Anda di halaman 1dari 9

MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

p-ISSN: 1412-4920 e-ISSN: 2775-5614


https://ejournal.undip.ac.id/index.php/mkmi
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

DOI : 10.14710/mkmi.20.3.150-158______________________

Pelaksanaan Keselamatan Pasien di Puskesmas X Ditinjau dari Tujuh


Langkah Menuju Keselamatan Pasien

Sri Astriyani1, Antono Suryoputro1, Rani Tiyas Budiyanti1


1Bagian Administrasi Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang
*Corresponding author : astriyani449@gmail.com

Info Artikel : Diterima 19 Februari 2021 ; Disetujui 28 April 2021 ; Publikasi 1 Juni 2021

ABSTRAK
Latar belakang: Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan berkewajiban dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu. Pelaksanaan program keselamatan pasien juga merupakan suatu
hal yang wajib dilaksanakan oleh seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Puskesmas X adalah salah satu Puskesmas yang ada di Kabupaten Temanggung dengan status akreditasi madya.
Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu menganalisis pelaksanaan program keselamatan pasien di
Puskesmas X Kabupaten Temanggung.
Metode: Penelitian kualitatif menggunakan pendekatan studi kasus di Puskesmas X. Teknik pengumpulan data
yaitu indepth interview dengan purposive sampling. Subyek penelitian ini yaitu Kepala Puskesmas,
Penanggungjawab Keselamatan Pasien, Penanggungjawab Ruangan serta pasien.
Hasil: Pelaksanaan program keselamatan pasien di Puskesmas X belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini
dikarenakan komitmen akan pelaksanaannya yang masih kurang terutama pada sisem pelaporan insiden. Adapun
Puskesmas X juga belum menerapkan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien sehingga dalam
pelaksanaannya masih belum sesuai dengan Permenkes yang mengatur tentang keselamatan pasien. Selain itu
juga terdapat beberapa faktor yang menyebabkan pelaksanaan keselamatan pasien belum optimal yaitu, jumlah
SDM yang kurang dan kurangnya pelatihan terkait keselamatan pasien, tidak adanya anggaran dana untuk
program keselamatan pasien, serta belum adaya kebijakan/SOP yang mengatur tentang penerapan Tujuh Langkah
Menuju Keselamatan Pasien.
Simpulan: Oleh karena itu, Puskesmas perlu membuat kebijakan/SOP yang mengatur tentang penerapan Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien sehingga dalam pelaksanaan program keselamatan pasien dapat lebih
tersistem dan terukur agar dapat lebih optimal.

Kata kunci: Keselamatan Pasien, Program, Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien

ABSTRACT
Title: Analysis of the implementation of patient safety program at X Public Health Center, Temanggung Regency

Background: Publis Health Center as a health service facility is obliged to provide safe and quality health
services. Implementation of a patient safety program is also something that must be carried out by all health
service facilities in providing health services. X Public Health Center is one of the Public health center in
Temanggung Regency with intermediate accreditation status. The purpose of this study is to analyze the
implementation of the patient safety program at the X Public Health Center, Temanggung Regency.
Methods: Qualitative research using a case study approach at X Public Health Center. The data collection
technique was in-depth interview with purposive sampling. The subjects of this study were the head of the Public
health center, the person in charge of patient safety, the person in charge of the room and the patient.
Result: The implementation of the patient safety program at the X Public Health Center has not been implemented
optimally. This is due to the lack of commitment to implementation, especially in the incident reporting system.
The X Public Health Center also has not implemented the Seven Steps to Patient Safety so that its implementation
is still not in accordance with the Permenkes which regulates patient safety. In addition, there are several factors
that cause the implementation of patient safety is not optimal include, the lack of human resources and lack of
150
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia xx(x), 20xx

training related to patient safety, the absence of a budget for patient safety programs, and no policies / SOPs that
regulat about implementing the Seven Steps to Patient Safety.
Conclusion: Therefore, the Puskesmas needs to make a policy / SOP that regulates the implementation of the
Seven Steps to Patient Safety so that the implementation of patient safety programs can be more systematic and
measured in order to be more optimal.

Keywords: Patient Safety, Program, Seven Steps to Patient Safety

PENDAHULUAN
Berdasarkan Permenkes No. 46 tahun 2015 dengan mengacu visi, misi dan tujuan dari fasilitas
tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, pelayanan kesehatan (Puskesmas), kebutuhan pasien,
Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini,
Mandiri Dokter Gigi menyatakan bahwa agar dan faktor lain yang dapat memberikan potensi risiko
puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara kepada pasien sesuai dengan tujuh langkah menuju
optimal maka perlu dikelola dengan baik, mulai dari keselamatan pasien. Dengan tujuh langkah menuju
kinerja pelayanan, proses pelayanan, sampai dengan keselamatan pasien dapat membantu puskesmas
sumber daya yang dipergunakan.1 Maka dari itu, dalam memastikan asuhan yang diberikan sudah
perlu adanya upaya dalam peningkatan mutu, aman, dan apabila terjadi hal-hal yang tidak
manajemen risiko, dan keselamatan pasien yang diinginkan dapat segera diberikan tindakan yang
diterapkan pada pengelolaan Puskesmas sehingga sesuai. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien
dapat memberikan pelayanan yang komprehensif juga dapat membantu Puskemas dalam mencapai
kepada masyarakat. Adapun juga keselamatan pasien sasarannya terkait tata kelola klinik, manajemen
tersebut merupakan salah satu penilaian dalam risiko, dan pengendalian mutu.
akreditasi puskesmas sehingga dalam pemberian Adapun elemen dari tujuh langkah menuju
pelayanan puskesmas dituntut untuk selalu menjaga keselamatan pasien yaitu meliputi membangun
mutu dan keselamatan pasien. kesadaran akan nilai keselamatan pasien, pimpin dan
Keselamatan pasien sendiri merupakan hak dari dukung staf, mengintegrasikan kegiatan manajemen
setiap pasien yang mana sudah tertuang dalam risiko, pengembangan sistem pelaporan, melibatkan
Permenkes No. 11 tahun 2017. Adapun pengertian dan berkomunikasi dengan masyarakat dan pasien,
keselamatan pasien adalah suatu sistem yang belajar dan berbagi tentang pembelajaran
membuat asuhan pasien menjadi lebih aman, mulai keselamatan, pengimplementasian solusi-solusi
dari proses asesmen risiko sampai dengan untuk mencegah cedera.2 Melalui penerapan tujuh
implementasi solusi untuk meminimalkan langkah menuju keselamatan pasien ini maka
munculnya risiko dan mencegah terjadinya cedera. 2 Puskesmas diharapkan dapat menerapkan
Perkembangan isu keselamatan pasien pada penyelenggaraan keselamatan pasien sesuai dengan
Puskesmas tidaklah sedinamis seperti pada tingkat Permenkes No. 11 tahun 2017. Dalam Permenkes No
Rumah Sakit. Hal ini dapat terlihat dari laporan 11 tahun 2017 menyatakan bahwa tujuh langkah
terkait insiden yang terjadi yang mana untuk Rumah menuju keselamatan pasien dapat memperbaiki
Sakit sendiri sudah ada Komite yang menjadi pusat keselamatan pasien yaitu melalui perancangan
untuk melakukan laporan yaitu KKPRS (Komite kegiatan dan pengukuran kinerja, membantu dalam
Keselamatan Pasien Rumah Sakit). Sedangkan untuk memastikan bahwa asuhan yang diberikan seaman
Puskesmas sendiri tidak ada proses laporan ke komite mungkin, dan ketika terjadi suatu hal yang tidak
tertentu. Mayoritas pelaporan insiden di Puskesmas benar dapat segera dilakukan tindak lanjut yang
digunakan sebagai bahan evaluasi internal. Adapun sesuai.2
laporan terkait insiden keselamatan pasien di Rumah Berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan
Sakit dalam kurun waktu 2006-2010 KKRS Kabupaten Temanggung diketahui bahwa terdapat
melaporkan sebanyak 877 kejadian keselamatan beberapa Puskesmas yang status akreditasinya tidak
pasien.3 Selain itu berdasarkan laporan dari KKPRS, mengalami kenaikan dengan kata lain tetap, salah
di Indonesia terdapat 103 laporan terkait insiden satunya yaitu Puskesmas X yang berstatus akreditasi
keselamatan pasien pada tahun 2010 dan 34 laporan madya. Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang
pada tahun 2011 tri wulan pertama.4 Tingginya angka dilakukan di Puskesmas X, pihak Puskesmas
mengenai insiden keselamatan pasien tersebut membenarkan akan terkait status akreditasi tersebut.
menjadi dasar pentingnya upaya keselamatan pasien Adapun dari hasil survey pendahuluan peneliti
pada fasilitas pelayanan kesehatan. mendapatkan data insiden keselamatan pasien di
Mengacu pada Standar Akreditasi Puskesmas Puskesmas X pada tahun 2019 dalam rentang bulan
dan Permenkes No. 11 tahun 2017, maka sudah Januari - Agustus sebanyak 1 kejadian yang termasuk
seharusnya Puskesmas melakukan pelaksanaan dalam kategori KPC (kondisi Potensi Cedera).
keselamatan pasien dengan proses perancangan yang Laporan kejadian tersebut terjadi di Unit MTBS
baik. Proses perancangan yang baik dapat dilakukan (Manajemen Terpadu Balita Sakit) yang diakibatkan
151
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia xx(x), 20xx

