Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS NOVEL SANG PEMIMPI

MOZAIK 10
“ACTION”

Dikerjakan Oleh :

Jaga Insan Sahputra (19)

Laili Nur Romadhoni (20)

Kelas : XII MIPA 1

SEKOLAH MENENGAH ATASNEGERI 3 SUKOHARJO

TAHUN PELAJARAN

2021/2022
SINOPSIS MOZAIK 10

“ACTION”

Pak Cik Basman dan A Kiun berdiri rapat di pintu keluar bioskop. Mereka
memandang kami dengan perasaan bersalah, kami mendengar bahwa Pak Mustar mengetahui
kelakuan kami di peti es tempo hari. Tapi ia tak mau ribut karena harga dirinya terlalu tinggi
untuk mengakui ia telah diperdaya kegeniusan Arai.Malam minggu ini, tukang jagung yang
telah bertahun-tahun bercokol di depan bioskop melihat sarung dengan motif yang beda.
Baunya pun lain, bukan seperti bau sarung orang pulau yang bau laut. Ia tahu tiga pendatang
haram telah menyelindip ke dalam bioskop bobrok itu. Pak Mustar yang iseng mematroli
siswanya sedang bernasib baik. Ia dilapor oleh tukang jagung sambil tersenyum padanya dan
Dewi Fortuna tersenyum pada Pak Mustar dan kami dikhianati. Maka kami tertangkap
tangan, maka kata yang lebih tepat adalah kami mengkhianati diri sendiri. 

Berita itu dengan cepat menyebar seantero Magai, seketika los kontrakan kami penuh
para tamu. Kami yang berhasil menonton film itu, mereka anggap sebagai ziarah yang baru
pulang dari Babylonia dan membawa kabar yang akan memuaskan pentas hewan mereka.
Ketika mereka pulang kami terus terbayang-bayang hukuman Pak Mustar yang memiliki
waktu dua hari untuk memikirkan pembalasan demdamnya yang memuncak untuk
ditumpahkan kepada kami pada hari Senin, saat seluruh warga SMA Negeri Bukan Main apel
pagi. Senin pagi, aku, Arai dan Jimbron dibariskan terpisah. Kami hanya menunduk pasrah
menunggu putusan hukuman. Aku takjub pada fluktuasi popularitasku yang pernah menjadi
anak Melayu kampung yang tak dipedulikan siapa pun, lalu menjadi antelop Tibet yang di
elu-elukan gadis-gadis Semenanjung dan kini semua orang seakan berkonspirasi. Di lapangan
ini nasibku di ujung tanduk. 

Di tengah lapangan sekolah Pak Mustar telah menyiapkan lokasi shooting. Tali
jemuran beliau di sambungkan antara dua pohon bungur dan disana tersampir cucian penjaga
sekolah. Beliau juga menyiapkan properti berupa sebuah bangku untuk anjing pudel duduk
dan hal yang memalukan adalah melakukan casting yang brilian yaitu aku sebagai babu,
Jimbron yang gemuk tentu saja sebagai majikan dan Arai sebagai anjing pudel. Sungguh aku
tak sanggup melakukannya. Benar-benar memalukan. Aku demam panggung, tapi bagaimana
pun kami merasa ini lebih baik daripada dikeluarkan dari sekolah. Arti pendidikan kami, arti
sekolah ini bagi ayahku dan senyum kebanggan beliau yang bersemayam di sudut kepalaku,
membuatku kuat maju lokasi shooting. Dan ketika kami melangkah siap berakting tepuk
tangan bergemuruh. Pak Mustar menjelaskan jalan cerita film tersebut, yang amat beliau
benci. Penonton laki-laki harus mendukung sang majikan “Jimbron” dan penonton
perempuan harus mendukung sang pembantu seksi “Aku” dan Arai sebagai anjing pudel
harus melolong saat sang majikan berhasil menggangali pembantunya. 

Para penonton sangat antusias. Belum apa-apa mereka sudah sakit perut. Di balik
pohon bungur aku siap dengan sekeranjang cucian. Di sana, Jimbron bersembunyi
mengintaiku di balik jemuran dari istri penjaga sekolah, siap menyerbu. Baru saja kumulai,
tawa penonton semakin keras waktu Jimbron mengejarku dan aku berlari berliuk-liuk di
antara jemuran sedangkan wajah Arai yang jenaka, model rambutnya dan suaranya yang
kering sangat mirip dengan anjing pudel. Peran itu sangat pas untuknya. Penonton terbahak-
bahak melihat Arai digerakan seperti robot anjing oleh Pak Mustar, tapi aku heran karena
tanpa diminta Pak Mustar, ia menyalak-nyalak karena Nurmala meranjak kedepan dan
terpingkal-pingkal menunjuk-nunjuk Arai.

