kulit buah kapuk Sudut diam 29.67o
(C. petandra (L.) Gaertner) yang telah Waktu alir 2,45 detik
dilakukan peneliti sebelumnya (Siburian,
Bobot Jenis Nyata 0,5
2012) memperlihatkan sifat aliran yang
Bobot Jenis mampat 0,68
baik dimana hasil pengujian sudut diam
selulosa mikrokristal dari kulit buah Indeks Hausner 1,36
kapuk (C. petandra (L.) Gaertner) adalah Indeks Compresibilitas 26,66
29,67o dan mempunyai sifat Porositas 68,16
kompresibilitas. Kelembapan 0,19%
Penelitian ini dilakukan untuk Kapasitas hidrasi 2,72
mengetahui pengaruh selulosa Pengembangan 44,34
mikrokristal kulit buah kapuk sebagai Susut pengeringan 3,45
pengisi dalam formula tablet dan
Avicel® PH 102 sebagai pembanding. Isolasi α-selulosa dan pembuatan
Furosemida digunakan sebagai model selulosa mikrokristal
disolusi dengan kadar 40 mg tiap tablet. Serbuk kulit buah kapuk
(C. petandra (L.) Gaertner) sebanyak
500 gram dipanaskan dengan 6,7 L asam
METODE PENELITIAN nitrat 3,5% yang mengandung 66,67 mg
natrium nitrit pada suhu 90ºC selama 2
Alat dan Bahan
jam, kemudian disaring. Residu yang
Alat-alat yang digunakan dalam
diperoleh dicuci dengan akuades sampai
penelitian ini adalah neraca listrik
pH 6-7. Kemudian pada residu tersebut
(Sartorius), termometer, mesin pencetak
ditambahkan 2,5 L natrium hidroksida
tablet (Erweka), disolution tester
1% dan 2,5 L natrium sulfit 1% dan
(Veego), pH meter (Hanna Instrument),
dipanaskan pada suhu 50ºC selama 1
spektrofotometer UV (Shimadzu), dan
jam, kemudian disaring. Residu yang
alat-alat gelas. Bahan yang digunakan
diperoleh dicuci dengan akuades sampai
adalah selulosa mikrokristal kulit buah
pH 6-7. Residu tersebut dididihkan
kapuk , natrium hidroksida (NaOH),
dengan 3,3 L natrium hipoklorit 1,75%
furosemida, kalium fosfat monobasa
selama 30 menit, kemudian disaring.
Residu yang diperoleh dicuci dengan

57
akuades sampai pH 6-7. Kemudian Tabel 2. Formula tablet furosemida
residu tersebut dipanaskan dengan 3,3 L untuk satu tablet
natrium hidroksida 17,5% pada suhu
80ºC selama 30 menit, kemudian Komposisi F1 F2
disaring. Residu yang diperoleh dicuci Furosemida 40 mg 40 mg
dengan akuades sampai pH 6-7. Residu SMKBK 303 mg -
tersebut merupakan α-selulosa. Avicel® PH - 303 mg
Kemudian diputihkan dengan dididihkan 102
dalam 3,3 L natrium hipoklorit 1,75% Mg. stearat 3,5 mg 3,5 mg
selama 5 menit, kemudian disaring. Talkum 3,5 mg 3,5 mg
Residu yang diperoleh dicuci dengan
akuades sampai pH 6-7, kemudian Evaluasi Tablet
dikeringkan di lemari pengering Kekerasan
(Ohwoavworhua dan Adelakun, 2005). Uji kekerasan tablet yang
Hasil isolasi (α-selulosa) dilakukan menggunakan Strong Cobb
dihidrolisis menggunakan 2,01 L asam karena kemudahan dalam
klorida 2,5 N dengan pendidihan selama penggunaannya. Sebuah tablet
10-15 menit kemudian disaring. Residu dimasukkan di antara anvil dan punch.
yang diperoleh dinetralkan dengan Tablet dijepit dengan cara memutar
akuades kemudian dikeringkan di skrup sampai lampu stop menyala.
lemari pengering dan dihaluskan Tombol ditekan sampai tablet retak atau
dengan digerus dan selanjutnya pecah. Pada saat tersebut, angka yang
disebut sebagai selulosa ditunjukkan pada skala adalah harga dari
mikrokristal kulit buah kapuk kekerasan tablet. Percobaan dilakukan
(SMKBK). SMKBK yang diperoleh untuk 5 tablet dengan mengembalikan
diayak hingga melewati ayakan mesh jarum ke angka nol dan alat dibersihkan.
100 (Rowe, et al., 2009). Syarat: Kekerasan tablet = 4-8 kg
(Carstensen, 1977; Parrot, 1971).
Pembuatan tablet
Pembuatan tablet furosemida Waktu hancur
dilakukan secara cetak langsung dan Masukkan masing – masing 1
bobot tablet adalah 350 mg dengan tablet ke dalam tabung dari alat uji
diameter 11 mm. Formula dibuat dengan tersebut kemudian jalankan alat.
bahan pengisi yaitu selulosa mikrokristal Gunakan air sebagai media dengan
dari kulit buah kapuk (SMKBK) sebagai suhu 37˚ ± 2ºC (Ditjen POM, 1995).
bahan pengisi dan sebagai pembanding
digunakan Avicel® PH 102. Formula Keseragaman sediaan tablet furosemida
tablet furosemida tiap tablet dapat dilihat Ditetapkan kadar 10 satuan satu
pada Tabel 2. per satu. Dimasukan serbuk tablet
furosemida ke dalam labu tentukur 100
ml. Ditambahkan 25 ml natrium
hidroksida 0,1 N, dibiarkan selama 30
menit, dengan sekali-sekali dikocok.
Diencerkan dengan NaOH 0,1 N sampai
garis tanda. Disaring larutan, dibuang 10
ml filtrat pertama. Dipipet 2,0 ml filtrat

58
ke dalam labu tentukur 100 ml kedua. tertinggal pada perangkat penyaring dan
Ditambahkan NaOH 0,1 N sampai tanda. ikut terbuang dengan filtrat.
Diukur serapan 1 cm larutan pada Hasil selulosa mikrokristal yang
maksimum lebih kurang 271 nm (Ditjen diperoleh dari α-selulosa adalah 81,9
POM, 1995). Dihitung jumlah gram atau 81,64% b/b. Selulosa
furosemida; A (1%, 1) pada maksimum mikrokristal yang dihasilkan lebih
lebih kurang 271 nm adalah 580. sedikit karena adanya pencucian,
penyaringan dan partikelnya yang halus
Disolusi Tablet Furosemida sehingga ada sebagian yang tertinggal
Medium disolusi : Dapar fosfat pH 5,8 pada perangkat penyaring dan ikut
Volume : 900 ml terbuang dengan filtrat. Dengan
Temperatur : 37º ± 0,5oC demikian rendemen sebesar 16,38% b/b
Putaran : 50 rpm dihitung terhadap serbuk kulit buah
Metode : Dayung kapuk (Ceiba petandra (L.) Gaertner).
Q : 80%
Waktu : 60 menit Evaluasi Tablet Furosemida
Diatur temperatur medium Hasil evaluasi tablet furosemida
o
disolusi 37º ± 0,5 C. Dimasukkan dari kedua formula tablet furosemida
medium disolusi ke dalam tabung dapat dilihat pada Tabel 3.
disolusi. Diatur putaran 50 rpm. Sediaan
uji dimasukkan ke dalam tabung Tabel 3. Hasil evaluasi tablet
disolusi, lalu dihidupkan alat. Pada furosemida
interval waktu dipipet cuplikan sebanyak
5 ml dan dimasukkan ke dalam labu Evaluasi F1 F2
Kekerasan 7,40 kg 7,45 kg
tentukur 10 ml. Diencerkan dengan Waktu hancur 17 detik 12 menit
medium disolusi sampai garis tanda. 29 detik
Setiap pengambilan cuplikan diganti Keseragaman 98,87% 102,41%
dengan medium disolusi dalam jumlah sediaan ± 0,02% ± 0,05%
yang sama. Larutan diukur serapan
dengan spektrofotometer uv pada Keterangan: F1 (formula dengan bahan
panjang gelombang maksimum 276,5 pengisi SMKBK); F2 (formula dengan
nm (Ditjen POM, 1995). bahan pengisi Avicel® PH 102).
Hasil uji kekerasan kedua
HASIL DAN PEMBAHASAN formula memenuhi syarat, dimana
menurut Parrot (1971), tablet harus
Isolasi α-selulosa dan Pembuatan memiliki kekerasan 4-8 kg.
Selulosa Mikrokristal Tablet furosemida dengan bahan
Hasil isolasi α-selulosa yang pengisi selulosa mikrokristal dari kulit
diperoleh dari 500 gram serbuk kulit buah kapuk (Ceiba petandra (L.)
buah kapuk (Ceiba petandra (L.) Gaertner) (F1) lebih cepat dibandingkan
Gaertner) adalah 100,31 gram atau dengan tablet furosemida dengan bahan
20,06% b/b. Hasil α-selulosa yang pengisi Avicel® PH 102 (F2). SMKBK
diperoleh lebih sedikit dari 94,04% memiliki prositas 68,16% dan kapasitas
karena adanya pencucian dan pengembangan 44,34%, sedangkan
penyaringan sehingga ada sebagian yang Avicel® PH 102 memiliki porositas
71,51% dan kapasitas pengembangan