karena kesalahan dari petugas di unit MTBS yang Kode Pendidikan Status Masa
kurang jelas dalam menuliskan resep sehingga Kerja
petugas di unit farmasi bingung dalam memberikan IU 1 D3 Penanggungjawab 2
obat. Keselamatan tahun
Adapun berdasarkan hasil wawancara dengan Pasien
tim mutu Puskesmas X, peneliti mendapatkan IU 2 D3 Penanggungjawab 1
informasi bahwa di Puskesmas X sudah membentuk Loket tahun
Tim Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pendaftaran
Pasien (PMKP) dimana dibagi lagi menjadi 2 yaitu IU 3 D3 Penanggungjawab 3
tim mutu dan tim keselamatan pasien sendiri. Hal R. Pemeriksaan tahun
tersebut baru berjalan pada tahun 2019 dari tahun Umum
sebelumnya yang masih menjadi satu tim. Namun IU 4 D3 Penanggungjawab 2
begitu, berdasarkan informasi dari penanggungjawab R. Farmasi tahun
keselamatan pasien Puskesmas X, keberjalanan dari IU 5 D3 Penanggungjawab 1
program keselamatan pasien masih kurang jelas yang Laboraturium tahun
dapat dilihat dari pelaporan tahun 2019 hanya sampai IT 1 S1 Kepala 3
dengan bulan Agustus selanjutnya belum dilakukan Puskesmas tahun
pelaporan lagi bahkan dari awal tahun 2020 hingga IT 2 SMA Pasien -
bulan maret juga keberjalananya masih berhenti IT 3 SD Pasien -
belum ada arahan dari Ketua tim mutu maupun
Kepala Puskesmas.
Analisis Pelaksanaan Program Keselamatan
Berdasarkan situasi tersebut apabila dianalisis
Pasien Di Puskesmas X
menggunakan teori sistem, keselamatan pasien
Pelaksanaan program keselamatan pasien di
merupakan hasil atau output dari proses tertentu Puskesmas X masih belum dilaksanakan secara
dengan menggunakan masukan atau input yang telah optimal. Hal ini terlihat dari pelaporan insiden
ditetapkan dalam pelaksanaan keselamatan pasien.
dimana masih ditemukan laporan insiden
Dari input dan process yang baik akan menghasilkan
keselamatan pasien di Puskesmas X yaitu 1 insiden
output yang baik juga. Berdasarkan hal tersebut maka
yang termasuk pada kategori KPC (Kondisi Potensi
peneliti tertarik untuk menganalisis pelaksanaan Cedera) pada tahun 2019. Selain itu jika dilihat dari
program keselamatan pasien di Puskesmas X yang proses pelaksanaannya Puskesmas X belum
dilihat dari penerapan terhadap Tujuh Langkah
menerapkan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan
Menuju Keselamatan Pasien.
Pasien. berdasarkan hasil wawancara dengan
informan diketahui bahwa dalam proses pelaksanaan
MATERI DAN METODE
program keselamatan pasien di Puskesnas X masih
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kurang tersistem. Adapun pada proses keberjalanan
kualitatif dengan pendekatan studi kasus di program keselamatan pasien di Puskesmas X dimulai
Puskesmas X. Penelitian ini dilaksanakan pada dengan proses perencanaan yang terdiri atas
bulan September hingga Oktober 2020. Subjek pembuatan SOP, penentuan target dan capaian serta
penelitian ditentukan dengan purposive sampling penentuan indikator keberhasilan. Kemudian pada
dengan metode observasi dan wawancara proses pelaksanaan meliputi pemberian pelayanan
mendalam (in-dept interview) kepada informan sesuai SOP yang telah ditetapkan dan sesuai dengan
utama yaitu Penanggungjawab keselamatan pasien sasaran keselamatan pasien, penyediaan fasilitas
dan penanggungjawab unit/ruangan. Sedangkan yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan dan
untuk informan triangulasi terdiri dari Kepala kebutuhan pasien serta pembuatan pelaporan insiden
Puskesmas dan Pasien. Teknik pengolahan dan ketika terjadi kecelakaan atau kondisi yang tidak
analisis data berupa validitas dan reliabilitas dengan diinginkan. Proses yang terakhir yaitu proses
triangulasi sumber kepada 3 orang yaitu Kepala penilaian yang terdiri atas monitoring dan evaluasi
Puskesmas dan 2 pasien. Penelitian yang dilakukan yang dilaksanakan setiap setahun 2 kali. Akan tetapi
sudah mendapatkan ethical clearance dari Fakultas pada proses pelaksanaannya belum sesuai dengan
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro yang tertuang pada Permenkes No. 11 tahun 2017
dengan nomor 262/EA/KEPK-FKM/2020. tentang keselamatan pasien yang menyebutkan
bahwa penyelenggaraan keselamatan pasien
HASIL DAN PEMBAHASAN dilakukan melalui pembentukan sistem pelayanan
Karakteristik Informan yang menerapkan standar keselamatan pasien,
Wawancara mendalam dilakukan dengan 5 sasaran keselamatan pasien dan tujuh langkah
orang informan utama dan 3 orang informan menuju keselamatan pasien.2 Hal ini sesuai dengan
triangulasi. Adapun berikut karakteristik dari yang disampaikan oleh informan yang menyatakan
informan : untuk pelaksanaan program keselamatan pasien di
Puskesmas X memang belum dilaksanakan dengan
maksimal dan akan mengusahakan untuk
152
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia xx(x), 20xx

memberikan pelayanan yang aman dan hasil wawancara dengan informan yang
mengutamakan keselamatan pasien serta menyatakan terkait pelaporan insiden sudah
memperbaiki beberapa hal yang masih kurang seperti terbuka akan tetapi pada proses dokumentasi
pelaporan insiden. secara tertulis belum semua insiden yang
Adapun dalam pelaporan insiden juga masih terlaporkan tercatat secara tertulis. Hal ini sejalan
belum dilakukan secara rutin, hal ini sesuai dengan dengan penelitian oleh Octaviani (2020) tentang
yang disampaikan oleh informan yang menyatakan Evaluasi Pelaksanan Tujuh Langkah Menuju
bahwa untuk pelaporan insiden terakhir dilakukan Keselamatan Pasien di Puskesmas Loa Kulu yang
pada bulan Agustus 2019 setelah itu belum dilakukan menyebutkan bahwa budaya keselamatan pasien
pelaporan insiden lagi terutama pada tahun 2020 di Puskesmas Loa Kulu cukup baik antara
dengan munculnya pandemi covid-19 menyebabkan koordinator unit dan staf dapat melakukan
pihak puskesmas lebih terfokus pada hal tersebut. investigasi dan membuat laporan jika terjadi
Jika dilihat dari keterkaitan tujuh langkah insiden.5
menuju keselamatan pasien dengan pelaksanaan Puskesmas X harus lebih memperhatikan
program keselamatan pasien di suatu fasilitas terkait komitmen dan kesadaran petugas yang
pelayanan kesehatan memiliki keterkaitan yang mana harus lebih ditingkatkan lagi terutama
sangat berpengaruh akan output dari program dalam melaporkan insiden. Dalam hal
keselamatan pasien. Berdasarkan Permenkes No 11 peningkatan kesadaran serta komitmen pada
tahun 2017 telah disebutkan bahwa tujuh langkah pelaksanaan pelaporan insiden seharusnya sudah
menuju keselamatan pasien dapat memperbaiki ditanamkan pada setiap petugas untuk selalu
keselamatan pasien, melalui perencanaan kegiatan melaksanakan budaya keselamatan pasien. Hal
dan pengukuran kinerja, membantu memastikan ini dibutuhkan adanya peran dari jajaran
bahwa asuhan yang diberikan seaman mungkin, dan pimpinan pada fasilitas pelayanan kesehatan
jika terjadi sesuatu hal yang tidak benar bisa segera (Puskesmas X) karena dalam Permenkes No 11
diambil tindakan yang tepat. Selain itu tujuh langkah tahun 2017 disebutkan bahwa harus ada anggota
menuju keselamatan juga bisa membantu fasilitas eksekutif yang bertanggung jawab terkait
pelayanan kesehatan dalam mencapai sasaran- keselamatan pasien yang mana pada fasilitas
sasarannya untuk Tata Kelola Klinik, Manajemen pelayanan kesehatan tingkat pertama yaitu jajaran
Risiko, dan Pengendalian Mutu.2 Akan tetapi pimpinan organisasi.2 Sehingga dari jajaran
Puskesmas X belum menerapkan tujuh langkah pimpinan organisasi dapat menciptakan
menuju keselamatan pasien yang dibuktikan dengan lingkungan kerja di Puskesmas yang membangun
beberapa informan yang kurang mengetahui akan budaya keselamatan pasien terutama budaya
tujuh langkah menuju keselamatan pasien. Selain itu terbuka dalam melaporkan insiden meskipun
juga Puskesmas X belum ada pengukuran kinerja dari insiden kecil yang terjadi.
pelaksanaan keselamatan pasien karena dari output Selain itu menurut Rachmawati (2017) dalam
yang dihasilkan berupa pelaporan dari insiden yang penelitiannya menjelaskan bahwa apabila
terjadi baik insiden yang sudah dilakukan tindak kesadaran dalam melakukan pengembangan ke
lanjut ataupun belum dilakukan tindak lanjut. arah perbaikan masih kurang dan tidak ada upaya
Sehingga penerapan tujuh langkah menuju untuk meningkatkan kesadaran maka berdampak
keselamatan pasien berpengaruh terhadap program pada pelaksanaan keselamatan pasien yang hanya
keselamatan pasien karena dapat membantu sekedar pelaporan insiden saja, dan akan terus
Puskesmas dalam proses pelaksanaan keselamatan berulang untuk insiden yang sama karena tidak
pasien mulai dari perencanaan kegiatan sampai ada upaya pembelajaran, inisiatif, kepedulian,
dengan pengukuran kinerja. serta keterpanggilan untuk melaksanakan
Berikut pelaksanaan keselamatan pasien di pelayanan yang lebih baik dan mengutamakan
Puskesmas X jika dilihat dari tujuh langkah menuju keselamatan pasien.6 Berdasarkan pernyataan
keselamatan pasien : tersebut diketahui bahwa kuragnya kesadaran
a) Langkah 1 : Bangun kesadaran akan nilai yang tidak diimbangi dengan upaya meignkatkan
keselamatan pasien kesadaran maka akan berdampak ke proses
Berdasarkan Permenkes No. 11 tahun 2017 pelaksanaan program keselamatan pasien
tentang Keselamatan Pasien menyebutkan pada kedepan.
langkah bangun kesadaran akan nilai keselamatan b) Langkah 2 : Pimpin dan dukung staf anda
pasien yang dimaksud adalah fasilitas pelayanan Pada Permenkes No.11 tahun 2017 tentang
kesehatan harus menciptakan yang terbuka tidak keselamatan pasien dijelaskan bahwa pada
menyalahkan sehingga aman untuk melakukan langkah kedua dalam tujuh langkah menuju
pelaporan. Dalam arti lain menciptakan budaya keselamatan pasien ini untuk membangun budaya
adil dan terbuka di fasilitas pelayanan kesehatan.2 keselamatan pasien bergantung kepada
Pada langkah ini Puskesmas X sudah termasuk kepemimpinan yang kuat dan kemampuan
menciptakan budaya adil dan terbuka terkait organisasi yaitu mendengarkan pendapat seluruh
pelaporan insiden yang mana dibuktikan dari anggota.2 Peran pemimpin dalam hal ini Kepala
153
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia xx(x), 20xx

Puskesmas dalam pelaksanaan program pasien dan beberapa dari tim keselamatan pasien.
keselamatan pasien sangatlah penting. Pada Akan tetapi ketika dilakukan wawancara
Puskesmas X sendiri peran Kepala Puskesmas beberapa dari mereka kurang mengetahui akan
masih dirasa kurang karena berdasarkan hasil apa itu manajemen risiko. Selain itu juga
wawancara diketahui bahwa Kepala Puskesmas Puskesmas X belum memiliki kebijakan/SOP
jarang melakukan monitoring secara langsung terkait manajemen risiko karena beranggapan
terkhusus untuk program keselamatan pasien. bahwa jarang terjadi insiden dan insiden yang
Adapun monitoring hanya dilakukan oleh terjadi bukanlah insiden yang fatal sehingga
Penanggungjawab Keselamatan Pasien yang manajemen risiko tidak perlu untuk dilakukan.
kemudian disampaikan ke Kepala Puskesmas. Hal serupa juga ditemukan pada penelitian yang
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian oleh Islami dilakukan oleh Rachmawati (2017) yang
(2018) yang menyatakan bahwa di Puskesmas menyebutkan bahwa di Rumah Sakit Islam Sultan
Mangkang peran Kepala Puskesmas terhadap Agung belum semua staf terlibat dalam
pelaksanaan keselamatan pasien sudah sedikit manajemen risiko dan belum semua unit
melakukan upaya dalam memberikan dukungan melakukan monitoring terhadap risiko di unit
yaitu dengan melakukan monitoring dan kerja masing-masing dikarenakan kurangnya
pengecekan kinerja staf ke setiap unitnya.7 pemahaman akan manajemen risiko. Selain itu
Selain itu di Puskesmas X belum diadakan juga didukung belum adanya kebijakan/SOP
pertemuan/pembahasan khusus terkait program terkait manajemen risiko.6
keselamatan pasien. berdasarkan hasil wawancara Pada langkah ini diperlukan peran dan
diketahui bahwa ketika terjadi insiden biasanya koordinasi yang baik setiap staf karena pada
tidak selalu dibawa dalam rapat puskesmas akan proses manajemen risiko diperlukan diskusi
tetapi langsung dicari akar masalahnya kemudian terkait isu-isu manajemen risiko sehingga melalui
segera dilakukan tindal lanjut tanpa harus dibawa diskusi manajemen risiko juga dapat sebagai
dalam rapat. Hal tersebut menunjukkan masih wadah pembelajaran terkait risiko yang terjadi.
terdapat hal yang harus diperbaiki dalam Pengelolaan risiko yang terintegrasi yaitu ketika
komitmen dan dukungan dari pemimpin itu ada pembelajaran yang diambil dari unit lain pada
sendiri untuk meningkatkan budaya keselamatan saat melakukan manajemen risiko dan tindak
pasien di Puskesmas X. Pelaksanaan keselamatan lanjut.6 Sehingga dalam hal ini Puskesmas X
pasien tidak hanya melakukan pelaporan dan perlu menggiatkan forum diskusi terkait
pencatatan insiden saja, adapun juga seharusnya manajemen risiko terutama tim keselamatan
pemimpin ikut serta dalam mendukung dan pasien sehingga setiap anggota dari tim
memiliki komitmen untuk membangun sistem keselamatan pasien paham terkait manajemen
yang lebih baik lagi. risiko dan prosesnya.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Mulyati d) Langkah 4 : Bangun sistem pelaporan
(2016) menjelaskan bahwa unsur pemimpin Dalam Permenkes No. 11 tahun 2017
mempunyai pengaruh yang signifikan dalam disebutkan terkait sistem pelaporan merupakan
menciptakan budaya keselamatan pasien. sangat vital di dalam pengumpulan informasi
Pemimpin memiliki kewenangan dalam sebagai dasar analisa dan penyampaian
menerapkan sistem yang berlaku dalam rekomendasi. Untuk itu pastikan setiap staf
organisasi, maka dari itu gaya kepemimpinan, mudah untuk melakukan pelaporan insiden secara
teknik komunikasi serta kemampuan manajerial internal (lokal) maupun eksternal (nasional). 2
sangat perlu untuk diperhatikan dalam Sistem pelaporan insiden yang dikembangkan
menciptakan lingkungan kerja yang kondusif oleh Puskesmas X masih belum dilakukan dengan
seabgai upaya terciptanya budaya keselamatan maksimal terlihat dari pelaporan yan masih belum
pasien.8 rutin dan terakhir dilakukan pada Agustus 2019.
c) Langkah 3 : Integrasikan kegiatan manajemen Adapu untuk saat ini proses pelaporan insiden
risiko anda termasuk dikesampingkan oleh para petugas
Sesuai Permenkes No. 11 tahun 2017 karena adanya pandemi covid-19 yang mana
dijelaskan bahwa sistem manajemen risiko akan menjadi lebih fokus ke pencegahan penularan
membantu fasilitas pelayanan kesehatan dalam covid-19. Dalam pelaksanaannya pelaporan
mengelola insiden secara efektif dan mencegah dilakukan dengan menggunakan form checklist
kejadian berulang kembali. Sistem manajemen yang telah dibuat oleh penanggungjawab
risiko juga harus didukung oleh strategi keselamatan pasien yang mengacu pada sasaran
manajemen risiko fasilitas pelayanan kesehatan, keselamatan pasien. Namun begitu, form
yang mencakup program-program asesmen risiko checklist tersebut belum sesuai dengan form
secara pro-aktif dan risk register.2 Terkait pelaporan insiden yang tercantum pada
manajemen risiko Puskesmas X pernah Permenkes No.11 tahun 2017. Selain itu
melaksanakan manajemen risiko walaupun hanya kesadaran dan kemauan dari petugas dalam
dilakukan oleh penanggungjawab keselamatan membuat pelaporan juga masih kurang. Sehingga
154
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia xx(x), 20xx

dalam hal ini Puskesmas X perlu mengadakan processing) sehingga akan meningkatkan budaya
sosialisasi terkait manfaat dan pentingnya keselamatan pasien.9
pelaporan insiden. f) Langkah 6 : Belajar dan berbagi tentang
Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian pembelajaran keselamatan
yang dilakukan oleh Octaviani (2020) yaitu tidak Mengacu pada Permenkes No. 11 tahun 2017
optimalnya sistem pelaporan insiden keselamatan tentang keselamatan pasien menjelaskan bahwa
pasien disebabkan karena masih rendahnya apabila terjadi insiden keselamatan pasien, maka
motivasi terkait pentingnya pelaporan sehingga isu yang penting bukan siapa yang harus
diperlukan staf yang memahami konsep disalahkan akan tetapi bagaimana dan mengapa
keselamatan pasien dalam meningkatkan budaya insiden itu terjadi. Dalam belajar dan berbagi
keselamatan pasien.5 tentang pembelajaran keselamatan dapat
e) Langkah 5 : Libatkan dan berkomunikasi dengan menggunakan analisa akar masalah/RCA (Root
pasien dan masyarakat Cause Analysis) guna pembelajaran tentang
Komunikasi yang dimaksud dalam hal ini bagaimana dan mengapa insiden bisa terjadi.
yaitu komunikasi terbuka dari petugas kepada Dalam melakukan belajar dan berbagi terkait
pasien dan keluarga terkait keselamatan pasien. keselamatan pasien di Puskesmas X dilakukan
Seperti yang disebutkan di Permenkes No. 11 ketika rapat ysng berupa sosialisasi dari hasil
taun 2017 tentang keselamatan pasien yaitu peran pelatihan dari petugas yang telah mengikuti
aktif dari pasien dalam proses asuhannya harus pelatihan. Selain itu untuk penggunaan RCA
diperkenalkan dan didorong. Pasien memiliki dalam mencari akar masalah Puskesmas X pernah
peranan kunci dalam membantu penegakan menggunakannya yang mana dilakukan oleh tim
diagnosa yang akurat, dalam memutuskan keselamatan pasien yang dibantu oleh tim mutu.
tindakan pengobatan yang tepat, dalam memilih Akan tetapi tidak semua di tim keselamatan
fasilitas yang aman dan berpengalaman , dan pasien juga paham akan metode RCA ini karena
dalam mengidentifikasi Kejadian Tidak berdasarkan dari wawancara dengan informan
Diharapkan (KTD) serta mengambil tindakan ada beberapa informan yang menyatakan bahwa
yang tepat. Maka dari itu perlu adanya tidak paham akan RCA tersebut. Hal tersebut juga
pengembangan cara-cara berkomunikasi secara menjadi bukti bahwa RCA ini belum
terbuka dan mendengarkan pasien.2 Pada langkah disosialisasikan ke seluruh petugas ataupun ke
ini Puskesmas X belum memiliki kebijakan unit-unit di Puskesmas X. Hasil yang sama juga
maupun panduan terkait mengkomunikasikan didapat oleh Octaviani (2020) dalam penelitian
insiden kepada pasien. Hal ini akan menyebabkan yang menyebutkan pada Puskesmas Loa Kulu
tidak semua insiden dikomunikasikan secara untuk pelaksana analisis akar masalah di
terbuka kepada pasien maupun keluarga pasien. Puskesmas tersebut adalah tim keselamatan
berdasarkan wawancara diketahui bahwa apabila pasien bukan staf atau koordinator unit. Hasil dari
terjadi kesalahan baik dalam pelayanan kesehatan analisis pun belum pernah diinformasikan kepada
atau yang berhubungan dengan pasien maka tidak unit-unit terkait.5
secara terbuka disampaikan ke pasien karena g) Langkah 7 : Implementasi solusi-solusi untuk
petugas tidak ingin terlihat salah dan nantinya mencegah cedera
akan menimbulkan kecurigaan dari pasien. Hal Pada Permenkes No. 11 tahun 2017
ini sejalan dalam penelitian oleh Islami (2018) menjelaskan bahwa dalam setiap insiden
yaitu di Puskesmas Mangkang jika terjadi insiden keselamatan pasien yang terjadi di fasilitas
maka tidak disampaikan kepada pasien dan pelayanan kesehatan diharapkan dapat dijadikan
keluarganya karena dianggap dapat menjadi untuk pembelajaran bagi para petugas. Adapun
masalah dan lebih fokus ke ausit internal.7 salah satu kekurangan dari fasilitas pelayanan
Adapun komunikasi yang dilakukan di kesehatan di masa lalu yaitu ketidakmampuan
Puskesmas X merupakan komunikasi yang dalam mengenali bahwa penyebab kegagalan
memang seharusnya dilakukan ketika akan yang terjadi di satu fasilitas pelayanan kesehatan
melakukan tindakan ke pasien yaitu sesuai bisa menjadi cara untuk mencegah risiko
dengan SOP melakukan tindakan. Sehingga terjadinya kegagalan di fasilitas pelayanan
belum ada pelaksanaan komunikasi secara kesehatan yang lain.2 Pembelajaran terkait
terbuka terkait insiden keselamatan pasien. insiden keselamatan pasien yang pernah terjadi di
pernyataan tersebut sesuai dengan dengan Puskesmas X biasanya disampaikan ketika rapat
penelitian oleh Kusumapradja (2017) yang walaupun di Puskesmas X sendiri belum ada rapat
menyebutkan bahwa pola komunikasi khusus yang membahas tentang keselamatan
berpengaruh terhadap budaya keselamatan pasien.
pasien. Pola komunikasi menggambarkan saling Pengembangan cara-cara agar asuhan pasien
percaya dan terbuka (communication founded on lebih baik dan lebih aman perlu dilakukan supaya
mutual trust and openness), alur dan proses pelaksanaan program keselamatan pasien dapat
informasi yang baik (good information flow and diimplementasikan secara optimal dan dapat
155
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia xx(x), 20xx

mencegah cedera.2 Dalam hal ini Puskesmas X sosialisasi terkait keselamatan pasien yang
telah menggunakan metode FMEA (Failure Mode dilakukan oleh petugas yang pernah mengikuti
and Effect Analysis) akan tetapi belum maksimal pelatihan dari Dinkes akan tetapi belum ada
pelaksanaannya karena sebagian dari informan follow up dan tindak lanjut terkait sosialisasi yang
menyatakan bahwa mereka tidak paham akan telah dilakukan. Pentingnya pelatihan dan
pelaksanaan metode FMEA seperti apa. Adapun sosialisasi disini berpengaruh terhadap proses
juga terkait kebijakan/panduan tentang pelaporan dimana dapat meningkatkan
pelaksanaan FMEA belum ada di Puskesmas X. pemahaman dari petugas sehingga dapat
Kurangnya pemahaman dari para petugas akan meningkatkan kesadaran untuk melakukan
metode FMEA juga menjadi kendala dalam pelaporan. Karena dalam hal ini pelaporan
pelaksanaan FMEA di Puskesmas X. insiden merupakan output yang dihasilkan dari
program kesalamatan pasien di Puskesmas X
Berdasarkan dari analisis tujuh langkah menuju sehingga perlu adanya peningkatan kesadaran
keselamatan pasien tersebut diketahui bahwa pada akan pelaporan insiden agar dapat dijadikan tolak
setiap langkah masih terdapat beberapa kendala ukur dari keberhasilan program keselamatan
seperti komitmen petugas yang masih kurang, peran pasien.
pemimpin yang masih kurang, kurangnya Pendidikan dan pelatihan dapat meningkatkan
pemahaman dan kesadaran dari petugas akan kinerja petugas dalam melakukan pelaporan
pentingnya melakukan pelaporan insiden belum insiden.11 Menurut Hwang, dkk (2019) dalam
adanya kebijakan/SOP yang mengatur terkait penelitian Jenita (2019) menjelaskan bahwa
komunikasi terbuka kepada pasien terkait insiden pelatihan yang diberikan kepada perawat
yang terjadi. mengenai sistem pelaporan insiden seperti
maksud, tujuan dan manfaat laporan, alur laporan,
Analisis Variable Input dalam Pelaksanaan bagaimana cara mengisi formulis laporan insiden,
Program Keselamatan Pasien di Puskesmas X kapan harus melaporkan, pengertian-pengertian
Dari varibel proses dalam pelaksanaan program yang digunakan dalam sistem pelaporan dan cara
keselamatan pasien tidak terlepas dengan kendala menganalisa laporan dapat meningkatkan kinerja
yang berasal dari variabel input yang berpengaruh perawat dalam melakukan pelaporan insiden.11
terhadap pelaksanaan program tidak berjalan dengan b. Ketersediaan Dana
maksimal. Dalam variabel input pada penelitian ini Dana merupakan salah satu hal yang dapat
ada aspek yang mempengaruhi terhadap pelaksanaan menunjang keberlangsungan kegiatan dalam
program keselamatan pasien di Puskesmas X mencapai tujuan. Pengadaan dana khusus terkait
diantaranya sumber daya manusia, ketersediaan program keselamatan pasien di Puskesmas X
dana, serta kebijakan/SOP. belum diadakan. Hal ini sesuai dengan yang
a. Sumber Daya Manusia dinyatakan oleh informan bahwa di Puskesmas X
Pada aspek sumber daya manusia merupakan belum ada anggaran khusus untuk program
aspek yang mempunyai peran penting dalam keselamatan pasien. Adapun anggaran dana yang
keberjalanan suatu program10 karena sumber daya diadakan diperuntukkan pada penyediaan dan
manusia menjadi peran utama yang menjalankan pemeliharaan fasilitas pendukung keselamatan
program sehingga dapat menciptakan dan pasien. Pada proses pelaksanaan tujuh langkah
merealisasikan program yang sedang dijalankan. menuju keselamatan pasien yang telah dianalisis
Terkait sumber daya manusia pada proses ditemukan kendala masih kurang komitmen dari
pelaksanaan tujuh langkah menuju keselamatan petugas akan penerapan budaya keselamatan
pasien, kurangnya pemahaman akan hal tersebut pasien. Dalam hal ini penganggaran dana
menyebabkan proses pelaksanaan program memiliki pengaruh terdapat penignkatan
keselamatan pasien belum sesuai dengan tujuh komitmen yang mana penganggaran dana tidak
langkah menuju keselamatan pasien. Berdasarkan hanya diperuntukkan untuk penyediaan dan
hasil wawancara dengan informan didapatkan pemeliharaan fasilitas saja namun dapat
bahwa beberapa dari informan menyatakan digunakan untuk upaya peningkatan pengetahuan
kurang paham akan tujuh langkah menuju petugas dengan pengadaan pelatihan serta
keselamatan pasien. Sehingga jika dari hasil peningkatan motivasi dan komitmen petugas
analisis pada proses pelaksanaan tujuh langkah dengan pemberian reward. Sehingga ketersediaan
menuju keselamatan pasien terdapat kendala pada dana juga berpengaruh terhadap proses
setiap langkahnya. pelaksanaan tujuh langkah menuju keselamatan
Pemahaman yang kurang akan hal tersebut pasien pada program keselamatan pasien.
disebabkan karena belum ada pelatihan yang Hal yang sama juga ditemukan pada
mana sesuai dengan yang disampaikan oleh penelitian oleh Neri (2018) dimana ditemukan
informan dimana pada Puskesmas X belum pada RSUD padang Pariaman belum terdapat
pernah diadakan pelatihan terkait keselamatan dana khusus untuk program keselamatan pasien.
pasien. Adapun di Puskesmas X pernah dilakukan Hal ini didapatkan dari telaah dokumen yang
156
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia xx(x), 20xx

ditemukan belum ada dana untuk pelaksanaan baik yang dapat dilihat pada setiap langkahnya masih
monitoring dan evaluasi terkait program belum dilaksanakan dengan baik dan terdapat
keselamatan pasien. Selain itu juga belum ada kekurangan. Adapun beberapa kendala dan
pemberian reward untuk pemberian jasa kekurangan jika ditinjau dengan tujuh langkah
pelayanan kepada Tim Keselamatan Pasien menuju keselamatan pasien yaitu komitmen dari
Rumah Sakit (TKPRS) sehingga berdampak pada petugas yang masih kurang terkait budaya dan
kurangnya motivasi tim dalam bekerja.10 pelaporan insiden keselamatan pasien, peranan dari
c. Kebijakan/SOP pemimpin yang masih kurang dalam memonitor
Puskesmas X belum menerapkan tujuh program, kurangnya pemahaman dan kesadaran
langkah menuju keselamatan pasien hal ini petugas akan pentingnya melakukan pelaporan
dikarenakan karena belum adanya kebijakan yang insiden belum adanya kebijakan/SOP yang mengatur
mengatur terkait penerapan tujuh langkah menuju terkait komunikasi terbuka kepada pasien terkait
keselamatan pasien di Puskesmas X. Sehingga insiden yang terjadi.
pada proses pelaksanaan program keselamatan Proses pelaksanaan keselamatan pasien di
pasien jika ditinjau dari pelaksanaan tujuh Puskesmas X belum sesuai dengan tujuh langkah
langkah menuju keselamatan pasien belum sesuai menuju keselamatan pasien disebabkan karena tidak
dengan yang seharusnya dilakukan pada setiap ada pedoman/kebijakan di Puskesmas X yang
langkahnya. Dengan adanya kebijakan / SOP mengatur terkait penyelenggaraan tujuh langkah
yang mengatur tentang penerapan tujuh langkah menuju keselamatan pasien. Dalam hal ini penting
menuju keselamatan pasien dapat menjadi acuan adanya kebijakan/pedoman terkait pelaksanaan
bagi puskesmas untuk melaksanakan proses dari program dapat dijadikan acuan puskesmas untuk
program keselamatan pasien menjadi lebih menjalankan proses pelaksanaan suatu program.
tersistem dan terukur sehinga pada proses tidak Selain itu tidak adanya pedoman yang mengatur
hanya dilakukan pemberian pelayanan sesuai terkait penyelenggaraan tujuh langkah menuju
dengan SOP dan sasaran keselamatan pasien, keselamatan pasien tersebut berpengaruh terhadap
penyediaan dan pemeliharaan fasilitas serta pemahaman dari petugas pukesmas. Adapun
pelaporan insiden saja. Adapun dengan kurangnya pemahaman dari para staf terkait tujuh
penerapan tujuh langkah menuju keselamatan langkah menuju keselamatan pasien juga menjadi
pasien juga dapat mengukur kinerja petugas salah satu penyebab dalam proses pelaksanaan
sehingga dapat dijadikan evaluasi dan dapat program keselamatan pasien. Sehingga dalam proses
dilakukan perencanaan serta perbaikan untuk pelaksanaannya belum mengacu pada tujuh langkah
kedepannya. menuju keselamatan pasien yang mengakibatkan
Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Islami proses pelaksanaan program tidak terstruktur dan
(2018) yang menyatakan bahwa di Puskesmas tersistem. Hal ini dapat dilihat pada pelaporan insiden
Mangkang juga belum terdapat dokumen yang yang tidak setiap insiden dilaporkan secara tertulis.
menjabarkan terkait tujuh langkah menuju Selain itu pelaporan insiden secara tertulis hanya
keselamatan pasien sehingga staf yang ada belum untuk keperluan akreditasi puskesmas saja. Sehingga
memahami akan tujuh langkah menuju tidak semua insiden terdokumentasi secara teratur
keselamatan pasien.7 dalam suatu dokumen.

Keterkaitan Variabel Input dan Proses Terhadap SIMPULAN


Output Dalam Program Keselamatan Pasien di Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan
Puskesmas X kesimpulan pelaksanaan program keselamatan pasien
Berdasarkan hasil temuan yang mana didapatkan di Puskesmas X belum optimal dikarenakan pada
adanya kejadian/insiden terkait keselamatan pasien proses pelaksanaannya belum menerapkan tujuh
di Puskesmas X dimana ditemukannya data terkait langkah menuju keselamatan pasien sesuai yang
adanya insiden keselamatan pasien tersebut tercantum pada Permenkes No. 11 tahun 2017. Selain
merupakan output dari program keselamatan pasien itu jika ditinjau dari tujuh langkah menuju
di Puskesmas X sehingga dilakukan penelitian lebih keselamatan pasien belum dilaksanakan dengan baik
lanjut terkait pelaksanaan program keselamatan karena pada setiap langkahnya masih terdapat
pasien di puskesmas tersebut. Dari hasil penelitian kekurangan. Adapun faktor yang menyebabkan
diketahui bahwa terdapat kendala yang menyebabkan pelaksanaan program keselamatan pasien belum
masih terdapat insiden terkait keselamatan pasien di maksimal yaitu belum adanya kebijakan yang
Puskesmas X yaitu pada proses pelaksanaannya. mengatur terkait penerapan tujuh langkah menuju
Dimana pada proses pelaksanaannya masih belum keselamatan pasien, kurangnya pemahaman para staf
sesuai dengan Permenkes No. 11 tahun 2017 yaitu akan tujuh langkah menuju keselamatan pasien, serta
belum menyelenggarakan tujuh langkah menuju tidak adanya anggaran dana khusus program
keselamatan pasien pada pelaksanaannya. Apabila keselamatan pasien. Oleh karena itu diperlukan
ditinjau dari tujuh langkah menuju keselamatan adanya pembuatan kebijakan untuk penerapan tujuh
pasien tersebut ternyata belum dilaksanakan dengan langkah menuju keselamatan pasien di Puskesmas X
157
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia xx(x), 20xx

sehingga dapat dilakukan perencanaan baik dari segi Keselamatan Pasien Di Puskesmas Loa Kulu
sumber daya manusianya sampai dengan proses Kabupaten Kutai Kartanegara. J Kedokt
evaluasi dan monitoring program keselamatan Mulawarman. 2020;7(September):30–42.
pasien. Pengadaan pelatihan terkait keselamatan 6. Rachmawati AR, Wigati PA, Sriatmi A.
pasien untuk seluruh staf di Puskesmas X dalam Analisis Pelaksanaan Tujuh Langkah Menuju
upaya peningkatan pemahaman petugas terkait Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit Islam
keselamatan pasien dan tujuh langkah menuju Sultan Agung Semarang. J Kesehat Masy.
keselamatan pasien terutama pentingnya pelaporan 2017;5.
insiden. Pengadaan anggaran dana yang dapat 7. Islami K, Arso SP, Lestantyo D. Analisis
mendukung program keselamatan pasien. Serta Pelaksanaan Program Keselamatan Pasien
diadakannya pertemuan khusus yang membahas Puskesmas Mangkang, Kota Semarang. J
tentang keselamatan pasien sebagai wujud dukungan Kesehat Masy. 2018;6(4):27–41.
dari pimpinan dalam program keselamatan pasien. 8. Mulyati L, Rachman D, Herdiana Y, Kuningan
Selain itu juga diharapkan Puskesmas X dapat S, Barat J. Fakor Determinan yang
melakukan pelaporan insiden secara eksternal Memengaruhi Budaya Keselamatan Pasien di
minimal kepada Dinas Kesehatan setempat agar RS Pemerintah Kabupaten Kuningan
dapat dilakukan monitoring terkait pelaksanaan Determinant factors that are Influencing Patient
program keselamatan pasien agar program lebih Safety Culture in a Government-owned
terukur keberjalanannya. Hospitals in Kuningan Regency. J Keperawatan
Padjadjaran. 2016;4:179–90.
DAFTAR PUSTAKA 9. Kusumapradja R. Analisis Budaya Keselamatan
1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 45 tahun 2015 Pasien di Rumah Sakit Wilayah DKI Jakarta. J
tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Bunga Rampai. 2016;14.
Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat 10. Neri RA, Lestari Y, Yetti H. Analisis
Praktik Mandiri Dokter Gigi. Pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien Di
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 11 tahun Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Padang
2017 tentang Keselamatan Pasien. Pariaman. J Kesehat Andalas. 2018;7:48.
3. Ulumiyah NH. Meningkatkan Mutu Pelayanan 11. Jenita A, Arief YS, Misbahatul E. Analisis
Kesehatan Dengan Penerapan Upaya Faktor yang Berhubungan dengan Pelaporan
Keselamatan Pasien Di Puskesmas. J Adm Insiden Keselamatan Pasien pada Perawat (
Kesehat Indones. 2018;6(2):149. Factor Analysis retaled to the Incident
4. Brahmana RP, Wahyudi K, Hilfi L. Perspektif Reporting of Patient Safety Incident ). Fundam
Tenaga Kesehatan: Budaya Keselamatan Pasien Manag Nurs J. 2019;2(1):7–15.
Pada Puskesmas Poned Di Kota Bandung. J Sist 12. Mandriani E, Hardisman H, Yetti H. Analisis
Kesehat. 2018;3(3):116–21. Dimensi Budaya Keselamatan Pasien Oleh
5. Octaviani N, Nulhakim L. Evaluasi Petugas Kesehatan di RSUD dr Rasidin Padang
Pelaksanaan Tujuh Langkah Menuju Tahun 2018. J Kesehat Andalas. 2019;8(1):131.

158

Anda mungkin juga menyukai