Akhirnya aku bangkit dan bertekad menghayati peranku, melenggak-lenggok dengan


gaya yang seksi seperti saat pembantu semlohai di film murahan itu dengan ekspresiku
meniru seorang wanita. Dan tahukah kamu, para penonton tertawa melihatku sampai-sampai
air matanya keluar. Sebaliknya, Jimbron sangat aneh. Ia sangat menikmati perannya, otak
tumpulnya sama sekali tak sadar kalau dirinya sedang dikerjaiin Pak Mustar. Ia benar
mengajarkan, bersemangat ingin memerkosaku. Begitupun Arai yang tidak peduli lagi
dipermalukan karena Nurmala memerhatikannya. Kadang-kadang ia menggeram penuh gaya
padahal di film sang pudel tidak begitu. Lapangan sekolah beriuh rendah oleh suara ratusan
manusia menyaksikan hiburan kocak paling spektakuler. Mereka melonjak-lonjak tertawa,
sampai terduduk melihat aku terbirit-birit dikejar Jimbron yang serius ingin memerkosaku.
Dan para penonton mencapai puncak histeria, terbahak-bahak sampai berguling-guling saat
Jimbron  berhasil menangkapku. Ia menindihku rapat-rapat, tubuhnya yang gendut penuh
gairah di atasku yang terjepit berdengik-dengik, dan Arai yang berdiri di bangku seperti tupai
melolong-lolong panjang dan merdu.“ Auuffhh,,,Auuuffhh,,,Auuufhhh…”.
3 BAGIAN POKOK YANG DISAMPAIKAN DALAM MOZAIK 10
“ACTION”

1. Ikal, Arai, dan Jambron tertangkap tangan, basah, basah kuyup nonton bioskop film
dewasa. Mereka sama saja mengkhianati diri mereka sendiri.
2. Mereka bertiga dipermalukan di tengah para penonton sekolah. Hukuman pemanasan
sebenarnya adalah inti dari rencana hukuman yang telah beliau pikirkan masak‐masak
sejak malam Minggu. Tapi bagaimanapun mereka merasa ini lebih baik daripada
dikeluarkan dari sekolah.
3. Casting dengan sangat brilian,yaitu Ikal sebagai babu, Jimbron yang gemuk tentu saja
menjadi majikan, dan Arai berperan sebagai anjing pudel. Lapangan sekolah menjadi
meriah oleh suara siswa yang menyaksikan hukuman itu, sementara Ikal menderita
ditindih Jimbron yang tambun, dan Arai melolong panjang dan merdu seperti anjing pude.
NILAI YANG TERKANDUNG DALAM MOZAIK 10
“ACTION”

Nilai Keagamaan :
Barang siapa yang berbuat maksiat atau kesalahan secara diamdiam pasti akan
mendapatkan hukuman, termasuk hukuman di dunia, seperti Arai, Ikal, dan Jimbron
yang tertangkap basah menonton bioskop yang mengandung risiko, seperti menelan
buah khuldi, maka mereka mendapatkan hukuman sesuai apa yang telah diperbuat.
Nilai Moral :
Sikap Arai, Ikal, dan Jimbron cukup bisa diacungi jempol karena mereka mau
mengakui kesalahan dan mau menerima hukuman yang dapat memalukan mereka
bertiga. Mereka melakukannya dengan lapang dada dan tetap tersenyum menghibur
penghuni sekolah meski mereka tengah dipermalukan.
Nilai Kepahlawanan :
Pak Mustar berperan bak pahlawan bagi Arai, Ikal, dan Jimbron karena sebenarnya ia
telah mengetahui perbuatan mereka bertiga, namun ia tak mau ribut ribut karena
dalam kejadian itu jelas ia telah ditipu Arai, Ikal, dan Jimbron secara mentah mentah.
Namun, Pak Mustar justru menyelamatkan mereka bertiga.
Nilai Sosial :
Arai, Ikal, dan Jimbron sangat mendalami peran mereka masing masing yang
akhirnya berhasil menghibur para penonton di sekolah sampai semuanya tertawa
karena terhibur oleh actingnya Arai, Ikal, dan Jimbron. Jadi, selain menjalani
hukuman tapi mereka bertiga juga menghibur dan membuat senang penghuni sekolah.
Nilai Budaya :
Hukuman yang diberi Pak Mustar, seolah meriview adegan yang ada dalam film
tersebut, hal itu menunjukkan suatu budaya perfilman yang dituliskan dalam novel
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai