Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

PERENCANAAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

LAHAN KERING KEPULAUAN

OLEH :

AYU PUSPITA S BESSIE (1807010178)

CINDY S C KAKE (1807010007)

EMILIUS KEFLI J GANGGUT (1807010308)

RICHARDO B UNU (1807010281)

REYNALDI NDEPAYAMI (1807010207)

SAMUEL MANIK (1807010355)

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2021
DIARE PADA BALITA

A. Identifikasi Masalah

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek
atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau
lebih) dalam satu hari.Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan dalam 6 golongan besar
yaitu infeksi disebabkan oleh bakteri, virus atau invasi parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan,
imunodefisiensi dan sebab-sebab lainya (DEPKES RI, 2011)

Diare adalah buang air besar pada balita lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan
konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari
satu minggu (Juffrie dan Soenarto, 2012). Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi
tiba-tiba akibat kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan
frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari (Tanto dan
Liwang, 2014). Berdasarkan ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa diare adalah buang
air besar dengan bertambahnya frekuensi yang lebih dari biasanya 3 kali sehari atau lebih dengan
konsistensi cair.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada Tahun 2017 ada sekitar 1,7
miliar kasus diare dengan angka kematian 525.000 anak balita setiap tahun. Pada negara
berkembang, anak-anak usia di bawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun.
Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang di butuhkan anak untuk
bertumbuh dan berkembang, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada
anak.Pada tahun 2010 dilaporkan 2,5 jutakasus terbanyak di NTT karena kurang memadainya
status gizi pada anak dan kurangnya sanitasi air bersih. Di Indonesia penyakit diare merupakan
salah satupenyebab kematian.Urutan kedua terjadi pada balita dan urutan kelima bagi bayi dan
urutan ke sembilan bagi semua umur.
Desa Oleate Kabupaten Sumba Barat Daya merupakan salah satu desa di Kecamatan
Kodi Utara. Desa Kodi merupakan Desa dari wilayah kerja UPTD Puskesmas Malinjak Pada
tahun 2017 jumlah penderita kasus diare 274 orang, mengalami peningkatan pada tahun 2018
dengan jumlah kasus diare 734 orang dan menempati urutan ke 2 dari 10 penyakit terbesar. Pada
12 Puskesmas juga terdapat penderita diare, dimana jumlah tertinggi adalah Puskesmas Kodi
utara dengan jumlah kasus diare 1395 orang, Puskesmas Waimangura dengan jumlah kasus
diare1176 orang serta yang terendah terdapat di Puskesmas Tagabba dengan jumlah kasus diare
278 orang. Puskesmas Tena Teke merupakan salah satu Puskesmas yang berada di Kabupaten
Sumba Barat Daya dengan peningkatan jumlah penderita diare selama 3 tahun berturut-turut
yaitutahun 2016 sebanyak 150 orang, tahun 2017 sebanyak 250 orang dan tahun 2018 sebanyak

328 orang, dengan penderita terbanyak adalah kelompok umur 5 tahun.

B. Analis Situasi

1. Pendekatan H.L Blum


Blum mengungkapkan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu
faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik (Blum, 1981). Keempat
faktor ini merupakan penyebab timbulnya penyakit. Diare merupakan penyakit menular
yang sering terjadi dan diakibatkan oleh keempat faktor tersebut.
a) Faktor Perilaku
Faktor perilaku yang paling berpengaruh dengan kejadian Diare adalah
perilaku hidup bersih dan sehat(PHBS). Kontaminasi oleh kuman melalui
makanan dan minuman yang tercemar menjadi penyebab utama timbulnya
penyakit diare. Kuman akan mencemari makanan dan minuman apabila sanitasi di
sekitar tempat tinggal tidak dalam keadaan bersih.
Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dan kebiasaan mencuci tangan
merupakan faktor perilaku yang berpengaruh dalam penyebaran kuman enterik
dan menurunkan risiko terjadinya diare. 27Terdapat hubungan antara pemberian
ASI eksklusif dengan diare pada bayi dibawah 3 tahun. Bayi yang tidak mendapat
ASI eksklusif sebagian besar (52.9%) menderita diare, sedangkan bayi dengan
ASI eksklusif hanya 32.31% yang menderita diare.
Selain ASI, terdapat pula personal hygiene,yaitu upaya seseorang dalam
memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memeroleh kesehatan fisik
dan psikologis. Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun setelah buang air
besar merupakan kebiasaan yang dapat membahayakan anak, terutama ketika
sang ibu memasak makanan dan menyuapi anaknya, maka makanan tersebut
dapat terkontaminasi oleh kuman sehingga dapat menyebabkan diare.
b) Faktor Lingkungan
Lingkungan perumahan seperti kondisi tempat tinggal, pasokan air bersih
yang kurang, dan sanitasi yang tidak memadai merupakan faktor-faktor yang
dapat meningkatkan risiko terjadinya diare. Air dan sanitasi memiliki hubungan
dengan kesehatan anak. Anak-anak yang berasal dari rumah tangga yang tidak
memiliki fasilitas air dan sanitasi yang baik berisiko mengalami diare.
Faktorlingkungan yang dominan dalam penyebaran penyakit diare pada
anak yaitu pembuangan tinja dan sumber air minum. Pengelolaantinja yang
kurang diperhatikan disertaidengancepatnyapertambahanpenduduk
c) Faktor Pelayanan Kesehatan
Kurangnya edukasi dan pengetahuan yang diberikan dari para petugas
kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit diare.
d) Faktor Genetik
Faktor genetic memang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak,
namun sejauh ini tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa factor genetic
menjadi factor risiko kejadian diare karena diare dapat dicegah dengan
memperhatikan PHBS.

