Indonesian Treasury Review: Dampak Program Bantuan Tunai (Cash Transfer) Terhadap Kesejahteraan Subjektif Di Indonesia
Indonesian Treasury Review: Dampak Program Bantuan Tunai (Cash Transfer) Terhadap Kesejahteraan Subjektif Di Indonesia
ABSTRACT
Cash transfer programs have become the main poverty-alleviating policy in several developing countries. This study analyzes
the perceived impact of Direct Cash Assistance (BLT) as an Unconditional Cash Transfer (UCT) program in Indonesia by
examining beneficiary households’ subjective wellbeing. Two rounds of Indonesian Family Life Survey (IFLS) panel data from
2007 (IFLS-4) and 2015 (IFLS-5) are used, from which this study take the subjective wellbeing indicators. Three main
categories of subjective wellbeing components are developed using Principle Component Analysis (PCA): family satisfaction,
future perception, and children. Ordinary Least Squares (OLS) and fixed effect methods are used to determine the impact of
UCT program on subjective wellbeing. The Indonesian UCT program is negatively correlated or has no impact on improving
recipients’ subjective wellbeing compared to that of non-recipients. Out of the three subjective wellbeing components, family
satisfaction appears to have received significant and positive impact from the UCT program. UCT may also help beneficiaries
maintain stable consumption level during short-term economic shocks, but future perception and children’s wellbeing
perception are not found to be affected.
KATA KUNCI:
Cash Transfer, Happiness, Life Satisfaction , Subjective Wellbeing, UCT.
ABSTRAK
Program bantuan tunai telah menjadi kebijakan pengentasan kemiskinan utama di beberapa negara berkembang.
Penelitian ini menganalisis dampak yang dirasakan dari Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebagai Unconditional Cash
Transfer (UCT) atau program transfer tunai tanpa syarat di Indonesia dengan melakukan pengujian terhadap persepsi
kesejahteraan secara subjektif rumah tangga penerima bantuan. Dua putaran data panel dari Indonesian Family Life
Survey (IFLS) di tahun 2007 (IFLS-4) dan tahun 2015 (IFLS-5) digunakan dalam penelitian ini, dimana indikator
kesejahteraan subjektif. Tiga kategori utama komponen kesejahteraan subjektif dikembangkan dengan menggunakan
Principle Component Analysis (PCA) yaitu kepuasan keluarga, persepsi masa depan, dan persepsi terhadap anak-anak.
Metode Ordinary Least Squares (OLS) dan Fixed Effectdigunakan untuk menentukan dampak program UCT terhadap
kesejahteraan subjektif. Secara umum program UCT di Indonesia berkorelasi negatif atau tidak berdampak pada
peningkatan kesejahteraan subjektif penerima dibandingkan dengan non-penerima bantuan. Kepuasan keluarga terlihat
menerima dampak yang signifikan dan positif dari program UCT diantara tiga komponen kesejahteraan subjektif. UCT
juga dapat membantu penerima manfaat mempertahankan tingkat konsumsi yang stabil selama guncangan ekonomi
jangka pendek, tetapi tidak berpengaruh terhadap persepsi masa depan dan persepsi terhadap kesejahteraan anak-anak.
KLASIFIKASI JEL:
I38
CARA MENGUTIP:
Khomaini, A.A. (2020). Dampak program bantuan tunai (cash transfer) terhadap kesejahteraan subjektif di Indonesia.
Indonesian Treasury Review: Jurnal Perbendaharaan, Keuangan Negara dan Kebijakan Publik, 5(1), 1-16.
1
DAMPAK PROGRAM BANTUAN TUNAI (CASH TRANSFER) Indonesian Treasury Review Vol.5, No.1, (2020), Hal 1-16
TERHADAP KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF DI INDONESIA
peningkatan kesejahteraan psikososial memiliki Studi tentang dampak program bantuan tunai
dampak positif yang meluas pada pengambilan (bersyarat dan tanpa syarat) di Indonesia sebagian
keputusan di antara bidang kehidupan lainnya. besar menggunakan indikator objektif seperti
pengeluaran, pasokan tenaga kerja, pendidikan,
Akan tetapi, bukti empiris tentang korelasi
kesehatan, dan gizi. Berdasarkan alasan yang
antara bantuan tunai dan kesejahteraan subjektif
dikemukakan di atas, penelitian ini mencoba
tidak konklusif dan terbatas. Rojas (2008) dalam
mengevaluasi dampak program bantuan tunai di
penelitiannya menemukan disonansi antara
Indonesia dalam perspektif kesejahteraan
kesejahteraan subjektif dan objektif di mana
subjektif. Penelitian ini memilih fokus pada
peningkatan pendapatan rumah tangga dalam
program Bantuan Tunai Tanpa Syarat (UCT)
program Mexico’s Opportunitiesbelum mengarah
dikarenakan adanya keterbatasan data untuk
pada rasa kesejahteraan subjektif yang lebih tinggi
Program Bantuan Tunai Bersyarat (CCT) dalam
Indonesia memperkenalkan sejumlah dataset yang ada.
program bantuan tunai dalam dekade terakhir.
1.2 Pertanyaan Penelitian
Setelah krisis ekonomi di Asia Timur, pemerintah
Indonesia telah menerapkan program bantuan Penelitian ini akan mengevaluasi dampak program
sosial darurat untuk rakyat miskin, selanjutnya Bantuan Tunai Tanpa Syarat (Unconditional Cash
disederhanakan menjadi program jaring pengaman Transfer, UCT) di Indonesia terhadap
sosial pada tahun 1999. Selain itu, program UCT kesejahteraan subjektif rumah tangga. Studi ini
(Bantuan Langsung Tunai/BLT) dan program CCT membahas pertanyaan-pertanyaan berikut untuk
(Program Keluarga Harapan/PKH) diperkenalkan mencapai tujuan utama:
masing-masing pada tahun 2005 dan 2007.
1. Apa dampak program UCT (BLT) terhadap
Pemerintah telah merencanakan untuk
kesejahteraan subjektif dari penerima
mengintegrasikan program bantuan tunai ke dalam
dibandingkan dengan non-penerima bantuan?
sistem perlindungan sosial nasional.
2. Komponen kesejahteraan subjektif manakah
Pemerintah Indonesia segera bereaksi dengan
yang menerima dampak paling besar dari
memperkenalkan UCT (BLT) sebagai alat kebijakan
program UCT (BLT)?
alternatif untuk mengimbangi kenaikan harga
bahan bakar ketika harga minyak dunia naik pada Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi literatur
tahun 2005. Jumlah uang tunai yang diterima per tentang dampak UCT dengan memasukkan aspek
bulan oleh setiap rumah tangga target adalah lain dari kondisi kehidupan, serta untuk
IDR100.000 (sekitar USD 10) dan program ini memahami secara komprehensif berbagai bentuk
mencakup 15,5 juta rumah tangga. Selanjutnya masalah sosial. Secara teoritis, intervensi dalam
Skema Bantuan Tunai Tanpa Syarat ini dihentikan perlindungan sosial seperti bantuan tunai akan
setelah hampir setahun berjalan. Akan tetapi, harga mengurangi berbagai risiko dan secara bersamaan
beras domestik naik pada Januari 2008. meningkatkan kesejahteraan secara psikologis.
Pemerintah Indonesia kemudian tidak memiliki Tetapi studi yang melibatkan aspek non-material
pilihan lain selain memperkenalkan kembali UCT, yang didasarkan pada persepsi penerima bantuan
dan diimplementasikan kembali antara Bulan Juni UCT masih jarang. Pembuat kebijakan dapat
dan Bulan Desember 2008 yang menyerap biaya menggunakan hasil penelitian ini untuk
lebih dari Rp13 triliun dan mencakup 19 juta mengevaluasi efektivitas program UCT dalam
rumah tangga. Meskipun UCT telah digunakan meningkatkan kualitas hidup pada rumah tangga
sebagai alat kebijakan untuk merespon keadaan penerima.
darurat sosial dengan cepat,hal ini tidak dapat
bertahan lama karena terkait beban keuangan
pemerintah yang cukup berat. 2. LANDASAN TEORI
Akibatnya, pemerintah mulai mengganti UCT 2.1. Kesejahteraan Subjektif
dengan CCT pada tahun 2006 melalui proyek yang Kesejahteraan subjektif merupakan gagasan
dikenal sebagai Program Keluarga Harapan (PKH). yang luas dan terdiri dari banyak dimensi. Diener
Indonesia mengandalkan dukungan teknis dari dkk, (2009) menjelaskan, kesejahteraan subjektif
organisasi internasional selama fase persiapan dihasilkan melalui evaluasi emosional atau kognitif
program, seperti USD2,6 juta yang diterima sebagai seseorang terhadap kehidupan mereka.
bantuan teknis dari Asian Development Bank (ADB) Kesejahteraan subjektif yang tinggi
selama 18 bulan dan dana ini digunakan untuk mengindikasikan pemikiran berulang tentang
program percontohan. Selain itu, Bank Dunia pengalaman positif dan kepuasan hidup yang
memberikan dukungan teknis yang diperlukan tinggi.
untuk menerapkan CCT dan membantu
membangun sistem penargetan. Persepsi kesejahteraan personal secara
psikologis sangat terkait dengan perilaku ekonomi
dan sosial. Pengambil keputusan dengan
DAMPAK PROGRAM BANTUAN TUNAI (CASH TRANSFER) Indonesian Treasury Review Vol.5, No.1, (2020), Hal 1-16
TERHADAP KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF DI INDONESIA
pandangan hidup yang positif diharapkan dapat 2.2. Bantuan Tunai dan Kesejahteraan
menentukan pilihan terbaik terkait masalah Subjektif
individu dan rumah tangga, seperti perawatan
Pentingnya kesejahteraan subjektif dalam
kesehatan dan pengembangan diri yang lebih baik.
menentukan persepsi kualitas hidup seseorang
Kebahagiaan yang dicapai dari pandangan positif
menjadikan hal ini sebagai instrumen yang kuat
dapat meningkatkan fleksibilitas kognitif dan
dalam menilai dampak kebijakan sosial terhadap
mendorong evaluasi yang cermat terhadap masa
kemiskinan dan kesejahteraan. Rawlings, L. B. &
depan. Untuk keluarga miskin, pandangan positif
Rubio, G. (2003) menekankan pentingnya program
tentang kehidupan menjadi faktor penentu terkait
bantuan tunai di antara kebijakan sosial lain,
keputusan antara melepaskan diri atau bertahan
dikarenakan bantuan tunai bertujuan
dalam kemiskinan (Kilburn dkk, 2016).
meningkatkan kapasitas sumber daya manusia
Diener dkk, (1995) berpendapat bahwa melalui penyediaan uang tunai untuk keluarga
kondisi kesejahteraan subjektif dipengaruhi oleh miskin. Selain itu, ketika individu atau rumah
beberapa faktor, termasuk karakter pribadi dan tangga menerima pembayaran tunai langsung
kondisi lingkungan. Sementara itu, para peneliti sesuai kebutuhan, bagaimana mereka
juga menekankan pengaruh kondisi materi, yaitu memanfaatkan uang menentukan pengeluaran dan
bahwa semakin banyak sumber daya keuangan tabungan rumah tangga (Bastagli dkk, 2016). Oleh
membuka lebih banyak kemungkinan konsumsi karena itu, bantuan ini dapat memiliki efek jangka
yang pada gilirannya membuat individu lebih panjang pada kualitas hidup rumah tangga dan
bahagia dan kualitas hidup lebih baik. Akan tetapi, akumulasi aset jika digunakan secara tepat,
tidak ada kesepakatan bersama tentang validitas sehingga mengurangi kemiskinan dan
aturan ini di negara-negara maju, Handadkk(2014) meningkatkan kesejahteraan.
berpendapat bahwa korelasi positif antara kondisi
Membahas dampak bantuan tunai pada
ekonomi dan kualitas hidup lebih kuat di negara-
kesejahteraan psikologis, Samuel, F. &
negara berkembang.
Stavropoulou, M. (2016) menemukan bahwa
Konsep kesejahteraan subjektif menurut bantuan tunai dapat meningkatkan keamanan
Maslow dalam Handa dkk(2014) terkait dengan finansial, sehingga menurunkan stres dan
hierarki kebutuhan, di mana kualitas hidup orang kecemasan. Bahkan ketika bantuan tunai tidak
miskin terkait erat dengan pemenuhan kebutuhan cukup untuk memenuhi semua kebutuhan, adanya
dasar. Oleh karena itu, jika elemen manusia secara bantuan dapat membantu penerima menghadapi
alami terkait dengan pemenuhan diri, kebijakan kesulitan sehari-hari dan menutupi biaya makanan,
publik dapat mempengaruhi kesejahteraan pendidikan, dan medis. Keteraturan dan
subjektif dengan mengubah lingkungan eksternal. prediktabilitas yang terkait dengan bantuan tunai
juga memberikan perasaan aman secara ekonomi
Kuznets (dalam Wills,2009) berpendapat
dan mengurangi stres dan kecemasan. Pada saat
bahwa pengukuran kepuasan hidup secara
yang sama, ketergantungan hidup terhadap orang
subjektif yang menilai kesejahteraan seseorang
lain menurun mengarah pada peningkatan kontrol
adalah indikator paling signifikan untuk
kehidupan (kepercayaan finansial). Bantuan tunai
mengetahui kualitas hidup masyarakat dalam skala
dianggap lebih baik dalam mengurangi
nasional, lokal, atau perkotaan, dimana didalamnya
ketergantungan pada orang lain dibandingkan
tidak hanya ukuran kinerja variabel kontekstual
dengan jenis bantuan lainnya dan memungkinkan
yang seharusnya dimasukkan, tetapi juga persepsi
penerima manfaat mempertahankan kendali atas
terhadap kesejahteraan masyarakat. Indikator
kehidupan mereka. Beberapa penerima manfaat
kesejahteraan objektif seperti pendapatan
bahkan merasa lebih meningkatkan pemberdayaan
seseorang atau output moneter lainnya telah gagal
diri.
mengukur bagaimana orang memandang kualitas
hidup mereka. Selain itu, Pega dkk(2017) menemukan
bagaimana bantuan tunai terkait dengan
Studi empiris menunjukkan bahwa di negara-
pengentasan kemiskinan berdampak luas ke aspek
negara industri, kesejahteraan meningkat dengan
kesehatan. Jalur sebab akibat utama dampak
meningkatnya pendapatan nasional, tetapi hanya
bantuan tunai adalah melalui pendapatan. Hal ini
pada tingkat tertentu. Di tingkat selanjutnya,
dapat mengurangi risiko kemiskinan dan dengan
peningkatan kesejahteraan tersebut begitu kecil
sendirinya berpotensi meningkatkan aspek
sehingga menjadi hampir tidak terdeteksi
kesehatan di rumah tangga penerima. Pendapatan
(Eckersley, R, 2000). Setelah level tertentu
dari bantuan tunai yang dibiayai oleh dana publik
dipenuhi, kenaikan pendapatan tidak lagi
dapat memengaruhi kesehatan individu.
diimbangi dengan peningkatan kepuasan hidup,
Selanjutnya, Kahneman, D. &Deaton, A. (2010)
terutama di negara-negara maju (Helliwell 2005).
menemukan bahwa kepuasan hidup dan
kesejahteraan emosional meningkat dengan
meningkatnya pendapatan.
DAMPAK PROGRAM BANTUAN TUNAI (CASH TRANSFER) Indonesian Treasury Review Vol.5, No.1, (2020), Hal 1-16
TERHADAP KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF DI INDONESIA
Disisi lain, Rojas (2009) berpendapat bahwa kepuasan tentang kesehatan anak dan perspektif
kesejahteraan subjektif mencakup banyak dimensi positif tentang masa depan anak.
dalam ranah kehidupan kita, di mana pendapatan
hanyalah salah satu penentu kesejahteraan.
Gagasan tentang domain kehidupan terkait dengan 3. METODOLOGI PENELITIAN
pandangan bahwa kesejahteraan seseorang
bergantung pada kepuasan pada banyak bidang 3.1. Data
kehidupan, sehingga pada gilirannya bergantung Penelitian ini menggunakan data dari Survei
pada banyak faktor selain pendapatan, seperti usia, Kehidupan Keluarga Indonesia (Indonesia Family
tingkat pendidikan, kesehatan, jenis hobi dan Life Surveying/IFLS), survei yang dilakukan oleh
hiburan, jenis pekerjaan, tempat tinggal, sifat dan RAND Corporation bekerja sama dengan pusat
kekuatan hubungan interpersonal, dan sebagainya. penelitian beberapa universitas di Indonesia.
Dalam pandangan ini, pendapatan dan Sampel awal IFLS mewakili 83 persen populasi
kesejahteraan subjektif tidak menunjukkan Indonesia yang tinggal di 13 provinsi. IFLS adalah
hubungan korelasi yang kuat. survei longitudinal rumah tangga Indonesia dan
2.3. Penelitian Terdahulu survei paling komprehensif yang pernah dilakukan
di Indonesia yang mencakup berbagai aspek
Menggabungkan desain kluster longitudinal, kehidupan rumah tangga dan individu. Penelitian
randomized, dan panel data dari 3365 rumah ini adalah studi panel rumah tangga, individu, dan
tangga miskin, Kilburn dkk, (2016) beralih ke fasilitas publik yang telah dilakukan sebanyak lima
Malawi untuk melihat dampak program Bantuan gelombang survei terintegrasi sejak tahun 1993.
Tunai Tanpa Syarat (unconditional cash transfer, Data dari gelombang survei keempat (IFLS-4) dan
UCT) pada kesejahteraan subjektif. Penelitian kelima (IFLS-5) digunakan untuk penelitian ini.
menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan Survei dilakukan pada tahun 2007, IFLS-4
rumah tangga dari bantuan tunai dapat memiliki mencakup wawancara dengan 13.500 rumah
efek besar pada kesejahteraan subjektif penerima. tangga dan 43.000 individu. IFLS-5 dilakukan pada
Rumah tangga menggunakan uang tunai untuk akhir 2014 dan terjadi peningkatan jumlah
meningkatkan mata pencaharian keluarga mereka responden yang diwawancarai yaitu sebanyak
dan memastikan pemenuhan kebutuhan dasar, 15.900 rumah tangga dan 50.000 individu.
termasuk makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
Bantuan tunai membuat penerima manfaat lebih Data penerima manfaat program UCT (BLT)
bahagia dalam jangka pendek dan memberi dan kesejahteraan subjektif diambil dari Buku 1
mereka harapan untuk masa depan yang lebih baik dan 3A IFLS di mana informasi tentang apakah
dengan mengurangi tekanan kebutuhan harian. kepala rumah tangga menerima BLT serta
komponen kesejahteraan subjektif dapat
Selain itu, Haushofer, J. & Shapiro, J. (2016) ditemukan. Variabel independen utama adalah
menyelidiki respon rumah tangga miskin di partisipasi responden dalam program BLT yang
pedesaan Kenya terhadap perubahan signifikan merupakan variabel dummy dengan nilai 1 untuk
sementara dalam pendapatan mereka.LSM penerima (treatment) atau 0 untuk non-penerima
GiveDirectly menggunakan randomized control (control). Responden sampel untuk kelompok
trial untuk secara acak mengalokasikan setidaknya treatment dan control merupakan termasuk
USD 404 UCT untuk rumah tangga. Haushofer, J. & kategori miskin dengan total panel rumah tangga
Shapiro, J. (2016) menemukan bahwa penerima sebanyak 11.340 responden yang terdiri dari 3.101
manfaat mengalami peningkatan substansial dalam penerima UCT dan 8.239 bukan penerima.
kesejahteraan psikologis dan penurunan tingkat
stres. Temuan ini menunjukkan bahwa UCT 3.2 Principal Component Analysis(PCA)
memiliki efek signifikan pada konsumsi dan Variabel dependen dalam penelitian ini terdiri
kesejahteraan psikologis. dari semua indikator kesejahteraan subjektif yang
Natali, dkk (2018) baru saja melakukan diambil dari beberapa pertanyaan dengan skala
penelitian dampak bantuan uang tunai tanpa pilihan ganda sebagai jawaban dari survei
syarat (UCT) terhadap kebahagiaan perempuan kesejahteraan subjektif dalam Buku 3A IFLS.
miskin. Natali, dkk. (2018) menggunakan Berdasarkan pertanyaan kesejahteraan subjektif
randomized controlled trial pada 90 komunitas di tersebut, dibuat tiga kategori utama komponen
daerah pedesaan Zambia. Hasil kesejahteraan subjektif yaitu: kepuasan keluarga,
penelitianmenemukan dampak sebesar 7,5-10 poin persepsi masa depan, dan persepsi terhadap anak-
persentase peningkatan pada kebahagiaan wanita anak. Tabel 1 merinci setiap komponen
setelah 36 dan 48 bulan program berjalan. Selain kesejahteraan subjektif:
itu, penerima manfaat melaporkan kepuasan
secara keseluruhan yang meningkat terhadap
kesejahteraan anak-anak mereka, termasuk
DAMPAK PROGRAM BANTUAN TUNAI (CASH TRANSFER) Indonesian Treasury Review Vol.5, No.1, (2020), Hal 1-16
TERHADAP KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF DI INDONESIA
Tabel 1. Komponen Kesejahteraan Subjektif kebahagiaan diukur pada skala dari 1 (sangat
bahagia) ke 4 (sangat tidak bahagia).
Kepuasan Persepsi masa depan dibangun atas dua
Keluarga pertanyaan tentang apa yang dirasakan kepala
rumah tangga, pertama, tingkat kemiskinan dalam
Tingkat [Dalam skala dari 1 (termiskin) lima tahun kedepan dengan pilihan jawaban mulai
Kemiskinan hingga 6 (terkaya)] dari 1 (termiskin) hingga 6 (terkaya), dan kedua,
apakah standar kehidupan tetap sama setelah lima
Kehidupan [Kategori: “1 = kurang memadai, 2
keluarga = memadai, 3 = lebih dari cukup”] tahun kedepan dengan mempertimbangkan
perubahan harga saat ini dengan kisaran jawaban
Standar Hidup [Kategori: “1 = kurang memadai, 2 dari 1 (sangat mungkin) hingga 4 (sangat tidak
= memadai, 3 = lebih dari cukup”] mungkin).
Konsumsi [Kategori: “1 = kurang memadai, 2
makanan = memadai, 3 = lebih dari cukup”] Komponen ketiga, persepsi tentang anak-
anak, dibangun berdasarkan pertanyaan tentang
Kesehatan [Kategori: “1 = kurang memadai, 2 standar hidup anak-anak, konsumsi makanan,
= memadai, 3 = lebih dari cukup”] perawatan kesehatan, dan pendidikan anak-anak
Kebahagiaan [Kategori: “1 = sangat bahagia, 2 = dengan jawaban berkisar dari 1 (kurang dari
bahagia, 3 = tidak bahagia, 4 = cukup) hingga 3 (lebih dari cukup).
sangat tidak bahagia”]
Principal Component Analysis (PCA) adalah
Persepsi Masa sebuah teknik untuk membangun variabel baru
Depan yang merupakan kombinasi linear dari variabel asli
dan digunakan untuk membuat indeks untuk
Persepsi Tingkat [Dalam skala dari 1 (termiskin) ketiga variabel dependen. Jumlah maksimum
Kemiskinan Masa hingga 6 (terkaya)] variabel baru akan sama dengan jumlah variabel
Depan
lama, dan variabel-variabel baru ini tidak saling
Persepsi [Kategori: “1 = sangat mungkin, 2 = berkorelasi. Jamal, H. (2018) menyatakan bahwa
Kemungkinan kemungkinan, 3 = tidak mungkin, 4 Teknik PCA terutama digunakan untuk
Mempertahankan = sangat tidak mungkin”] menyelesaikan masalah substitusi antara
Standar Hidup komponen dan pemberian bobot pada konstituen
yang Sama indeks komposit. Dengan demikian, penerapan
bobot statistik untuk membangun indeks komposit
Anak-anak adalah pilihan lebih baik karena ini menghilangkan
subjektivitas dan bias pribadi. Tiga indeks
Standar Hidup [Kategori: “1 = kurang memadai, 2
Anak = memadai, 3 = lebih dari cukup”]
komponen dan indikator untuk variabel dependen
adalah sebagai berikut:
Konsumsi [Kategori: “1 = kurang memadai, 2 Table 2. Variabel KesejahteraanSubjektif
Makanan Anak = memadai, 3 = lebih dari cukup”]
Komponen Indikator Kode
Perawatan [Kategori: “1 = kurang memadai, 2 Kesejahteraan IFLS
Kesehatan Anak = memadai, 3 = lebih dari cukup”] Subjektif
Tingkat Kemiskinan sw01
Pendidikan Anak [Kategori: “1 = kurang memadai, 2 Kehidupan keluarga sw03b
= memadai, 3 = lebih dari cukup”] Kepuasan Standar Hidup sw04
Keluarga
Konsumsi makanan sw05
(fam_sat)
Sumber: IFLS, diolah Kesehatan sw06
Tiga indeks digunakan untuk variabel Kebahagiaan sw12i
dependen, yaitu kepuasan keluarga, persepsi masa Persepsi tingkat kemiskinan sw02
depan, dan anak-anak. Kepuasan keluarga Persepsi Masa masa depan
dibangun pada beberapa pertanyaan dengan skala Depan Persepsi kemungkinan sw3ai
(fut_pers) mempertahankan standar
multi-point untuk menjawab setiap pertanyaan.
hidup yang sama
Pertanyaan pertama tentang tingkat kemiskinan Standar kehidupan sw08
datang dengan enam kemungkinan tanggapan Anak-anak
Konsumsi makanan sw09
mulai dari yang termiskin (1) hingga yang terkaya (child)
(6). Pertanyaan tentang kehidupan keluarga rumah Kesehatan sw10
tangga, standar hidup, konsumsi makanan, dan Pendidikan sw11
perawatan kesehatan datang dengan tiga poin Sumber : IFLS , diolah
tanggapan dari “kurang memadai” sampai “lebih
dari cukup.” Pertanyaan terakhir tentang tingkat
DAMPAK PROGRAM BANTUAN TUNAI (CASH TRANSFER) Indonesian Treasury Review Vol.5, No.1, (2020), Hal 1-16
TERHADAP KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF DI INDONESIA
PCA diterapkan pada masing-masing fam_sat = 0.2635 sw01 + 0.4963 sw04 + 0.4649
komponen kesejahteraan subjektif yaitu kepuasan sw05 + 0.4105 sw06 + 0.2548 sw12i + 0.4844
keluarga, persepsi masa depan, dan anak-anak. sw03b
Hasilnya disajikan di bawah ini:
3.2.2 PCA kesejahteraan subjektif - persepsi
3.2.1 PCA kesejahteraan subjektif-kepuasan masa depan
keluarga
Tabel 5 di bawah ini menunjukkan nilai eigen,
Beberapa faktor yang relevan terbentuk variabilitas, dan variabilitas kumulatif PCA untuk
ketika menerapkan metode PCA, yang diwakili oleh indeks persepsi masa depan.
Comp1 ke Comp6. Nilai eigen, variabilitas, dan
variabilitas kumulatif ditampilkan pada tabel Tabel 5. Nilai Eigen, Variabilitas, dan Variabilitas
berikut: Kumulatif Indikator Persepsi Masa Depan
Table 3.Nilai Eigen, Variabilitas, dan Variabilitas Komponen Nilai eigen Variabilitas Kumulatif
Kumulatif Indikator Kepuasan Keluarga (%) (%)
Comp1 1.08705 54.35 54.35
Komponen Nilai eigen Variabilitas Kumulatif Comp2 0.912953 45.65 100
(%) (%)
Comp1 2.96811 49.47 49.47 Sumber: hasil STATA dan perhitungan penulis
Comp2 0.906498 15.11 64.58 Sekali lagi, hanya satu faktor yang terbentuk
Comp3 0.821079 13.68 78.26 di sini. Faktor 1 memiliki nilai eigen 1,08705 dan
menjelaskan 54,35 persen dari total komunal.
Comp4 0.598868 9.98 88.24
Comp5 0.430385 7.17 95.42 Komponen persepsi masa depan tentang
kesejahteraan subjektif diukur dengan persepsi
Comp6 0.275064 4.58 100
tingkat kemiskinan masa depan (sw02) dan
Sumber: hasil STATA dan perhitungan penulis persepsi kemungkinan mempertahankan standar
hidup yang sama (sw3ai). Hasil PCA dari variabel-
Berdasarkan output di atas, variabel yang variabel ini adalah sebagai berikut.
dianalisis dapat dikelompokkan menjadi satu
faktor, yaitu yang dengan nilai eigen lebih besar Table 6. Indikator Persepsi Masa Depan untuk
dari satu. Nilai eigen kurang dari satu tidak dapat Komponen Utama oleh PCA
digunakan dalam menghitung jumlah faktor yang
Variable Component 1
terbentuk, sehingga proses factoring berhenti pada
faktor pertama. Faktor 1 memiliki nilai eigen sw02 0.7071
2,96811 dan menjelaskan 49,47 persen dari total sw03ai 0.7071
komunal. Sumber: hasil STATA dan perhitungan penulis
Komponen kepuasan keluarga dari
Berdasarkan hasil di atas, persamaan untuk
kesejahteraan subjektif diukur oleh enam
indeks persepsi masa depan ditetapkan sebagai
indicator, yaitu tingkat kemiskinan (sw01), standar
berikut:
hidup (sw04), konsumsi makanan (sw05),
kesehatan (sw06), kebahagiaan (sw12i), dan fut_pers = 0.7071 sw02 + 0.7071 sw03ai
kehidupan keluarga (sw03b). Hasil PCA untuk
3.2.3 PCA kesejahteraan subjektif - anak-anak
variabel-variabel ini adalah sebagai berikut:
Nilai eigen, variabilitas, dan variabilitas
Table 4. Indikator Kepuasan Keluarga terhadap
kumulatif PCA pada persepsi tentang anak-anak
Komponen Utama oleh PCA
disediakan di bawah ini.
Variable Component 1
Table 7. Nilai Eigen, Variabilitas, dan Variabilitas
sw01 0.2635 Kumulatif Indikator Anak
sw04 0.4963
Komponen Nilai eigen Variabilitas Kumulatif
sw05 0.4649 (%) (%)
sw06 0.4105 Comp1 2.70091 67.52 67.52
Hanya satu faktor yang terbentuk (Faktor 1) subjektif. Penelitian ini juga memakai model yang
dengan nilai eigen 2.70091 yang menyumbang sama dengan model Kilburn dkk (2016).
67,52 persen dari total komunal.
Persamaan dasar untuk model ini adalah sebagai
Komponen kesejahteraan subjektif ini diukur berikut:
oleh empat indikator: standar hidup anak-anak
= + + +µ
(sw08), konsumsi makanan anak-anak (sw09),
kesehatan anak-anak (sw10), dan pendidikan dimana:
anak-anak (sw11). Hasil PCA untuk variabel-
SWB : komponen kesejahteraan subjektif
variabel ini adalah sebagai berikut.
: variabel dummy yang menyatakan
Table 8. Indikator Anak-Anak terhadap Komponen apakah kepala rumah tangga
Utama oleh PCA menerima UCT (1 atau 0)
Cov : kovariat
Variable Component 1
µ : error term
sw08 0.5220 : rumah tangga
sw09 0.5350 : tahun
sw10 0.5251 Dua metode empiris digunakan untuk
sw11 0.4068 menentukan dampak program BLT pada
kesejahteraan subjektif.
Sumber: hasil STATA
Pertama, model regresi linier OLS digunakan
Berdasarkan hasil di atas, persamaan berikut pada dua gelombang data IFLS (IFLS4-2007 dan
ditetapkan untuk indeks anak-anak adalah: IFLS5-2015).
Children = 0,5220 sw08 + 0,5350 sw09 + (1) = + + +µ
0,5251sw10 + 0,4068 sw011
Kedua, model efek tetap (fixed effect)
Skor faktor yang dihasilkan dapat digunakan
digunakan sesuai saran Kilburn, dkk. (2016) yang
untuk menggantikan skor dari variabel asli. Hasil
menyatakan bahwa model efek tetap digunakan
PCA untuk setiap komponen kemudian
untuk mengontrol perbedaan pelaporan individu
diregresikan atau dianalisis pengaruhnya terhadap
dan karakteristik yang tidak teramati seperti
variabel independen menggunakan analisis regresi
kepribadian yang mungkin bias di dalam treatment
linier.
effects. Hal ini muncul dalam kesalahan yang tidak
Beberapa variabel independen (kovariat) teramati (unobserved error term) dan diasumsikan
yang digunakan dalam studi ini didasarkan pada tetap dari waktu ke waktu. Efek tetap individual
literatur tentang kesejahteraan subjektif. Dolan juga akan menghilangkan variabel kontrol
dkk, (2008), menyebutkan karakteristik pribadi yangstabil seperti jenis kelamin dan treatment
dan sosial seperti jenis kelamin, pendidikan, status status.
perkawinan, dan status kesehatan sebagai faktor
Kelemahan dari persamaan (1) di atas adalah
yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif.
adanya variabel waktu-invarian (time-invariant)
Sementara itu, Kilburn, dkk. (2016) menggunakan
yang tidak teramati, mempengaruhi kesejahteraan
ukuran rumah tangga, usia, dan usia kuadrat
subjektif, dan implementasi bantuan tunai serta
sebagai variabel kontrol. Disisi lain, variabel
menyebabkan bias. Contohnya adalah kriteria
kepemilikan rumah disarankan oleh Martínez, D.M.
kelayakan yang tidak acak dan dapat
& A.G. Maia, A.G. (2018).
mempengaruhi hasil, misalnya tidak semua
3.3 Model Empiris penerima bantuan adalah rumah tangga miskin.
Selain itu, karena kepala desa mendistribusikan
Model empiris yang digunakan untuk mengukur
uang tunai langsung ke rumah tangga miskin, ada
kesejahteraan subjektif banyak ditemukan dalam
juga kemungkinan mis-alokasi karena faktor-faktor
literatur. Kilburn, dkk. (2016) menyarankan bahwa
yang tidak teramati seperti kesalahan dalam
pengukuran kesejahteraan subjektif (subjective
pelaporan kondisi rumah tangga. Sumber bias
wellbeing, SWB) yang dilaporkan sendiri oleh
lainnya juga termasuk karakteristik lokasi yang
individu dimodelkan secara empiris sebagai fungsi
tidak teramati dan tidak berubah secara waktu
tambahan faktor ekonomi, sosial, dan lingkungan
seperti faktor geografis, perbedaan budaya di desa
di mana kesalahan residu (error term) akan
dan kota, dan perbedaan dalam preferensi rumah
mencakup perbedaan individu dalam pelaporan.
tangga yang mempengaruhi kesejahteraan
Kilburn, dkk. (2016) menyatakan bahwa Tim
subjektif. Kurangnya informasi tentang faktor-
Bantuan Tunai Sosial Malawi menggunakan model
faktor ini berarti bahwa variabel-variabel ini harus
yang sama ketika meneliti dampak UCT di Malawi.
dimasukkan dalam error term.
yaitu menggunakan pendekatan kesejahteraan
DAMPAK PROGRAM BANTUAN TUNAI (CASH TRANSFER) Indonesian Treasury Review Vol.5, No.1, (2020), Hal 1-16
TERHADAP KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF DI INDONESIA
10
dengan bukan penerima. Selain itu, Berdasarkan tangga sasaran. Pemotongan dana juga
hasil regresi efek tetap per indikator kesejahteraan dimaksudkan untuk menghindari kecemburuan
subjektif dalam Lampiran 1 juga menunjukkan dan konflik di masyarakat, dan membantu
dampak positif UCT sebesar 0,0208 pada membiayai berbagai kegiatan masyarakat.
kehidupan keluarga, sebesar 0,0165 pada Penelitian oleh Listyaningsih, U & Kiswanto, E
konsumsi makanan, dan sebesar 0,0097 pada (2009) juga menemukan kesalahan alokasi dana
tingkat kebahagiaan dengan signifikan secara BLT. Dalam pelaksanaannya yang pertama di tahun
statistik pada 5 persen, 10 persen dan 5 persen. 2005, rumah tangga yang tidak memenuhi kriteria
secara keliru dimasukkan sebagai penerima,
Oleh karena itu, bantuan langsung tunai masih meskipun daftar penerima manfaat telah
bermanfaat bagi orang miskin selama guncangan diperbaiki pada tahun 2008. Permasalahan
ekonomi sementara, tetapi tidak mempengaruhi tersebut di atas dapat juga berkontribusi pada
persepsi masa depan ataupun terhadap persepsi kecilnya dampak BLT pada kesejahteraan subjektif.
kesejahteraan anak-anak. Hasil efek tetap
menunjukkan signifikansi berbeda dengan regresi Berdasarkan Lampiran 1 juga terlihat bahwa
OLS karena efek tetap juga digunakan untuk faktor penentu (variabel independen) selain
mengontrol perbedaan yang diamati dalam bantuan tunai memiliki korelasi dan tanda yang
variabel tetap sepanjang waktu dan dapat merubah sesuai dengan harapan. Selain itu, lebih dari
variabel regresi. Ini menunjukkan bahwa setengah faktor penentu tersebut signifikan secara
kesejahteraan subjektif lebih dipengaruhi oleh statistik. Ini konsisten dengan temuan Dolan, dkk.
faktor-faktor yang tidak diamati (unobserved (2008), Kilburn, dkk. (2016), dan Rojas (2008)
heterogeneity). bahwa kesejahteraan subjektif dipengaruhi oleh
faktor pribadi dan sosial (non-ekonomi) seperti
Hasil di atas juga menunjukkan bahwa status kesehatan, status perkawinan, jenis kelamin,
peningkatan pendapatan yang dihasilkan oleh pendidikan, dan ukuran rumah tangga.
program UCT tidak memiliki banyak dampak pada
kesejahteraan subjektif. Rojas (2008) menemukan Kepemilikan rumah umumnya menunjukkan
hasil yang sama bahwa peningkatan pendapatan korelasi positif dengan semua komponen
untuk orang miskin tidak secara otomatis kesejahteraan subjektif. Menggunakan OLS,
meningkatkan kesejahteraan subjektif. Hal ini kepemilikan rumah terlihat memiliki korelasi yang
bertentangan dengan beberapa penulis yang signifikan pada satu persen dengan semua variabel
menemukan bahwa peningkatan pendapatan yang dependen kesejahteraan subjektif. Sementara itu,
disebabkan oleh program bantuan tunai memiliki regresi efek tetap menunjukkan bahwa variabel
efek positif pada aspek kesejahteraan subjektif kepemilikan rumah memiliki pengaruh yang
seperti kepuasan hidup, kebahagiaan, dan persepsi signifikan secara statistik, positif terhadap
masa depan. Peningkatan pendapatan dapat juga kepuasan keluarga dan kesejahteraan anak-anak
menyebabkan sedikit atau tidak ada peningkatan sebesar lima persen dan satu persen, tetapi tidak
kesejahteraan, karena faktor-faktor non-ekonomi ada dampak signifikan pada persepsi masa depan.
lain yang terlibat dalam kompleksitas domain Dengan OLS, status rumah milik sendiri terlihat
kesejahteraan manusia. Terdapat hierarki dapat meningkatkan skor kepuasan keluarga
kebutuhan dalam literatur tentang kebutuhan sebesar 23 poin persentase, skor persepsi masa
dasar sehingga orang yang tidak mampu depan sebesar tujuh poin persentase, dan skor
memenuhi kebutuhan dasarnya akan mengalami kesejahteraan anak-anak sebesar 23 poin
tingkat kesejahteraan subjektif yang rendah. Untuk persentase lebih dari yang lain. Sementara itu,
mencapai tingkat kesejahteraan subjektif yang dengan efek tetap menunjukkan bahwa status
tinggi, diperlukan batas pendapatan minimum rumah milik sendiri meningkatkan skor kepuasan
untuk meningkatkan tingkat kebutuhan hidup keluarga sebesar sepuluh poin persentase dan skor
orang miskin (Rojas, 2008). kesejahteraan anak-anak sebesar 21 poin
persentase lebih dari status kepemilikan rumah
Dalam konteks Indonesia, Rosfadhila, dkk. lain. Singkatnya, rumah tangga yang memiliki
(2011) mengevaluasi implementasi program BLT rumah sendiri terlihat menikmati kesejahteraan
dan menemukan beberapa permasalahan. Pertama, subjektif lebih tinggi dibandingkan dengan rumah
penerima BLT menyatakan bahwa bantuan tunai tangga yang tidak memiliki rumah.
telah membantu meringankan beban ekonomi
rumah tangga. Tetapi uang sebesar IDR 100.000 Faktor pendidikan berkorelasi positif dan
(sekitar USD 10) yang diterima dalam sebulan signifikan dengan kepuasan keluarga, persepsi
tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan masa depan, dan kesejahteraan anak-anak karena
karena kenaikan harga. Kedua, program-program hasil OLS menunjukkan bahwa responden dengan
penyaluran dana menciptakan peluang untuk tingkat pendidikan lebih tinggi akan meningkatkan
korupsi, seperti pemotongan yang dibuat secara kesejahteraan subjektif. Jamal, H. (2018)
kolusi antara pemimpin masyarakat dan rumah menemukan hasil yang sama dimana tingkat
pendidikan yang dicapai berkorelasi positif dan
DAMPAK PROGRAM BANTUAN TUNAI (CASH TRANSFER) Indonesian Treasury Review Vol.5, No.1, (2020), Hal 1-16
TERHADAP KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF DI INDONESIA
11
signifikan dengan kesejahteraan subjektif. Tetapi subjektif masing-masing sebesar satu persen,
regresi efek tetap menunjukkan bahwa korelasi sepuluh persen, dan lima persen untuk kepuasan
signifikan hanya ditemukan antara pendidikan keluarga, persepsi masa depan, dan kesejahteraan
tinggi dan kepuasan keluarga (pada lima persen), anak-anak. Kepala rumah tangga perempuan
dan antara pendidikan sekolah dasar dan persepsi menunjukkan skor kepuasan keluarga sebesar 14
masa depan (pada sepuluh persen). Sementara itu, poin persentase, skor persepsi masa depan sebesar
tidak ada dampak signifikan yang ditemukan bagi tujuh poin persentase, dan skor kesejahteraan
kesejahteraan anak-anak. anak-anak sebesar 12 poin persentase lebih tinggi
daripada kepala rumah tangga laki-laki. Tetapi
Lampiran 1 juga menunjukkan hasil regresi
regresi efek tetap menunjukkan hasil tidak
OLS yang sama dengan hasil regresi efek tetap
signifikan untuk semua komponen kesejahteraan
untuk variabel ukuran rumah tangga (hhsize),
subjektif. Dalam penelitian Dolan, dkk. (2008)
yaitu, korelasi negatif yang signifikan terhadap
menemukan hasil yang sama di mana perbedaan
persepsi masa depan dan kesejahteraan anak-anak,
gender pada kepuasan hidup bervariasi dari satu
tetapi tidak signifikan dengan kepuasan keluarga.
negara ke negara, tetapi perbedaannya cenderung
Baik menggunakan OLS atau efek tetap
tidak signifikan di sebagian besar negara-negara
memperlihatkan hasil yaitu peningkatan satu
Asia dan Barat.
anggota keluarga akan mengurangi skor persepsi
masa depan sebesar dua poin persentase dan skor Secara umum, satu-satunya determinan yang
kesejahteraan anak-anak sebesar lima poin memiliki korelasi yang kuat, positif dan signifikan
persentase. Temuan ini sesuai dengan Kilburn, dkk. terhadap semua komponen kesejahteraan subjektif
(2016) yang menemukan korelasi negatif baik dianalisis dengan OLS maupun efek tetap
signifikan antara variabel komposisi rumah tangga adalah status kesehatan. Hal ini menunjukkan
dan kesejahteraan subjektif, menunjukkan bahwa bahwa kondisi kesehatan seseorang sangat
semakin banyak anggota keluarga, semakin kecil mempengaruhi kesejahteraan subjektifnya.
kesejahteraan subjektif. Temuan ini sejalan dengan kesimpulan dari Dolan
dkk. (2008) yang menyatakan bahwa studi secara
Secara keseluruhan, hasil OLS dan regresi efek
konsisten menunjukkan hubungan kuat antara
tetap untuk usia dan usia kuadrat tidak
kesejahteraan subjektif (subjective wellbeing, SWB)
menunjukkan dampak signifikan pada hasil
dan kesehatan baik secara fisik dan maupun
kesejahteraan subjektif. Jika dilihat lebih dekat,
psikologis. Kesehatan psikologis lebih berkorelasi
regresi OLS menunjukkan bahwa variabel usia
dengan kesejahteraan subjektif dibandingkan
memiliki korelasi positif dengan signifikansi pada
kesehatan fisik tetapi ini tidak mengejutkan
sepuluh persen pada persepsi masa depan dan
mengingat adanya hubungan erat antara keduanya.
korelasi negatif dengan signifikansi pada lima
persen pada kesejahteraan anak-anak. Beberapa
penelitian, seperti yang dilakukan oleh Jamal, H.
(2018), menyimpulkan bahwa kelompok usia yang 5. KESIMPULAN DAN SARAN
lebih muda cenderung lebih bahagia daripada Bantuan Tunai Tanpa Syarat (Unconditional
responden setengah baya, tetapi penelitian ini Cash Transfer/UCT) telah menjadi salah satu
tidak menemukan bukti empiris untuk hubungan instrumen yang digunakan pemerintah untuk
usia kuadrat. dapat membantu orang miskin memenuhi
Status perkawinan memberikan hasil regresi kebutuhan sehari-hari mereka. Dalam konteks
OLS positif dan signifikan pada satu persen untuk Indonesia, studi evaluasi dampak telah dilakukan
kepuasan keluarga dan kesejahteraan anak-anak pada serangkaian program UCT menggunakan
tetapi tidak berdampak pada persepsi masa depan. indikator ekonomi atau material. Tetapi saat ini
Responden yang sudah menikah menikmati skor kesepakatan luas tentang pentingnya konsep-
kepuasan keluarga sebesar 18 poin persentase dan konsep seperti kesejahteraan subjektif yang
skor kesejahteraan anak-anak 25 poin lebih tinggi mengukur kualitas hidup sebagai pengalaman
dibandingkan responden yang belum menikah. Ini aktual melalui persepsi seseorang. Untuk membuat
sesuai dengan Myers (2000) yang menyatakan sketsa gambaran yang lebih lengkap dari masalah
bahwa orang yang menikah pada umumnya lebih sosial saat ini, penelitian ini mencoba
bahagia daripada mereka yang belum menikah, berkontribusi pada literatur tentang dampak aspek
apakah mereka berpisah, bercerai atau lajang. non-materi dari sudut pandang rumah tangga
Sementara itu, regresi efek tetap menunjukkan penerima.
bahwa variabel status pernikahan tidak Secara umum, program UCT di Indonesia
mempengaruhi hasil kesejahteraan subjektif. berkorelasi negatif atau tidak berdampak pada
Hasil regresi OLS untuk gender menunjukkan peningkatan kesejahteraan subjektif rumah tangga
bahwa variabel ini berkorelasi positif dan penerima dibandingkan dengan non-penerima
signifikan dengan semua output kesejahteraan manfaat. Di antara tiga komponen kesejahteraan
subjektif - kepuasan keluarga, persepsi masa
DAMPAK PROGRAM BANTUAN TUNAI (CASH TRANSFER) Indonesian Treasury Review Vol.5, No.1, (2020), Hal 1-16
TERHADAP KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF DI INDONESIA
12
depan, dan kesejahteraan anak-anak-program UCT yang terbatas sehingga diperlukan penelitian di
memiliki dampak paling signifikan dan positif pada masa depan yang dapat memperbaiki hal ini
komponen kepuasan keluarga. Dari perspektif dengan menggunakan data yang memberikan
penerima, UCT dapat membantu penerima manfaat representasi lebih baik dari masyarakat Indonesia.
mempertahankan tingkat konsumsi yang stabil Studi yang sama juga akan mendapat akurasi hasil
selama guncangan ekonomi jangka pendek dan yang lebih baik jika mempertimbangkan jarak
tidak mempengaruhi persepsi mereka tentang waktu antara survei dan pelaksanaan bantuan
masa depan dan persepsi kesejahteraan anak. tunai, di mana periode waktu yang lebih pendek
akan menghasilkan dampak yang lebih nyata (real
Hasil ini tidak sejalan dengan beberapa teori
time). Terlepas dari itu, temuan yang disajikan
yang mengasumsikan bahwa bantuan tunai akan
dalam penelitian ini dapat berkontribusi dan
meningkatkan kesejahteraan subjektif. Beberapa
menjadi pertimbangan bagi studi selanjutnya di
faktor yang dapat menjelaskan hal ini, seperti
dalam topik ini.
jumlah uang tunai yang diberikan akan
menentukan peningkatan konsumsi dan
kesejahteraan psikologis (Haushofer, J. & Shapiro,
J., 2016). Selain itu, persepsi responden dapat REFERENSI
dipengaruhi oleh lamanya waktu antara survei dan Attah, R., Barca, V., Kardan, A., and MacAuslan, I.
implementasi program (Natali dkk., 2018). (2016).Can social protection affect psychosocial
Lebih jauh lagi, program UCT Indonesia telah wellbeing and why does this matter? lessons
memiliki beberapa masalah dalam from cash transfers in Sub-Saharan Africa.
implementasinya yang mempengaruhi indikator Journal of development studies, 52(8), 1115-
kesejahteraan subjektif. Oleh karena itu 1131.
pemerintah harus terus meningkatkan efektivitas Bastagli, et al. (2016).Cash Transfers: What Does
pelaksanaan program, terutama terkait jumlah the Evidence Say? Overseas Development
atau besaran bantuan tunai yang dirasa belum Institute Report.
mencukupi kebutuhan penerima manfaat,
penargetan rumah tangga untuk mencegah Diener, E., Suh, E. M., Smith, H., & Shao, L.
kesalahan alokasi, dan koordinasi semua lembaga (1995).National differences in reported
terkait untuk menghilangkan peluang korupsi dan subjective well-being: Why do they occur?
konflik sosial. Social Indicators Research, 34(1), 7-32.
Pengukuran secara subjektif seperti kepuasan Dolan, P., Peasgood, T., and White, M. (2008).Do we
hidup merupakan dimensi penting kesejahteraan really know what makes us happy? a review of
seseorang yang tidak dapat ditangkap oleh the economic literature on the factors
pengukuran objektif. Pembuat kebijakan harus associated with subjective well-being. Journal of
mempertimbangkan aspek penilaian secara economic psychology, 29(1), 94-122.
objektif dan subjektif secara bersamaan dalam
Eckersley, R. (2000).The mixed blessings of
rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat
material progress: Diminishing returns in the
karena keduanya dapat mencerminkan
pursuit of happiness. Journal of Happiness
kesejahteraan yang lebih akurat. Selain itu,
Studies, 1(3), 267–292.
kesejahteraan subjektif yang rendah tidak hanya
disebabkan oleh rendahnya pendapatan orang Handa, S., Martorano, B., Halpern, C., Pettifor, A., &
miskin, tetapi juga faktor-faktor lain yang relevan Thirumurthy, H. (2014).Subjective Well-being,
terkait dengan kepuasan dalam berbagai bidang Risk Perceptions and Time Discounting: Evidence
kehidupan. Studi ini dapat menginspirasi kebijakan from a Large-Scale Cash Transfer Programme.
publik untuk tidak hanya fokus pada peningkatan UNICEF Office of Research-Innocenti.
pendapatan masyarakat miskin tetapi juga
Haushofer, J. & Shapiro, J. (2016) .The short-term
menempatkan mereka dalam situasi yang
impact of unconditional cash transfers to the
memuaskan kehidupan (Rojas, 2008).
poor: experimental evidence from Kenya. The
Quarterly Journal of Economics, 131(4), 1973-
2042.
6. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN
Helliwell, J. F. (2005).Well-being, social capital and
Literatur menunjukkan bahwa kesejahteraan public policy. What.s new?National Bureau of
subjektif adalah konsep yang sangat luas. Tentu Economic Research, Working Paper 11807.
saja, penelitian ini belum membahas semua unsur
kesejahteraan subjektif dari bantuan tunai di Honorati, M., Gentilini, U., & R.G. Yemtsov. (2015).
Indonesia karena terbatasnya data, teknik The State of Social Safety Nets 2015.Washington,
penelitian, dan serta waktu yang tersedia. Survei di DC: World Bank Group.
13 provinsi di Indonesia menggunakan jumlah data
DAMPAK PROGRAM BANTUAN TUNAI (CASH TRANSFER) Indonesian Treasury Review Vol.5, No.1, (2020), Hal 1-16
TERHADAP KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF DI INDONESIA
13
14
LAMPIRAN
ILUSTRASI TABEL
Lampiran 1. OLS and Fixed Effect Regression Result
15
16