Anda di halaman 1dari 50

Pelatihan Olimpiade Astronomi,

Darul Hikam,Bandung, 23 Mei


2012
Diadaptasi dari presentasi Dr. Suryadi Siregar
Materi Kuliah
1. Tinjauan gaya pasang Surut
2. Stabilitas gaya Pasang Surut

Tujuan Instruksional Umum


Setelah mempelajari materi ini peserta mampu menjelaskan
secara rinci mekanisme gaya pasang surut pada sebuah planet
dan fenomena astronomi yang bertautan

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mempelajari materi ini peserta dapat memahami,
mengenal dan menurunkan pernyataan pasang surut,stabilitas
gaya pasang surut. Menjelaskan makna harbour time, cincin
Saturnus, asal mula asteroid dari aspek pasang surut
Teori Kontraksi Awan Antar Bintang(Nebular Contraction)
 Tokoh: Rene de Cartes (1644), Pierre Simon de Laplace (1796), Immanuel Kant
 Inti Sari: Konservasi momentum sudut, mensyaratkan awan primordial
berkontraksi, kecepatan rotasi bertambah besar. Awan primordial berubah menjadi
piringan pipih(pancake).Gumukan terpadat di pusat menjadi Matahari
 Tahap awal (atas). Tahap akhir(bawah),Tata Surya menjadi “bersih”
Yang dimaksud dengan gaya pasang surut adalah
perbedaan gaya pada sebuah titik di permukaan
planet dengan gaya yang bekerja pada titik pusat
planet.
B

A’ A

Ilustrasi gaya pasang surut


di ekuator dan kutub
Gaya Pasut Bulan terhadap Bumi di A

B
A

D
A' C A

Gb 1 Gaya gravitasi oleh Bulan pada titik A,B,C dan


A', mengarah ke pusat Bulan. Selisih gaya terhadap
titik C adalah sama pada A dan A'. Asumsi Bumi bola
sempurna mengakibatkan pada titik B, gaya yang
sejajar terhadap garis hubung Bumi-Bulan CD, akan
saling meniadakan

F  FA  FC
Aplikasikan hukum Newton pada titik A dan
titik C
B
A

D
A' C A

 1  1
F  GMm 2
 GMm 2
 (r  R)  r 
Dijabarkan kita peroleh;

B
A

D
A' C A

  R 
 2rR 1  
  2r  
F  GMm 2 
 r 4 1  R  

  r  

Karena r >> R maka pada titik A;

D
A' C A

2GMm
F  3
R
r
2.Gaya pasut di titik A’ adalah;

D
A' C A

 1  1  r 2  (r  R)2 
F  FA'  FC  GMm 2
 GMm 2   GMm 2 2 
 (r  R)  r   r (r  R) 
  R 
 2rR 1  
2 r 2GMm
F  GMm  
2  F R
3
 r 4 1  R   r
  r  
3. Gaya pasut di titik B

D
A' C A

1
FB  GMm 2 
d 
 1  r 
FB //  FBCos  GMm 2   
 d  d
R 
FB   FBSin  GMm 3 
r 
 Karena Bumi berotasi maka komponen gaya sejajar di B saling
meniadakan dengan gaya gravitasi Bulan di titik C Karena Fb// = FC

B
A

D
A' C A

R 
FB  GMm 3 
r 
Gaya pasang surut di ekuator dua kali lebih besar dibanding
dengan di daerah kutub. Gaya pasang surut di tempat lain akan
mengikuti pertaksamaan FB< F < FA

Resultante gaya pasang surut pada


setiap titik di permukaan Bumi
Pasang, T


Purnama
Surut, T+6jam
Pasang,T+12Jam
Bumi
Purbani Purbani



Purnama Surut,T + 18Jam

Dalam 24 jam 2kali pasang dan 2kali surut


1. Perubahan posisi Bulan dan Matahari akan
menyebabkan terjadinya gesekan air laut
dengan dasar laut.
2. Hal ini akan memperlambat rotasi Bumi,
akibatnya panjang hari di Bumi akan
bertambah sekitar 0,0016 detik/abad.
3. Buktinya, saat peristiwa gerhana yang dicatat
oleh orang Babilonia tidak pernah sama dengan
komputasi astronomi modern dewasa ini
 M,R-Massa dan radius
planet pengganggu  Orbit mi terhadap M
 mi,r -massa dan radius
titik massa, keduanya
dianggap sama dan
homogen
 d - radius orbit pusat
massa mi terhadap M
 Untuk massa m1
 Orbit mi terhadap M
 m1 
F1  GM 2