59
22,5% (Siburian, 2012), sehingga sedangkan jumlah furosemida yang
SMKBK lebih berpotensi sebagai bahan terlarut dari tablet furosemida dengan
penghancur dengan porositas yang tidak bahan pengisi Avicel® PH 102 (F2) pada
berbeda jauh dengan porositas Avicel® menit ke-60, yaitu 93,00%. Adapun
PH 102 tetapi memiliki kapasitas syarat tersebut adalah jumlah kumulatif
pengembangan dua kali lebih besar dari furosemida yang terlarut dalam waktu 60
kapasitas Avicel® PH 102. Waktu hancur menit, tiap unit sediaan tidak kurang dari
yang optimal sangat mendukung Q + 5%, dimana Q sama dengan 80%
kecepatan disolusi tablet karena (Ditjen POM, 1995).
semakin cepat waktu hancur, maka Hal tersebut menunjukkan bahwa
semakin cepat dan semakin mudah tablet dengan bahan pengisi selulosa
zat aktif terbebaskan dari massa tablet mikrokristal dari kulit buah kapuk
yang kemudian melarut (Pasqualoto, et (Ceiba petandra (L.) Gaertner) (F1)
al., 2005). memiliki laju disolusi yang lebih tinggi
Dari hasil pengujian kedua dibandingkan dengan tablet furosemida
sediaan tablet memenuhi syarat dengan bahan pengisi Avicel® PH 102
keseragaman sediaan yang terletak (F2). Hal tersebut disebabkan oleh
antara 85,0% hingga 115,0% dari yang selulosa mikrokristal dari kulit buah
tertera pada etiket dan simpangan baku kapuk (Ceiba petandra (L.) Gaertner)
relatif kurang dari atau sama dengan memiliki porositas dan kapasitas
6,0% (Ditjen POM, 1995). pengembangan yang lebih besar dari
pada Avicel® PH 102, dimana menurut
Uji Disolusi Tablet Furosemida Siregar dan Wikarsa (2010) porositas
Gambar 3 menunjukkan bahwa memperbaiki laju disolusi tablet
pada menit ke-30, jumlah furosemida dengan cara memberikan kemudahan
yang terlarut dari tablet dengan bahan pada pelarut untuk berpenetrasi kedalam
pengisi selulosa mikrokristal kulit buah pori-pori tablet dan kapasitas
kapuk (Ceiba petandra (L.) Gaertner) pengembangan mempengaruhi
(F1) telah memenuhi persyaratan kecepatan hancurnya tablet, sehingga zat
disolusi tablet furosemida, yaitu 89,29%, aktif terbebaskan dari massa tablet.

