Dalam bidang ekonomi, postmodernisme menunjuk pada kapitalisme multinasionalist dan
consumer-based capitalism, lawan dari monopoly capitalism yang dikaitkan dengan modernisme sepanjang paruh pertama abad 20, atau kapitalisme pasar (market capitalism) sebelum itu. Pandangan lain beraliran marxisme mengatakan bahwa peralihan dari cara dan teknologi produksi ke konsumsi menandai peralihan dari modernisme ke postmodernisme.
Postmoderenisme dalam bidang kebudayaan:
konsep perkembangan kebudayaan menurut Jean Baudrillard, mengartikan hiperrealitas sebagai sebagai "A real without origin or reality", suatu realitas tanpa realitas. Atau dalam istilah Umberto Eco, suatu kepalsuan otentik, "The authentic fake". Suatu realitas yang tidak otentik tetapi dianggap sebagai sesuatu yang otentik. Realitas semacam ini sangat jelas tampak dalam perkembang dalam perkembangan masyarakat teknologi-informasi sepeti internet dan sebagainya. Maka, pemikir seperti Pater Sparrow, menyebut hiperrealitas itu sebagai "The virtual irreality" (irealitas maya). Dalam pandangan Baudrillard, masyarakat modern (postmodern) tidak mampu membedakan realitas dari simulasi tentang realitas/fantasi, atau represetnasi dari simulasi, kenyataan dari citra, terutama dalam perkembangan kebudayaan yang dipengaruhi oleh teknologi media. Orang tertipu oleh fantasi, citra dan simulasi tanpa mampu melihat kenyataan sesungguhnya.