 (d  r) 
 Untuk massa m2

 m2 
F2  GM 2

 (d  r) 
 Fd = F1 –F2
 Orbit mi terhadap M
 m1 m1 
Fd  GM 2
 2
 (d  r ) (d  r ) 

 Asumsi massa
m1= m2 = m
 
 
4r
Fd  GMm 
 3 r 2
2
 d (1  2
) 
 d 
 Karena d>> r
 Orbit mi terhadap M
4GMm
Fd  3
r
d

 Gaya gravitasi terhadap


m1 dan m2

Gm1m2
Fg 
(2r)2
 Karena Fd = Fg
 Orbit mi terhadap M
4GMm Gm1m2
3
r 
d (2r)2

 1 dan 2 rapat massa M


dan m=m1= m2

3
 R   1 
M     m
 r   2 
 Karena Fd = Fg dan
 dengan mengambil R  Orbit mi terhadap M
sebagai satuan diperoleh

1
 1 3
d  2,5 
 2 
 Bila Fd < Fg maka m1 dan
m2 tidak akan terpisah  Orbit mi terhadap M

1
 1  3
d  2,5 
 2 
 Bila Fd > Fg maka m1 dan
m2 akan terpisah
 Orbit mi terhadap M
1
 1 3
d  2,5 
 2 

 Tidak ada satelit alamiah


yang mengorbit dalam
radius  2,5 kali radius
planet
1/3
 p 
r  f  Rp
 
 c 
Kondisi berlakunya persamaan diatas;
massa homogen, hydrostatic fluid,
synchronously co-rotating dalam hal
ini,
p – density planet
Rp – jari2 planet
r – radius orbit planet
c – density object sekunder
f – konstanta regresi bergantung pada
macam model yang dipilih

Tidak ada satelit alamiah yang


mengorbit dalam radius  2,5
kali radius planet
No Mode Rotation State f
1 Hydrostatic Synchronous 2,46
fluid rotating
2 Synchronous 2,88
rotating
3 Non rotating 2,52

4 Synchronous 1,42
rotating
No Mode Rotation State f
5 Non rotating 1,26

6 Boss et Non rotating 1,31-


al(1991) 1,47
7 Sridher & Non rotating 1,69
Tremaine(199
2)
8 Zigna(1978) Synchronous 1,4
rotating
Syarat: Fg + Fps + Fs = 0
dengan
b
Fg – percepatan gravitasi
Fps – percepatan pasang surut
a
Fs – percepatan sentrifugal
a- radius ekuator benda,-frekuensi spin, 0-
frekuensi orbit permukaan
p – rapat massa planet(Matahari)
c – rapat massa kritis
r - jarak terdekat
a/b – rasio sumbu elipsoida
3
2  Rp ( percepatan pasang
Fps  2 0 p   a

 r 
surut)

Fg  02 Ca ( percepatan gravitasi)

( percepatan sentrifugal)
2
Fs   a
3
2 2  Rp

  0 Ca  2 0 p   a   2a  0
r 
 
 Diperoleh
3 2
 Rp    
C  2 p 
 r

  
 

   0 
 Dalam hal synchronous rotating body

3 2
 Rp    
p 
 r

  



   0 
  Rp 
3
 
2
  a
C 
 2 p       
   b

  r   0   
 2
 3 ,3   a 
h
C  1,22     
 P   b 
  rot  

Merupakan limit atas terjadinya disrupsi, sedangkan


untuk non rotating sphere diperoleh
c  1,2 tetapi untuk a/b = 2
c  2,4 untuk non rotating body
Tabel 2. Limit Roche untuk berbagai sistem planet-satelit

