Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

MODUL I PENGUKURAN DASAR (ISI DAN MASSA JENIS ZAT


PADAT)

Nama : Hannisyah Nur Fadila Febriany

NIM : 2019-21-187

Kelas :A

Program Studi : S1 Teknik Sipil

Tgl Praktikum :

Nomor Paket :4

Nama Asisten : Maulidia Tri Hidayah

LABORATORIUM FISIKA DASAR


Institut Teknologi PLN
Jakarta
2020
Hannisyah Nur Fadila Febriany
2019-21-187
MODUL I

PENGUKURAN DASAR
(ISI DAN MASSA JENIS ZAT PADAT)

I. TUJUAN
1. Mempelajari penggunaan alat-alat ukur dasar.
2. Menuliskan dengan benar bilangan-bilangan berarti hasil pengukuran atau
perhitungan.
3. Menghitung besaran lain berdasarkan besaran yang terukur langsung.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN


1. Jangka sorong.
2. Mikrometer sekrup.
3. Neraca Ohaus.
4. Termometer.
5. Balok yang diukur (3 buah).
6. Bejana gelas.
7. Tali

III. TEORI
Setiap pengukuran besaran fisis selalu dihinggapi oleh batas ketelitian dan
kesalahan pengukuran. Hal ini karena keterbatasan manusia dalam pembuatan alat
maupun keterbatasan dalam kemampuan membaca dan cara membacanya. Karena
itu setiap hasil pengukuran harus dilaporkan secara benar yang memperlihatkan
ketelitian pengukuran tersebut. Untuk hal itu maka pemakaian alat ukur perlu
memperhatikan hal-hal berikut :
a. Titik nol alat yaitu angka yang ditunjukkan alat sebelum digunakan.
b. Nilai skala terkecil alat yaitu skala terkecil yang diperlihatkan alat.
c. Batas ukur alat yaitu batas maksimum yang dapat diukur alat tersebut.
d. Cara pemakaian alat.

Demikian banyak hal yang harus diatur dan dikuasai, sehingga pengamat mudah
sekali melakukan suatu kesalahan. Sehingga nilai benar xo tidak mungkin kita
ketahui secara tepat melalui suatu eksperimen, yang diperoleh adalah nilai x yang
tidak tepat sama dengan xo.

Cara pelaporan yang baik dituliskan


sebagai x = xo ±𝛥x Dimana : x : besaran
yang dicari
xo : nilai besaran sebenarnya
Δx : simpangannya

A. Pengenalan Alat
1. Jangka Sorong
Perhatikan gambar 1, jangka sorong mempunyai dua rahang dan satu penduga.
Rahang dalam ( C-D ) untuk mengukur diameter bagian dalam, rahang luar (

LABORATORIUM FISIKA
IT-PLN JAKARTA
Hannisyah Nur Fadila Febriany
2019-21-187
A-B ) untuk mengukur diameter bagian luar sedangkan penduga ( E-F ) untuk
mengukur kedalaman. K adalah roda penggerak rahang dan N adalah
pengunci rahang setelah besaran yang diukur terukur.

Gambar 1. Jangka Sorong

Skala jangka sorong diperhalus dengan nonius, skala utamanya ada dalam
satuan cm atau inch. Adapun noniusnya ada yang 9 skala utama jadi 10 skala
nonius dan ada yang 49 skala utama jadi 50 skala nonius.
Gambar 2 memperlihatkan 9 skala utama jadi 10 skala nonius.

Gambar 2. Skala utama dan nonius


2. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup hanya dapat digunakan untuk mengukur bagian luar saja.
Caranya putarkan roda bagian pemutar kasar, jika sudah dekat putarkan
bagian pemutar halus C, jika sudah pas dikunci oleh penguat S. Skala
besarnya adalah bagian yang horizontal sedangkan skala penghalusnya adalah
bagian yang vertikal N ( lihat gambar 3 ). Biasanya bagian vertikal terdiri dari
50 skala, satu putaran bagian vertikal akan merubah skala horizontal sebesar
½ mm.

Gambar 3. Mikrometer sekrup

LABORATORIUM FISIKA
IT-PLN JAKARTA
Hannisyah Nur Fadila Febriany
2019-21-187
3. Neraca Ohaus
Alat ukur massa yang sering digunakan dalam laboratorium fisika adalah
neraca Ohaus. Tingkat ketelitian alat ini lebih baik daripada neraca pasar
yang sering dijumpai di toko-toko atau di warung. Neraca Ohaus adalah alat
ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram. Prinsip kerja neraca ini
adalah sekedar membanding massa benda yang akan dikur dengan anak
timbangan. Anak timbangan neraca Ohaus berada pada neraca itu sendiri.

Kemampuan pengukuran neraca ini dapat diubah dengan menggeser posisi


anak timbangan sepanjang lengan. Anak

timbangan dapat digeser menjauh atau mendekati poros neraca . Massa


benda dapat diketahui dari penjumlahan masing-masing posisi anak
timbangan sepanjang lengan setelah neraca dalam keadaan setimbang. Ada
juga yang mengatakan prinsip kerja massa seperti prinsip kerja tuas.

Gambar 4. Neraca Ohaus

B. Ketidakpastian Pada Pengukuran Tunggal


Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan hanya satu kali saja.
Keterbatasan skala alat antara lain merupakan sebab mengapa setiap pengukuran
dihinggapi ketidakpastian ( ktp ).

1. Besaran Langsung Terukur


x = xo ± Δx
Dimana ; xo : yang terbaca pada alat ukur
Δx : ½ skala nilai terkecil ( nst ) alat

nst alat = nst utama jika tanpa nonius


=1/n x nst utama jika ada nonius

LABORATORIUM FISIKA
IT-PLN JAKARTA
Hannisyah Nur Fadila Febriany
2019-21-187

n : jumlah skala nonius


2. Besaran Turunan

C. Ketidakpastian Pada Pengukuran Berulang


Pengulangan pada pengukuran ini diharapkan akan memberikan informasi
lebih banyak tentang xo, sehingga makin yakin akan benarnya nilai tersebut.

Karena Δx merupakan nst ( berarti diukur sekali saja ) sedangkan berupa deviasi
standar ( diukur berulang ), maka makna statistik kedua
ktp itu tidak sama, harus disamakan dahulu. Misalnya dengan membuat jaminan pada
Δx dari jaminan 100 % menjadi jaminan 68 % seperti halnya jaminan pada Δy. Jadi
kita pakai :

LABORATORIUM FISIKA
IT-PLN JAKARTA
Hannisyah Nur Fadila Febriany
2019-21-187

Dari hasil :

LABORATORIUM FISIKA
IT-PLN JAKARTA
Hannisyah Nur Fadila Febriany
2019-21-187

I. PERCOBAAN YANG HARUS DILAKUKAN

1. Catatlah suhu ruang dan tekanan ruang ( sebelum dan sesudah percobaan ).

2. Ambil balok, ukur masing-masing balok secara berulang-ulang ( 5 kali )


panjang dan lebarnya dengan menggunakan jangka sorong, sedangkan
tebalnya dengan menggunakan mikrometer sekrup. Catat pada tabel
pengamatan.

3. Timbang masing-masing balok tersebut satu kali dengan


menggunakan neraca Ohaus.

4. Timbang masing-masing balok dengan cara digantung. Catat hasilnya.

5. Timbang masing-masing balok dengan cara digantung tetapi terendam di


air. Cata hasilnya.

LABORATORIUM FISIKA
IT-PLN JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai