Anda di halaman 1dari 12

Oseana, Volume 44, Nomor 1 Tahun 2019 : 26 - 37 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185

PENGARUH FAKTOR HIDRODINAMIKA


TERHADAP SEBARAN LIMBAH AIR PANAS DI LAUT

Oleh
Dewi Surinati1) dan Muhammad Ramadhani Marfatah2)

ABSTRACT
HYDRODYNAMICS EFFECT TO THE DISTRIBUTION OF THERMAL
WASTE IN THE OCEAN. The ocean is a thermal waste disposal site derived from
thermal power plants. The ecosystems and marine biota could be disrupted even massive
damaged if this waste was disposed into the ocean without proper processing. All
activities in the ocean need a well understanding of hydrodynamics to avoid or minimize
any negative effects that may occur. It needs dispersion modeling of heat water prior
to the construction of the power plant in order to reduce the impact of environmental
damage.

PENDAHULUAN Salah satu limbah yang


mengkhawatikan bagi kelangsungan
Pencemaran lingkungan dibagi
kehidupan biota laut adalah limbah
menjadi tiga jenis berdasarkan tempat
panas. Buangan limbah panas terbesar
terjadinya, yaitu pencemaran udara,
berasal dari pembangkit listrik. Apabila
pencemaran air dan pencemaran tanah. Di
limbah ini menyebar ke seluruh perairan
Indonesia, kerusakan lingkungan akibat
laut maka akan sangat membahayakan
pencemaran udara, air dan tanah sudah
bagi  lingkungan laut dan hajat hidup
sangat kritis. Laut  merupakan penampung
biota laut tentunya. Pembangkit listrik
segala sampah yang ada di muka bumi
merupakan salah satu teknologi untuk
ini. Sampah yang berasal dari daratan
pemenuhan kebutuhan energi bagi
mulai dari limbah domestik, limbah
manusia. Pembangkit listrik seperti
industri, serta limbah akibat transportasi
Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap
jalur laut, baik itu yang sengaja maupun
(PLTG/PLTU) merupakan suatu pusat
tidak disengaja. Paradigma tersebut telah
pembangkit listrik yang menggunakan
menghapus konteks pengertian laut yang
tenaga uap sebagai penggerak utama
sesungguhnya bahwa laut merupakan
turbin untuk menghasilkan listrik.
sumberdaya yang kaya keanekaragaman,
Selain memasok kebutuhan listrik,
keunikan biota dan fenomena yang
juga menghasilkan limbah air buangan
menyimpan berbagai misteri yang
(cooling water) yang langsung dibuang
belum terpecahkan serta merupakan satu
secara sirkuler ke laut berupa limbah air
kesatuan ekosistem yang ada di dunia ini
panas yang suhunya lebih tinggi daripada
(Rochmad, 2006).
1)
Pusat Penelitian Oseanografi (P2O)-LIPI
2)
Badan Informasi Geospasial (BIG)

26
suhu air sebelum dipakai untuk pendingin hal daerah telah menetapkan baku mutu air
(Hutomo & Arinardi, 1992). Pembuangan laut lebih longgar sebelum ditetapkannya
limbah tersebut secara langsung ke laut keputusan ini, maka baku mutu air
tanpa melalui proses pendinginan kembali laut tersebut perlu disesuaikan dengan
dapat menyebabkan pengaruh atau keputusan ini selambat-lambatnya dalam
dampak, baik secara langsung maupun jangka waktu dua tahun sejak tanggal
tidak langsung terhadap organisme yang ditetapkannya keputusan ini”. Dalam
hidup di dalamnya. hal ini pemerintah daerah harus segera
melakukan evaluasi terhadap Surat
Regulasi pengelolaan buangan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
limbah air pendingin (cooling water) di
Hidup tersebut (Kusuma, 2012).
Indonesia cukup mendapat perhatian,
dibuktikan dengan dikeluarkannya
beberapa peraturan yang menetapkan PENCEMARAN LIMBAH AIR
baku mutu parameter suhu. Demi menjaga PANAS (THERMAL WASTE
kelestarian fungsi lingkungan laut, POLLUTION)
Menteri Negara Lingkungan Hidup telah
Suhu merupakan salah satu
melakukan upaya pengendalian terhadap
variabel lingkungan yang paling
kegiatan-kegiatan yang dapat mencemari
penting untuk keberlangsungan hidup,
atau merusak lingkungan laut. Salah satu
pertumbuhan, dan reproduksi organisme
upaya yang dilakukan adalah menetapkan
akuatik (Effendi, 2003). Suhu perairan
baku mutu suhu air laut, serta kehidupan
tropis seperti di Indonesia dapat berubah,
biota laut melalui Keputusan Menteri
karena pengaruh lingkungan dalam
Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004.
jangka waktu tertentu. Suhu perairan
Keputusan Menteri tersebut memberi
dapat meningkat secara signifikan akibat
batasan bagi industri yang beroperasi di
aktivitas industri yang membuang limbah
wilayah pesisir agar tidak membuang
berupa air panas secara langsung ke
limbah pada perairan melebihi ambang
laut, fenomena tersebut dikenal dengan
batas yang telah ditetapkan. Meskipun
pencemaran limbah air panas/thermal
demikian, kebijakan ini menimbulkan
waste pollution (Huboyo & Zaman,
masalah dalam implementasinya,
2007).
mengingat aktivitas industri di wilayah
pesisir selama ini menggunakan baku Pencemaran limbah air panas
mutu yang ditetapkan oleh pemerintah (Thermal Waste Pollution) adalah
daerah setempat yang bersifat sangat masukan air dalam jumlah besar yang
longgar sehingga beberapa industri telah mengalami pemanasan dari satu atau
melampaui baku mutu yang ditetapkan sejumlah industri yang menggunakan
dalam keputusan tersebut. Untuk sumber yang sama. Hal tersebut
menangani masalah ini, pemerintah menyebabkan suhu airnya melebihi
mengeluarkan Kepmen LH No.51 Tahun kondisi normalnya. Industri air pendingin
2004 Pasal 5 (2) yang berbunyi “Dalam menjadi sumber awal panas dimana

27
pembangkit tenaga listrik menggunakan pembangkit listrik tenaga minyak atau
80% air pendingin Huboyo & Zaman, batu bara dengan tenaga 1000 MW (Chin,
2007). 2006). Pengoperasian suatu instalasi
pembangkit listrik tenaga termal, baik
Sejauh ini, jumlah terbesar
yang berbahan bakar batubara, minyak
dari buangan limbah air panas ke laut
bumi maupun energi nuklir, umumnya
adalah dari pembangkit listrik (Gambar
menggunakan air laut sebagai pendingin.
1). Sekitar 20 juta meter kubik air
Air pendingin yang masuk kembali ke
pendingin dengan suhu  12 oC di atas
laut memiliki suhu di atas suhu normal
suhu normal air laut, dibuang oleh
air laut (Cahyana, 2015).

Gambar 1. Contoh pembuangan limbah air PLTU Mpanau (Rivai, 2016)

Limbah air panas dari instalasi hidup pada rentang suhu tertentu, dan
pembangkit listrik biasanya dibuang berbeda untuk setiap kelompok biota.
secara langsung ke sungai sehingga Populasi hewan air akan menurun pada
meningkatkan suhu air dan menimbulkan suhu tinggi, dan hanya sedikit jenis
pencemaran termal. Kenaikan suhu 10 hewan yang dapat hidup pada suhu
derajat dapat mempercepat aktivitas di atas 40oC. Tumbuhan lebih tahan
metabolisme biota air menjadi dua kali terhadap kenaikan suhu. Kenaikan
dari biasanya. Masing-masing jenis biota suhu air akan menurunkan prosentasi
air memiliki kecepatan metabolik yang kelarutan oksigen. Pengaruh thermal
berbeda, sehingga biota air hanya dapat waste pollution juga meningkatkan

