Anda di halaman 1dari 6

Peran teknologi pendidikan dalam meningkatkan mutu serta kualitas peserta

didik dalam proses pembelajaran yang relevan

https://www.slideshare.net/octaryo/peran-teknologi-pendidikan-dalam-
meningkatkan-mutu-serta-kualitas-peserta-didik-dalam-proses-pembelajaran-
yang-relevan

1. 1. PERAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN MUTU SERTA KUALITAS


PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN YANG RELEVAN. Revolusi teknologi,
khususnya komputer dan internet, saat ini telah mengubah cara pandang dan berpikir pada
masyarakat dunia. Kini orang makin berpikir praktis dan efektif. Begitu juga di bidang
pendidikan. Kini kita berada di era teknologi informasi dan komunikasi, dimana kecepatan
penyampaian dan menangkap suatu informasi menjadi sangat penting dalam rangka
memajukan pendidikan. Pada era masyarakat yang dinamis ini, kita perlu melakukan
langkah persiapan secara optimal. Kita sudah berada di sekitar teknologi mobile, serba nir–
kabel, semua menuntut multimedialitas. Siap atau tidak pembelajaran berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT) harus dimulai dari sekarang. Pendayagunaan TIK di
sekolah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan bahan ajar yang dikemas dalam
bentuk media berbasis ICT dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Bersamaan dengan itu,
pada generasi e–learning ini, kesadaran masyarakat terhadap pembelajaran menggunakan
TIK akan semakin besar. Saat ini jugalah waktu yang tepat untuk merangsang masyarakat
agar menggunakan teknologi dalam upaya pengembangan sumber daya manusia. Oleh
karena itu, perlu terus ditumbuhkan kesadaran masyarakat untuk lebih memberi perhatian
pada peningkatan kuantitas dan kualitas media pembelajaran berbasis ICT dan
pemanfaatannya. Di Indonesia, pendidikan telah memasuki era baru. Suatu upaya
mengubah paradigma pendidikan di Indonesia tengah bergulir. Salah satu faktor yang akan
menjadi sarana penggerak perubahan adalah teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Berbeda dengan paradigma lama yang memandang peserta didik sebagai objek, maka
dengan paradigma baru siswa dan guru sama-sama bertindak sebagai subjek.
Pembelajaran menggunakan TIK, menjadikan sumber ilmu pengetahuan menjadi tidak
terbatas. Setiap siswa dapat aktif mencari sumber ilmu pengetahuan lain selain guru dan
buku. Implementasi TIK di dunia pendidikan telah menjadi perhatian dunia internasional.
World Summit on The Information Society (WSIS) yang diprakarsai International
Telecommunication Union (ITU), membuat standar TIK pendidikan, untuk diterapkan
selambat-lambatnya tahun 2015. Standar tersebut antara lain, 50 persen lembaga
pendidikan serta pusat studi dan penelitian telah terhubung dengan TIK, sedangkan tingkat
e-literacy masyarakat sekurang-kurangnya 50 persen. Kondisi Pendidikan Nasional
Sebagaimana diketahui bahwa Pendidikan Nasional masih memiliki kendala, antara lain
adalah masih rendahnya pemerataan dan akses pendidikan, masih rendahnya mutu,
relevansi dan daya saing pendidikan, dan masih lemahnya tata kelola, akuntabilitas dan
pencitraan publik. Untuk itu Departemen Pendidikan Nasional telah merumuskan tiga pilar
kebijakan pembangunan pendidikan, yaitu: (1) Peningkatan pemerataan dan perluasan
akses pendidikan (2) Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan, dan (3)
Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pengelolaan pendidikan.