120

100
Kumulatif (%)

80

60
F1 (SMKBK)
40
F2 (Avicel PH 102)
20

0
0 20 40 60 80
Waktu (menit)

Gambar 3. Disolusi tablet furosemida F1 (SMKBK) dan F2 (Avicel® PH 102)

60
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol. 1 (1): 55 - 62

Tabel 4. Data hasil uji disolusi tablet Astika, I.M.J. (2010). Eksplorasi
furosemida dalam dapar fosfat pH 5,8 α-Selulosa Buah Kapuk Sebagai
Bahan Baku Pembuatan
Waktu Jumlah kumulatif yang terlepas
Propelan. Bali: Penerbit Dunia
(menit) F1 (%) F2 (%)
5 45,89 ± 1,69 32,17 ± 4,74
Farmasi. Hal. 1.
10 59,96 ± 2,24 39,84 ± 4,66 Carstensen, J.T. (1977). Pharmaceutics
15 74,17 ± 1,88 49,03 ± 4,25
20 77,64 ± 0,85 57,32 ± 5,54
of Solids and Solids Dosage
25 81,35 ± 1,05 67,05 ± 4,8 Forms. New York: John Wiley
30 89,29 ± 3,32 72,65 ± 2,26 and Sons. A Wiley Interscience
45 94,60 ± 1,23 83,51 ± 3,47 Publication. Hal. 210-214.
60 100,64 ± 3,27 93,00 ± 3,72
Ditjen POM. (1995). Farmakope
Keterangan: F1 dengan bahan pengisi Indonesia. Edisi IV. Jakarta:
SMKBK; F2 dengan bahan pengisi Departemen Kesehatan
Avicel® PH 102. Republik Indonesia. Hal.
1043,1124,1212.
KESIMPULAN Ohwoavworhua, F.O., dan Adelakun,
T.A. (2005). Phosphoric Acid-
Selulosa mikrokristal kulit buah Mediated Depolymerization and
kapuk (Ceiba petandra (L.) Gaertner) Decrystallization of α-Cellulose
dapat digunakan sebagai bahan pengisi Obtained from Corn Cob:
dalam formulasi tablet cetak langsung. Preparation of Low Crystallinity
Selulosa mikrokristal kulit buah Cellulose and Some
kapuk (Ceiba petandra (L.) Gaertner) Physicochemical Properties.
(F1) memiliki pengaruh dalam laju Tropical Journal of
disolusi tablet furosemida, yaitu pada Pharmaceutical Research. 4(2):
tablet furosemida dengan bahan pengisi 510.
selulosa mikrokristal kulit buah kapuk
(Ceiba petandra (L.) Gaertner) memiliki Parrot, E.L. (1971). Pharmaceutical
laju disolusi yang lebih tinggi dari pada Technology Fundamental
tablet furosemida dengan bahan pengisi Pharmaceutics. Minneapolis:
Avicel® PH 102. Hasil uji disolusi yang Burgess Publishing Company.
dilakukan pada kedua formula Hal. 82-83.
memenuhi persyaratan dalam tabel Pasqualoto, K.F.M., Funck, J.A.B.,
penerimaan uji disolusi tablet pelepasan Silva, F.E.B., dan Kratz, C.P.
segera menurut Farmakope Indonesia (2005). Development and
edisi IV. Evaluation of Amoxicillin
Formulation by Direct
DAFTAR PUSTAKA Compression: Influence of
Agoes, G. (2008). Pengembangan Adjuvants on Physicomechanical
Sediaan Farmasi. Edisi Revisi and Biopharmaceutical Properties
dan Perluasan. Bandung: of the Tablets. Acta
Penerbit ITB. Hal. 192, 195, Farmacẻutica Bonaerense. 24(1):
197-203. 39-47.
Rowe, C., Sheskey, P.J., dan Quinn,
M.E. (2009). Handbook of

61
Pharmaceutical Exipients. Edisi
Ke-Enam. Chicago:
Pharmaceutical Press. Hal. 131.
Siburian, E.S. (2012). Pembuatan dan
Uji Karakteristik Mikrokristal
Selulosa dari Kulit Buah Kapuk
(Ceiba petandra (L.) Gaertner)
sebagai Bahan Tambahan pada
Pembuatan Tablet. Skripsi.
Fakultas Farmasi USU. Hal. 37,
41-45.
Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S. (2010).
Teknologi Farmasi Sediaan
Tablet. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hal. 54, 123,
154, 193, 235-236.

62

Anda mungkin juga menyukai