3. Need Assement.
a) Masalah kesahatan
Menigkatnya angka kesakitan akibat diare.
b) Pelayanan kesehatan
Jumlah tenaga medis yang kurang sehingga masyarakat belum mendapakat pelayanan
yang maksimal
c) Lingkungan
Sanitasi atau kebersihan lingkungan yang belum memadai akibatnya dapat menimbulkan
bakteri ecoly yang dapat menimbulkan diare.
d) Perilaku
Masalah perilaku disini yaitu masyarakat mampu menerapkan cara mencuci tangan yang
baik dan benar.
e) Kependudukan
Kurangnya perhatian dari keluarga maupun masyarakag terhadap dampak dari diare
sehingga masyrakat masi menganggap remeh dengan diare tersebut.
2. Pendekatan Fishbone

PERILAKU PELAYANAN KESEHATAN

Terkontaminasi
bakteri

Kurangnya
kebiasaan
mencuci tangan
Kurangnya edukasi
Personal
petugas pelayanan
Hygen
kesehatan setempat

DIARE

Pemukiman dengan
sanitasi yang buruk
Kondisi padat
penduduk

Sumber air minum yang


kurang baik

LINGKUNGAN
3. Metode USG

N Seriousnes
Masalah Urgency Growth Total
O s
1 Terkontaminasi
3 3 3 9
bakteri
2 Kurangnya
kebiasaan 3 3 4 11
mencuci tangan
3 Personal Hygen 4 4 5 13
4 Kondisi padat
3 3 2 8
penduduk
5 Pemukiman
dengan sanitasi 1 1 3 5
yang buruk
6 Sumber air
minum yang 5 3 4 12
kurang baik
7 Kurangnya
edukasi petugas
pelayanan 3 3 2 8
kesehatan
setempat

Dilihat dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi prioritas masalah
dari Diare pada balita di Sumba Barat Daya adalah “Personal Hyegne” dengan total skor
12.
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
1. METODE HANLON

Alternatif Besar Kegawata Kemungkina Total


pemecahan masalah n n diatasi
Masalah Skor : 1-4

Penyuluhan 3 3 2 8
Pelaksanaan 3 3 3 9
program rumah
sehat
Pembagian 4 3 4 11
Leaflet

Kriteria A : Besar Masalah


Alternatif Besar masalah Nilai
pemecahan
Masalah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penyuluhan   3
Pelaksanaan  3
program rumah
sehat
Pembagian  4
Leaflet

Kriteria B : Kegawatan Masalah


Alternatif Keganasan Tingkat Biaya Total
pemecahan urgensi
Masalah Skor : 1-5
Penyuluhan 3 3 1 7
Pelaksanaan 3 3 1 7
Program
Rumah Sehat
Pembagian 4 4 2 10
Leaflet
Kriteria C : Kemudahan dalam penanggulangan

Sangat sulit ditanggulangi 1 2 3 4 5 Sangat mudah


ditanggulanggi
Dari hasil analasisi anggota kelompok didapatkan rata-rata sebagai berikut :
Penyuluhan 2+2+3+1+2+2 = 2
6
Pelaksanaan Program Rumah Sehat 3+4+3+2+4+3 = 3,1
6
2+4+5+4+3+3 = 3,5
6
Pembagian Leaflet

Kategori D : Metode PEARL


Alternatif P E A R L Nilai
pemecahan PEARL
Masalah
Penyuluhan 1 1 0 1 1 0
Pelaksanaan 1 1 1 0 1 0
Program
Rumah Sehat
Pembagian 1 1 1 1 1 1
Leaflet

Penetapan Nilai
1. Nilai Prioritas Dasar(NPD)

NPD = (A+B) C
2. Nilai Prioritas Total(NPT)

NPT = (A+B) C x D
Kesimpulan
Masalah A B C D(PEARL NPD NPT Prior
) itas
Penyuluhan 3 7 2 0 20 0 -
Pelaksanaan 3 7 3,1 0 31 0 -
Program
Rumah Sehat
Pembagian 4 10 3,5 1 49 49 I
Leaflet

2. Metode Reinken

Alternatif M I V C TOTAL Urutan


pemecahan
Masalah
Penyuluhan 3 2 2 2 6 III
Pelaksanaan 4 4 3 4 12 II
Program
Rumah Sehat
Pembagian 5 5 4 4 25 I
Leaflet

3. Metode Bryant

Alternatif P S C M Total Prioritas


pemecahan
Masalah
Penyuluhan 3 3 2 2 36 III
Pelaksanaan 2 3 3 4 72 II
Program
Rumah Sehat
Pembagian 4 3 2 4 96 I
Leaflet
Kegiatan Tujuan Sasaran Biaya/ Waktu Tempat Penanggung Indikator Keteran-
Sumber jawab Keberhasila- gan
n
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Penyuluhan Meningkatkan 50 Ibu Dana BOK: 1x Disesuaikan Ketua tim 1. Menuruny Melakukan
Mengenai pengetahuan dan balita 1. Biaya seminggu dengan penyuluh -a angka koordinasi
PHBS kesadaran masyarakat didesa transportasi disesuaikan lokasi prevalensi dalam
terkait pentingnya Oleate untuk dengan Posyandu penyakit upaya kerja
menerapkan perilaku petugas jadwal Diare sama
hidup bersih dan sehat. Rp.800.000 Posyandu. pada dengan
2. Biaya snack balita. pihak aparat
Rp.700.000 2. Ibu desa untuk
mampu mengajak
menerapk- dan
an dan merangkul
memprakt masyarakat
-ekkan untuk
perilaku mengikuti
hidup kegiatan
bersih dan penyuluhan.
sehat
didalam
keluarga.
Tabel Plan Of Action

Anda mungkin juga menyukai