Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KAJIAN PENYAKIT INFEKSI ENDEMIS :


SARS, FLU BURUNG DAN COVID-19
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medical Bedah
Dosen Pembimbing : H. Toto Subiakto, S.Kp. M.Kep.

Disusun Oleh :
1. Agum Gumelar
2. Amar Ramadhan
3. Ana Intan Nurlaila
4. Anita Dwiastuti
5. Eva Novianti
6. Fitri Diani
7. Indriyani
8. Muhamad Fathulrozi
9. Shofie Awalia Khaezarani

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN D-III KEPERAWATAN TANGERANG
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melipatkan rahmat dan karunia nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah yang di bimbing oleh Bapak H. Toto Subiakto dengan judul
“Kajian Penyakit Infeksi Endemis : SARS, Flu Burung dan COVID-19”
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarnakan terbatasnya pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

14 Januari 2021
Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan.............................................................................................. 2

BAB II LANDASAN TEORI


A. SARS................................................................................................ 3

1. Definisi...................................................................................... 3
2. Insiden di Indonesia.................................................................. 4
3. Penyebab................................................................................... 4
4. Gejala........................................................................................ 5
5. Pengobatan................................................................................ 6
6. Patofisiologi.............................................................................. 7

B. Flu Burung........................................................................................ 7

1. Definisi...................................................................................... 9
2. Insiden di Indonesia.................................................................. 10
3. Penyebab................................................................................... 11
4. Patofisiologi.............................................................................. 12
5. Gejala........................................................................................ 12
6. Pengobatan................................................................................ 13

C. COVID-19........................................................................................ 14
1. Definisi.......................................................................................... 14
2. Insiden di Indonesia...................................................................... 14
3. Penyebab....................................................................................... 15
4. Gejala............................................................................................ 16
5. Patofisiologi.................................................................................. 17
6. Pengobatan................................................................................... 18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 19
B. Saran................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pasti pernah mengalami sakit. Penyakit yang diderita
oleh setiap orangpasti berbeda satu dengan yang lain. Sakit merupakan suatu
keadaan dimana tubuh tidak berada pada kondisi normal yang disebabkan
oleh beberapa faktor dari dalam maupun dari luar tubuh. Berdasarkan
karakteristiknya penyakit dapat digolongkan menjadi dua, yaitu penyakit
menular dan penyakit tidak menular. Penyakit menular mendapatkan
perhatian yanglebih dari pemerintah dibanding dengan penyakit tidak
menular.
Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus,
atau parasit yang dapat ditularkan melalui media tertentu. Penyakit menular
sering disebut juga penyakit infeksi, karena penyakit ini diderita melalui
infeksi virus, bakteri, atau parasit yang ditularkanmelalui berbagai macam
media, seperti udara, jarum suntik, tranfusi darah, tempat makan atau minum,
dan lain sebagainya. Penyakit menular erat kaitan dengan epidemiologi.
Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Epi yang berarti “pada”,
Demos yang berarti “penduduk”, dan Logos yang berarti “penduduk”. Jadi
epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan
masyarakat. Pada era dewasa ini telah terjadi pergeseran pengertian
epidemiologi, yang dulunya lebih menekan ke arah penyakit menular ke arah-
arah masalah kesehatan dengan ruang lingkup yang sangat luas. Keadaan ini
terjadi karena transisi pola penyakit yang terjadi pada masyarakat, pergeseran
pola hidup, peningkatan sosial, ekonomi masyarakat, dan semakin luasnya
jangkauan masyarakat. Mula- mula epidemiologi mempelajari penyakit yang
dapat menimbulkan wabah melalui temuan-temuan tentang penyakit wabah,
cara penularan dan penyebab serta bagaimana penanggulangan penyakit
wabah tersebut. Kemudian tahap berikutnya, berkembang lagi menyangkut
penyakit yang infeksi non wabah. Lalu setelah itu, dengan mempelajari

1
penyakit penyakit non infeksi seperti jantung, karsinoma, hipertensi, dan lain
sebagainya.
Pergeseran ini pula yang menyebabkan pergeseran definisi dalam
epidemiologi, yang tadinya hanya menekan pada penyakit-penyakit menular,
yang meliputi pencegahan, pemberantasan penyakit menular ke arah
mempelajari masalah-masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat atau
sekelompok manusia yang menyangkut frekuensi, distribusi masalah
kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.Sekarang banyak
penyakit-penyakit menular yang sedang mewabah di tengah-tengah
masyarakat, baik penyakit yang sudah ditemukan cara pengobatannya
maupun yang belum ditemukan cara pengobatannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari penyakit infeksi endemis SARS serta jelaskan
insidennya di Indonesia!
2. Apa penyebab, patofisiologi, sejala/tanda serta terapi medis untuk
penyakit infeksi endemis SARS?
3. Apa definisi dari penyakit infeksi endemis Flu Burung serta jelaskan
insidennya di Indonesia!
4. Apa penyebab, patofisiologi, sejala/tanda serta terapi medis untuk
penyakit infeksi endemis Flu Burung?
5. Apa definisi dari penyakit infeksi endemis Covid-19 serta jelaskan
insidennya di Indonesia!
6. Apa penyebab, patofisiologi, sejala/tanda serta terapi medis untuk
penyakit infeksi endemis Covid-19?

C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
2. Untuk mengetahui definisi dari penyakit infeksi endemis SARS serta
jelaskan insidennya di Indonesia!

2
3. Untuk mengetahui penyebab, patofisiologi, sejala/tanda serta terapi
medis untuk penyakit infeksi endemis SARS?
4. Untuk mengetahui definisi dari penyakit infeksi endemis Flu Burung
serta jelaskan insidennya di Indonesia!
5. Untuk mengetahui penyebab, patofisiologi, sejala/tanda serta terapi
medis untuk penyakit infeksi endemis Flu Burung?
6. Untuk mengetahui definisi dari penyakit infeksi endemis Covid-19 serta
jelaskan insidennya di Indonesia!
7. Untuk mengetahui penyebab, patofisiologi, sejala/tanda serta terapi
medis untuk penyakit infeksi endemis Covid-19?

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)


1. Definisi SARS
SARS atau Severe Acute Respiratory Syndrome merupakan
penyakit menular. Penularan SARS terjadi saat seseorang tidak sengaja
menghirup percikan air liur yang dikeluarkan oleh penderita SARS saat
bersin atau batuk.
Menurut laporan yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
pada tahun 2003, ada sebanyak 8.098 orang di seluruh dunia yang
terkena SARS dan 774 orang di antaranya meninggal dunia. Meski
disebabkan oleh kelompok virus yang sama dan juga menimbulkan
gejala yang mirip, SARS dan COVID-19 merupakan dua kondisi yang
berbeda. Oleh karena itu, jika Anda mengalami gejala SARS, segera
periksakan ke dokter guna memastikan kondisi. Klik tautan di bawah ini
agar Anda dapat diarahkan ke fasilitas kesehatan terdekat:
 Rapid Test Antibodi
 Swab Antigen (Rapid Test Antigen)
 PCR

2. Insiden di Indonesia
SARS atau Penyakit Pernafasan Gawat Mendadak yang awalnya
merebak di Guangdong, China pada 16 November 2002 juga terdeteksi
masuk Indonesia pada April 2003. Mirip dengan penyebaran SARS CoV-
2, penyakit tersebut menular melalui tetesan yang menyebar ke udara
ketika penderitanya batuk, bersin, atau berbicara. Meski tercatat virus
corona mulai merebak pada November 2002, kasus tersebut baru
dinyatakan sebagai wabah oleh WHO pada 11 Februari 2003. SARS

4
segera naik status sebagai ancaman global pada 16 Maret saat sejumlah
negara selain China melaporkan kasus positif SARS.
Dalam catatan WHO, Indonesia melaporkan dua probable SARS
namun tidak ada kematian, semua pasien sembuh melalui perawatan di
rumah sakit. Salah satu probable case tersebut adalah warga negara
Inggris keturunan China, sebagai pengusaha yang datang dari Hong
Kong melalui Singapura sebelum masuk Indonesia. Sjafii Ahmad yang
saat itu Sekretaris Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan meminta wartawan tidak
terlalu membesar-besarkan kasus tersebut agar masyarakat tidak panik.
Terlebih, 90 persen dari total kasus SARS dapat disembuhkan, hanya 3,8
persen yang mengakibatkan kematian.
Berkaca dari 50 kasus di Hong Kong, kasus penyakit tersebut
digolongkan ke dalam probable complicated dan probable
uncomplicated. Untuk probable complicated, misalnya usia 60 tahun ke
atas, ada diabetes, stroke dan asma, sehingga umumnya mereka
meninggal saat terserang virus corona.
Berbeda dengan WHO yang langsung menggunakan dua istilah,
yakni suspect dan probable, maka Indonesia juga memakai istilah
observasi untuk pengamatan kasus guna memastikan diagnosisnya
apakah suspect atau probable.

3. Penyebab SARS
SARS disebabkan oleh salah satu jenis coronavirus yang dikenal
dengan SARS-associated coronavirus (SARS-CoV). Coronavirus
merupakan kelompok virus yang bisa menginfeksi saluran pernapasan.
Saat terinfeksi virus ini, biasanya akan terjadi gangguan pernapasan
mulai dari ringan sampai berat.
Para ahli menduga bahwa virus penyebab SARS berasal dari
kelelawar dan luwak. Virus ini kemudian bermutasi menjadi virus baru
yang bisa menular dari hewan ke manusia dan dari manusia ke

5
manusia.Virus SARS dapat menginfeksi manusia melalui berbagai cara,
antara lain:
 Tidak sengaja menghirup percikan ludah penderita SARS yang batuk
atau bersin
 Menyentuh mulut, mata, atau hidung dengan tangan yang sudah
terpapar percikan ludah penderita SARS
 Berbagi penggunaan alat makan dan minum dengan penderita SARS

4. Gejala SARS
Gejala SARS biasanya muncul 2–10 hari setelah seseorang
terinfeksi virus SARS-CoV, tapi bisa juga baru muncul 14 hari
setelahnya. Gejala infeksi virus ini bisa bervariasi pada tiap orang,
namun secara umum akan muncul gejala berupa:
 Demam
 Batuk
 Sesak napas
 Nafsu makan menurun
 Tubuh mudah lelah
 Menggigil
 Sakit kepala
 Nyeri otot
 Diare
 Mual
 Muntah

6
5. Pengobatan SARS
Pengobatan SARS bertujuan untuk meredakan gejala dan
mencegah penularan SARS ke orang lain. Sampai saat ini, penelitian
untuk menemukan vaksin SARS masih terus dilakukan. Penderita SARS
harus dirawat di rumah sakit dan diisolasi dari pasien lain. Selama
dirawat di rumah sakit, pasien akan diberikan obat-obatan berupa:
 Obat untuk meredakan gejala, seperti obat analgetik-antipiretik, obat
batuk, dan obat untuk meredakan sesak napas
 Obat antivirus untuk menghambat perkembangan virus, seperti
lopinavir, ritonavir, atau remdesivir
 Obat antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri yang terjadi saat
penderita SARS mengalami pneumonia
 Obat kortikosteroid dosis tinggi untuk mengurangi pembengkakan di
paru-paru
Selain diberikan obat-obatan, pasien juga akan diberikan
oksigen tambahan melalui kanula (selang) hidung, masker oksigen, atau
tabung endotrakeal (ETT).
6. Patofisiologis SARS
SARS diawali dengan interaksi protein pada severe acute
respiratory syndrome coronavirus (SARS-CoV) dengan sel di paru dan
di jantung manusia melalui reseptor angiotensin-converting enzyme 2
(ACE2). Setelah memasuki sel manusia, encoding genome akan terjadi
untuk memfasilitasi ekspresi gen yang membantu adaptasi virus dalam
tubuh inang dan mengaktivasi jalur inflamasi.
 Perlekatan dan Fusi Coronavirus
Perlekatan dan fusi SARS-CoV diawali oleh interaksi protein
virus dengan sel manusia melalui reseptor ACE2 yang diekspresikan
di paru dan jantung manusia. Protein spike yang terdapat pada
permukaan SARS-CoV memiliki afinitas ikatan yang kuat dengan
ACE2 manusia. Ikatan ini memungkinkan SARS-CoV masuk ke

7
dalam membran sel inang dan memediasi infeksi SARS-CoV pada
paru.
Tubuh manusia juga memiliki DC-SIGN (dendritic cell–specific
intercellular adhesion molecule–grabbing nonintegrin) dan protein
CD209L (L-SIGN) yang dapat membantu memfasilitasi penyebaran
SARS-CoV. Setelah memasuki sel, encoding genome akan terjadi
untuk memfasilitasi ekspresi gen yang membantu SARS-CoV
beradaptasi pada tubuh inang. RNA virus kemudian dikeluarkan
dalam sitoplasma sel inang. Proses ini diikuti dengan respons imun
seluler dan adaptif yang memunculkan reaksi proinflamasi.

 Respon Imun Seluler dan Adaptif


Infeksi SARS-CoV akan meningkatkan sitokin proinflamasi
seperti interleukin-10, IFN-gamma, dan interleukin-1. Infeksi ini
juga akan menurunkan limfosit T dan subsetnya seperti sel T CD4(+)
dan CD8(+). Antibodi IgG spesifik SARS dihasilkan pada minggu
kedua dan dapat bertahan lama sedangkan IgM hanya bertahan
sementara. Protein spike dan protein nukleokapsid yang banyak
terdapat di SARS-CoV berkontribusi penting terhadap produksi
antibodi selama perjalanan penyakit.

 Distribusi Organ yang Terdampak SARS-CoV


Selain di paru, SARS-CoV juga dapat dijumpai pada trakea,
bronkus, lambung, usus kecil, tubulus ginjal, kelenjar keringat,
paratiroid, hipofisis, pankreas, kelenjar adrenal, hati dan serebrum.
Hal ini menunjukkan bahwa selain pada sistem pernapasan, SARS-
CoV juga dapat mempengaruhi saluran pencernaan dan organ lain.
Perubahan patologis pada organ-organ ini dapat disebabkan secara
langsung oleh efek sitopatik yang dimediasi replikasi lokal SARS-
CoV atau secara tidak langsung oleh respon sistemik terhadap gagal
napas atau respons imun berlebihan akibat infeksi virus.

8
Rerata periode inkubasi adalah 6,4 hari (rentang 2-10
hari). Manifestasi klinis yang muncul menyerupai gejala infeksi
sistem pernapasan akut (ISPA) biasa yaitu demam, batuk, dan sesak
napas yang dapat diikuti dengan pneumonia berat. Apabila pneumonia
tidak ditangani, gejala ARDS akan muncul. Syok sepsis juga dapat
terjadi dan ditandai dengan disfungsi organ, hipoperfusi atau hipotensi
dengan tekanan darah sistol <90 mmHg walaupun sudah diberikan
resusitasi cairan yang adekuat.
B. Flu Burung
1. Definisi Flu burung
Flu burung atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan avian flu atau
avianinfluenza (AI) adalah penyakit menular yang disebabkan virus
influenza A sub tipeH5N1 yang biasanya menyerang unggas tetapi juga
dapat menyerang manusia. Virusini termasuk family Orthomyxoviridae
dan memiliki diameter 90-120 nanometer. Virusavian influenza ini
menyerang alat pernapasan, pencernaan dan system saraf
padaunggas.Secara normal, virus tersebut hanya menginfeksi ternak
unggas seperti ayam,kalkun dan itik, akan tetapi tidak jarang dapat
menyerang spesies hewan tertentu selainunggas misalnya baabi, kuda,
haarimau, macan tutul dan kucing.. Penyakit flu burung yang disebabkan
oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggasdikonfirmasikan telah
terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja,Taiwan,
Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari
migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.Pada Januari 2004,
di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek,Jawa Timur,
Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya
kasuskematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut
disebabkan olehkarena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh
Departemen Pertaniandisebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza
(AI)). Jumlah unggas yang matiakibat wabah penyakit flu burung di 10
propinsi di Indonesia sangat besar yaitu3.842.275 ekor (4,77%) dan yang

9
paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsiJawa Barat (1.541.427
ekor). Kehebohan itu bertambah ketika wabah tersebutmenyebabkan
sejumlah manusia juga meninggal. Seorang Epidemiologis dari Pusat
Pengawasan Penyakit Dr.Danuta Skowronski, mengatakan bahwa 80%
kasus flu burung menyerang anak-anakdan remaja. Tingkat kematian
akibat flu burung sangat tinggi.
Bila kita bandingkan dengan SARS (Severe Acute Respiratory
Syndrome)Penyakit flu burung ini lebih sedikit kasusnya hanya 25 kasus
di seluruh dunia danyang meninggal mencapai 19 orang (CFR=76%).
Sedangkan pada penyakit SARS dari8098 kasus yang meninggal hanya
774 orang (CFR = 9,6%)
2. Insiden Di Indonesia
Pada bulan September-Oktober 2003, virus H5N1 penyebab flu
burung diidentifikasi di Indonesia. Deklarasi Pemerintah Indonesia
dilakukan pada tanggal 3 Februari 2004 melalui Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 96/Kpts/PD.620/2/2004 yang menyatakan bahwa
penyakit flu burung telah tersebar di sembilan provinsi, yaitu Lampung,
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Bali.
Kasus pada hewan
Sekitar 3,5 tahun setelah pernyataan adanya flu burung di Indonesia,
tepatnya pada 10 Juli 2007, pemerintah menetapkan Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 393/Kpts/PD.620/7/2007 yang menyatakan bahwa flu
burung telah mewabah di 31 provinsi. Pada masa itu, Indonesia masih
terdiri dari 33 provinsi (Kalimantan Utara baru diresmikan pada tahun
2012) sehingga provinsi yang masih belum dinyatakan tertular flu burung
hanyalah Gorontalo dan Maluku Utara. Provinsi Gorontalo kemudian ikut
tertular pada Maret 2011.
Flu burung akhirnya berhasil diberantas di beberapa daerah. Provinsi
Maluku dan Maluku Utara mendapatkan status bebas dari flu burung pada
unggas pada tahun 2016 sedangkan Provinsi Papua pada tahun 2017.

