Anda di halaman 1dari 51

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IPA MELALUI

MODEL AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION


(AIR) DI KELAS V SD NEGERI 155/I SUNGAI BULUH

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH
ENDAH AULIA SAHARA
NIM A1D116086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
DESEMBER, 2019
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IPA MELALUI
MODEL AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION
(AIR) DI KELAS V SD NEGERI 155/I SUNGAI BULUH

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Jambi
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan
Program Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh
Endah Aulia Sahara
NIM A1D116086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
DESEMBER, 2019
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Skripsi yang berjudul Meningkatkan Pemahaman Konsep IPA Melalui


Model Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) di Kelas V SD Negeri 155/I
Sungai Buluh: Proposal Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
yang disusun oleh Endah Aulia Sahara, Nomor Induk Mahasiswa A1D116086
telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Muara Bulian, Desember 2019


Pembimbing I

Drs. Faizal Chan, S.Pd., M.Si


NIP. 196311081988061001

Muara Bulian, Desember 2019


Pembimbing II

Issaura Sherly Pamela, S.Pd., M.Pd


NIP. 201409052007
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana berkat rahmat dan
hidayahnya peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian ini. Begitu pula
berbagai pihak yang telah membantu, dalam kesempatan ini penulis sampaikan
terima kasih terutama kepada Bapak Drs. Faizal Chan, S.Pd., M.Si selaku dosen
pembimbing I dan Ibu Issaura Sherly Pamela S.Pd., M.Pd selaku dosen
pembimbing II, karena berkat kesabaran, ketelitian, keikhlasan dan motivasi dari
dosen pembimbing, penulis dapat menyelesaikan proposal ini. Semoga Allah
membalas dan memberikan yang terbaik kepada beliau.
Untuk Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP
Universitas Jambi yang telah membagi ilmunya, penulis sampaikan rasa terima
kasih yang dalam. Semoga semua ilmu yang diberikan menjadi amal ibadah yang
baik. Tidak lupa pula rasa terima kasih penulis sampaikan kepada dosen
Pembimbing Akademik bapak Drs. Faizal Chan S.Pd., M.Si sekaligus menjadi
ketua Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah membimbing,
mengarahkan dan mengantarkan penulis untuk menyelesaikan pendidikan. Ini
semua tentu berkat kerjasama beliau dengan Sekretaris Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar.
Secara khusus kepada kedua orang tua tercinta yang tiada hentinya
mendoakan dan memberikan perhatian dan semangat untuk kesuksesan, penulis
ucapkan terima kasih yang sangat mendalam. Semoga jerih payah beliau
mendapat imbalan dari Allah SWT dan telah memperkuat keyakinan penulis
bahwa tanpa beliau penulis tidak akan pernah berhasil.

Muara Bulian, Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................... 5

BAB II KAJIAN TEORITIK


2.1 Kajian Teori.................................................................................. 7
2.1.1 Pemahaman Konsep ............................................................. 7
2.1.2 Hakikat IPA .......................................................................... 10
2.1.3 Materi IPA ............................................................................ 13
2.1.4 Model Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) ................. 14
2.1.5 Karakteristik Peserta Didik SD............................................. 20
2.1.6 Penelitian Relevan ................................................................ 22
2.2 Kerangka Berpikir ........................................................................ 23
2.3 Hipotesis ....................................................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 25
3.2 Subjek Penelitian .......................................................................... 25
3.3 Data dan Sumber Data.................................................................. 25
3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 26
3.5 Teknik Uji Validitas Data ............................................................ 30
3.6 Teknik Analisis Data .................................................................... 31
3.7 Indikator Kinerja Penelitian ......................................................... 34
3.8 Prosedur Penelitian ....................................................................... 34

DAFTAR RUJUKAN................................................................................... 39
Lampiran-Lampiran .................................................................................... 41

ii
DAFTAR TABEL

Halaman
2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran AIR ...................................................... 18
2.2 Tabel Tahap Perkembangan Kognitif Peserta Didik ................................ 21
3.1 Kisi-Kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran .................... 27
3.2 Lembar Observasi Pemahaman Konsep IPA ........................................... 27
3.3 Kisi-Kisi Soal Pemahaman Konsep IPA .................................................. 28
3.4 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep IPA ................................. 29
3.5 Kategori Keterlaksanaan Pembelajaran ................................................... 31
3.6 Kategori Perolehan Pemahaman Konsep IPA.......................................... 32
3.7 Kategori Tingkat Keberhasilan Pemahaman Konsep IPA ...................... 32
3.8 Kategori Perolehan Proses Pembelajaran................................................. 33
3.9 Kategori Keberhasilan Proses Pembelajaran ........................................... 33

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1 Gambar Kerangka Berpikir ...................................................................... 23
3.1 Gambar Bagan Prosedur Penelitian ......................................................... 35

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 20 Tahun 2016

mengenai Standar Kompetensi Lulusan (SKL). SKL merupakan kriteria mengenai

kualifikasi lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Setiap

siswa yang telah menyelesaikan pendidikannya baik pendidikan dasar maupun

menengah memiliki kompetensi pada tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan dan

keterampilan. Pada dimensi pengetahuan setiap lulusan pendidikan dasar memiliki

pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif pada tingkat dasar

berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya.

Pemahaman konsep sangat penting dalam proses pembelajaran dan

merupakan dasar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Memahami merupakan

salah satu dari sasaran kompetensi pengetahuan yaitu terdapat dalam dimensi

pengetahuan berpikir. Memahami merupakan kemampuan mengolah

pengetahuan yang dipelajari menjadi sesuatu yang baru seperti menggantikan

suatu kata/istilah dengan kata/istilah lain yang sama maknanya. Menurut Jufri

(2017:77) pemahaman dapat diartikan kemampuan dalam memahami suatu

informasi, memaknai suatu hal yang dipelajari, mampu menjelaskan dengan

bahasa sendiri, mampu mengeksplorasi suatu pengetahuan dalam kerangka baru.

Dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep merupakan kemampuan mengolah

dan menyimpulkan pengetahuan yang diperoleh menjadi sesuatu yang baru tanpa

mengubah makna yang sesungguhnya.

1
Untuk mengetahui seseorang memahami suatu konsep dapat dilihat dari

indikator pemahaman konsep, yaitu: 1) Menjelaskan kembali suatu konsep dengan

menggunakan bahasanya sendiri, 2) Memberikan contoh suatu konsep, 3)

Mengklarifikasi peristiwa yang terjadi di kehidupan sahari-hari, 4) Memberi

kesimpulan mengenai suatu konsep. Untuk menanamkan konsep pembelajaran,

guru harus merancang pembelajaran dan mengaitkan materi dengan lingkungan

sekitar. Hal ini dapat meningkatkan pemahaman konsep terhadap materi

pembelajaran dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis peserta didik.

Ilmu Pengetahuan Alam atau disingkat dengan IPA merupakan salah satu

mata pelajaran pokok yang diajarkan di tingkat sekolah dasar. IPA merupakan

suatu cabang ilmu yang mempelajari alam. IPA merupakan suatu kegiatan yang

dilakukan untuk memperoleh pengetahuan, konsep, gagasan yang terstruktur

secara sistematis dan logis melalui serangkaian proses ilmiah berupa, pengamatan,

penyelidikan, penyusunan hipotesis dan diikuti dengan pengujian gagasan.

Berdasarkan observasi peneliti dikelas V SD Negeri 155/I Sungai Buluh

pada hari kamis tanggal 14 November 2019, dalam pembelajaran peserta didik

masih suka berbicara dengan temannya sehingga tidak fokus dalam mengikuti

pembelajaran. Penulis berbincang dengan Ibu Ulliani selaku wali kelas V SD

Negeri 155/I Sungai Buluh. Menjelaskan kembali konsep dengan menggunakan

bahasa sendiri, guru bertanya mengenai materi pelajaran yang disampaikan

peserta didik menjawab dengan membaca materi dari buku tidak dengan

bahasanya sendiri. Memberikan contoh dari konsep, peserta didik dapat

memberikan contoh dari konsep walaupun dengan bimbingan guru.

2
Mengklarifikasi peristiwa dengan kehidupan sehari-hari hanya ada beberapa

peserta didik yang mampu menjawabnya selebihnya diam dan tidak

memperhatikan penjelasan temannya. Saat diminta oleh guru menyimpulkan

pembelajaran peserta didik menyimpulkan dengan dibantu oleh guru. Berdasarkan

hasil pre-test yang diberikan peneliti, peserta didik masih dikategorikan lemah

dalam pemahaman konsep IPA. Peserta didik dalam mengikuti proses

pembelajaran belum serius masih suka mengganggu temannya, mengobrol dan

asik dengan diri sendiri hanya beberapa peserta didik yang serius mengikuti

pembelajaran.

Inti dari permasalahan tersebut adalah tidak optimalnya aktivitas

pembelajaran, rendahanya minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran,

interaksi antar peserta didik dan guru belum optimal. Sehingga mengakibatkan

pemahaman konsep IPA peserta didik rendah. Untuk memecahkan permasalahan

tersebut peneliti bersama guru berdiskusi dan menemukan solusi berupa model

pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) diterapkan dalam proses

pembelajaran.

Model pembelajaran AIR merupakan model pembelajaran yang harus

memperhatikan tiga aspek yaitu, auditory (mendengarkan), intellectually

(berpikir), dan repetition (pengulangan) bermakna pendalaman, perluasan dan

penguatan berupa pemberian tugas seperti kuis. Yumanip (Muzayyana 2018:10)

Auditory merupakan pembelajaran dengan cara belajar melalui melihat,

mendengar, argumentasi, presentasi, menyimak, berbicara, menanggapi dan

mengemukakan pendapat. Intellectually belajar harus menggunakan kemampuan

3
berpikir. Repetition merupakan pengulangan berupa pemberian tugas atau kuis

secara individu bertujuan sebagai perluasan, pemantapan, pendalaman serta

penguatan pemahaman yang diperoleh peserta didik dari pembelajaran.

Dalam hasil penelitian Wagiya Bela Choiriyah (2017:7), mengungkapkan

bahwa pembelajaran IPA dikelas V dengan menggunakan model pembelajaran

AIR ini peserta didik memiliki peningkatan hasil belajar, peserta didik tidak hanya

mendapatkan pengetahuan dan informasi yang disampaikan guru tetapi peserta

didik dapat aktif dalam mengikuti pembelajaran, mengeksplorasi ide-ide dan

pengetahuannya, dan dilatih untuk berani mengungkapkan pendapatnya.

Oleh karena itu model pembelajaran AIR menjadi solusi untuk memecahkan

masalah yang ada karena model pembelajaran ini memberikan pembelajaran yang

bermakna bagi peserta didik. Peserta didik akan belajar dengan auditory yang

berupa melihat, mendengar dan menyimak setelah itu peserta didik dituntut untuk

berpikir untuk memecahkan masalah menumbuhkan keberanian peserta didik

mengungkapkan pendapatnya. Proses selanjutnya peserta didik mengulang

kembali apa yang telah dipelajari, dalam pembelajaran ini peserta didik

memperoleh pemahaman yang lebih sehingga pemahaman yang diperoleh akan

lebih bermakna.

Berdasarkan dari uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti

“Meningkatkan Pemahaman Konsep IPA Melalui Model Auditory,

Intellectually, Repetition (AIR) Kelas V SD Negeri 155/I Sungai Buluh”

4
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Bagaimana penerapan model Auditory Intellectually Repetition (AIR)

dalam meningkatkan pemahaman konsep IPA peserta didik ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah maka tujuan penelitian yaitu “untuk mengetahui

penerapan model Auditory Intellectually Repetition (AIR) dalam meningkatkan

pemahaman konsep IPA peserta didik”

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini terdapat dua manfaat yaitu manfaat secara

teoritis dan manfaat secara praktis

1) Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini menambah pemahaman mengenai peningkatan

pemahaman konsep IPA melalui model pembelajaran Auditory Intellectually

Repetition (AIR)

2) Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Bagi guru penelitian bermanfaat untuk mengoptimalkan kerja guru dalam

mengelola pembelajaran dikelas, memperluas cara pandang guru dalam

menggunakan model pembelajaran dikelas.

5
b. Bagi Peserta Didik

Penelitian bermanfaat mengantarkan peserta didik dalam proses

pembelajaran yang menyenangkan dikelas, meningkatkan antusias peserta didik

dalam mengikuti proses pembelajaran, menghilangkan rasa jenuh peserta didik

saat berlangsunya proses pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

Manfaat penelitian bagi sekolah yaitu, sebagai sarana evaluasi terhadap

kinerja sekolah dalam meningkatkan pelayanan mutu sekolah bagi peserta didik,

sebagai alat penentu kebijakan sekolah khususnya tentang upaya meningkatkan

sumber daya guru dan profesi guru.

6
BAB II

KAJIAN TEORITIK

2.1 KAJIAN TEORI

2.1.1 Pemahaman Konsep

2.1.1.1 Definisi Pemahaman Konsep

Pemahaman menurut Bloom (Susanto 2016:6) merupakan kemampuan

dalam menyerap makna dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman

menurut Bloom ini adalah seberapa dalam peserta didik mampu memahami,

menerima dan menyerap makna dari materi pelajaran yang telah disampaikan oleh

guru. Pemahaman merupakan salah satu aspek hasil belajar di ranah kognitif.

Bloom mengidentifikasi pemahaman pada tingkat kognitif ke dua.

Purwanto (Ningsi, 2019:24) berpendapat bahwa pemahaman adalah tingkat

kemampuan yang mengharapkan peserta didik mampu memahami konsep, situasi

dan fakta yang diketahuinya. Sejalan dengan pendapat Uno dan Mohammad

(Ningsi, 2019:24) menyatakan pemahaman diartikan sebagai kemampuan

seseorang mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu

dengan dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang diterimanya.

Selanjutnya Anderson, dkk (Latip, 2018:61) mendeskripsikan pemahaman

sebagai berikut:

Kemampuan mengolah pengetahuan yang dipelajari menjadi sesuatu yang baru


seperti menggantikan suatu kata/istilah dengan kata/istilah lain yang sama
maknanya; menulis kembali suatu kalimat/paragraf/tulisan dengan
kalimat/paragraf/tulisan sendiri dengan tanpa mengubah artinya informasi aslinya;
mengubah bentuk komunikasi dari bentuk kalimat menjadi grafik/tabel/visual atau
sebaliknya; memberi tafsir suatu kalimat/paragraf/tulisan/data sesuai dengan
kemampuan peserta didik; memperkirakan kemungkinan yang terjadi dari suatu
informasi yang terkandung dalam suatu kalimat/paragraf/tulisan/data.

7
Berdasarkan paparan pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa pemahaman

merupakan kemampuan mengolah pengetahuan yang diterima menjadi sesuatu

yang baru dengan bahasanya sendiri tanpa mengubah makna dari pengetahuan

tersebut. Pemahaman merupakan aspek di ranah kognitif pada tingkat kedua,

dimana memahami berarti sudah ada proses pengolahan dari bentuk aslinya tetapi

arti dari kata, istilah, tulisan, grafik, tabel, gambar, foto tidak berubah.

Menurut Dorothy J. Skeel (Susanto, 2016:8) konsep ialah sesuatu yang

terlukis/tergambar dalam ingatan pikiran seperti pemikiran, gagasan atau suatu

pengertian. Jadi, konsep merupakan sesuatu yang telah melekat dalam hati

seseorang dan tergambar dalam pikiran, gagasan, atau suatu pengertian.

Carrol (Al-Tabany, 2014:185) mendefinisikan konsep sebagai suatu

abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok

objek atau kejadian. Abstraksi berarti suatu proses pemusatan perhatian seseorang

pada situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu, serta mengabaikan

elemen yang lain.

Dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan suatu pemikiran yang bersifat

abstraksi dan umum yang diperoleh dari pengalaman atau fenomena yang terjadi,

dimana konsep dapat memberikan gambaran sistematis yang mudah dipahami.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan ranah

kognitif peserta didik dalam menyerap, memahami serta menguasai suatu

pembelajaran melalui pengalaman sehingga peserta didik mampu mengartikan

pelajaran menurut bahasanya sendiri tanpa mengubah maknanya.

8
2.1.1.2 Indikator Pemahaman Konsep

Carin dan Sund (Susanto 2016:7-8) berpendapat bahwa pemahaman dapat

dikategorikan kepada beberapa aspek, dengan kriteria-kriteria sebagai berikut :

1. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan


menginterpretasikan sesuatu; ini berarti bahwa seseorang yang telah
memperoleh pemahaman akan mampu menerangkan atau menjelasskan
kembali apa yang telah ia terima. Selain itu, bagi mereka yang telah memahami
tersebut, maka ia mampu memberikan interpretasi atau menafsirkan secara luas
sesuai dengan keadaan yang ada disekitarnya, ia mampu menghubungkan
dengan kondisi yang ada saat ini dan yang akan datang.
2. Pemahaman bukan sekedar mengetahui, yang biasanyan hanya sebatas
mengingat kembali pengalaman dan memproduksi apa yang pernah dipelajari.
Bagi orang yang benar-benar telah paham ia akan mampu memberikan
gambaran, contoh dan penjelasan yang lebih luas dan memadai.
3. Pemahaman lebih dari sekedar mengetahui, karena pemahaman melibatkan
proses mental yang dinamis; dengan memahami ia akan mampu memberikan
uraian dan penjelasan yang lebih kreatif, tidak hanya memberikan gambaran
yang lebih luas dan baru sesuai dengan kondisi saat ini.
4. Pemahaman merupakan suatu proses bertahap yang masing-masing tahap
mempunyai kemampuan tersendiri, seperti menerjemahkan,
menginterpretasikan, ekstrapolasi, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Jihad (Oktaria, 2018:9) menyatakan bahwa terdapat indikator yang

menunjukkan pemahaman konsep yaitu sebagai berikut: 1) menjelaskan kembali

suatu konsep menurut pemahamannya sendiri, 2) mengklasifikasi suatu peristiwa

yang terjadi di kehidupan sehari-hari (sesuai dengan konsepnya), 3) memberikan

contoh suatu konsep, 4) melaporkan hasil pengamatan, 5) syarat perlu dan cukup

suatu konsep dikembangkan, 6) memilih cara untuk menyelesaikan permasalahan,

7) menerapkan konsep dalam penyelesaian masalah.

Sedangkan menurut Purwanto (Yeni, 2018:24) peserta didik dikatakan

memahami suatu konsep adalah sebagai berikut :

1. Pemahaman terjemahan, seperti dapat menjelaskan arti suatu konsep seperti


menjelaskan fungsi hijau daun bagi suatu tanaman.
2. Pemahaman penafsiran, seperti dapat menghubungkan bagian-bagian terdahulu
dengan yang diketahui berikutnya, dapat menghubungkan beberapa bagian
grafik dengan kejadian; atau dapat membedakan pokok dari yang bukan
pokok.

9
3. Pemahaman ekstaporasi, seseorang dikatakan paham apabila mampu melihat
dibalik yang tertulis atau dapat membuat ramalan tentang konsekuensi sesuatu
atau dapat memperluas persepsinya dalam arti waktu , dimensi, kasus, atau
masalahnya.

Berdasarkan paparan diatas peneliti mengembangkan indikator pemahaman

konsep sebagai berikut: 1) Menjelaskan kembali suatu konsep dengan

menggunakan bahasanya sendiri, 2) Memberikan contoh suatu konsep, 3)

Mengklarifikasi peristiwa yang terjadi di kehidupan sahari-hari, 4) Memberi

kesimpulan mengenai suatu konsep.

2.1.2 Hakikat IPA

Menurut Supatmo (2008:2) IPA adalah ilmu pengetahuan yang diterima

dengan cara tersendiri yaitu melalui aktivitas pengamatan, menganalisis,

menyimpulkan, penyusunan teori, percobaan dan seterusnya. Selanjutnya Susanto

(2013:167) menjelasakan IPA adalah salah satu cara manusia untuk mempelajari

alam semesta melalui aktivitas pengamatan langsung di lingkungan alam dengan

menggunakan suatu prosedur tertentu, sehingga dapat menganalisis sendiri suatu

fenomena dan terbentuknya suatu konsep serta mendapatkan suatu kesimpulan.

Sejalan dengan hal itu, dalam bahan ajar cetak yang berjudul

“Pengembangan Pembelajaran IPA SD” menyatakan bahwa IPA merupakan

usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat

(correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan

dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan

yang betul (truth). Jadi, IPA mengandung tiga hal: yaitu berupa proses (usaha

10
manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan

prosedurnya benar), dan produk (kesimpulannya betul).

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA adalah ilmu pengetahuan

yang diperoleh dengan cara melakukan aktivitas pengamatan langsung dari

lingkungan alam, menganalisis, membuat kesimpulan berdasarkan proses dan

prosedur yang benar.

2.1.2.1 Pembelajaran IPA di SD

Ilmu Pengetahuan Alam disingkat dengan IPA merupakan salah satu

pelajaran yang dipelajari di sekolah. Dalam kurikulum 2013 pelajaran IPA

merupakan salah satu pelajaran pokok yang dipelajari di Sekolah Dasar. IPA

merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji/ mempelajari tentang alam semesta

dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Susanto (2013:167) berpendapat

bahwa IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui

pengamatan yang tepat pada sasaran, dengan prosedur yang tepat dan

menghasilkan kesimpulan yang dapat dijelaskan dengan penalaran.

Pembelajaran IPA berorientasi pada pembelajaran konstruktivisme, yaitu

Pembelajaran yang di mengutamakan keterlibatan siswa secara langsung dengan

lingkungan serta memperoleh pengalaman. Sejalan dengan ini, Jufri (Oktaria,

2018:11) menerangkan bahwa aliran atau pandangan konstruktivisme

menekankan pentingnya keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran

agar siswa mampu mengkonstruk pengetahuan dan keterampilannya.

11
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran IPA disekolah dasar didasarkan pembelajaran yang memberikan

siswa pengalaman langsung untuk belajar IPA. Dengan demikian, diharapkan

kegiatan belajar IPA di sekolah dasar dapat melibatkan siswa secara fisik, mental

dan sosial. Keterlibatan secara fisik termasuk interaksi pancaindera dengan objek

di lingkungan, keterlibatan mental mencakup aktivitas berpikir siswa, keterlibatan

sosial mencakup interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru serta siswa

dengan orang dewasa disekitarnya.

2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran IPA di SD

Sapriati (Oktaria, 2018:12) menyatakan bahwa tujuan pendidikan IPA di

sekolah dasar yaitu peserta didik mampu menguasai pengetahuan, fakta, konsep,

prinsip, proses dalam penemuan, serta peserta didik mampu memiliki sikap ilmiah

yang akan bermanfaat bagi peserta didik dalam mempelajari diri, lingkungan dan

alam sekitar. Selanjutnya, Jufri (2017:123) menyatakan bahwa IPA ditujukan

untuk mengantar peserta didik lebih mengenal lingkungan fisik, biologis dan

kimia dalam alam sekitarnya, serta mengenali berbagai sumber daya yang menjadi

keunggulan wilayah nusantara.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan IPA di sekolah dasar yaitu agar peserta

didik dapat memperoleh pengetahuan dari pengalaman langsung dengan

lingkungan, mengenal alam lebih luwes, bersikap ilmiah dan kritis, dapat

memanfaatkan alam dengan baik dan melestarikan alam, mampu melakukan

ekperimen dan memahaman konsep IPA.