No Body Satellite Roche Roche


Limit(rigid) Limit(fluid)
[R] [R]
1 Bumi-Bulan 1,49 2,86
2 Bumi-Komet 2,80 5,39
3 Matahari-Bumi 0,80 1,53
4 Matahari-Jupiter 1,28 2,46
5 Matahari-Bulan 0,94 1,81
6 Matahari-Komet 1,78 3,42
Dampak gaya pasang surut di berbagai planet
a. Merkurius
Pada awalnya Merkurius memiliki rotasi yang cepat,
tetapi perlahan-lahan rotasinya diperlambat oleh gaya
pasang surut Matahari. Dalam waktu bersamaan
eksentrisitasnya menjadi mengecil, orbit semakin dekat ke
Matahari dari posisi sebelumnya
b. Jupiter dan Io
Io, merupakan salah satu satelit terbesar planet
Jupiter, terdapat banyak gunung berapi, sehingga sering
terjadi aktivitas vulkanik. Gaya pasang surut yang dialami
Io diduga sebagai pemicu terjadinya aktivitas vulkanik
tersebut, memiliki karakter yang khusus akibat lokasinya
yang unik. Jarak Io ke Jupiter hampir sama dengan jarak
Bulan ke Bumi tetapi Jupiter 300 kali lebih besar dari Bumi,
dengan demikian Jupiter dapat menyebabkan gaya pasang
surut yang hebat di Io.
Besarnya energi pasang surut yang dialami Io dapat
ditaksir dari radiasi yang disemburkan oleh bintik
panas (hot-spot) yang banyak ditemukan di
permukaan Io, dengan besaran yang melebihi energi
erupsinya. Energi yang dibangkitkan  100 juta
megawat atau 10 kali lebih besar dari energi total
yang dikonsumsi oleh manusia di Bumi, setelah
milyaran tahun berselang pemanasan yang
disebabkan oleh gaya pasang surut menyebabkan air
dan es menghilang di beberapa tempat, khususnya
campuran Carbon dan Nitrogen
c. Saturnus dan cincin Saturnus
Keistimewaan cincin Saturnus dibandingkan dengan cincin yang dimiliki oleh
planet lain adalah karena dapat dilihat secara jelas dari Bumi dengan menggunakan
teropong. Cincin Saturnus terdiri dari berbagai bagian yaitu cincin F, A, Cassini Division, B, C
dan D. Ada beberapa hipotesa yang mencoba menjelaskan asal mula cincin itu. Salah
satunya adalah hipotesa yang diajukan oleh Edouard Roche. Roche mengatakan bahwa dulu
di sekitar Saturnus ada sebuah satelit. Namun satelit itu berada terlalu dekat dengan
Saturnus, jaraknya lebih kecl dari 2,5 kali jejari Saturnus sehingga gaya kohesi satelit
tersebut tidak dapat menahan gaya gravitasi yang ditimbulkan oleh planet induknya yaitu
planet Saturnus sehingga satelit itu hancur berkeping-keping. kepingan sisa satelit
membentuk cincin yang mengelilingi planet Saturnus hingga sekarang

Tabel 3. Cincin Saturnus dan radiusnya


R=Jejari Saturnus = 60332 kilometer

No Nama Cincin Jarak [R]


1 D 1,235
2 C 1,525
3 B 1,949
4 Cassini Divission 2,025
5 A 2,267
6 F 2,324
d. Mars dan Phobos
Dugaan yang dianut orang dewasa ini Phobos dan Deimos adalah
asteroid yang terlempar dari sabuk utama(main-belt) akibat gravitasi Jupiter.
Hipotesa ini diperkuat dengan fakta bahwa gaya pasang surut Mars dan
satelitnya berada dalam limit Roche sebagai ilustrasi telah diketahui jejari
Mars R=0,53 jejari Bumi dengan rapat massa 3,9 gram/cm3 sedangkan
Phobos dan Deimos masing-masing berjarak 2,76 dan 6,91 kali jejari Mars,
rapat massa keduanya relatif sama yaitu 2 gram/cm3. Jika dihitung kembali
dengan formula diatas diperoleh f=2,892 dan ini adalah kriteria synchronous
rotating yang artinya Phobos selalu menampakkan muka yang sama ke
planet Mars seperti halnya Bulan kita. Namun tonjolan (bulge) yang
disebabkan gaya pasang surut dikawasan ekuatorial yang mempunyai
viskositas tinggi, serta adanya perbedaan tempo rotasi Mars dan Phobos
menyebabkan rotasi menjadi tidak konstan. Phobos berotasi lebih cepat dari
Mars dan gaya pasang surut akan memperlambatnya sehingga orbit Phobos
menjadi mengecil yang boleh jadi pada suatu waktu akan menabrak Mars,
diduga peristiwa ini akan terjadi 10 milyar tahun lagi. Deimos berevolusi lebih
lambat dari Mars sehingga orbitnya semakin besar dan menjauh planet
Mars.
Daftar Bacaan
 Boss, A.F., Cameron,A.G.W., ansd Benz.; 1991, "Tidal Disruption Of Inviscid
Planetesimals", Icarus,92,165-178

 Chaisson,E and McMillan,S.; 1993 Astronomy Today, Prentice Hall,New Jersey

 Danby,J.M.A.; 1988 Fundamentals of Celestial Mechanics, Willmann- Bell,Inc,


Richmond, Virginia

 Flammarion,G.C et Danjon,A.; 1955 Astronomie Populaire, Flammarion, Paris

 Harris,A.W.; 1996 Earth, Moon and Planets,72,112-117

 Sridhar,S., and Tremaine,S.; 1992," Tidal Disruption of Viscous Bodies",


Icarus,95,86-99

 Ziglina,I.N.; 1978, " Tidal Disruption of Bodies", Icarus,95,86-99

Anda mungkin juga menyukai