2. 2. Data (tahun 2006) menunjukkan, jumlah Guru TK yang memenuhi kualifikasi S1 hanya
4% dari 137.069 guru. Guru SLB sebanyak 47% dari 8304 guru, guru SD sebanyak 8 % dari
1.234.927 guru, guru SMP sebanyak 42 % dari 466 728 guru, guru SMA sebanyak 73 % dari
230.114 guru, dan guru SMK sebanyak 147.559 guru (64 %). Secara rata-rata jumlah guru
yang memenuhi kualifikasi adalah 25 % dari 2.224.721. Dari data tersebut, jumlah guru yang
belum memenuhi kualifikasi S1 sekitar 75 %, dari total guru yang ada. Usaha peningkatan
kualifikasi ini, bila ditempuh dengan cara-cara yang konvensional, dan hanya mengikuti daya
tampung perguruan tinggi, maka akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Untuk itu
perlu ditempuh cara yang inovatif melalui pendayagunaan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) atau (ICT) untuk pendidikan. Profil pemanfaatan ICT di Indonesia masih
tergolong rendah bila dilihat dari dari komponen sebagai berikut; penggunaan internet per
1000 orang hanya 52, kepemilikan PC per 1000 orang adalah 19, pelanggan broadband per
1000 orang 0,3, sambungan telepon per 1000 orang adalah 46, pelanggan seluler per 1000
orang adalah 141, dan rumah tangga (Household) dengan TV sebanyak 66 %.. Sementara
itu perkembangan ICT untuk pendidikan di dunia berkembang cukup pesat. Ini semua mau
tidak mau, suka tidak suka, di manapun, kapanpun, dan dalam kondisi memaksa kita harus
menggunakan ICT. Penggunaan ICT harus dilakukan sebijak mungkin, sesmart mungkin,
agar ICT dapat membantu pendidikan baik dari segi akses, peningkatan mutu maupun tata
kelola pendidikan. Definisi Teknologi Pendidikan Sebelum kita membahas tentang peran
teknologi pendidikan dalam peningkatan akses, mutu dan relevansi pendidikan, ada baiknya
disajikan dulu tentang definisi teknologi pendidikan/pembelajaran. Definisi teknologi
pendidikan/pembelajaran berkembang seiring dengan perkembangan pendidikan dan
perkembangan teknologi itu sendiri. Berikut ini beberapa definisi dari tahun ke tahun sampai
yang terkini : A systematic way of designing, implementing, and evaluating the total process
of of learning and teaching in terms of specific objectives, based on research in huma
Educational technology is a field involved in the facilitation of human lear Instructional
technology is the research in and application of behavioral science and learning theories and
the use of a systems approach to analyze, design, develop, implement, evaluate and
manage the use of technology to assist in the solving of learning or performance problems.
The term instructional technology is often used interchangeably with the term educational
technology, but instructional technology often has more emphasis on the scientific and
systems approach of instructional problem solving while educational technology focuses
more on the
3. 3. craft or art of using technology to support learning “a systematic way of designing,
implementing and evaluating the total process of learning and teaching in terms of specific
objectives, based on research in human learning and communication and employing a
combination of human and non-human resources to bring about more effective instruction”
(U.S. Commission on Instructional Technology definition). Educational technology is the
study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating,
using, and mana Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Teknologi
pendidikan/teknologi pembelajaran adalah suatu disiplin/bidang (field of study) 2. Tujuan
utama teknologi pembelajaran adalah (1) untuk memecahkan masalah belajar atau
memfasilitasi pembelajaran; dan (2) untuk meningkatkan kinerja 3. Teknologi
pendidikan/pembelajaran menggunakan pendekatan system (pendekatan yang
holistic/komprehensif, bukan pendekatan yang bersifat parsial). 4. Kawasan teknologi
pendidikan dapat meliputi kegiatan analisis, desain, pengembangan,
pemanfaatan,pengelolaan, implementasi dan evaluasi baik proses-proses maupun
sumbersumber belajar. 5. Yang dimaksud dengan teknologi dalam teknologi pendidikan
adalah teknologi dalam arti luas, bukan hanya teknologi fisik (hardtech), tapi juga teknologi
lunak (softtech) 6. TP adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang, prosedur,
gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisis masalah dan merancang,
melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar
manusia Peran Teknologi Pendidikan dalam Rangka Perluasan Akses, Peningkatan Mutu,
dan Relevansi Pendidikan. 1. Jardiknas Jardiknas adalah jaringan wide area network (WAN)
yang menghubungkan antara kantor Depdiknas Pusat dengan Kantor Dinas Pendidikan
Propinsi/ Kabupaten/Kota dan institusi pendidikan lainnya secara nasional. Sejak tahun 2006
telah telah dibangun jaringan ke 33 kantor Dinas Pendidikan Propinsi, 390 kantor Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota, 3 unit Depdiknas Pusat, 2 P4TK, 5 BPPLSP, 1 LPMP, 272 Kota
Kabupaten/Kota dan 3500 sekolah (schoolNet). Kesemuanya itu telah terhubung secara
intranet dengan Jardiknas Hingga 2008, telah tersambung 866 zona kantor dinas pendidikan
(OfficeNet) dan 15.000 node di zona sekolah (SchoolNet), 319 zona perguruan tinggi
(Inherent) yang terdiri dari 83 node perguruan tinggi negeri, 200 node perguruan tinggi
swasta, dan 36 node Unit Pendidikan Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka yang secara
keseluruhan melayani sekitar 60 persen populasi mahasiswa.
4. 4. Pada 2009 Jardiknas diharapkan menjangkau 363 node di zona perguruan tinggi, 17.500
node di zone sekolah, dan 6.000 node di zona personal (StudentNet), dan 6.000 node zona
personal/guru (TeacherNet). Saat ini juga telah terdapat 4.413 lab komputer (44,6 persen)
dari 9.897 SMA, 4.760 lab (70 persen) dari 6.800 SMK, dan 7.643 lab (31 persen) dari
24.686 SMP. Diperkirakan, pada 2009 jumlah komputer yang terhubung di Jardiknas akan
mencapai lebih dari 1,57 juta unit. Bersamaan dengan masuknya TIK ke dalam kurikulum
pendidikan, berlangsung pula fase kedua, yakni penyediaan sumber daya komputansi. Fase
penyiapan sumber daya manusia dimulai pada tahun 2006, setahun kemudian
diselenggarakan pelatihan pemanfaatan Jardiknas untuk kepala sekolah, guru, tata usaha,
dan pustakawan yang diikuti 38 ribu peserta dan menjangkau 216 kabupaten/kota, melalui
pelatihan berjenjang. Dengan begitu, dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, sebagian
besar guru di Indonesia telah melek ICT. Selanjutnya, fase mobilisasi pengembangan
konten merupakan gerakan penting setelah infrastruktur dan SDM. Dengan kapasitas
bandwith 3,9 Gbps dan total kapasitas penyimpanan data pusat 15 terabyte, pada tahun
2009 Jardiknas diharapkan akan mampu menampung 2 juta modul dalam bentuk teks dan
grafik berukuran 5-50 MB per modul, atau 50 ribu modul dalam bentuk video berdurasi 30
menit. Fase kolaborasi konten, merupakan konsekuen logis ketika Jardiknas telah menjadi
jaringan sumber belajar terbesar di Indonesia. Saat ini Depdiknas sedang mengembangkan
e-book, dengan membeli copyright buku pelajaran dan akan di-upload ke Jardiknas,
sehingga dapat didownload dan disebarluaskan secara bebas. Hingga saat ini telah tersedia
407 judul buku pelajaran SD, SMP, SMA dan SMK, Kamus Besar Bahasa Indonesia dan
Thesaurus, 6 buku TIK untuk SMA hibah dari Kementrian Ristek, 13 Buku Mulok tentang
Pesisir dan Kelautan dari LIPI (dalam proses). Ada 85.614.301 hit/akses, 622.243 number of
visit, 320.876 Unique Visitors, dan 30.268.835 Pages View. Selain itu Pustekkom juga
mengambangan konten pembelajaran dalam portal e-dukasi.net. Edukasi.net merupakan
bentuk layanan pembelajaran yang bersifat on line kepada siswa. Edukasi.net adalah portal
pendidikan yang dikembangkan oleh Pustekkom yang berfungsi sebagai (1) wadah sumber
belajar, (2)wahana komunikasi lintas sekolah, dan (3) wahana berbagi informasi antar
sekolah di Indonesia. Feature e-dukasi.net berupa bahan belajar (materi pokok, modul on
line, pengetahuan populer, bank soal, dan uji kompetensi), komunitas ( forum diskusi,
chatting dan Millis), Info (Berita, artikel, event, profil sekolah) dan feature lainnya (FAQ,
Mesin Pencari, kontak kami, polling, dll). 2. Televisi Edukasi (TVE). Sejak 12 Oktober 2004,
Departemen Pendidikan Nasional telah meluncurkan TV Edukasi yang mengkhususkan diri
pada siaran pendidikan. Hadirnya TV Edukasi salah satunya didasari atas keprihatinan
terhadap materi siaran yang ditayangkan oleh beberapa
5. 5. Televisi yang ada saat ini, yang banyak menyajikan adegan kekerasan dan pesan-pesan
yang kurang mendidik. Karena itu Televisi Edukasi diharapkan mampu menyampaikan
pesan-pesan pembelajaran secara lebih baik. Untuk sasaran siswa Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan televisi
edukasi telah menyiarkan program-program untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia,
Matematika, Bahasa Inggris, Pengetahuan Sosial, Sain, dan Ketrampilan. Selain itu juga
disiarkan materi-materi untuk pendidikan Informal, non Formal dan materi-materi tentang
kebijakan yang terkait dengan bidang pendidikan. Hingga tahun 2007 TVE telah melakukan
siaran selama 24 jam melalui satu saluran. Pada tahun 2008 ditambah 1 saluran khusus
untuk guru. Untuk kepentingan ini Depdiknas telah melengkapi peralatan ke 5000 SD,
35.198 SMP yang tersebar di 33 Propinsi. Masing-masing berupa: 1 unit antena parabola, 2
buah pesawat TV monitor 29” dan 1 buah DVD player dan 1 set material kit. Untuk sekolah
yang belum ada jaringan listriknya dibantu dengan sebuah generator. Untuk pengembangan
materi siaran TVE, hingga tahun 2004 telah dihasilkan sebanyak 500 modul, tahun 2005
sebanyak 949 modul, tahun 2006 sebanyak 1500 modul dan tahun 2007 sebanyak 5.163
modul. Dalam menyiarkan program-programnya TVE telah bekerjasama dengan 1 stasiun
TV nasional, 53 stasiun TV lokal dan 12 stasiun TV kabel. Saat ini siaran TVE telah
menjangkau ke 9,7 juta siswa, 34.322 unit sekolah dan 773.333 guru. 3. Distance Learning.