12
2.1.2.3 Karakteristik Pembelajaran IPA di SD

Mengutip pendapat Carin & Sund (Oktaria, 2018:13), menyatakan bahwa

karakteristik pembelajaran IPA yaitu:

a. Peserta didik dilibatkan langsung dalam pembelajaran yaitu dihadapkan

dengan alam sekitar siswa.

b. Peserta didik perlu didorong melakukan aktivitas pemecahan suatu

masalah dan mencari jawaban secara ilmiah.

c. Peserta didik perlu melakukan aktivitas proses penemuan dengan secara

aktif mengkontruksi konsep, prinsip, dan generalisasi melalui proses

ilmiah.

d. Guru perlu menggunakan berbagai pendekatan, model,strategi, taktik dan

teknik pembelajaran yang bervariasi dalam pembelajaran IPA. Peserta

didik juga perlu diarahkan kepada pemahaman konsep IPA melalui

pemberian pengalaman langsung, aktivitas membaca, menulis, dan

mengunjungi tempat tertentu.

e. Peserta didik perlu dibantu untuk memahami keterbatasan IPA, nilai-nilai,

dan sikap yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran IPA.

2.1.3 Materi IPA

Materi IPA dalam penelitian ini akan disesuaikan dengan pembelajaran

yang dilaksanakan disekolah. Peneliti akan melaksanakan penelitian tindakan

kelas pada semester 2 kelas V dengan materi suhu dan kalor. Dengan KD 3.6

13
Menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari. 4.6

Melaporkan hasil pengamatan tentang perpindahan kalor.

2.1.4 Model Auditory, Intellectually, Repetition (AIR)

2.1.4.1 Pengertian Model Auditory Intellectually Repetition (AIR)

Huda (2014:289) berpendapat bahwa gaya pembelajaran Auditory,

Intellectually, Repetition (AIR) merupakan gaya pembelajaran yang mirip dengan

model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually (SAVI) dan

pembelajaran Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK). Perbedaannya terletak

pada pengulangan (Repetition) yang bermakna pendalaman, perluasan, dan

pemantapan dengan cara pemberian tugas dan kuis. Sandra (Niawatil dan Uripah,

2017:3) Model pembelajaran AIR membangkitkan kemampuan peserta didik

untuk berpikir secara kritis, memberi motivasi untuk belajar terus sampai dapat

menyelesaikan permasalahan tersebut, sehingga peserta didik termotivasi untuk

terus mencari jawaban tersebut.

Berdasarkan paparan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) merupakan model pembelajaran yang

dikembangkan dari model pembelajaran SAVI dan VAK yang mana pembelajaran

akan efektif apabila melibatkan Auditory yaitu indera pendengar dengan cara

mendengarkan, menyimak, mengemukakan pendapat dan menanggapi pelajaran.

Kemudian dianalisis kedalam proses Intellectually yaitu kemampuan berpikir

dilatih melalui latihan bernalar, memecahkan masalah dan mengkonstruksikan.

14
Dan dilakukan Repetition yaitu pengulangan agar pemahaman lebih mendalam

dan luas dengan memberikan kuis.

Penjelasan mengenai tahap-tahap dalam Auditory, Intellectually, Repetition

(AIR) adalah sebagai berikut :

1) Auditory

Auditory bermakna pendengaran, yang dimaksud dengan auditory

adalah belajar dengan melibatkan pendengaran. Dalam proses pembelajaran

melibatkan alat indera seperti telinga sebagai alat pendengaran. Saat belajar

kita menggunakan alat pendengaran kita sebagai sarana menerima informasi

yang diberikan. Meier (Huda, 2014:289) menyatakan bahwa tanpa kita sadari

pikiran auditoris lebih kuat. Telinga kita terus menerus menerima/

menangkap dan menyimpan informasi tanpa kita sadari. Selanjutnya Wenger

(Huda, 2014:290) menegaskan: kunci belajar terletak pada artikulasi rinci.

Dengan mendeskripsikan sesuatu yang baru bagi kita akan mempertajam

persepsi dan memori kita terhadap sesuatu tersebut. Dalam hal ini guru

diharapkan mampu memfasilitasi peserta didik dalam pemanfaatan indera

telinga dalam pembelajaran dapat dilatih dengan optimal sehingga antara

telinga dan otak dapat dimanfaatkan secara optimal.

Gaya belajar auditorial merupakan gaya belajar yang mengakses segala

bentuk bunyi dan kata, baik yang diciptakan maupun diingat. Ketika kita

mendengarkan sesuatu yang baru kita mencari tahu tentang hal tersebut

secara rinci akan memudahkan kita untuk mengingat hal tersebut. Huda

(2014:290) berpendapat bahwa guru dalam pembelajaran sebaiknya

15
melakukan hal-hal seperti : 1) Melaksanakan diskusi kelas atau debat; 2)

Meminta peserta didik untuk presentasi; 3) Meminta peserta didik untuk

membaca teks dengan keras; 4) Meminta peserta didik untuk mendiskusikan

ide mereka secara verbal; dan 5) Melaksanakan belajar kelompok.

2) Intellectually

Intellectually menurut Meier (Huda, 2014:290) kegiatan yang

dilakukan peserta didik dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka

menggunakan kecerdasan untuk merenungkan pengalaman dan menciptakan

hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Intelektualitas

merupakan sarana penciptaan makna, sarana yang digunakan manusia untuk

berpikir, menyatukan gagasan, dan menciptakan jaringan saraf. Proses

tersebut tidak berjalan dengan sendirinya, dibantu oleh faktor mental, fisik,

emosional, dan intuitif.

Belajar intelektual merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai

dimana peserta didik dapat menambah pengetahuannya. Maka dari itu,

seorang guru menurut Meier (dalam Huda, 2014:291) harus melibatkan

peserta didik dalam kegitan yang berkenaan dengan intelektual, seperti: 1)

Memecahkan masalah; 2) Menganalisis pengalaman; 3) Mengerjakan

perencanaan strategis; 4) Melahirkan gagasan kreatif; 5) Mencari dan

menyaring informasi; 6) Merumuskan pertanyaan; 7) Menciptakan model

mental; 8) Menerapkan gagasan; 9) Menciptakan makna pribadi; 10)

Meramalkan implikasi suatu gagasan.

3) Repetition

16
Repetition atau repetisi disebut juga dengan pengulangan. Repetition

dalam konteks pembelajaran bermakna pendalaman, perluasan dan

pemantapan peserta didik dengan memberikan pertanyaan atau kuis untuk

mengukur pemahaman peserta didik terhadap pelajaran yang telah

disampaikan. Saat guru menjelaskan materi pelajaran itu perlu adanya

pengulangan. Hal ini karena ingatan peserta didik tidak stabil dan mudah lupa

maka perlu adanya pengulangan atau repetisi. Pelajaran yang diulang akan

memberi tanggapan yang jelas dan tidak mudah dilupakan, sehingga peserta

didik dapat memecahkan masalah dengan mudah. Ulangan semacam ini dapat

di berikan secara teratur, disesuaikan dengan waktu-waktu tertentu, atau tiap

unit diberikan, maupun secara insidental jika dianggap perlu (Slamet dalam

Huda, 2014:292).

2.1.4.2 Langkah–Langkah Model Auditory Intellectually Repetition (AIR)

Langkah-langkah dalam model pembelajaran Auditory, Intellectually,

Repetition (AIR) menurut Shoimin (dalam penelitian Hazmi, 2017:23), yaitu:

1) Peserta didik dibagi menjadi 4-5 orang dalam sebuah kelompok.

2) Peserta didik mendengarkan dan memperhatikan arahan dari guru.

3) Setiap kelompok mendiskusikan materi yang dipelajari dan

menyampaikannya didepan kelas (Auditory)

4) Saat diskusi berlangsung peserta didik mendapatkan tugas mengenai

materi yang dipelajari.

17
5) Masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan hasil diskusi

serta dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam menyelesaikan

masalah (Intellectually).

6) Setelah selesai berdiskusi, peserta didik melakukan pengulangan untuk

lebih memahami materi pelajaran (Repetition).

Sedangkan menurut Fatmawati (Arum, 2016:13-14) langkah-langkah

pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran AIR


Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik AIR
1 2 3
Menyampaikan apersepsi Mendengarkan Auditory
Menyampaikan tujuan Mendengarkan Auditory
pembelajaran
Memotivasi peserta didik Mendengarkan Auditory
Mengorganisasikan peserta Mendengarkan Auditory
didik ke dalam kelompok
heterogen yang terdiri dari
4-5 peserta didik
Membagikan LKS kepada Membaca, mempelajari Auditory atau
peserta didik materi Intellectually
Meminta peserta didik Berdiskusi dengan teman Intellectually
berdiskusi dengan kelompoknya,
kelompoknya untuk mengkonstruk konsep atau
mengerjakan LKS memecahkan masalah
Membimbing dan memberi Bertanya kepada guru jika Auditory
bantuan kepada peserta didik mengalami kesulitan
yang mengalami kesulitan
Menunjuk kelompok untuk Mempresentasikan hasil Auditory
mempresentasikan hasil diskusinya dan peserta
diskusinya didik yang lain
menanggapi
Memberi umpan balik Mendengarkan Auditory
Memberikan kuis atau tugas Mengerjakan kuis atau Repetition
tugas
Membimbing peserta didik Membuat kesimpulan Auditory atau
membuat kesimpulan Intellectually
Melakukan refleksi Menyampaikan pendapat Auditory
pembelajaran
Mengakhiri pembelajaran Mendengarkan guru Auditory

18
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, peneliti akan menggunakan

langkah-langkah pembelajaran AIR dengan menggabungkan kedua pendapat,

langkah-langkah pembelajaran AIR sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran (Auditory)

2. Guru membagi peserta didik ke dalam kelompok, masing-masing

kelompok 4-5 peserta didik

3. Guru menyajikan informasi mengenai materi pembelajaran (Auditory)

4. Guru memberikan LKS pada setiap kelompok untuk dipelajari lebih

lanjut (Auditory dan Intellectually)

5. Setiap kelompok mempelajari dan memecahkan masalah dengan

mendiskusikan dalam kelompok dibimbing oleh guru (Intellectually)

6. Guru menunjuk kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi didepan

kelas, kelompok yang lain menanggapi (Auditory)

7. Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi pelajaran

(Auditory dan Intellectually)

8. Guru memberikan kuis atau tugas kepada setiap individu. (Repetition)

2.1.4.3 Kelebihan dan Kelemahan Model Auditory Intellectually Repetition

(AIR)

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan begitu juga

dengan model pembelajaran AIR. Kelebihan dari model AIR adalah sebagai

berikut :

19
1) Melatih pendengaran dan keberanian psera didik untuk mengungkapkan

pendapat (Auditory)

2) Melatih peserta didik untuk berpikir dan memecahkan masalah secara

kreatif (Intellectualy).

3) Melatih peserta didik untuk mengingat kembali tentang materi yang telah

dipelajari (Repetition).

4) Peserta didik menjadi lebih aktif dan kreatif.

Adapun kelemahan dari model AIR adalah dalam model pembelajaran AIR

harus mengintegrasiikan 3 aspek yaitu auditory, intellectually dan repetition

sehingga secara sekilas pembelajaran menghabiskan banyak waktu. Tetapi dpat

diminimalisir dengan cara pembentukan kelompok belajar pada aspek auditory

dan intellctually.

2.1.5 Karakteristik Siswa SD

Setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Oleh sebab

itu guru harus memahami karakteristik setiap peserta didiknya. Hal itu bermaksud

agar kompetensi yang dimiliki peserta didik tercapai. Guru dapat menyesuaikan

pembelajaran dengan karakteristik peserta didik sesuai dengan usianya atau tahap

perkembangannya. Dengan demikian guru dapat menyesuaikan

metode/model/pendekatan/strategi yang sesuai untuk mencapai hasil pembelajaran

yang baik. Menurut Piaget (dalam Sapriati, 2009: 1.9) dalam merancang proses

pembelajaran IPA guru harus memperhatikan beberapa hal berikut ini :

a. Semua peserta didik memiliki tahapan yang sama secara sistematis.

20
b. Dalam mengamati suatu benda atau fenomena peserta didik memiliki

tanggapan yang berbeda

c. Kegiatan intelektual peserta didik tidak akan cukup apabila hanya

diberi kegiatan fisik saja.

Menurut Piaget terdapat empat tahapan perkembangan kognitif peserta

didik dan mempunyai karakteristik yang berbeda yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.2 Tahapan Perkembangan Kognitif Peserta Didik


Tahap Perkiraan Usia Ciri-Ciri Khusus
Sensori 0-2 Tahun Kecerdasan motorik (gerak) yang ada adalah
Motor yang tampak tidak ada bahasa pada tahap
awal.
Pre- 2-7 Tahun Berpikir secara egosentris alasan-alasan
operasional didominasi oleh persepsi lebih banyak
intuisi daripada pemikiran logis, belum cepat
melakukan konservasi
Konkret 7-11/12 Tahun Dapat melakukan konservasi tentang kelas
Operasional dan hubungan pengetahuan tentang angka
berpikir terkait dengan yang nyata
Tahap Perkiraan Usia Ciri-Ciri Khusus
Formal 7-11/12 Tahun Pemikiran yang sudah lengkap pemikiran
Operasional – 14/15 Tahun yang proporsional kemampuan untuk
mengatasi hipotesis perkembangan
idealisme yang kuat.

Berdasarkan tabel peserta didik sekolah dasar berada ditahap pra-

operasional (7-11/12 Tahun) karena peserta didik sekolah dasar belajar dari hal-

hal yang konkret dan tidak dapat berpikir abstrak. Menurut Susanto (2013:78)

konsep dapat diperoleh dari hasil pemahaman, pemahaman yang terbentuk dari

hasil asimilasi (mengklarifikasi peristiwa yang terjadi di kehidupan sehari-hari

dengan konsep awal) dan akomodasi (mengaplikasikan konsep dalam

memecahkan permasalahan yang terjadi sehingga terbentuklah konsep baru).

Dengan demikian secara berkala peserta didik mampu mencari tahu dan

memperoleh pemahaman konsep sendiri melalui lingkungannya.

21
Berdasarkan teori dapat disimpulkan pemahaman konsep dapat dibentuk

dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dan kegiatan mencoba

sehingga memperoleh pemahaman konsep sendiri. Model pembelajaran yang

dapat melibatkan langsung pesert didik dalam pembelajaran adalah model

Auditory Intellectually Repetition (AIR). Pembelajaran dengan menggunakan

model AIR ini memungkinkan peserta didik untuk bergerak aktif dalam mengikuti

pembelajaran serta terlibat langsung dalam pembelajaran. model pembelajaran

AIR merupakan suatu cara untuk meningkatkan pemahaman konsep agar

pembelajaran lebih melekat dengan cara mengamati secara langsung.

2.1.6 Penelitian Relevan

Untuk menambah referensi dan menjadi bahan pendukung penelitian ini,

peneliti menyajikan beberapa penelitian relevan. Penelitian pertama oleh Wagiya

Bela Choiriyah pada tahun 2018 dengan judul “Penerapan Model AIR (Auditory,

Intellectually, Repetition) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas V

Sekolah Dasar” diperoleh data peningkatan hasil belajar peserta didik. Nilai rata-

rata pada data awal diperoleh 62,06 di siklus I nilai rata-rata yang diperoleh

adalah 76,89 dengan persentase ketuntasan hasil belajar 63,79% sedangkan pada

siklus II nilai rata-rata yang diperoleh adalah 84,13 dengan persentase ketuntasan

hasil belajar 82,06% hal ini membuktikan bahwa dengan menerapkan model

pembelajaran AIR dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Selanjutnya penelitian oleh Megazurita Arum pada tahun 2016 dengan judul

penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition

22
(AIR) untuk Meningkatkan Partisipasi Siswa pada Materi Getaran dan

Gelombang di Kelas VIII H SMPN 19 Kota Jambi” diperoleh hasil pnelitian

berupa pembelajaran dengan menerapkan model AIR dapat meningkatkan

partisipasi peserta didik pada materi getaran dan gelombang, ini dapat dibuktikan

dari rerata skor partisipasi peserta didik pada siklus I adalah 2,37 pada siklus II

diperoleh nilai rerata 2,75 dan pada siklus III nilai rerata yang diperoleh adalah

3,27.

Penelitian relevan berikutnya adalah penelitian oleh Niawatil dan Uripah

pada tahun 2017 yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran AIR (Auditory,

Intellectually, Repetition) Terhadap hasil Belajar Materi Sifat-Sifat Bunyi Siswa

Kelas IV SD Negeri Plompong 02 Kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes Tahun

Ajaran 2016/2017” dengan hasil penelitian nilai rata-rata peserta didik sebelum

penerapan model AIR rendah, yaitu 59 sedangkan rata-rata yang diperoleh peserta

didik setelah diterapkan model AIR adalah 88,5 ini menunjukkan penerapan

model AIR dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi sifat-sifat

bunyi kelas IV.

2.2 Kerangka Berpikir

Tindakan :
Kondisi Awal : Kondisi Akhir :
Model Pembelajaran
Pemahaman Peserta didik lebih
Auditory,
konsep IPA peserta memahami konsep
Intellectually,
didik masih rendah pembelajaran IPA
Repetition (AIR)
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

23
Berdasarkan hasil pretest pemahaman konsep IPA yang dilakukan di SD

Negeri 155/I Sungai Buluh yang dilaksanakan pada hari Kamis, 14 November

2019 menunjukkan bahwa hasil rata-rata peserta didik masih dibawah Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM). Setelah dianalisis ditemukan bahwa penyebab

rendahnya pemahaman konsep IPA dikarenakan peserta didik tidak serius dalam

mengikuti pembelajaran, peserta didik suka mengobrol dengan temannya, peseta

didik belum terlihat aktif hanya beberapa yang aktif, proses pembelajaran masih

guru yang mendominasi. Berdasarkan masalah yang dipaparkan, salah satu

alternatif yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA adalah

dengan menerapkan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR).

Penerapan model Auditory Intellectually Repetition (AIR) diharapkan dapat

meningkatkan pemahaman konsep IPA peserta didik kelas V SD Negeri 155/I

Sungai Buluh.

2.3 Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari masalah yang diteliti.

Berdasarkan kerangka berfikir, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian

sebagai berikut “Melalui model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition

(AIR) dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA peserta didik kelas V SD

Negeri 155/I Sungai Buluh”.

24
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 155/I Sungai Buluh yang terletak

di Jalan Gadjah Mada, Kecamatan Muara Bulian, Kabupaten Batang Hari,

Provinsi Jambi. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran

2019/2020.

3.2 Subjek Penelitian

Peserta didik kelas V SD Negeri 155/I Sungai Buluh merupakan subjek

dalam penelitian ini. Peserta didik kelas V SD Negeri 155/I sungai Buluh

berjumlah 18 peserta didik terdiri dari 10 peserta didik laki-laki dan 8 peserta

didik perempuan.

3.3 Data Dan Sumber Data

3.3.1 Data

Data dalam penelitian tindakan kelas ini berupa data kualitatif dan data

kuantitatif. Yang mana data kualitatif berupa teks tentang proses pemahaman

konsep IPA peserta didik. Dan data kuantitatif berupa persentase tentang proses

pemahaman konsep IPA peserta didik

25
3.3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peserta didik, guru

dan segala hal yang berkaitan dengan penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk

memperoleh data-data pendukung sebagai bahan penelitian dan penganalisisan.

Sumber data dalam penelitian ini berupa dokumentasi arsip jumlah peserta didik,

dokumentasi guru, dan hasil output dari penerapan proses pembelajaran dengan

model Auditory Intellectually Repetition (AIR) baik berupa test ataupun hasil dari

pengukuran kemampuan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan untuk melihat

seberapa jauh tingkat keberhasilan dari efek tindakan yang diberikan. Observasi

dapat dilaksanakan dengan menggunakan pedoman pengamatan (format, daftar

cek), catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas di kelas, penggambaran

interaksi dalam kelas, alat perekam elektronik atau pemetaan kelas (Mills,2004).

Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi

partisipan. Kegiatan yang diamati selama proses pembelajaran yang dilakukan

guru dalam menerapkan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition

(AIR) pada proses pembelajaran.

26
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Kegiatan Fokus Kegiatan Ya Tidak Deskripsi
Guru mengucapkan salam dan mengajak peserta
didik berdoa bersama
Guru mengecek kehadiran peserta didik
Pendahuluan
Guru melakukan apersepsi (Auditory)
Guru menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran
(Auditory)
Guru membentuk kelompok belajar yang berjumlah
4-5 peserta ddik setiap kelompok
Guru menyampaikan informasi mengenai materi
pelajaran (Auditory)
Guru memberikan LKS pada setiap kelompok
untuk dipelajari lebih lanjut (Auditory dan
Inti Intellectually)
Guru membimbing peserta didik mendiskusikan
tugas yang diberikan (Intellectually)
Guru menunjuk kelompok untuk menyampaikan
hasil diskusi didepan kelas, kelompok lain
menanggapi (Auditory dan Intellectually)

Guru membimbing peserta didik menyimpulkan


materi pelajaran (Intellectually)
Guru memberikan kuis kepada setiap individu
Penutup
(Repetition)
Guru memberi penguatan kepada peserta didik
Guru mengakhiri pembelajaran dan berdoa bersama
Sumber : Kunandar (2013:235)

Adapun lembar observasi pemahaman konsep IPA peserta didik adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.2 Lembar Observasi Pemahaman Konsep IPA Peserta Didik


Mengklarifikasi
Nama Menjelaskan Memberi
Memberikan peristiwa yang
N kembali konsep kesimpulan Juml Rata- krite
contoh suatu terjadi
Peserta menggunakan mengenai ah rata ria
konsep dikehidupan
o. bahasa sendiri suatu konsep
sehari-hari
Didik
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1

Sumber: Kunandar (2013:234)

27
3.4.2 Tes

Tes adalah sejumlah pertanyaan yang diberikan kepada sejumlah orang

untuk mengetahui tingkat perkembangan atau keadaan salah satu atau beberapa

aspek psikologis didalam dirinya. Aspek psikologis dapat berupa prestasi, hasil

belajar, minat, bakat, sikap, kecerdasan, reaksi motorik dan berbagai aspek

kepribadian lainnya.

Penelitian ini menggunakan teknik tes untuk mengukur ketercapaian proses

pembelajaran khususnya dari aspek kognitif pemahaman konsep IPA peserta didik

kelas V SD Negeri 155/I Sungai Buluh. Tes dilaksanakan sebelum siklus

pembelajaran yang disebut dengan pre-test dan pada akhir siklus pembelajaran

yang disebut dengan post-test. Oleh karena itu peneliti menggunakan lembar test

untuk mengukur pemahaman konsep IPA peserta didik sebelum dan sesudah

menggunakan model AIR.

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Pemahaman Konsep IPA


Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok
3.6 Menerapkan konsep 3.6.1 Menyebutkan sumber 1. sumber energi panas
perpindahan kalor dalam energi panas. 2. kegiatan sehari-hari yang
kehidupan sehari-hari. 3.6.2 menyebutkan contoh menggunakan sumber energi
kegiatan sehari-hari yang panas
menggunakan sumber energi 3. perpindahan kalor
panas 4. perbedaan suhu dan kalor
3.6.3 menjelaskan perpindahan 5. perubahan suhu akibat
kalor dalam kehidupan sehari- perpindahan kalor
hari
3.6.4 mengidentifikasi
kegiatan untuk membedakan
antara suhu dan kalor
3.6.5 menjelaskan pengertian
suhu dan kalor
3.6.6 Menjelaskan perubahan
suhu akibat perubahan kalor.
4.6 melaporkan hasil 4.6.1 melaporkan hasil
pengamatan tentang pengamatan tentang
perpindahan kalor perpindahan kalor
4.6.2 melaporkan hasil
pengamatan tentang perubahan
suhu akibat perpindahan kalor

28
Adapun pedoman penskoran tes pemahaman konsep peserta didik adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep IPA


Aspek yang diukur Deskriptor Skor
Menjelaskan kembali Peserta didik dapat menjelaskan kembali konsep 4
suatu konsep dengan dengan menggunakan bahasanya sendiri dengan
menggunakan tepat dan jelas
bahasanya sendiri Peserta didik dapat menjelaskan kembali konsep 3
dengan menggunakan bahasanya sendiri dengan
cukup tepat dan cukup jelas
Peserta didik dapat menjelaskan kembali konsep 2
dengan menggunakan bahasanya sendiri dengan
kurang tepat dan kurang jelas
Peserta didik tidak menjelaskan konsep 1
Memberikan contoh Peserta didik dapat memberikan beberapa contoh 4
suatu konsep dari suatu konsep berbeda dari buku dengan
benar dan tepat
Peserta didik dapat memberikan contoh dari 3
suatu konsep berbeda dari buku dengan benar
Peserta didik dapat memberikan contoh dari 2
suatu konsep sama seperti di buku
Peserta didik tidak dapat memberikan contoh 1
suatu konsep
Mengklarifikasi Peserta didik dapat mengklarifikasi peristiwa 4
peristiwa yang terjadi yang terjadi di kehidupan sehari-hari sesuai
di kehidupan sahari- dengan konsep dan tepat
hari Peserta didik dapat mengklarifikasi peristiwa 3
yang terjadi di kehidupan sehari-hari sesuai
dengan konsep namun kurang tepat
Peserta didik dapat mengklarifikasi peristiwa 2
yang terjadi di kehidupan sehari-hari namun
tidak sesuai dengan konsep
Peserta didik tidak dapat mengklarifikasi 1
peristiwa yang terjadi di kehidupan sehari-hari.
Memberi kesimpulan Peserta didik dapat memberikan kesimpulan 4
mengenai suatu mengenai suatu konsep dengan rinci dan tepat
konsep Peserta didik dapat memberikan kesimpulan 3
mengenai suatu konsep dengan cukup rinci
Peserta didik dapat memberikan kesimpulan 2
mengenai suatu konsep kurang rinci namun tepat
Peserta didik tidak dapat memberikan 1
kesimpulan mengenai suatu konsep

29
3.4.3 Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang terjadi dimasa lampau.

Dokumen dapat berupa tulisan, gambar, dan karya-karya monumental dari

seseorang. Dokumentasi digunakan untuk pelengkap atau penguat data yang

diperoleh peneliti.

Dokumentasi dalam penelitian ini yaitu hasil tes pemahaman pra-tindakan,

hasil tes tiap siklus, rpp, silabus, aktivitas siswa berupa dokumengambar/vidio

selama kegiatan pembelajaran lain-lain.

3.5 Teknik Uji Validitas Data

Validasi data merupakan kebenaran dari proses penelitian, validasi data

harus dipertanggungjawabkan serta dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat agar

mampu dijadikan sebagai bahan penarik kesimpulan penelitian. Dalam penelitian

ini menggunakan dua cara uji validitas data kualitatif dan kuantitatif.

a. Secara kualitatif yang divalidasi adalah data temuan peneliti. Peneliti

menggunakan triangulasi teknik, menurut Sugiyono (2018:274)

triangulasi teknik adalah peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

yang berbeda beda untuk mengumpulkan data dari sumber data yang

sama. Dan triangulasi sumber, menurut Sugiyono (2018:274) triangulasi

sumber yaitu data yang diperoleh dari beberapa sumber.

b. Secara kuantitatif yang divalidasi adalah instrumen pengumpulan data.

Validasi isi digunakan oleh peneliti untuk memvalidasi kelayakan soal

yang dibuat.

30
3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data

kualitatif dan kuantitatif.

a. Analisis data kualitatif

Analisis ini digunakan untuk menganalisis data penelitian keterlaksanaan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dan penilaian observasi kemampuan

pemahaman konsep IPA peserta didik dalam proses pembelajaran serta

menarasikan perubahan-perubahan pada peserta didik setelah pembelajaran

dengan menerapkan model pembelajaran AIR sehingga terjadi perbaikan

kualitas pembelajaran selama melakukan tindakan.

1) Keterlaksanaan Pembelajaran

Nilai keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dapat

diperoleh dengan rumus:

Nilai keterlaksanaan pembelajaram = 100

Selanjutnya, keterlaksanaan pembelajaran yang diakategorikan

berdasarkan perolehan nilai sebagai berikut :

Tabel 3.5 Kategori Keterlaksanaan Pembelajaran


Nilai Kategori Predikat
N > 90 Sangat Baik SB
75 ≤ N ≥ 90 Baik B
50 ≤ N > 75 Cukup Baik CB
N < 50 Kurang Baik KB
Sumber: Nuraini (Oktaria, 2018:35)

2) Kemampuan Pemahaman Konsep IPA

Untuk menghitung nilai kemampuan pemahaman konsep IPA dapat

menggunakan rumus :

31
Nilai Akhir = 100

Tabel 3.6 Kategori Perolehan Pemahaman Konsep IPA


Rentang Nilai Kategori Predikat
81 – 100 Sangat Baik SB
66 – 80 Baik B
51 – 65 Cukup Baik CB
0 – 50 Kurang Baik KB
Sumber: Nuraini (Oktaria, 2018:36)

Persentase keberhasilan observasi kemampuan pemahaman konsep

IPA secara klasikal dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Persentase = 100%

Persentase yang diperoleh disesuaikan dengan skala penilaian

observasi kemampuan pemahaman konsep IPA sebagai berikut:

Tabel 3.7 Kategori Tingkat Keberhasilan Pemahaman Konsep IPA


Rentang Nilai Kategori Predikat
81 – 100 Sangat Baik SB
66 – 80 Baik B
51 – 65 Cukup Baik CB
0 – 50 Kurang Baik KB
Sumber: Nuraini (Oktaria 2018:36)

b. Analisis data kuantitatif

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar kognitif

peserta didik yaitu hasil tes pemahaman IPA. Data hasil tes dapat dianalisis

dengan teknik statistika deskriptif kompratif.

1) Ketuntasan belajar individu

Data hasil tes peserta didik dianalisis untuk mengetahui seberapa

besar peningkatan pemahaman konsep IPA peseta didik pada setiap

siklus dengan menggunakan rumus:

Nilai Akhir = 100

32
Tabel 3.8 Kategori Perolehan Proses Pembelajaran
Rentang Nilai Kategori Predikat
N > 90 Sangat Baik SB
75 ≤ N ≥ 90 Baik B
50 ≤ N < 75 Cukup Baik CB
N < 50 Kurang Baik KB
Sumber: Nuraini (Oktaria, 2018:35)

2) Ketuntasan belajar klasikal

Data hasil tes dianalisis untuk mengetahui ketuntasan belajar klasikal

minimal 70% dari jumlah peserta didik mencapai KKM ≥ 75 dengan

menggunakan rumus :

Persentase = 100%

Selanjutnya nilai yang diperoleh dikategorikan berdasarkan kategori

keberhasilan proses pembelajaran pada pemahaman konsep IPA dibawah

ini :

Tabel 3.9 Kategori Keberhasilan Proses Pembelajaran


Rentang Nilai Kategori Predikat
81 – 100 Sangat Baik SB
66 – 80 Baik B
51 – 65 Cukup Baik CB
0 – 50 Kurang Baik KB

Sumber: Nuraini (Oktaria, 2018:36)

3) Menghitung nilai rata-rata (mean)

Untuk menghitung nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik

digunakan rumus sebagai berikut :

Nilai rata-rata =

33
3.7 Indikator Kinerja Penelitian

Penelitian ini dikatakan berhasil jika penerapan model pembelajaran

Auditory Intellectually Repetition (AIR) dapat meningkatkan pemahaman konsep

IPA peserta didik kelas V SD Negeri 155/ I Sungai Buluh. Penilaian ini dianggap

berhasil apabila:

a. Keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dan peserta didik

selama proses pembelajaran yaitu hasil analisis lembar observasi

keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan kemampuan pemahaman

konsep IPA peserta didik berada dalam kategori baik.

b. Secara keseluruhan apabila 70% dari jumlah peserta didik mampu

mencapai KKM ≥ 75 yang telah ditetapkan dikelas V SD Negeri 155/I

Sungai Buluh.

3.8 Prosedur Penelitian

Siklus yang digunnakan dalam penelitian ini adalah siklus model Kemmis

&Mc.Taggart. setiap siklus terdapat empat tahapan pada penelitian ini yaitu

kegiatan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan dan

refleksi tindakan. Siklus akan diberhentikan jika pembelajaran yang dilakukan

sudah sesuai dengan rencana dan pemahaman konsep IPA peserta didik

meningkat sebesar 70% dari jumlah peserta didikyang memenuhi KKM yaitu 75.

Adapun kegiatan pada siklus pertama siklus berikutnya digambarkan dlam bagan

berikut :

34
Perencanaan

Refleksi Siklus 1 Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus 2 Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

a. Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan dilakukan melalui pengamatan terhadap

pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri 155/I Sungai Buluh. Dari

pengamatan tersebut ditemukan suatu permasalahan yaitu rendahnya

pemahaman konsep IPA peserta didik peneliti melakukan pra-tindakan.

Berikut ini kegiatan dalam perencanaan :

1) Melakukan observasi untuk menemukan masalah yang terdapat pada

kelas tersebut.

35
2) Berdiskusi dengan guru kelas terkait permasalahan ditemukan dan

mencari solusi dari permasalahan.

3) Membuat jadwal penelitian yang akan dilaksanakan

4) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan

menggunakan model AIR

5) Membuat soal pemahaman atau kuis

6) Membuat lembar observasi aktivitas guru dab peserta didik selama

kegiatan pembelajaran

7) Menyusun soal-soal evaluasi untuk mengetahui pemahaman konsep

peserta didik.

8) Menentukan kriteria keberhasilan pencapaian penelitian ini yaitu 70%

dari jumlah peserta didik telah mencapai nilai KKM yang telah

ditetapkan yaitu 75.

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Pendahuluan

‒ Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama sesuai dengan

kepercayaan masing-masing

‒ Guru mengabsen peserta didik

‒ Guru melakukan apersepsi

‒ Guru menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran

2) Inti

‒ Guru membagi peserta didik ke dalam kelompok berjumlah 4-5

orang setiap kelompok

36
‒ Guru menyajikan informasi mengenai materi pembelajaran

‒ Guru memberikan LKS pada setiap kelompok untuk dipelajari lebih

lanjut

‒ Guru meminta setiap kelompok untuk mempelajari dan memecahkan

masalah dengan berdiskusi dan membimbing peserta didik

‒ Guru menunjuk kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi

didepan kelas

‒ Guru meminta kelompok yang tidak ditunjuk untuk memberi

tanggapannya

‒ Guru memberi kesempatan untuk peserta didik bertanya mengenai

materi yang belum dipahami

3) Penutup

‒ Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi pelajaran

‒ Guru memberikan kuis atau tugas kepada setiap individu

c. Observasi Tindakan

1) Pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran

dengan mengisi lembar observasi terhadap aktivitas peserta didik dan

keterlaksanaan pembelajaran oleh guru.

2) Melakukan tes hasil belajar untuk mengukur hasil belajar peserta didik

pada ranah kognitif tingkatan kedua yaitu pemahaman.

3) Membuat jurnal penelitian atau catatan harian untuk mencatat hal

penting selama penelitian.

37
d. Refleksi Tindakan

Dilakukan analisis data hasil observasi. Hasil analisis data yang

diperoleh dalam tahap ini digunakan sebagai acuan pelaksanaan tindakan

pada tahap berikutnya, selanjutnya melakukan berbagai upaya perbaikan

untuk pembelajaran. siklus akan diberhentikan apabila pembelajaran yang

dilaksanakan sudah sesuai dengan rencana dan pemahaman konsep IPA

peserta didik meningkat sebesar 70% dari jumlah peserta didik yang

memenuhi KKM yaitu 75.

38
DAFTAR RUJUKAN

Arum, M. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Auditory Intellectually


Repetition (AIR) Untuk Meningkatkan Partisipasi Siswa Pada Materi
Getaran dan Gelombang di Kelas VIII H SMPN 19 Kota Jambi [SKRIPSI].
Universitas Jambi

Budiarti, A.dkk.(2019). Pengaruh Motivasi Belajar Pada Penerapan Model Air


(Auditory Intellectually Repetition) Berbantu Media Kartu Soal Cerdas
Terhadap Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas V SDN Sampangan 02
Semarang [e-jurnal]. Universitas PGRI Semarang

Choiriyah, W. B. (2018). Penerapan Model Air (Auditory, Intellectually,


Repetition) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas V Sekolah Dasar.
[e-journal]

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 2007

Elinawati, W., Duda, H. J., & Julung, H. (2018). Penerapan Model Pembelajaran
Auditory Intellectually Repetition (AIR) terhadap Hasil Belajar Kognitif
Siswa. Sainsmat, 7(1), 13-24. [e-journal]

Hasmi, M.(2017). Pengembangan Modul Pembelajaran Menggunakan Model


Auditory Intellectually Repetition Yang Mendukung Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi Bola Di Kelas IX SMP
Negeri 24 Kota Jambi [Skripsi]. Jambi : Universitas Jambi

Jufri, W. (2017). Belajar Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta

Kunandar. (2013). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai


Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Latip, A. (2018). Evaluasi Pembelajaran Di SD dan MI. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya

Muzayyana, R. (2018). Efektivitas Model Pembelajaran Auditory, Intellectually,


Repetition Ditinjau Dari Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Siswa [Skripsi]. Lampung: Universitas Lampung

Niawatil dan Uripah. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Air (Auditory,


Intellectually, Repetition) Terhadap Hasil Belajar Materi Sifat-Sifat Bunyi
Siswa Kelas IV SD Negeri Plompong 02 Kecamatan Sirampog Kabupaten
Brebes Tahun Pelajaran 2016/2017 [e-journal]. Universitas Peradaban

39
Ningsih, D. S. (2019). Meningkatkan Pemahaman Konsep IPA Melalui Metode
Demonstrasi Di Kelas Vb SDN 61/X Talang Babat. Jurnal Gentala
Pendidikan Dasar, 4(1), 22-39.

Ngalimun. (2014). Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja


Pressindo

Oktaria, L. (2019). Meningkatkan Pemahaman Konsep IPA dengan Menggunakan


Model Pembelajaran Children’s Learning In Science (CLIS) pada Siswa
Kelas VB SDN 34/I Teratai [SKRIPSI]. Universitas Jambi

Paizaluddin dan Ermalinda. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:


Alfabeta.

Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 Standar Kompetensi Lulusan

Sari, D.P. (2019). Meningkatkan Pemahaman Konsep IPA Peserta Didik Melalui
Strategi Index Card Match di Kelas V Sekolah Dasar [Skripsi]. Universitas
Jambi

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta

Susanto, A. (2016). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:


Prenadamedia Group

Wedyawati dan Gamilina. (2018). Penerapan Model Auditory Intellectually


Repetition (Air) Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Kognitif Siswa
Sekolah Dasar [e-journal]. STKIP Persada Khatulistiwa

Yeni, W.R. (2018). Meningkatkan Pemahaman Konsep IPA Menggunakan Model


Quantum Teaching di Kelas V Sekolah Dasar [SKRIPSI]. Universitas Jambi

40
Lampiran I

Lembar Soal Pre-test peserta didik

41
Lampiran II

Hasil Pre-Test Peserta Didik


No. Nama Siswa Nilai
1 AAS 0
2 AN 0
3 AP 30
4 AS 10
5 AS 0
6 ASZ 10
7 AY 0
8 AYP 30
9 IN 30
10 M 50
11 MAF 0
12 MM 20
13 MRH 10
14 RNS 10
15 RP 10
16 SS 20
17 SW 10
18 ZA 0

42
Subjek Penelitian : Daftar Peserta Didik Kelas V SD Negeri 155/I Sungai Buluh

Jenis Kelamin
No. Nama Siswa
P L
1 AAS - L
2 AN - L
3 AP - L
4 AS - L
5 AS - L
6 ASZ P -
7 AY P -
8 AYP - L
9 IN P -
10 M P -
11 MAF - L
12 MM P -
13 MRH - L
14 RNS - L
15 RP - L
16 SS P -
17 SWS P -
18 ZA P -
Jumlah 8 10

43
Lampiran III

44

Anda mungkin juga menyukai