28
toksisitas zat kimia tertentu. Minyak biaya produksi. Air limbah dan bahan
dan petrokimia sejenis yang mencemari buangan industri akan mengubah pH
perairan akan membentuk lapisan tipis air yang akhirnya akan mengganggu
di permukaan air yang menghalangi kehidupan biota akuatik. Sebagian besar
pertukaran oksigen dalam air dengan di biota akuatik sensitif terhadap pH dan
atmosfer. Hal ini menyebabkan penurunan menyukai pH antara 7-8,5. Nilai pH
kandungan oksigen dalam air. Perubahan sangat memengaruhi proses biokimiawi
suhu yang terjadi kemungkinan dapat perairan, misalnya proses nitrifikasi akan
memengaruhi salinitas baik terhadap berakhir pada pH yang rendah (Sumantri,
air limbah pendingin sendiri maupun 2010).
terhadap perairan sepanjang penyebaran
Pada PLTU, klorin digunakan
air limbah. Hal itu disebabkan adanya
untuk membunuh biota laut , agar
proses percampuran antara air limbah
biota tersebut tidak menyumbat
dengan badan air di titik pembuangan,
saluran air pendingin. Air pendingin
dan sekitarnya (Huboyo & Zaman, 2007).
dari air laut diperlukan dalam jumlah
Pembuangan air limbah secara langsung
besar, yaitu beberapa ton per detik.
ke badan air sekitarnya tanpa melalui
Air laut ini mengandung berbagai
proses pendinginan dapat menyebabkan
bakteri (mikroorganisme) yang dapat
perubahan kualitas perairan, baik
tumbuh dan menempel pada saluran,
langsung maupun tidak langsung.
sehingga mengurangi efektivitas dan
Selain itu, dapat berpengaruh terhadap
efisiensi sistem pendinginan PLTU.
organisme yang hidup di dalam badan
Tindakan penyuntikan gas klor (Cl2)
air (Trihadiningrum & Tjondronegoro,
ke dalam saluran air, dilakukan untuk
1998).
membunuh mikroorganisme tersebut.
Air menjadi satu kebutuhan Penyuntikan gas klor ini tidak dilakukan
penting yang digunakan pada setiap secara kontinu, hal ini untuk mencegah
pembangkit tenaga listrik yang memakai terjadinya kekebalan mikroorganisme
uap air sebagai media kerjanya. (Marsudi, 2011).
Pengadaan dan kualitasnya menjadi satu
Laut merupakan salah satu
hal yang sangat dijaga di setiap PLTU.
tempat pembuangan limbah panas dari
Air juga dimanfaatkan untuk kebutuhan
pembangkit listrik tenaga panas. Jika
pendinginan, perawatan kebersihan,
limbah panas yang dibuang menuju laut
mengontrol polutan, dan sebagai media
tidak sesuai dengan suhu normal laut,
kerja untuk siklus uap air. Treatment air
maka kehidupan biota laut disekitar
yang baik dapat mencegah terbentuknya
pembuangan limbah panas akan
kerak dan korosi pada sistem pembangkit
terganggu (Fudlailah et al., 2011). Limbah
listrik, yang bekerja pada siklus uap
yang mempunyai suhu panas akan
air tekanan tinggi demi menghindari
mengganggu pertumbuhan biota tertentu.
kerugian ekonomi karena penurunan
Suhu yang dikeluarkan suatu limbah
kemampuan produksi dan kenaikan
cair harus merupakan suhu alami. Suhu

29
mempengaruhi aktivitas kimiawi dan konduksi dan konveksi terjadi pada
biologis. Pada suhu tinggi pengentalan batas air dan udara. Biasanya permukaan
cairan akan berkurang dan mengurangi laut lebih panas dari udara di atasnya,
sedimentasi. Tingkat zat oksidasi lebih sehingga terdapat sejumlah panas yang
besar pada suhu tinggi dan pembusukan hilang dari laut melalui proses konduksi.
jarang terjadi pada suhu rendah (Ginting, Dengan kata lain, bahwa luas sebaran
2007). polutan panas dari kanal pendingin
tergantung pada beberapa faktor, yaitu
Perairan yang menerima air
volume air limbah, suhu air limbah, suhu
pendingin, lambat laun akan mengalami
ambien air laut dan sirkulasi air laut
kenaikan suhu akibat pembuangan air
di lokasi masuknya air limbah ke laut
pendingin (Hutomo & Arinardi, 1992).
(Cahyana, 2015).
Tindakan pengawasan perairan perlu
dilakukan dengan cara monitoring untuk Untuk mengetahui sebaran air
mengetahui jenis polutan dan bagaimana limbah ke badan air sekitarnya perlu
penyebaran polutannya (Kartini adanya suatu sistem yang informatif.
& Danusaputro, 2005). Perubahan Penelitian-penelitian sebelumnya hanya
suhu dapat menyebabkan perubahan menghasilkan database yang kurang
keseimbangan dinamis oksigen dalam air informatif untuk program mengenai
yang kompleks yang berhubungan dengan kualitas lingkungan di masa yang akan
reaerasi atmosfir, produksi fotosintesis, datang (Bhattacharya et al., 2003). Sistem
difusi, percampuran dan sebagainya. yang informatif akan memudahkan dalam
Oleh karena itu, perlu adanya penelitian analisis kondisi lingkungan yang terjadi
terhadap penyebaran polutan limbah khususnya mengenai kondisi penyebaran
panas pada daerah yang terkontaminasi limbah air panas dan kemungkinan
(Huboyo & Zaman, 2007). perubahan salinitasnya.
Transpor polutan limbah panas
terjadi karena proses adveksi, difusi, HIDRODINAMIKA LAUT
konduksi, konveksi, serta turbulensi laut.
Definisi hidrodinamika adalah
Pertukaran gas udara-laut yang disinyalir
studi ilmiah tentang gerak fluida,
berpengaruh besar pada perubahan air
khususnya zat cair incompressible
laut akibat adanya limbah cair, pengaruh
yang dipengaruhi oleh gaya internal
distribusi Suspended Particulate
dan eksternal. Dalam hidrodinamika
Matter (SPM) air laut yang mengalami
laut, gaya yang terpenting adalah gaya
pengendapan (sinking), dan deposisi
gravitasi, gesekan dan Coriolis. Gaya
partikel selanjutnya sebagai sedimen
gravitasi merupakan gaya yang dominan
dan melihat degradasi dalam air laut
dalam hidrodinamika. Perubahan
(Anonymous, 2014).
gravitasi yang diakibatkan oleh gerakan
Proses adveksi dan difusi terjadi matahari dan bulan relatif terhadap bumi,
pada badan air laut, sedangkan proses menyebabkan terjadinya pasang surut,

30
arus dan pencampuran. Gaya gesekan merupakan salah satu faktor penting
adalah gaya yang bekerja pada dua buah dalam proses distribusi limbah panas.
permukaan yang saling bersentuhan dan Batimetri juga berhubungan dengan
terjadi gerak relatif antara keduanya. kecepatan dan arah arus, pasang surut
Gaya adalah gaya semu yang dominan dan sedimen. Selain itu, bentuk batimetri
dan memengaruhi gerak dalam sistem juga memengaruhi hasil dari model
koordinat yang disesuaikan terhadap yang dilakukan dimana terdapat faktor
bumi. Efek Coriolis disebabkan oleh kekasaran dasar (resistance) yang juga
rotasi bumi dan menentukan arah rotasi digunakan dalam inputan model (Sianturi
dari massa air, akibatnya arus berputar et al., 2013).
searah jarum jam di bumi bagian selatan,
Simulasi untuk penyebaran
dan berlawanan arah jarum jam di bumi
limbah panas dilakukan dengan
bagian utara (Stewart, 2006).
menambahkan data pasang perbani dan
Segala sesuatu yang terjadi di purnama, serta surut saat perbani dan
suatu perairan membutuhkan adanya purnama. Oleh karena itu, perlu survey
pemahaman hidrodinamika, hal ini hidrooseanografi untuk mendapatkan
untuk menghindari atau meminimalisasi gambaran mengenai kondisi pasang
efek negatif yang dapat terjadi di surut perairan setempat. Pasang surut
perairan, salah satunya adalah masalah merupakan salah satu faktor yang
pencemaran limbah cair panas. memengaruhi rambatan panas di
Penyelesaian permasalahan tersebut perairan laut. Nilai elevasi tertinggi
dapat dilakukan dengan cara yang terjadi saat pasang tertinggi, yaitu saat
beragam, seperti pemodelan fisik dan Pasang Purnama, sedangkan elevasi
model hidrodinamika. Permodelan fisik terendah adalah pada saat Pasang
membutuhkan banyak biaya, waktu, dan Perbani (Anonymous, 2014). Hal ini
ruang yang cukup luas, serta tidak fleksibel mengindikasikan bahwa tinggi rendahnya
dalam membuat berbagai atau skenario elevasi muka air laut, akan berpengaruh
yang dibutuhkan. Salah satu kajian pada angka kenaikan suhu air laut. Pada
yang banyak digunakan adalah dengan saat terjadi surut, kekuatan debit dari air
menggunakan model hidrodinamika, limbah lebih mendominasi dibandingkan
karena permodelan ini lebih menghemat kekuatan pasang-surut air laut (Fudlailah
biaya, tidak membutuhkan banyak et al., 2011).
tempat untuk dapat memodelkan, lebih
Hasil perhitungan luasan daerah
efisien saat melakukan tahapan-tahapan
yang terdampak kenaikan suhu air
pemodelan dan dapat dengan mudah
laut tertinggi dari beberapa penelitian
melakukan berbagai macam skenario
menunjukkan bahwa luasan terdampak
untuk perbandingan hasil dan kajian yang
pada saat musim penghujan lebih besar
dibutuhkan (Sianturi et al., 2013).
dibandingkan dengan kondisi musim
Pemodelan hidrodinamika kemarau. Meskipun kenaikan suhu
memerlukan data batimetri. Batimetri tertinggi di lokasi yang tegak lurus

31
dengan mulut kanal terjadi pada keadaan karakteristik fisik, seperti suhu air
surut purnama penghujan, namun pada limbah, karakteristik biologi terutama
keadaan pasang purnama penghujan kelimpahan biota laut serta karakteristik
luasan area terdampak kenaikan suhu air kimia terkait dengan kandungan zat
laut >1.5-2°C lebih besar. Luasan area dan logam berbahaya dalam air limbah
terdampak terendah adalah pada saat tersebut); 2. kondisi oseanografi meliputi
pasang purnama kemarau (Fudlailah et arus, gelombang dan pasang surut; 3.
al., 2011). kondisi meteorologi, terutama angin; 4.
sirkulasi massa air tempat pembuangan
limbah.
PEMODELAN SEBARAN LIMBAH
AIR PANAS Data input yang digunakan
dalam pemodelan meliputi data
Pemodelan penyebaran limbah
hidrodinamika (pasang surut, batimetri,
air panas menunjukkan bahwa sebaran
arah dan kecepatan angin) musim barat
kenaikan suhu air laut akan meluas,
dan musim timur, suhu ambien perairan
seiring dengan pertambahan kenaikan
serta data gradien suhu (∆T) yang berasal
suhu limbah panas (air bahang).
dari buangan air pendingin (cooling
Pada musim penghujan dan kemarau,
water). Data validasi merupakan data
menunjukkan kenaikan suhu air laut
yang diperoleh berdasarkan pengamatan
lebih meluas pada kondisi surut.
langsung di lapangan. Data tersebut
Pemodelan penyebaran limbah panas ini
digunakan untuk melihat pola kesesuaian
dapat digunakan untuk memperkirakan
dari data input model terhadap kondisi
valuasi kerugian ekonomi akibat
perairan sesungguhnya. Data yang
kerusakan ekosistem terumbu karang,
digunakan untuk validasi model adalah
dengan memperhitungkan luasan daerah
data pasang surut selama setahun dan
terdampak kenaikan suhu air laut dan
merupakan hasil pengukuran oleh
nilai ekonomi ekosistem terumbu karang.
Badan Koordinasi Survei dan Permetaan
Pemodelan penyebaran limbah panas
Nasional (BAKOSURTANAL) dengan
ini secara umum dapat digunakan untuk
interval pengukuran perjam. Data
menilai dampak kerusakan lingkungan,
hidrodinamika digunakan untuk melihat
akibat buangan limbah panas (Fudlailah
kondisi hidrodinamika, antara lain berupa
et al., 2011).
arah dan kecepatan arus (U dan V), serta
Menurut Laporan Pengkajian perubahan tinggi muka air laut (surface
Limbah Cair PLTU Molotabu elevation) terhadap mean sea level (MSL)
(Anonymous, 2014) faktor-faktor yang (Kusuma, 2012).
terkait dan relevan dengan pembuangan
Simulasi model merupakan hasil
air ke laut tergantung pada beberapa
akhir yang telah diproses (running) selama
hal yaitu: 1. karakteristik air limbah
15 hari. Hasil akhir tersebut dicuplik
(termasuk kuantitas debit dan kualitas
berdasarkan pengaruh angin musim,
limbah yang dihasilkan terkait dengan
serta mempertimbangkan kondisi ekstrim

32
pasang surut setempat (saat menuju surut, buangan limbah air pendingin dalam
surut terendah, menuju pasang, serta rentang waktu 15 hari. Hasil akhir yang
pasang tertinggi). Waktu pencuplikan ditampilkan berupa distribusi pola arus
ditentukan berdasarkan data pasang berdasarkan kondisi pasang surut tiap
surut lapang yang diwakili bulan Januari musimnya, serta sebaran maksimum dari
(musim barat), dan bulan Juli (musim limbah buangan air pendingin (cooling
timur). Hasil pencuplikan tersebut akan water) di lokasi kajian pemodelan
digunakan untuk mengetahui distribusi (Kusuma, 2012).
pola arus, serta sejauh mana pengaruh

Gambar 2. Contoh hasil pemodelan (A) Sebaran limbah air panas secara horizontal
menuju pasang, (B) pada saat pasang maksimum, (C) pada saat menuju
surut, dan (D) pada saat surut maksimum (Fikri, 2018).

33
Model sebaran dispersi termal laut pada daerah sekitar pembuangan. Hal
dibangun dengan skenario di lokasi yang tersebut terjadi karena sifat pembuangan
memiliki sumber buangan limbah air yang berlangsung terus menerus,
panas menuju perairan dan sekitarnya sehingga sifat keberadaan padatan terlarut
(Gambar 2). Penentuan domain model di air laut cenderung tidak berbalik
mencakup lokasi outlet PLTGU, serta (tetap padat, sulit larut kembali, dan
lokasi pengukuran pasang surut. Pasang cenderung untuk membentuk sedimen).
surut merupakan salah satu parameter Dampak dari limbah air panas dengan
yang dapat digunakan untuk melakukan limbah yang lain sangat sulit dibedakan.
validasi model. Validasi data pada model Hal ini disebabkan oleh air pendingin
ini ditunjukkan dengan grafik, serta yang umumnya telah diolah terkadang
tabulasi konstanta harmonik pasut, baik diselingi dengan pemberian klorin untuk
pada musim barat maupun musim timur. menghalangi pengendapan organisme
Arus merupakan fenomena naik turunnya pada sistem heat-exchange. Scouring
massa air laut yang dapat dibangkitkan yang terjadi di dasar laut disebabkan oleh
oleh berbagai gaya baik secara eksternal aliran  plume yang dapat merubah aliran
maupun internal. Pergerakan massa air alami lingkungan laut dan juga akan
atau arus ini merupakan media yang memengaruhi biota laut.
mampu memindahkan bahang dari
Luas pengaruh limbah panas
sumbernya ke tempat lain (Nurjaya &
tergantung pada beberapa faktor yaitu
Surbakti, 2010).    
volume air limbah, suhu air limbah,
suhu air tempat pembuangan limbah,
DAMPAK DAN SOLUSI dan arus atau sirkulasi massa air tempat
PENCEMARAN LIMBAH AIR pembuangan limbah panas. Limbah
PANAS panas berpengaruh terhadap perairan,
baik fisik, kimia maupun biologi. Secara
Pendinginan buangan limbah
fisik berpengaruh terhadap densitas,
panas biasanya terjadi karena tercampur
viskositas, tekanan uap, dan kelarutan
dengan air laut. Area yang terpengaruh
(Huboyo & Zaman, 2007). Pengaruh
oleh limbah ini dibatasi oleh plume air
terhadap densitas dan viskositas
panas, dan kecepatan arus lingkungan
berdasarkan hukum Stokes tentang
di sekitarnya. Meskipun demikian,
pengendapan padatan dalam medium
arah arus yang membawa plume dapat
nonturbulen. Efek suhu mempunyai
berubah, karena arus pasang surut dan
dampak spesifik, sehingga perlu
dengan demikian  total area terpengaruh
dipelajari efeknya terhadap spesies
akan menjadi lebih besar daripada
lokal yang penting. Tingkat oksigen dan
yang terlihat pertama kali. Selain
salinitas turut memengaruhi efek tersebut.
itu, pembuangan air bekas pendingin
Penurunan oksigen terlarut dan kenaikan
tersebut, juga menyebabkan pemerataan
laju metabolisme dapat berkombinasi
peningkatan kadar padatan terlarut yang
yang menyebabkan lingkungan kurang
mengakibatkan terjadinya sedimen di air

34
sesuai bagi kehidupan ikan (Sunarsih, kehidupan ekosistem pesisir. Pola sebaran
1996). limbah cair di perairan dipengaruhi oleh
pergerakan massa air di lokasi tersebut.
Suhu air yang lebih hangat
Kecepatan pergerakan massa air yang
menyebabkan organisme perairan
semakin besar akan menyebabkan
mengalami peningkatan laju respirasi dan
pergerakan limbah cair di perairan
peningkatan konsumsi oksigen, serta lebih
yang semakin luas. Oleh karena itu
mudah terkena penyakit, parasit dan bahan
diperlukan pemahaman hidrodinamika
kimia beracun. Untuk meminimalisir
yang baik untuk melakukan pemodelan
efek panas yang berlebihan terhadap
penyebaran limbah panas ini dalam
ekosistem perairan adalah melalui
rangka pengurangan dampak kerusakan
pengurangan terhadap penggunaan dan
lingkungan.
pembuangan listrik. Minimalisir efek
panas juga dapat dilakukan dengan
pembatasan jumlah buangan air panas DAFTAR PUSTAKA
ke dalam badan air yang sama, control Anonymous. 2014. Pembuangan Limbah
dengan difusi, mentransfer panas  dari Cair PLTU Molotabu 2 X 12
air ke atmosfir dengan tower pendingin MW ke Laut oleh PT. Tenaga
basah atau kering, pembuangan air panas Listrik Gorontalo. Laporan
kedalam kolam yang dangkal atau kanal Pengkajian. PT. Tenaga Listrik
untuk pendinginan dan memanfaatkan Gorontalo. 22 hal.
kembali  (reuse) sebagai air pendingin
(cooling water) (Huboyo & Zaman, Bhattacharya, B., S. K. Sarkar, and R.
2007). Das. 2003. Seasional Variation
And Inherent Variability
of Selenium In Marine
PENUTUP Biota of a Tropica Wetland
Buangan limbah panas Ecosystem:Implication for
dari pendingin mesin pembangkit Bioindicator Species. J. Eco.
tenaga listrik ke perairan laut secara Indicators. 2 (4): 311-402.
kontinyu di suatu tempat, dan tidak Cahyana, C. 2015. Model Sebaran Panas
mempertimbangkan kondisi perairan Air Kanal Pendingin Instalasi
dan cuaca, serta iklim dapat berdampak Pembangkit Listrik ke Badan
negatif terhadap kehidupan organisme Air Laut. Dalam: Prosiding
di habitat perairannya. Hal ini dapat Seminar Nasional Teknologi
diminimalisasi atau bahkan tidak akan Limbah Radioaktif-BATAN.
berdampak sama sekali, jika dilakukan 293-302. ISSN 1410-6086.
suatu usaha untuk mengatur buangan
limbah air panas dengan manajemen Chin, D.A. 2006. Water-Quality
yang tepat dan benar. Sistem pembuangan Engineering in Natural
limbah air panas yang ramah lingkungan Systems. John Wiley & Sons.
diperlukan untuk menjaga kelangsungan 592 pp.

35
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Kartini dan H. Danusaputro. 2005.
Pengelolaan Sumberdaya dan Estimasi Penyebaran Polutan
Lingkungan Perairan, Penerbit Dengan Metode Self Potential
Kanisius, Yogyakarta. 256 hal. (Studi Kasus TPA Jatibarang,
Kecamatan Mijen, Semarang).
Fikri, M.Y. 2018. Studi Sebaran Limbah
Berkala Fisika, 8(1): 27–32.
Air Panas PLTU Paiton dari
Observasi dan Pemodelan Kusuma, I. P. M. A. 2012. Pemodelan
Numerik. Skripsi. Institute Dispersi Termal Air Buangan
Pertanian Bogor (IPB). Bogor: (Cooling Water) Pembangkit
48 hal. Listrik Tenaga Gas dan Uap
(PLTGU) di Perairan Pantai
Fudlailah, P., Mukhtasor dan M. Zikra.
Pemaron, Singaraja-Bali.
2011. Pemodelan Penyebaran
Skripsi. Departemen Ilmu Dan
Limbah Panas di Wilayah
Teknologi Kelautan Fakultas
Pesisir (Studi Kasus Outfall
Perikanan Dan Ilmu Kelautan
PLTU Paiton). http://digilib.
Institut Pertanian Bogor. Bogor:
its.ac.id/public/ITS-paper-
68 hal.
31211-4309100011-paper.pdf.
Diakses pada tanggal 7 Januari Marsudi, D. 2005. Pembangkitan Energi
2017. Listrik, Erlangga, Jakarta. 239
hal.
Ginting, P.  2007. Sistem Pengolahan
Lingkungan dan Limbah Mukhtasor, 2007. Pencemaran Pesisir dan
Industri. Bandung: Yrama Laut, Cetakan Pertama Pradnya
Widya: 224 hal. Paramita, Jakarta. 322 hal.
Huboyo, H. S. dan B. Zaman. 2007. Nurjaya, I.W. dan H. Surbakti. 2010.
Analisis Sebaran Temperatur Model Dispensi Bahan
dan Salinitas Air Limbah Hasil Buangan Air Proses
PLTU-PLTGU Berdasarkan Pendinginan PLTGU Cilegon
Sistem Pemetaaan Spasial CCPP ke Perairan Pantai
(Studi Kasus: PLTU-PLTGU Margasari di Sisi Barat
Tambak Lorok Semarang). Teluk Banten, E-Jurnal Ilmu
Jurnal Presipitasi 3 (2): 40-45. Teknologi Kelautan Tropis, 2
(1) : 31-49.
Hutomo, M. dan O.H. Arinardi. 1992.
Dampak Pembangkit Tenaga Rivai, M. 2016. Apakah PLTU Mpanau
Listrik (Terutama Limbah Berdampak pada Hancurnya
Termal) terhadap Ekosistem Budidaya Rumput Laut Teluk
Akuatik. Oseana, XVII (4): Palu?. http://www.mongabay.
135-158. co.id. Diakses Tanggal 6
September 2017.

36
Rochmad, S. 2006. Ruang Lingkup Sumantri, A. 2010. Kesehatan
Pencemaran. Modul Lingkungan. Kencana Prenada
Pencemaran Lingkungan. Media Group. Jakarta: 346 hal.
Universitas Terbuka
Sunarsih. 1997. Model pencemaran
Repository: 38 hal.
limbah air panas. Pembangkit
Sianturi, O. R., S. Widada, I. B. Listrik Tenaga Uap. Tambak
Prasetyawan dan F. Lorok di Kolam Pelabuhan
Novico. 2013. Pemodelan Tanjung Emas, Semarang.
Hidrodinamika Sederhana Tesis. Universitas Indonesia
Berdasarkan Data Hidro- 210 hal.
Oseanografi Lapangan di Teluk
Trihadiningrum, Y. dan Tjondronegoro.
Lampung. Jurnal Oseanografi,
1998. Makroinvertebrata
2(3): 299-309.
Sebagai Bioindikator
Stewart, R. H. 2006. Introduction to Pencemaran Badan Air Tawar
Physical Oceanography, di Indonesia Siapkah Kita?.
Department of Oceanography. Lingkungan dan Pembangunan
Texas A&M University. Texas: 18 (1): 45-60.
343 pp.

37

Anda mungkin juga menyukai