10
Kasus pada manusia
Pada 21 Juli 2005, tiga kasus fatal terjadi di Tangerang, Indonesia, yang
disebabkan oleh flu burung subtipe H5N1. Berbeda dengan kasus lainnya
di Asia Tenggara (Vietnam, Thailand, dan Kamboja), kasus ini dianggap
unik karena korban tidak banyak berhubungan dengan unggas. Pada akhir
tahun 2005, Indonesia mencatat 20 kasus dengan 13 kematian.

3. Penyebab Flu Burung


Flu burung disebabkan oleh infeksi virus influenza tipe A yang
berasal dari burung. Sebagian besar jenis virus flu burung hanya dapat
menyerang dan menular pada unggas, baik unggas liar maupun unggas
peternakan, seperti ayam, bebek, angsa, dan burung. Namun, ada beberapa
jenis virus flu burung yang bisa menginfeksi manusia, yaitu H5N1, H5N6,
H5N8, dan H7N9.
Virus flu burung dapat menginfeksi manusia jika terjadi kontak
langsung dengan unggas yang terinfeksi virus ini. Beberapa kondisi yang
dapat meningkatkan risiko terinfeksi virus flu burung adalah:
 Menyentuh unggas yang terinfeksi, baik yang masih hidup atau sudah
mati
 Menyentuh kotoran, air liur, dan lendir, dari unggas yang terinfeksi
 Menghirup percikan cairan saluran pernapasan (droplet) yang
mengandung virus
 Mengonsumsi daging atau telur unggas terinfeksi yang mentah dan
tidak matang
Penularan antarmanusia diduga juga dapat terjadi, tetapi belum jelas
mekanisme dan cara penularannya. Seseorang lebih berisiko terinfeksi
virus flu burung jika memiliki faktor-faktor berikut ini:
 Bekerja sebagai peternak unggas
 Bekerja sebagai tim medis yang merawat penderita flu burung
 Memiliki anggota keluarga yang menderita flu burung

11
 Pergi ke daerah atau tempat terjadinya infeksi flu burung
 Berada dekat dengan unggas yang terinfeksi
 Sering mengonsumsi daging atau telur unggas yang tidak matang
4. Patofiologi
Patofisiologi flu burung (avian influenza) berbeda dengan penyakit
influenza pada umumnya, terjadi mutasi genetik baik secara antigenic
drift ataupun antigenic shift guna mempertahankan diri dan meningkatkan
sifat patogenitasnya dengan membentuk varian-varian baru. Terdapat 2
glikoprotein pada membran virus flu burung, yakni hemagglutinin (HA)
dan neuraminidase (NA).
Pada fase awal, infeksi virus melibatkan banyak glikoprotein HA
yang berikatan dengan reseptor yang mengandung sialic acid (SA) pada
rantai samping karbohidrat dari permukaan glikoprotein dan glikolipid. [4-
6] Setelah terjadi replikasi virus, enzim penghancur reseptor yakni
neuraminidase (NA) akan menghilangkan sialic acid (SA) dari permukaan
sel yang terinfeksi sehingga terbentuk virus baru untuk menginfeksi sel
lebih banyak.
Virus flu burung lebih banyak menginfeksi saluran pernapasan
bagian bawah karena adanya perbedaan pada protein hemaglutinin dan
jenis residu dari sialic acid (SA) yang mengikat protein dibandingkan
dengan virus influenza pada umumnya. Pada virus flu burung,
terdapat sialic acid alpha(2-3) galactose yang ditemukan di terminal
bronkus dan alveoli. Sedangkan, pada virus influenza terdapat sialic acid
alpha (2-6) galactose yang ditemukan pada sel epitel di saluran
pernapasan bagian atas.[1,7,8]
Infeksi virus dimulai setelah terjadi penempelan spikes virion di
permukaan sel hospes, lalu virus memasuki sitoplasma sel hospes dan
akan mengintegrasikan materi genetiknya ke dalam inti sel hospes.
Kemudian, virus bereplikasi membentuk virion-virion baru dan
menginfeksi sel-sel di sekitarnya.
5. Gejala Flu Burung

12
Gejala flu burung umumnya baru muncul setelah 3–5 hari terpapar
virus ini. Gejala yang timbul dapat berbeda-beda, mulai dari yang ringan
hingga parah. Meskipun kadang orang yang terinfeksi virus flu burung
bisa tidak merasakan gejala apa pun, tetapi secara umum, penderita flu
burung akan mengalami gejala berupa:
 Demam
 Batuk
 Sakit tenggorokan
 Nyeri otot
 Sakit kepala
 Kelelahan
 Hidung berair atau tersumbat
 Sesak napas
Pada beberapa penderita, gejala lain yang juga dapat timbul antara lain
muntah, sakit perut, diare, gusi berdarah, mimisan, nyeri dada, dan mata
merah (konjungtivitis). Pada infeksi yang berat, flu burung bahkan bisa
menyebabkan pneumonia, acute respiratory distress syndrome (ARDS),
gagal napas, kejang, dan gangguan sistem saraf.
6. Pengobatan/Terapi Medis
Pengobatan yang dilakukan untuk menangani flu burung dapat
berbeda-beda, tergantung dari gejala yang dialami. Pasien yang telah
terbukti menderita flu burung biasanya akan dirawat di ruang isolasi di
rumah sakit untuk mencegah penularan dengan pasien lain.
1. Obat-obatan antivirus merupakan obat utama yang digunakan untuk
mengatasi flu burung. Beberapa obat antivirus yang biasanya
diberikan adalah oseltamivir dan zanamivir.
2. Obat antivirus dapat meredakan gejala, mencegah terjadinya
komplikasi, serta meningkatkan peluang pasien untuk sembuh. Obat
ini perlu dikonsumsi secepatnya dalam waktu 2 hari setelah gejala
muncul.

13
3. Selain untuk pengobatan, oseltamivir dan zanamivir juga bisa
digunakan sebagai obat untuk mencegah flu burung. Oleh karena itu,
obat ini terkadang diberikan kepada orang yang melakukan kontak
langsung dengan pasien, seperti para petugas medis yang menangani
pasien serta anggota keluarga dan kerabat pasien.
4. Jika pasien mengalami gangguan napas yang cukup parah, termasuk
mengalami hipoksemia, dokter akan memasangkan alat bantu napas
dan ventilator untuk membantu mengatasinya.
C. COVID-19
1. Definisi Covid-19
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus
2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan.
Coronavirus merupakan kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem
pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi
pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan
infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia), Middle-
East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS).
Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus
Corona bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, pneumonia
akut, sampai kematian. Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2
(SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah
jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa
menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu
hamil, maupun ibu menyusui.
2. Insiden di Indonesia
Infeksi virus ini disebut COVID-19 dan pertama kali ditemukan
di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Virus ini menular
dengan cepat dan telah menyebar ke wilayah lain di Cina dan ke
beberapa negara, termasuk Indonesia.

14
Pada 2 Maret 2020, untuk pertama kalinya pemerintah
mengumumkan dua kasus pasien positif Covid-19 di Indonesia. Namun,
Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono
menyebutkan virus corona jenis SARS-CoV-2 sebagai penyebab Covid-
19 itu sudah masuk ke Indonesia sejak awal Januari.
Hanya saja, identifikasi kasus pertama pada awal Maret itu sudah
merupakan transmisi lokal dan bukan penularan kasus impor. Masuknya
virus tersebut sangat mungkin terjadi melalui pintu-pintu gerbang di
beberapa wilayah Indonesia.
Sejak Januari saat virus corona jenis baru ini diumumkan dapat
menular antar manusia, dan sudah menjajah di berbagai negara lain
selain Wuhan di China. Pemerintah Indonesia tidak lantas langsung
menutup akses penerbangan langsung dari dan ke Wuhan, yang ada di
sekitar enam bandara. Antara lain Batam, Jakarta, Denpasar, Manado
Makassar. Baca juga: Kurva Covid-19 di Indonesia Melandai, Apa yang
Salah dari Datanya? Pemerintah Indonesia merasa sudah cukup
melakukan langkah-langkah antisipasi. Antara lain menggunakan Health
Alert Card atau Yellow Card, juga Thermal Scanner untuk mengecek
suhu tubuh diatas 38,5 derajat Celsius di pintu masuk dan keluar RI.
Oleh sebab itu, semua elemen perlu mendorong inisiatif Pembatasan
Sosial Berbasis Komunitas (Lokal) bukan hanya Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) saja. Pembatasan sosial di masyarakat lokal
dirasa perlu dilakukan sebagai bentuk kewaspadaan.

3. Penyebab
Infeksi coronavirus disebabkan oleh virus corona itu sendiri.
Kebanyakan virus corona menyebar seperti virus lain pada umumnya,
seperti: 
 Percikan air liur pengidap (bantuk dan bersin).
 Menyentuh tangan atau wajah orang yang terinfeksi.

15
 Menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah memegang barang yang
terkena percikan air liur pengidap virus corona. 
 Tinja atau feses (jarang terjadi)
Khusus untuk COVID-19, masa inkubasi belum diketahui secara pasti.
Namun, rata-rata gejala yang timbul setelah 2-14 hari setelah virus
pertama masuk ke dalam tubuh. Di samping itu, metode transmisi
COVID-19 juga belum diketahui dengan pasti. Awalnya, virus corona
jenis COVID-19 diduga bersumber dari hewan. Virus corona COVID-19
merupakan virus yang beredar pada beberapa hewan, termasuk unta,
kucing, dan kelelawar. 
Sebenarnya virus ini jarang sekali berevolusi dan menginfeksi manusia
dan menyebar ke individu lainnya. Namun, kasus di Tiongkok kini
menjadi bukti nyata kalau virus ini bisa menyebar dari hewan ke
manusia. Bahkan, kini penularannya bisa dari manusia ke manusia. 
4. Gejala
Ciri-ciri virus Corona pada gejala awal mirip flu sehingga kerap
diremehkan pasien. Namun, berbeda dengan flu biasa, infeksi virus Corona
atau COVID-19 berjalan cepat, apalagi pada pasien dengan masalah
kesehatan sebelumnya.
Gejala ringan kasus infeksi virus Corona atau COVID-19:

 Batuk
 Letih
 Sesak napas dan ngilu di seluruh tubuh
 Secara umum merasa tidak enak badan
Gejala berat kasus infeksi virus Corona atau COVID-19:
 Kesulitan bernapas
 Infeksi pneumonia
 Sakit di bagian perut
 Nafsu makan turun

16
Ciri-ciri virus Corona atau COVID-19 dan gejalanya kebanyakan muncul 2-
10 hari setelah kontak dengan virus. Tapi pada beberapa kasus, ciri-ciri awal
Corona virus dan gejalanya baru muncul sekitar 24 hari. Untuk membedakan
ciri-ciri awal Corona dan flu biasa, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu:
 Dalam 14 hari sempat bepergian ke negara yang dianggap sumber virus
Corona

 Sempat kontak dengan pasien yang mengalami infeksi Corona

4. Patofisiologi
Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi protein spike
virus dengan sel manusia. Setelah memasuki sel, encoding genome akan
terjadi dan memfasilitasi ekspresi gen yang membantu adaptasi severe
acute respiratory syndrome virus corona 2 pada inang. Rekombinasi,
pertukaran gen, insersi gen, atau delesi, akan menyebabkan perubahan
genom yang menyebabkan outbreak di kemudian hari.
Severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2)
menggunakan reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) yang
ditemukan pada traktus respiratorius bawah manusia dan enterosit usus
kecil sebagai reseptor masuk. Glikoprotein spike (S) virus melekat pada
reseptor ACE2 pada permukaan sel manusia. Subunit S1 memiliki fungsi
sebagai pengatur receptor binding domain (RBD). Sedangkan subunit S2
memiliki fungsi dalam fusi membran antara sel virus dan sel inang.
Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam
sitoplasma sel inang. RNA virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a
dan pp1ab dan membentuk kompleks replikasi-transkripsi (RTC).
Selanjutnya, RTC akan mereplikasi dan menyintesis subgenomik RNA
yang mengodekan pembentukan protein struktural dan tambahan.
Gabungan retikulum endoplasma, badan golgi, genomik RNA,
protein nukleokapsid, dan glikoprotein envelope akan membentuk badan

17
partikel virus. Virion kemudian akan berfusi ke membran plasma dan
dikeluarkan dari sel-sel yang terinfeksi melalui eksositosis. Virus-virus
yang dikeluarkan kemudian akan menginfeksi sel ginjal, hati, intestinal,
dan limfosit T, dan traktus respiratorius bawah, yang kemudian
menyebabkan gejala pada pasien.
5. Pengobatan/Terapi Medis
Tak ada perawatan khusus untuk mengatasi infeksi virus corona.
Umumnya pengidap akan pulih dengan sendirinya. Namun, ada beberapa
upaya yang bisa dilakukan untuk meredakan gejala infeksi virus corona.
Contohnya:
 Minum obat yang dijual bebas untuk mengurangi rasa sakit, demam,
dan batuk. Namun, jangan berikan aspirin pada anak-anak. Selain itu,
jangan berikan obat batuk pada anak di bawah empat tahun.
 Gunakan pelembap ruangan atau mandi air panas untuk membantu
meredakan sakit tenggorokan dan batuk.
 Perbanyak istirahat.
 Perbanyak asupan cairan tubuh.
 Jika merasa khawatir dengan gejala yang dialami, segeralah hubungi
penyedia layanan kesehatan terdekat.
Khusus untuk virus corona yang menyebabkan penyakit serius,
seperti SARS, MERS, atau infeksi COVID-19, penanganannya akan
disesuaikan dengan penyakit yang diidap dan kondisi pasien. 
Bila pasien mengidap infeksi novel coronavirus, dokter akan
merujuk ke RS Rujukan yang telah ditunjuk oleh Dinkes (Dinas
Kesehatan) setempat. Bila tidak bisa dirujuk karena beberapa alasan,
dokter akan melakukan:
 Isolasi
 Serial foto toraks sesuai indikasi.
 Terapi simptomatik.
 Terapi cairan.
 Ventilator mekanik (bila gagal napas)

18
 Bila ada disertai infeksi bakteri, dapat diberikan antibiotik

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit menular erat kaitan dengan epidemiologi. Epidemiologi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu Epi yang berarti “pada”, Demos yang
berarti “penduduk”, dan Logos yang berarti “penduduk”. Jadi epidemiologi
adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat.
Pada era dewasa ini telah terjadi pergeseran pengertian epidemiologi, yang
dulunya lebih menekan ke arah penyakit menular ke arah-arah masalah
kesehatan dengan ruang lingkup yang sangat luas. Keadaan ini terjadi karena
transisi pola penyakit yang terjadi pada masyarakat, pergeseran pola hidup,
peningkatan sosial, ekonomi masyarakat, dan semakin luasnya jangkauan
masyarakat.
Mula- mula epidemiologi mempelajari penyakit yang dapat
menimbulkan wabah melalui temuan-temuan tentang penyakit wabah, cara
penularan dan penyebab serta bagaimana penanggulangan penyakit wabah
tersebut. Contoh penyakit infeksi endemis adalah SARS, Flu Burung dan
COVID-19.
B. Saran
1. Bagi Penulis
Diharapkan bagi penulis agar dapat meningkatkan pengetahuan dan
pengalaman pada mengenai penyakit infeksi endemis seperti SARS, Flu
Burung dan Covid-19.
2. Bagi Profesi
Diharapkan perawat lebih mampu melakukan tindakan segera dalam
pengobatan serta penanggulangan penyakit infeksi endemis seperti
SARS, Flu Burung dan Covid-19.
3. Bagi Instansi Rumah Sakit

19
Agar lebih meningkatkan pelayanan dalam menangani kasus penyakit
infeksi endemis baik dari segi sarana pra sarana, tenaga kesehatan,
maupun penatalaksanaan kasus.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Agar lebih meningkatkan mutu pendidikan dalam proses pembelajaran
baik teori maupun praktik. Agar mahasiswa dapat meningkatkan
pengetahuan dan wawasan tentang penyakit infeksi endemis.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Flu_burung_di_Indonesia
https://republika.co.id/berita/q6syfa368/begini-cara-indonesia-saat-menangani-
sars-dan-mers
https://www.halodoc.com/kesehatan/coronavirus
https://www.kompas.com/sains/read/2020/05/11/130600623/diumumkan-awal-
maret-ahli--virus-corona-masuk-indonesia-dari-januari
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/severe-acute-respiratory-
syndrome-sars/patofisiologi
https://www.alodokter.com/sars#:~:text=SARS%20disebabkan%20oleh%20salah
%20satu,mulai%20dari%20ringan%20sampai%20berat
https://www.alodokter.com/flu-burung
https://www.alodokter.com/virus-corona
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/flu-burung/patofisiolog

21

Anda mungkin juga menyukai