Perkembangan pendidikan jarak jauh bergerak seiring perkembangan teknologi informasi itu
sendiri. Perkembangan pendidikan jarak jauh digambarkan bergerak dari model
korespondensi – ke model multimedia ke model belajar tele/jarak jauh (telelearning) – ke
model belajar fleksibel – sampai ke model belajar fleksibel berintegrasi. Lebih jauh dikatakan
bahwa implementasi teknologi pada generasi kelima tidak saja mampu menghemat biaya
dan mentransfer pendidikan jarak jauh tetapi juga mentransfer pengalaman para mahasiswa
yang belajar di kampus. Pada generasi pertama, tutorial jarak jauh dimulai dari model
koresponden yang mengandalkan bahan ajar cetak, baik dalam bentuk materi pokok
maupun berbagai panduan/pedoman yang dapat mengarahkan mahasiswa dalam proses
belajarnya. Komunikasi antara pendidik dan peserta didik dilakukan melalui surat menyurat,
mahasiswa bisa bertanya melalui surat. Dengan kemajuan teknologi, PJJ generasi kedua
melengkapi bahan ajar cetak dengan multimedia, seperti kaset audio, video. Pembelajaran
Berbantuan Komputer (PBK), serta video interaktif. Melalui cara ini, peserta didik dapat
mendengar suara pendidik atau melihat wajahnya, namun tidak dapat berkomunikasi
langsung. Mereka dapat memanfaatkan multimedia tersebut sesuai dengan waktu, tempat,
dan kecepatan yang mereka inginkan. Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi,
generasi ketiga PJJ mulai dengan “model belajar tele”, yang memungkinkan mahasiswa
dengan peserta didik berdialog, bahkan bertatap muka secara jauh. Melalui konferensi
teleaudio, para mahasiswa dapat berdiskusi secara jarak jauh baik dengan teman maupun
dengan pendidiknya; sedangkan melalui konferensi video, mereka dapat bertatap muka
secara jarak jauh. Selain itu, ke dalam generasi ketiga ini juga
6. 6. termasuk siaran TV dan radio. Namun perlu diingat bahwa semua teknologi ini tidak
mempunyai fleksibelitas dari segi waktu, tempat, dan kecepatan. Untuk mengikuti konferensi
teleaudio dan konferensi video, para peserta harus berada di tempat tertentu pada waktu
yang telah ditetapkan. Sementara itu, untuk mengikuti siaran TV dan radio, peserta harus
siap pada waktu tertentu dan tempat-tempat yang memang dapat menangkap siaran TV dan
radio tersebut. Selanjutnya, PJJ generasi keempat mulai memanfaatkan akses berbasis
internet terhadap sumber www, serta komunikasi bermediasi komputer. Dengan cara ini,
peserta didik dapat mengakses berbagai tutorial (bahan ajar dan informasi lain) dari
berbagai tempat sesuai dengan waktu yang mereka inginkan. Akhirnya PJJ generasi kelima,
di samping memanfaatkan ketiga fasilitas pada generasi keempat, dilengkapi dengan
komunikasi bermediasi komputer, menggunakan sistem balikan otomatis, serta akses portal
kampus terhadap proses dan sumber lembaga (Taylor, 2003). Dengan demikian, pada saat
ini, PJJ dapat memanfaatkan tutorial jarak jauh, mulai dari yang tercetak melalui
koresponden, sampai yang dilengkapi dengan akses portal kampus terhadap proses dan
sumber lembaga. Implementasi Distance Learning yang dikembangkan oleh Pustekkom
antara lain Diklat Guru dengan sistem jarak jauh yang telah dilaksanakan sejak tahun 1950
antara lain melalui siaran radio pendidikan untuk guru. Program SMP Terbuka dimulai sejak
tahun 1979 yang saat ini berjumlah 2600 sekolah. UT dimulai tahun 1984 yang sekarang
memiliki 360.000 mahasiswa. PJJ yang dikembangkan melalui konsorsium dan dual mode
system yang dikembangkan di 23 Perguruan Tinggi, yang dimulai tahun 2006. Selain itu
terdapat pula model diklat jarak jauh untuk guru bahasa Inggris di Sekolah Dasar.
Penyelenggaraan Diklat Guru Bahasa Inggris dilakukan melaui kerjasana dengan P4TK
Bahasa, Dit. Pembinaan Diklat dan 20 LPMP, Dinas Pendidikan Kabupaten Kota, dan Dinas
Pendidikan Propinsi. Melalui kegiatan ini telah dihasilkan 68 modul cetak dan 54 audio Diklat
Guru Bahasa Inggris untuk jenjang dasar dan lanjut dan 20 Video, dan 21 modul on line.
Selain itu telah dihasilkan pula seperangkat alat tes (speaking, listening, reading dan
grammar) yang telah digunakan untuk untuk Evaluasi hasil belajar pada jenjang dasar.
Hinggi saat ini tercatat 192 orang yang telah lulus untuk Jejang Dasar dan sedang mengikuti
Jenjang Lanjut, dan 400 orang sedang mengikuti jenjang dasar dan jenjang menegah. 4.
Pusat Sumber Belajar Berbasis TIK Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
khususnya teknologi komunikasi dan informasi yang semakin pesat akan dapat berpengaruh
besar terhadap kegiatan pembelajaran baik di sekolah maupun pendidikan luar sekolah.
Sekolah seharusnya merupakan suatu pusat belajar bagi para siswa dengan memanfaatkan
berbagai sumber belajar yang ada. Pentingnya sumber belajar dalam kegiatan belajar tak
bisa kita pungkiri lagi. Akan tetapi, sumber-sumber belajar yang ada di sekolah selama ini,
umumnya belum dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal. Padahal, berbagai sumber
belajar tersebut hanya akan berdaya guna jika sudah dikelola dan difungsikan secara
maksimal dan terorganisir. Dengan memperhatikan hal tersebut, maka sekolah sudah
saatnya mengoptimalkan pengelolaan berbagai sumber belajar secara sistematis dan
melembaga dalam bentuk Pusat Sumber Belajar (PSB) atau Learning Resources Centre
7. 7. (LRC). Untuk saat ini, model PSB-pun perlu didesain dan disesuaikan dengan kebutuhan
pendidikan dan perkembangan teknologi. Secara umum pengembangan PSB dimaksudkan
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran melalui pemanfataan
berbagai sumber belajar secara maksimal dan melembaga. Secara khusus, pengembangan
PSB berbasis TIK di sekolah bertujuan untuk: 1. 2. 3. 4. memperluas dan meningkatkan
kesempatan belajar siswa dan guru; melayani kebutuhan perkembangan informasi bagi
masyarakat belajar; mengembangkan kreativitas dan produktivitas tenaga pendidik dan
kependidikan; meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran, baik secara
individu maupun kelompok; 5. menyediakan berbagai macam pilihan komunikasi untuk
menunjang kegiatan kelas tradisional; 6. mendorong terciptanya cara-cara belajar baru yang
paling efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran; 7. memberikan pelayanan dalam
perencanaan, produksi, operasional, dan tindakan lanjutan untuk pengembangan system
dan bahan pembelajaran; 8. meningkatkan kemampuan bagi para guru mengenai
pengembangan sistem pembelajaran dan pemanfaatan TIK untuk pembelajaran; 9.
menyebarkan berbagai informasi pendidikan yang penting, aktual dan akurat guna
mempercepat kemajuan pendidikan. 10. membantu dalam pemilihan dan pengadaan dan
perawatan bahan-bahan media dan peralatannya; Secara umum, Pusat Sumber Belajar
(PSB) / Learning Resource Center (LRC) merupakan suatu unit khusus dalam suatu
lembaga pendidikan yang berfungsi untuk melayani warga peserta didik dalam hal
pengadaan, pengembangan, produksi, perawatan dan pemanfaatan berbagai macam
sumber belajar sehingga kegiatan berajar lebih efektif dan efisien. Model dan bentuk PSB
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Bisa dikatakan bahwa perpustakaan cetak
merupakan model awal (embirio) dari sebuah PSB. Dari model PSB sederhana berupa
perpustakaan cetak tersebut kemudian berkembang menjadi bentuk PSB yang lebih modern
perpustakaan yang dilengkapi dengan bahan belajar audio visual, perpustakaan elektonik
(elibrary), hingga perpustakaan digital yang memanfaatkan TIK. Pusat Sumber belajar yang
memanfaatkan TIK itulah yang dimaksud PSB berbasis TIK di sini. Selain secara fisik
memiliki sarana prasana dan bahan belajar riil, PSB berbasis TIK ini juga mengelola aneka
sumber belajar virtual yang jumlah dan jenisnya jauh lebih beragam. Dengan memanfaatkan
jaringan internet, maka sumber belajar yang dapat diakses dari PSB berbasis TIK menjadi
relative tak terbatas. Secara fisik, PSB berbasis TIK mungkin tak jauh beda dengan
perpustakaan atau PSB genarasi sebelumnya. Hal yang membedakan adalah fungsi-fungsi,
layanan dan keleluasaan akses user terhadap PSB tersebut. Fungsi, layanan, sarana
prasarana, ketenagaan dan jenis sumber belajar yang disediakan PSB berbasis TIK ini
sangat beragam, disesuaikan denngan kebutuhan dan kemampuan lembega atau
penggunanya. Jadi, yang lebih diutamakan adalah fungsi-fungsi layanan yang diperlukan
user telah berjalan, bukan modelnya secara fisik.
8. 8. Pusat Sumber Belajar (PSB) berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) /
Instructional Center Technology (ICT) based Learning Resource Center (LRC) merupakan
wahana yang memberikan fasilitas atau kemudahan proses belajar pada pengguna (guru
dan siswa), untuk suatu unit dalam suatu lembaga (khususnya sekolah) yang berperan
mendorong efektifitas serta optimalisasi proses pembelajaran melalui penyelenggaraan
berbagai fungsi yang meliputi fungsi layanan pembelajaran. PSB berbasis TIK menyediakan
layanan antara lain berupa: Informasi tentang berbagai kebijakan, program dan kegiatan di
bidang peningkatan mutu pendidikan substansi berupa: bahan ajar, bahan ujian, info aktual,
artikel, dan lain-lain yang berkaitan dengan pembelajaran. Ide-ide untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam pengembangan bahan ajar inovasi pembelajaran seluruh mata
pelajaran Muatan aplikasi Pusat Sumber Belajar TIK antara lain: 1. Chatting : room diskusi
umum secara real time yang dapat melibatkan user untuk berbagai macam matapelajaran.
2. Forum diskusi (umum) : room yang berisi diskusi antar user baik secara real time
/sinkronus maupun asinkronus. Ini cocok untuk membahsa materi yang sifatnya agak umum.
3. Forum konsultasi (per topik mata pelajaran) : room yang berisi diskusi para guru secara
sinkronus maupun asinkronus tentang topik tertentu pada mata pelajaran mata pelajaran
tetentu. 4. Artikel room : room yang berisi artikel-artikel yang telah upload baik oleh
pengelola maupun user. 5. Search : pencarian topik dan file yang diperlukan sesuai
kebutuhan user dan dapat dicari di dalam atau di luar web PSB. 6. Data storage : memuat
attachment file dari berbagai macam data pendukung yang di attach oleh user maupun
moderator per mata pelajaran Tambahan Pendidikan telah memasuki era baru, termasuk di
Indonesia. Suatu upaya mengubah paradigma pendidikan di Indonesia tengah bergulir.
Salah satu faktor yang akan menjadi sarana penggerak perubahan adalah teknologi
informasi dan komunikasi (TIK). Berbeda dengan paradigma lama yang memandang peserta
didik sebagai objek, maka dengan paradigma baru siswa dan guru sama-sama bertindak
sebagai subjek. Pembelajaran menggunakan TIK, menjadikan sumber ilmu pengetahuan
menjadi tidak terbatas. Teknologi Pendidikan/ pembelajaran sebagai sebuah disiplin/bidang
(field of study), yang memiliki tujuan utama (1) untuk memecahkan masalah belajar atau
memfasilitasi pembelajaran; dan (2) untuk meningkatkan kinerja dan mutu pendidikan, perlu
terus dikembangkan mengikuti
9. 9. perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan demikian teknologi
pendidikan tetap dapat diaplikasikan guna memecahkan masalah pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai