Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi seperti sekarang ini ilmu pengetahuan dan teknologi

mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini harus didukung Sumber

Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan bermutu. Untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia bisa dilakukan dengan cara meningkatkan mutu

pendidikan. Pendidikan sendiri merupakan suatu hal yang penting bagi setiap

orang,karena dengan pendidikan manusia bisa memperoleh kesejahteraan

hidupnya. Menurut Brown (dalam Abu Ahmadi,2016: 85) Pendidikan adalah

proses secara sadar dimana perubahan-perubahan dalam tingkah laku dihasilkan di

dalam diri melalui kelompok. Pendidikan juga sebagai salah satu upaya untuk

menciptakan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang berguna bagi bangsa

dan negara.

Secara umum tujuan pendidikan adalah untuk memajukan kesejahteraan

umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Sesuai dalam UUD 1945 pada alenia

ke-4, melalui bidang pendidikan dapat membantu memajukan kesejahteraan,

terutama dalam dunia pendidikan. Karena setiap individu memiliki hak untuk

memperoleh pendidikan yang layak, dengan adanya pendidikan maka pada setiap

diri individu akan timbul ingin lebih baik lagi bagi dirinya sendiri maupun bagi

lingkungannya . Menurut UUD 1945 pasal 31 ayat (1) berbunyi “Setiap warga

Negara berhak mendapatkan pendidikan”. Selanjutnya dikuti pasal 31 ayat (2)

yang berbunyi “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan

1
2

pemerintah wajib membiayai nya”. Dan selanjutnya diikuti pasal 31 ayat (3) yang

berbunyi “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem

pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak

mulia dalam rangka mencerdaskann kehidupan bangsa, yang diatur dengan

undang-undang”.

Berdasarkan pasal yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa

pendidikan merupakan suatu keharusan bagi masyarakat yang bernegara,

pemerintah juga terus memperbarui program-program pendidikan agar

kedepannya lebih bermutu dan dapat membantu masyarakat, baik dari segi

ekonomi maupun prestasi yang di raih setiap siswa nya. Pendidikan juga

merupakan kunci individu untuk menuju kesuksesan dan kemandirian negara.

Dengan adanya program pendidikan yang terus diperbarui dan bermutu, tentu

akan menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2008 pasal 3 ayat 2

tentang wajib belajar yaitu berbunyi “Penyelenggaran wajib belajar pada jalur

formal dilaksanakan minimal pada jenjang pendidikan dasar yang meliputi SD,

MI, SMP, MTs dan bentuk lain yang sederajat”. Adanya program pemerintah

tersebut yang mewajibkan setiap warga negaranya yaitu wajib belajar 9 tahun,

merupakan suatu cara untuk membuat individu memiliki pengetahuan yang cukup

dan tidak tertinggal dengan pesatnya perkembangan zaman.

Terciptanya suatu pendidikan yang berkualitas tentu perlu memperhatikan

beberapa aspek, diantaranya mengikuti sesuai program yang di keluarkan

pemerintah, khusus di dunia pendidikan begitu banyak program-program yang di


3

gagas diantaranya Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Siswa Miskin

(BSM), Program Bina Lingkungan. Tidak hanya program bantuan saja, namun

pembaruan kurikulum juga dilakukan oleh pemerintah untuk menunjang mutu

pendidikan di Indonesia, diantaranya Kurikulum 2006 (KTSP), Kurikulum 2013

dan kurikulum 2013 revisi. Pemerintah melakukan perubahan kurikulum tersebut

guna meningkatkan kualitas pendidikan. Tidak hanya itu, belum lama ini

pemerintah juga mengeluarkan program pendidikan baru yaitu 5 hari sekolah atau

disebut Full Day School, berdasarkan Peraturan Menteri (Permen) Nomor 23

Tahun 2017 pasal 2 yang berbunyi “Hari Sekolah dilaksanakan 8 jam dalam 1 hari

atau 40 jam selama 5 hari dalam 1 minggu”. Kebijakan tersebut diberlakukan pada

tahun ajaran 2017/2018.

SMA Negeri 6 Tanjungpinang merupakan sekolah yang menerapkan full

day school sejak juni 2018 hingga sekarang, adanya partisipasi dari orang tua

membuat program tersebut berjalan lancar. Tidak hanya orang tua siswa, tetapi

pegawai, guru dan fasilitas sekolah yang mendukung semua program berjalan

dengan lancar. Kerjasama yang baik mampu membuat program full day school

tersebut berjalan sesuai tujuan diadakan nya program tersebut terlaksana sesuai

dengan kesiapan sekolah baik dari sumber daya manusia dan sarana prasarana

yang menunjang program tersebut. Dengan adanya program full day school tentu

pihak sekolah mengharapkan motivasi siswa agar lebih meningkat serta dapat

mengembangkan kemampuan yang di miliki.

Full day school memiliki berbagai keunggulan diantaranya mendidik anak

secara langsung bagaimana mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat untuk
4

masa depan. Ada waktu belajar, istirahat, olahraga, bergaul dengan teman,

refreshing, latihan pengembangan bakat, eksperimentasi, berorganisasi. Dengan

alokasi waktu yang sangat luas waktu untuk menggali dan mengembangkan anak

terbuka lebar, kegiatan disore hari bisa dimaksimalkan untuk melihat keahlian dan

kecakapan anak dalam semua bidang. Full day school yang memakan waktu

panjang dari pagi hari hingga sore hari mengajarkan kepada anak bahwa

keunggulan, prestasi dan kehebatan harus dilalui dengan kerja keras, waktu lama,

proses yang melelahkan dan konsistensi pada jalan yang benar, fokus dalam

belajar serta anak terkontrol dengan baik selama anak masih dalam sekolah,

selama itu pula monitoring terhadap anak dapat dilakukan dengan baik dan

memuaskan. Para guru dapat mengawasi, mengarahkan, dan membimbing

pergaulan dan kegiatan anak.

Motivasi belajar biologi merupakan kekuatan mental yang mendorong

terjadinya proses belajar mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ilmu

pengetahuan alam yang berhubungan tentang materi dan energy yang

berhubungan dengan makhluk hidup, serta ketertarikan seseorang untuk mencapai

tujuan pembelajaran biologi melalui pengalaman-pengalaman yang telah dialami

dari hasil interaksinya dengan lingkungan sekitar. Kurangnya motivasi membuat

melemahnya kegiatan belajar dan semangat belajar menjadi rendah sehingga

membuat siswa tidak fokus belajar. Lamanya siswa berada di sekolah akan

memunculkan sikap yang berbeda antara siswa satu dengan siswa lain terkait

dengan motivasi belajarnya. Motivasi memiliki peran yang penting bagi siswa

dalam belajar karena dapat memberikan stimulus, semangat, serta rasa gembira
5

dalam diri siswa. Dengan demikian, durasi belajar siswa di sekolah akan

menimbulkan motivasi belajar yang berbeda dalam diri siswa.

Berdasarkan observasi awal dan wawancara peneliti dengan guru biologi

di SMAN 6 Tanjungpinang, bahwasannya pembelajaran biologi yang ada

disekolah tersebut dalam motivasi belajar biologi nya agak kurang dibandingkan

dengan tahun-tahun sebelumnya. Ditambah lagi dengan adanya full day school

sangat berpengaruh terhadap kondisi siswa saat jam pelajaran terakhir sering kali

tidak fokus lagi karena mengantuk, dan tidak ada semangat belajar lagi. Karena

guru juga kurang bersemangat selain itu peserta didik ada yang semangat dalam

belajar ada yang hanya main-main, tidur dan sekedar menerima penjelasan guru.

Sehingga pembelajaran tidak efektif dan tidak sesuai seperti yang diharapakan

dari tujuan pendidikan.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik melaksanakan penelitian

dengan judul: “Hubungan Penerapan Full Day School Dengan Motivasi

Belajar Biologi Siswa di Kelas X dan XI MIPA SMA Negeri 6

Tanjungpinang”. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan motivasi

belajar siswa di kelas X dan XI MIPA SMA Negeri 6 Tanjungpinang .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut: ‘‘Bagaimana hubungan penerapan full

day school dengan motivasi belajar biologi siswa di kelas X dan XI MIPA SMA

Negeri 6 Tanjungpinang?”
6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di

atas, maka tujuan penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan

penerapan full day school dengan motivasi belajar biologi siswa di kelas X dan

XI MIPA SMA Negeri 6 Tanjungpinang.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembelajaran, dalam

rangka mengembangkan ilmu, khususnya dalam pembelajaran biologi.

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi

dan manfaat untuk bahan acuan bagi peneliti selanjutnya dan berbagai pihak

terkait program full day school dalam upaya meningkatkan pengetahuan di dunia

pendidikan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan teori

1. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Suyono (2015:183) ‘‘motivasi adalah faktor-faktor internal


maupun eksternal yang mendorong keinginan dan energi manusia untuk secara
kontinyu menaruh minat dan perhatian terhadap pekerjaan, peranannya,atau
kepada suatu subjek tertentu,serta memberikan upaya yang sungguh-sungguh dan
persisten dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut.’’
Menurut Febriani et al. (2018:8), ‘‘motivasi belajar merupakan faktor
psikis yang bersifat non-intelektual. Perananannya yang khas adalah dalam
penumbuhan gairah,merasa senang dan semangat untuk belajar. Motivasi yang
ada pada tiap diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagi berikut : (1) tekun
menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama,tidak pernah
berhenti sebelum selesai).(2)Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak
cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya). (3) Menunjukkan minat
terhadap bermacam-macam masalah. (4) Lebih senang bekerja mandiri. (5) Cepat
bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,berulang-ulang
begitu saja,akan sesuatu). (6) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini . (7)
Senang mencari dan memecahkan masalah-masalah.’’

7
8

Menurut Uno (2013:23) ‘‘motivasi belajar adalah dorongan internal dan

eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah

laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.’’

Menurut Suyono (2015:185) ‘‘motivasi terdiri dari motivasi instrinsik dan

motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik jika yang mendorong untuk bertindak atau

berbuat sesuatu adalah nilai-nilai yang terkandung dalam individu itu sendiri.

Contohnya adalah bakat,hobi,sikap hidup,kepercayaan hidup,keyakinan diri,rasa

ingin tahu.’’

Menurut Sardiman (2012:75) ‘‘ dalam kegiatan belajar motivasi dapat

dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar dan menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar

sehingga tujuan yang dinginkan tercapai’’.

Suyono (2015:185) menegaskan bahwa dari eksplorasi dan manipulasi

yang dilakukan anak-anak itu lama-lama timbullah minat terhadap sesuatu. Minat

yang dalam terhadap sesuatu akan menimbulkkan perhatian yang seksama. Tugas

guru yang utama adalah membangkitkan dan mempertajam motivasi anak didik

sehingga timbul minatnya yang diiringi perhatian yang seksama terhadap bahan

ajar. Prasyarat pokoknya adalah proses pembelajaran dan bahan ajar itu sendiri

merupakan hal yang menyenangkan dan menarik bagi anak didik. Dengan

demikian motivasi belajar mutlak dibutuhkan, tujuan belajar tidak akan tercapai

secara optimal, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar anak,

karena motivasi adalah tenaga penggerak aktivitas anak secara individual atau
9

berkelompok, motivasi dapat juga dimisalkan sebagai motor/mesin dan kemudi

pada mobil.

Selanjutnya Islamuddin (2012:259), menjelaskan bahwa dalam proses

belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak memiliki motivasi

dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan

pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya,

segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang

tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya.

Dari pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa motivasi adalah penggerak

dari motif-motif itu sendiri merupakan keadaan siap. Hal ini dipertegas oleh

Hamzah B. Uno (2013:3), tentang istilah motif dan motivasi yang dapat diartikan

sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu

itu bertindak dan berbuat. Motif tidak dapat diamati langsung tetapi dapat

diinterprestasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau

pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.

Berdasarkan beberapa pengertian motivasi belajar, dapat diambil

kesimpulan motivasi belajar adalah suatu dorongan dari dalam dan luar diri siswa

yang dapat menjamin berlangsungnya kegiatan belajar sehingga terjadi perubahan

dalam dirinya baik pengetahuan, keterampilan dan tingkah lakunya serta tujuan

yang diinginkan tercapai.

b. Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi dalam belajar sangat penting artinya untuk mencapai proses

tujuan belajar mengajar yang diharapkan, sehingga motivasi siswa dalam belajar
10

perlu dibangun. Menurut Islamuddin (2012: 264) motivasi memiliki tiga

fungsi,yaitu:

(1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak motor yang

melepas energi. (2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang

hendak dicapai. (3) Menyeleksi perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi

guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak

bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Menurut Uno (2013:27) motivasi belajar dapat membantu dalam

memahami dan menjelaskan perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa

peranan penting dari motivasi belajar antara lain:

(1)Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar. (2) Memperjelas

tujuan belajar yang hendak dicapai. (3) Menentukan ragam kendali terhadap

rangsangan belajar. (4) Menentukan ketekunan belajar.

Menurut Sardiman (2012:85-86) ada tiga fungsi motivasi belajar yaitu:

(1)Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang

melepaskan energy.(2) Menentukan arah perbuatan, yakni kea rah tujuan yang

hendak dicapai.(3) Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan

apa yang harus dikerjakan dan perbuatan yang tidak bermanfaat untuk mencapai

tujuan.

Berdasarkan beberapa penjelasan mengenai fungsi motivasi belajar dapat

disimpulkan bahwa fungsi motivasi belajar bagi seorang siswa adalah untuk

mendorong timbulnya perilaku agar tekun belajar, memberi arah perbuatan siswa
11

agar lebih fokus pada tujuan belajar dan menjadi penggerak agar menambah

semangat siswa dan bergairah dalam belajar.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar pada diri siswa.

Menurut Hamalik (2011:179) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

belajar ialah umur, kondisi fisik dan kekuatan intelegensi yang juga harus

dipertimbangkan. Seseorang yang masuk dalam usia sekolah, sehat jasmani

dan memiliki kecerdasan akan lebih memiliki motivasi yang tinggi

dikarenakan kemampuannya memberikan kemudahan dalam kegiatan belajar,

sedangkan seseorang yang sedang sakit tentu dapat berakibat rendahnya

motivasi yang dimilikinya untuk belajar.

Menurut Siregar (2014:53-54) terdapat enam faktor yang mempengaruhi

motivasi belajar yaitu: (1) Cita-cita/ aspirasi pembelajar. (2) Kemampuan

pembelajar. (3) Kondisi pembelajar. (4) Kondisi lingkungan pembelajar.(5)

Unsur-unsur dinamis belajar. (6) Upaya guru dalam membelajarkan

pembelajar.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan

bahwa motivasi belajar dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan tentang

kegunaan belajar dan kebutuhan untuk belajar, cita-cita/aspirasi pembelajar,

kondisi fisik, kemampuan intelegensi, guru dan kondisi lingkungan.


12

d. Indikator Motivasi Belajar

Menurut Uno (2008;52) indikator motivasi belajar adalah sebagai berikut:

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil

Hasrat dan keinginan berhasil dalam belajar dan kehidupan sehari-hari pada

umumnya disebut motif berprestasi, yaitu motif untuk berhasil dalam melakukan

suatu tugas dan pekerjaan. Motif seperti ini merupakan unsur kepribadian dan

perilaku manusia, sesuatu yang berasal dari dalam diri manusia yang

bersangkutan.

Motif berprestasi adalah motif yang dapat dipelajari, sehingga motif itu dapat

diperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar. Seseorang yang mempunyai

motif berprestasi tinggi cenderung berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas

tanpa menunda-nunda pekerjaanya. Penyelesaian tugas semacam ini bukanlah

dorongan dari luar diri, melainkan upaya pribadi.

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

Penyelesaian suatu tugas tidak selamanya dilatar belakangi oleh

motif berprestasi atau keinginan untuk berhasil, seseorang individu menyelesaikan

suatu pekerjaan sebaik orang yang memiliki motif berpretasi tinggi, justru karena

dorongan menghindari kegagalan yang bersumber pada ketakutan akan kegagalan

itu.

Seorang peserta didik mungkin tampa bekerja dengan tekun karena kalau

tidak dapat menyelesaikan tugas dengan baik maka dia akan mendapat malu dari

gurunya, atau di olok-olok temannya, atau bahkan dihukum oleh orang tua. Dari
13

keterangan diatas tampak bahwa keberhasilan peserta didik tersebut disebabkan

dorongan atau rangsangan dari luar dirinya.

3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan

Harapan didasari pada keyakinan bahwa orang dipengaruhi oleh perasaan

mereka tentang gambaran hasil tindakan mereka contohnya orang yang

menginginkan kenaikan pangkat akan menunjukkan kinerja yang baik kalau

mereka menganggap kinerja yang tinggi diakui dan dihargai dengan kenaikan

pangkat.

4) Adanya penghargaan dalam belajar

Pernyataan seperti ‘‘bagus’’ atau ‘‘hebat’’ dan lain-lain akan

menyenangkan peserta didik, pernyataan verbal seperti itu juga mengandung

makna interaksi dan pengalaman pribadi yang langsung antara peserta didik

dan guru serta penyampaiannya konkret, sehingga merupakan suatu

persetujuan pengakuan sosial apalagi kalau penghargaan verbal diberikan di

depan orang banyak.

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

Baik simulasi atau permainan merupakan salah satu proses yang sangat

menarik bagi peserta didik, suasana yang menarik menyebabkan proses belajar

menjadi bermakna. Sesuatu yang bermakna akan selalu diingat, dipahami dan

dihargai. Seperti kegiatan belajar seperti diskusi, pengabdian masyarakat dan

sebagainya.
14

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif

Pada umumnya motif dasar yang bersifat pribadi muncul dalam tindakan

individu setelah dibentuk oleh lingkungan. Karena itu motif individu untuk

melakukan sesuatu misalnya untuk belajar dengan baik dapat dikembangkan,

diperbaiki atau diubah melalui belajar dan latihan, dengan kata lain melalui

pengaruh lingkungan belajar yang kondusif salah satu faktor pendorong belajar

anak didik sehingga mampu memperoleh bantuan yang tepat dalam mengatasi

kesulitan atau masalah dalam belajar.

e. Jenis-Jenis Motivasi

Didalam memenuhi kebutuhan hidupnya manusia dipengaruhi oleh

beberapa faktor, seperti faktor dari dalam diri individu maupun faktor dari luar

individu(lingkungan), untuk pemenuhan kebutuhan itu timbullah motivasi-

motivasi, menurut Islamuddin (2012: 260) motivasi dapat dikelompokan menjadi

dua macam, yaitu:

a. Motivasi Instrinstik

Menurut Islamuddin (2012: 260) motivasi instrintik adalah motif-motif

yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena

dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motif

intrinsik bila tujuannya inheren dengan situasi belajar dan bertemu dengan

kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung

didalam mata pelajaran itu. Anak didik termotivasi untuk belajar semata-mata

untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena
15

keinginan lain seperti ingin mendapatkan pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah,

dan sebagainya.

Menurut Sardiman (2012:89), motivasi intrinsik adalah motif-motif yang

mejadi aktif atau berfungsinya tidak perlu rangsangan dari luar, karena dalam

setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Contohnya

minat, kesehatan, bakat, disiplin dan intelegensi.

Menurut Syah (2010:153), yang termasuk dalam motivasi intrinsic adalah

perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya

untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.

Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki

motivasi intrinsik melakukan sesuatu kegiatan karena dorongan dari dalam diri

sendiri dan selalu ingin belajar, serta berpikir bahwa semua mata pelajaran yang

dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan dimasa

mendatang berguna bagi kehidupannya di masa depan serta tidak memerlukan

dorongan motivasi dari luar.

b. Motivasi Ekstrinsik

Islamuddin (2012:262) memberikan definisi motivasi ekstrinsik sebagai

kebalikan dari motivasi intrrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang

aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi belajar

dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-

faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang

terletak diluar hal yang dipelajarinya. Misalnya untuk mencapai angka tinggi,

diploma, gelar, kehormatan, dan sebagainya.


16

Menurut Sardiman (2012:89), motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang

aktif dan berfungsi karena ada perangsang dari luar. Contohnya keluarga, fasilitas,

jadwal, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

Menurut Syah (2010:153), yang termasuk ke dalam motivasi ekstrinsik

adalah pujian, hadiah, teladan orang tua dan guru.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang

bermotivasi ekstrinsik melakukan sesuatu kegiatan bukan karena ingin

mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapat pujian, hadiah dan sebagainya. Tanpa

penghargaan terhadap tujuan belajar, maka aktifitas anak tidak dapat

dibangkitkan. Sebab, semakin berharganya suatu tujuan bagi anak, maka semakin

erat pula motivasinya terhadap aktivitas belajar. Dengan demikian semakin

jelaslah bahwa motivasi itu sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan yang

dilakukan anak sehubungan dengan aktivitas belajar mereka.

2. Full Day School

a. Pengertian Full day school

Menurut Suyyinah (2019:9) Kata Full Day School berasal dari bahasa

Inggris. Full artinya ‘penuh’, day artinya ‘hari’,sedang school artinya ‘sekolah’

jadi, full day school merupakan sekolah sepanjang hari atau proses belajar

mengajar yang dilakukan mulai pukul 07.00-16.00 dengan waktu istirahat setiap

dua jam sekali. Sekolah dapat mengatur jadwal pelajaran dengan leluasa,

disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan pendalaman

materi. Dilihat dari makna dan pelaksanaan fullday school education,


17

Sukur dalam Suyyinah (2019:9) berpendapat bahwa sebagian waktu

sekolah digunakan untuk program pelajaran yang suasananya informal, tidak

kaku, menyenangkan bagi siswa, dan membutuhkan kreativitas dan inovasi dari

guru. Selanjutnya Sukur menyatakan berdasarkan hasil penelitiannya bahwa

belajar efektif bagi anak itu hanya 3-4 jam sehari (dalam suasana formal) dan 7-8

jam sehari (dalam suasana informal).

Menurut Soapatty dan Suyanto (2014:720) sekolah dengan sistem full day

school adalah bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan berdasarkan

kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional dan ditambah dengan kurikulum

Kementrian Agama. Full Day School dapat dipahami sebagai suatu sistem atau

program yang diterapkan oleh sekolah kepada anak didik di mana seluruh

aktivitas anak berada di sekolah. Dalam penerapan full day school sebagian

waktunya harus digunakan untuk program-program pembelajaran yang

suasananya bersifat informal, tidak kaku, menyenangkan bagi siswa, yang

tentunya sangat mengharapkan kreativitas dan inovasi seorang guru.

Setiyarini, Sutarno, dan Sunardi (2014:238) berpendapat bahwa penerapan

full day school merupakan alternatif dari revolusi pendidikan terhadap masalah-

masalah yang ada dan terjadi pada siswa. Sebagai solusi alternatif pelaksanaan

full day school ditunjang dengan berbagai alasan yang patut dipertimbangkan

dalam pendidikan siswa.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan full day school adalah sekolah dengan proses belajar mengajar

yang dilakukan mulai pukul 07.00 sampai 16.00 dengan durasi istirahat setiap dua
18

jam sekali dan sebagian waktunya digunakan untuk program pelajaran yang

suasananya informal serta menyenangkan bagi siswa, di mana jadwal pelajaran

disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan pendalaman

materi. Seta guru dapat lebih berinovasi untuk mengembangkan kegiatan

pembelajaran di sekolah, seperti menanamkan sikap disiplin serta

mengembangkan minat dan bakat siswa.

a. Karakteristik Full Day School

Muslihin Al-Hafizh dalam Suyyinah (2019:11), menyatakan bahwa full

day school jika ditinjau dari aspek kelembagaan, kepemimpinan, dan

manajemennya mengacu pada konsep yang mengedepankan kemuliaan akhlak

dan prestasi akademik. Kepemimpinan sekolah diimbangi dengan peningkatan

kualitas kepribadian dan pengetahuan konsep pendidikan, orientasi program, dan

studi banding yang dilaksanakan secara kontinyu. Kualitas sumber daya manusia

full day school dipilih dari guru-guru bidang studi yang profesional serta

mempunyai integritas tinggi. Peningkatan kualitas tenaga pendidikan seperti

tenaga ahli, pustakawan, laboran, dan tenaga administrasi juga menjadi prioritas

full day school education. Komite sekolah, pengawas pendidikan, pengurus

sekolah, guru juga dilibatkan dalam musyawarah pengembangan program.

Pemanfaatan sarana dan prasarana pembelajaran menggunakan multimedia. Selain

itu juga terdapat berbagai peralatan dan ruang untuk menunjang pelaksanaa

pembelajaran seperti laboraturium, dan ruang komputer.

Menurut Mufidati dalam Suyyinah (2019:13), menyatakan bahwa sistem

pembelajaran dalam full day school menerapkan konsep dasar Integrated-Activity


19

dan Integrated-Curriculum. Hal inilah yang membedakan dengan sekolah pada

umumnya. Dalam full day school education semua program dan kegiatan siswa di

sekolah, baik belajar, bermain, beribadah dikemas dalam sebuah sistem

pendidikan. Hal yang ditekankan adalah siswa selalu berprestasi dengan

pembelajaran yang berkualitas dan diharapkan akan terjadi perubahan positif dari

setiap siswa.

Menurut Oktamiati dan Putri (2013:5) berpendapat bahwa konsep full day

school banyak memiliki metode pembelajaran di mana proses belajar tidak

dilakukan di dalam kelas secara terus menerus, akan tetapi siswa diberikan

kebebasan memilih tempat belajar. Artinya siswa dapat belajar di mana saja

seperti di perpustakaan, laboratorium, dan lain-lain. Sistem full day school ini

menggunakan konsep pengajaran yang memposisikan siswa sebagai subyek yang

dominan dalam proses belajar mengajar, guru sebagai fasilitator dan memberikan

stimulus bagi siswa terhadap mata pelajaran untuk dibahas dan diperdalam oleh

siswa dengan sendirinya akan menumbuhkan budaya diskusi dan dialog, sehingga

lamanya belajar siswa tidak menjadi jenuh.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem

full day school membuat pembelajaran menjadi lebih bebas, edukasi dan

menyenangkan. Siswa juga dapat lebih memanfaatkan waktu dengan kegiatan

yang lebih positif dan bermanfaat.

b. Tujuan Full Day School

Menurut Suyyinah (2019:16), pelaksanaan full day school merupakan salah

satu alternatif untuk mengatasi bebagai masalah pendidikan, baik dalam motivasi,
20

prestasi maupun dalam hal moral dan akhlak. Banyak alas an mengapa full day

school menjadi pilihan yaitu:

(1)Meningkatnya jumlah orang tua tunggal dan banyaknya aktivitas orang tua

yang kurang memberikan perhatian pada anaknya, terutama yang

berhubungan dengan aktivitas anak setelah pulang dari sekolah. (2)Perubahan

sosial budaya yang terjadi di masyarakat. Salah satu ciri masyarakat industri

adalah mengukur keberhasilan dengan materi, hal ini sangat berpengaruh

terhadap pola kehidupan masyarakat yang akhirnya berdampak pada

perubahan peran. Peran ibu yang dahulu hanya sebagai ibu rumah tangga

dengan tugas utama mendidik anak, mutlak bergeser. Peran ibu sekarang juga

dituntut untuk dapat berkarir diluar rumah. Kita tidak bisa menyalahkan

mereka karena memiliki alas an tersendiri. Ada yang memang dituntut untuk

membantu mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga. (3)Kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi begitu cepat sehingga semakin canggihnya

perkembangan di dunia komunikasi, dunia seolah-olah sudah tanpa batas,

dengan banyaknya program televisi membuat anak-anak lebih santai untuk

duduk di depan televisi dan bermain play station. Kemajuan sains dan

teknologi informasi lingkungan kehidupan perkotaan ternyata hanya menjurus

ke arah individualisme. Untuk mengisi waktu luang anak-anak agar lebih

berguna maka diterapkan sistem full day school dengan tujuan membentuk

akhlak dan akidah dalam menanamkan nilai-nilai yang positif.

c. Faktor-faktor pendukung pelaksanaan full day school


21

Menurut Baharudin (dalam annisa, 2014:17-18) faktor penunjang program

full day school diantara nya sebagai berikut:

1. Kurikulum

Menurut Brown dalam Ahmadi (2016) situasi kelompok yang tersedia bagi

guru dan pengurus sekolah untuk membuat tingkah laku yang berubah di dalam

sekolah. Kurikulum adalah suatu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sukses

tidaknya pendidikan dapat dilihat dari kurikulum yang digunakan oleh sekolah.

Kurikulum sangat mendukung untuk meningkatkan mutu pendidikan karena

menjadi tolak ukur dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

2. Manajemen Pendidikan

Manajemen sangat penting dalam suatu organisasi,tanpa manajemen yang

baik maka sesuatu yang akan kita gapai tidak akan pernah tercapai dengan baik

karena kelembagaan akan berjalan dengan baik jika dikelola dengan baik.

3. Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana sangat memengaruhi kegiatan belajar mengajar

disekolah. Sarana prasarana yang memadai akan memberikan dampak yang positif

bagi anak dalam belajar.

4. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dalam pendidikan adalah guru,guru harus

mempunyai kualifikasi sebagai tenaga pengajar karena akan mempengaruhi

tingkat mutu pendidikan. Selain itu siswa merupakan suatu komponen penting

dalam system pendidikan,yang kemudian diproses dalam proses pendidikan

sehingga menjdi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan


22

nasional. Disamping itu keberadaan pegawai dan dana yang memadai juga akan

mempengaruhi mutu pendidikan yang ada di sekolah.

Menurut Nur Hilalah dalam Annisa (2014:19-20) Ada beberapa faktor

penunjang keberahsilan program full day school yakni:

1. Lingkungan sekolah yang kondusif

Lingkungan sekolah yang kondusif dapat terwujud apabila kepala sekolah

memiliki kecerdasan emosi tinggi dan gaya kepemimpinan yang tepat.

2. Kompetensi manajerial kepala sekolah

Kompetensi manajerial kepala sekolah meliputi kemampuan manajemen

dan kepemimpinan,yang dilengkapi keterampilan konseptual,insane dan teknis.

3. Profesionalisme guru

Adanya guru professional diharapkan mampu memberikan pengaruh

positif terhadap keberhasilan proses belajar mengajar serta mampu

memaksimalkan pekembangan anak didik dengan sebaik-baiknya.

4. Kelengkapan sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana tersebut berupa buku bacaan,ruang

belajar,laboratorium computer,laboratorium bahasa dan lain-lain.Semua itu sangat

berguna sebagai pendukung pelaksanaan full day school bahkan menjadi faktor

yang sangat penting dalam kelancaran proses belajar mengajar.

5. Partisipasi orang tua

Hubungan baik antara sekolah dengan orang tua wali/siswa akan

mempengaruhi hasil pendidikan disekolah. Mereka saling memberikan informasi


23

tentang perkembangan anaknya baik disekolah maupun dikeluarga sehingga

memperoleh hasil yang maksimal.

Berdasarkan paparan pendapat diatas,dapat disimpulkan bahwa faktor

penunjang pelaksanaan full day school meliputi kurikulum, manajemen

pendidikan yang efektif dan efisien, sarana prasarana yang lengkap dan tenaga

pendidik yang berkualitas. Lingkungan sekolah yang kondusif, kompetensi

manajerial kepala sekolah, adanya partisipasi orang tua juga mendukung dalam

pelaksanaan full day school.

d. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan full day school

Menurut Suyyinah (2019:43-44) adapun faktor penghambat dalam program

full day school yaitu: (1) Sarana dan prasarana merupakan bagian dari pendidikan

yang sangat penting guna menunjang keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu,

perlu adanya pengelolaan pendidikan yang baik, sekolah dapat berhasil apabila

pengelolaan pendidikan yang baik. Walaupun demikian masih banyak kekurangan

yang dihadapi sekolah untuk meningkatkan mutunya karena keterbatasan sarana

dan prasarana pendidikan. (2) Pegawai/tenaga teknis, dana, kualitas guru juga

sangat berpengaruh terhadap kelangsungan proses belajar mengajar. Sekolah

merupakan lembaga kependidikan yang fungsinya mewujudkan cita-cita agar

anak didiknya menjadi manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan, oleh

karena itu untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sikap profesionalisme guru

dalam mengajar.
24

e. Keunggulan dan kelemahan full day school

Menurut Asmani (2017:31), adapun keunggulan dari full day school adalah

sebagai berikut :

1) Optimalisasi pemanfaatan waktu

Dengan pembelajaran full day school siswa jadi bisa untuk lebih

memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang positif dan produktif. Orang yang

menyadari pentingnya arti waktu pasti akan membuat perencanaan kegiatan secara

matang dan terukur. Full day school mendidik anak secara langsung bagaimana

megisi waktu yang bermanfaat untuk masa depan. Ada waktu belajar, istirahat,

olahraga, bergaul dengan teman, refreshing, latihan pengembangan bakat,

ekperimentasi, berorganisasi dan hal-hal lain yang positif.

2) Intensif menggali dan mengembangkan bakat

Dengan alokasi waktu pembelajaran yang sangat luas, waktu untuk

menggali dan mengembangkan bakat anak terbuka lebar. Kegiatan di sore hari

bisa digunakan untuk melihat keahlian dan kecakapan anak dalam semua bidang.

Dengan memaksimalkan waktu latihan, diharapkan bakat anak cepat terdeteksi.

Dari sanalah bakat dipupuk dan dikembangkan. Dalam upaya mengembangkan

bakat anak tentu faktor penunjang harus dipenuhi salah satunya adalah sarana dan

prasarana. Dengan sarana yang lengkap, daya tarik dan semangat anak untuk

berlatih lebih giat sehingga pembimbingnya juga lebih semangat lagi.

3) Menanamkan pentingnya proses

Menjadi orang hebat, besar dan berbakat memerlukan proses yang

panjang, berliku dan penuh tantangan. Semua proses dilalui dengan kerja keras
25

dan kesabaran tinggi, konsisten dalam melakukan hal terbaik. Bukan sekali jadi,

instan dan jangka pendek. Dengan proses panjang orang menjadi terlatih, matang,

penuh pengalaman, cermat dalam bidangnya. Seluruh hidup dicurahkan demi

mengabdi kepada bakat yang digelutinya. Full day school yang memakan waktu

cukup panjang dari pagi hingga sore hari mengajarkan kepada anak bahwa

keunggulan, prestasi dan kehebatan harus dilalui dengan kerja keras, waktu yang

lama, serta yang melelahkan dan konsisten pada jalan yang benar.

4) Fokus dan belajar

Waktu belajar lebih lama dari waktu sekolah yang biasa, full day school

membuat kesempatan kepada sekolah untuk membuat jadwal pelajaran secara

leluasa, mana pelajaran yang diajarkan di waktu pagi dan mana pelajaran yang

diajarkan di waktu sore. Pelajaran umum dilakukan dari pukul 07.00 s/d 16.00.

kemudian sore harinya adalah pembelajaran keterampilan atau bakat. Dengan

model seperti ini, konsentrasi dan fokus belajar anak terbentuk dengan sendirinya,

menjadi lebih mudah dan efektif. Full day school memberi pelajaran bagaimana

fokus menjadi tips efektif dalam kegiatan belajar mengajar, proses penggalian dan

pengembangan bakat, dan peningkatan inovasi, kreatifitas dan produktifitas.

5) Mengembangkan kreativitas

Full Day School mampu menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas,

dengan kurikulum yang inspiratif dan motivatif, kreatifitas akan hadir dengan

sendirinya. Pembelajaran yang menyenangkan akan membuat kreatifitas anak

didik berkembang cepat. Waktu yang luas dalam full day school membuat
26

pengelola dalam mengalokasikan waktu yang cukup untuk membangkitkan

kreatifitas.

6) Anak terkontrol dengan baik

Dunia yang sudah demikian bebas menyebabkan anak-anak sulit dibatasi

pergaulan dan aktifitasnya. Mereka akan mengikuti selera hidup karena pengaruh

gegap gempita dunia informasi dan hiburan yang bejibun dari detik perdetik.

Televisi mempunyai pengaruh yang besar dalam mewarnai gaya hidup pada fase

perkembangan dan pertumbuhan anak. Di sinilah full day school tampil sebagai

salah satu solusi mengontrol anak, selama anak masih dalam sekolah, selama itu

pula monitoring terhadap anak bisa terus dilakukan. Dengan baik. Para guru dapat

mengawasi, mengarahkan, dan membimbing pergaulan kegiatan anak.

Menurut Baharudin dalam Annisa (2014:15), menyatakan konsep

pengembangan dan inovasi pembelajaran sistem full day school didesain untuk

mengembangkan kreativitas siswa mencakup aspek kognitif, afektif dan

psikomotor. Program full day school sendiri memiliki keunggulan diantaranya:

(1) Anak memperoleh pendidikan umum, untuk mengantisipasi perkembangan

ilmu pengetahuan saat ini.(2) Anak mendapatkan pendidikan kepribadian

yang bersifat antisipatif terhadap perkembangan sosial budaya yang ditandai

dengan arus modernisasi.(3) Potensi anak tersalurkan melalui kegiatan non

akademik yang diadakan disekolah.(4) Perkembangan bakat, minat, dan

kecerdasan terantisipasi di sekolah melalui pantauan program bimbingan

konseling non akademik.(5) Pengaruh negatif kegiatan anak di luar sekolah

dapat dikurangi seminimal mungkin karena waktu pendidikan anak di sekolah


27

lebih lama.(6) Siswa mendapatkan pelajaran oleh tenaga pengajar yang

professional di bidang nya masing-masing.(7) Siswa juga mendapatkan

perhatian dalam hal agama seperti beribadah dengan tepat waktu.

Selain keunggulan seperti yang disampaikan diatas, model pembelajaran

full day school tentu tidak lepas berbagai kekurangan, kekurangan yang ada

haruslah dicarikan solusinya.

Menurut Asmani (2017:49-52) kekurangan dari pelaksanaan full day

school antara lain:

1) Minimnya Sosialisasi dan Kebebasan

Kelemahan terbesar dari pelaksanaan full day school ini adalah masalah

waktu sosialisasi anak dan kebebasan anak yang sangat minim. Dengan waktu

sekolah dari pagi hingga sore, anak kembali kerumah menjelang malam, tentu

kondisi tubuh sangat lelah karena seharian berada disekolah. Hal ini membuat

anak malas berinteraksi dengan lingkungannya ketika kembali kerumah, anak

lebih memilih beristirahat atau menyelesaikan tugas esok hari ketimbang bermain

dengan teman sebayanya. Keadaan seperti ini yang membuat anak kehilangan

kehidupan sosialnya, orang yang dia temui hanya teman satu sekolah. Anak hasil

lulusan full day school pasti akan butuh adaptasi sedikit lama dengan lingkungan

sekitar. Karena dia lupa bagaimana berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya

akibat waktunya dihabiskan di sekolah.

2) Minimnya kebebasan

Model pembelajaran full day school memang menyajikan berbagai kegiatan

yang edukatif bagi anak. Akan tetapi bagaimanapun juga jiwa anak masih terikat
28

dengan aturan sekolah yang tidak boleh semua anak diterima dengan sukarela.

Ketika anak baru bisa bertemu dengan orang tuanya menjelang malam hari,

semuanya telah kelelahan, ayah capek, ibu segera mengurus rumah tangga sehabis

pulang kerja, dan anak juga sangat letih usai sekolah seharian. Belum lagi jika

sekolah masih membebani dengan pekerjaan rumah (PR).

Pulang sekolah sehabis mandi dan makan bersama orangtua, anak-anak

langsung mengerjakan PR lagi. Segala otaknya diperas hingga kering untuk

keperluan sekolah. Ahirnya anak-anak tumbuh dalam situasi yang dari awal

menjauhkan mereka dari orang tua dan teman bermain di sekitarnya. Dari hari ke

hari mereka hanya bertemu dengan orang yang sama, para guru dan teman-teman

sekolahnya. Dari waktu ke waktu kehidupan mereka telah terjadwal bagaikan

mesin. Hampir setiap hari mereka harus tunduk dengan aturan-aturan yang

mengatas namakan “pendidikan”. Padahal pendidikan bukan hanya disekolah,

melainkan lingkungan (masyarakat) dan yang paling utama adalah keluarga.

3) Egoisme

Masih berkaitan dengan problem sosialisasi anak hasil lulusan full day

school, perasaan sombong dan tinggi hati rentan terjadi pada anak yang

disekolahkan di full day school. Pribahasa “Katak Dalam Tempurung” sangat

cocok disematkan kepada anak yang sekolah di sekolah model full day school. Hal

ini cukup wajar karena dalam kesehariannya, anak didik tidak pernah bergaul

dengan orang luar. Dunia pergaulannya anak didik terbatas pada pagar sekolah

dan hanya seluas area sekolah. Meskipun fasilitas yang disediakan cukup
29

memadai, tidak sulit menemukan anak yang bersekolah di full day school, justru

kemampuannya tertinggal dari anak yang bersekolah di sekolah biasa.

Intinya adalah, implikasi program full day school perlu memperhatikan

kenyamanan siswa dalam melaksanakan program pembelajaran dan kenyaman

orang tua dalam menyerahkan kepercayaan sepenuhnya kepada sekolah untuk

memaksimalkan seluruh potensi siswa dan mengefektifkan waktu belajarnya.

Untuk itu perlu adanya sosialisasi yang melibatkan sekolah, orang tua dan

masyarakat agar terjadi harmonisasi yang baik. Harmonisasi sangat penting bagi

upaya bersama membantu anak dalam mengembangkan potensinya melalui

program full day school.

Menurut Nor Hasan (2006:116) sistem full day school tidak terlepas dari

kelemahan dan kekurangan diantaranya:

1) Sering menimbulkan rasa bosan pada siswa, sistem full day school

membutuhkan kesiapan baik fisik, psikologis, maupun intelektual yang

bagus. Jadwal kegiatan pembelajaran yang padat dan penerapan sanksi yang

konsisten, dalam batas tertentu akan menyebabkan siswa menjadi jenuh.(2)

Memerlukan perhatian dan kesungguhan manajemen bagi pengelola, agar

proses pembelajaran pada lembaga pendidikan yang menggunakan full day

school berlangsung optimal.

Berdasarkan beberapa paparan di atas mengenai kelebihan dan kekurangan

full day school dapat disimpulkan bahwa keunggulan full day school adalah siswa

memperoleh pendidikan umum, mendapatkan jam tambahan pelajaran di sekolah

yang diberikan oleh pengajar profesional, mengembangkan bakat, minat dan


30

kemampuan yang dimiliki melalui kegiatan ekstrakurikuler. Namun kelemahan

full day school adalah rasa bosan pada siswa karena lamanya jam pelajaran,

perlunya perhatian dan kesungguhan dari pengelola untuk mengontrol program

full day school ini dengan baik.

3. Hubungan full day school dengan motivasi belajar biologi

Pendidikan merupakan salah satu akses untuk menuju masa depan yang

lebih baik, tentunya setiap orang menginginkan pendidikan yang layak bagi anak-

anaknya tidak hanya itu, pendidikan juga merupakan landasan berfikir manusia

kedepan nya untuk tidak tertinggal dari perkembangan zaman. Pesat nya

perkembangan zaman menuntut manusia untuk lebih berfikir keras dengan

perkembangan-perkembangan yang di hadapi kedepannya. Dengan adanya

pendidikan akan membantu manusia memecahkan suatu masalah, karena

pendidikan merupakan suatu kewajiban bagi setiap warna negara, sesuai dengan

isi UUD alenia ke empat yang berbunyi “memajukan kesejahteran umun,

mencerdaskan kehidupan bangasa”.

Pendidikan yang bermutu dan berkualitas tentunya didukung dari berbagai

aspek, yang paling penting adalah tenaga pengajar yang profesioanal juga

merupkan salah satu faktor penentu keberhasilan mutu pendidikan, dengan tenaga

pengajar yang sesuai bidang masing-masing maka di harapkan mampu

memberikan yang terbaik untuk pendidikan. Tidak hanya tenaga pengajar, namun

juga saran prasarana dan program yang di perlukan untuk mencapai pendidikan

yang berkualiatas, sarana prasarana sangat penting, karena hal tersebut merupakan

suatu penunjang keberlangsungan selama proses pendidikan, dengan adanya


31

sarana prasarana yang lengkap dan modern sangat membantu proses

perkembangan pendidikan, khususnya untuk jenjang pendidikan SMA yang akan

melanjutkan pendidikan ke tingkat universitas, juga dibutuhkan kualitas siswa

yang bermutu.

Peningkatan sarana dan pasaran juga harus di dukung dengan program-

program pendidikan yang terus di perbarui, banyak nya program pendidikan yang

di keluarkan oleh pemerintah untuk membantu memecahkan masalah. Pendidikan

dikarenakan hal biaya, banyak program yang dibuat pemerintah untuk memajukan

kesejateraan masyarakatnya, sesuai dengan UUD 1945 pasal 31 ayat (2)

yaitu“Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah

wajib membiayai nya”. Banyak nya Program pemintah untuk membantu

masyarakat yang kekurangan dalam hal baiaya seperti: dana BOS, Bina

Lingkungan, PMPAP, Bidik misi dan lainnya, untuk memajukan kualitas

pendidikan tentunya pemerintah juga menyiapkan program-program yang baru

demi menunjang kualitas pendidikan yang bermutu.

Program-program baru khususnya di bidang kurikulum pendidikan maupun

sistem pendidikan, pemerintah terus memperbaiki program tersebut agar dapat

diterima oleh siswa-siswi, orang tua dan masyarakat. Program yang dikeluarkan

oleh pemerintah tentunya bertujuan untuk memperbaiki pendidikan dari sebelum

nya, seperti yang telah di lakukan oleh pemerintah, dan di SMA Negeri 6

Tanjungpinang sudah menjalankan program full day school sejak tahun 2018 dan

banyak pergantian kurikulum pendidikan, seperti dari kurikulum KTSP,

kurikulum K13 dan sekarang K13 revisi yang di terapkan di sekolah dan program
32

tersebut bertujuan untuk membentuk kepribadian siswa dan meningkatkan

motivasi siswa dalam bidang akademik maupun non akademik.

1) Penelitian Relevan

Adapun penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini antara

lain:

1. Mufidatul Munawaroh (2007) yang berjudul :”Hubungan sikap siswa

dengan full day school dengan motivasi belajar siswa MTS Surya Buana”

menyimpulkan bahwa tingkat motivasi belajar siswa MTS Surya Buana

berbeda-beda karena dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu aspek instrinsik

dan ekstrinsik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa

MTS Surya Buana masuk pada kategori sedang dan rendah dengan

persentase masing-masing 36,59%.

2. Wirahyuni, dkk (2017) yang berjudul:” Pembelajaran Bahasa Indonesia

dalam Program “Full Day School” Pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 4

Singaraja” menyimpulkan bahwa Pembelajaran bahasa Indonesia dalam

program “full day school” pada siswa kelas XII SMA Negeri 4 Singaraja

berjalan cukup baik. Hasil belajar siswa kelas XII ini tergolong baik,

dengan rata-rata nilai yang diperoleh yaitu 7,5. Selanjutnya, dari hasil

kuesioner yang disebarkan kepada siswa dan guru diketahui bahwa

pembelajaran dengan program “full day school” ini menuai pro dan kontra.

Beberapa kelebihannya yaitu memudahkan siswa untuk mencari materi di

internet, metode pembelajaran dapat bervariasi, dan penjelasan materi dapat

dilakukan maksimal. Kekurangannya yaitu siswa terkadang tidak fokus


33

menggunakan internet untuk mencari materi, karena sering terjadi siswa

yang membuka akun media sosial saat pembelajaran, membutuhkan banyak

biaya terutama untuk membeli kuota internet, siswa sering mengantuk saat

metode pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik, serta guru

terkadang kewalahan memilih metode yang tepat dan menarik untuk

memotivasi siswa dalam belajar. Beberapa strategi, model, dan metode

pembelajaran bahasa Indonesia yang dipilih oleh guru ini dapat dijadikan

acuan untuk mengajarkan bahasa Indonesia sesuai dengan jenjang kelas dan

materi pembelajarannya.

3. Febriani, dkk (2018) yang berjudul:” Pengaruh Penerapan Full Day School

Terhadap Motivasi Belajar Siswa di SMA Negeri 9 Pekanbaru”

menyimpulkan bahwa : penerapan full day school memberikan sumbangan

terhadap motivasi belajar siswa di SMA Negeri 9 Pekanbaru. Berdasarkan

uji signifikan pengaruh yang dilakukan penelitian ini menunjukkan terdapat

pengaruh yang signifikan yang ditandai dengan Fhitung Ftabel, atau 27,716

3,97. Dengan demikian, Ho ditolak yang berarti ada pengaruh penerapan

full day school terhadap motivasi belajar siswa, atau semakin bagus

penerapan full day school maka semakin bagus pula motivasi belajar siswa

di SMA Negeri 9 Pekanbaru.

2) Kerangka Berpikir

Tujuan yang ingin di capai dalam proses pembelajaran,yaitu suatu

perubahan sikap dan perilaku anak didik sebagai hasil dari pembelajaran. Pada

dasarnya tujuan pembelajaran adalah untuk memperoleh pengetahuan dengan


34

suatu cara yang dapat melatih kemampun intelektual para siswa dan merangsang

keingintahuan serta memotivasi kemampuan siswa. Tinggi atau rendahnya

motivasi belajar siswa disebabkan oleh banyak faktor yang berasal dari dalam dan

dari luar. Motivasi belajar pasti terdapat didalam diri masing-masing siswa,siswa

yang memiliki motivasi belajar yang tinggi dapat dilihat dari kebiasaan bertingkah

laku seperti dalam mengerjakan tugas,pantang menyerah dalam mengerjakan soal-

soal,mau mencari dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru,belajar tanpa

disuruh orang lain.

Pembelajaran full day school merupakan pembelajaran yang seluruh

aktifitasnya berada di sekolah sejak pagi hari sampai dengan sore hari. Dengan

pengertian tersebut, maka sepanjang hari belajar bukan hanya menambah waktu

dan materi pembelajaran. Namun lebih dari itu, full day school dimaksudkan

untuk meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan dan pembelajaran.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa full day school adalah

pembelajaran sehari penuh dengan memadukan sistem pengajaran secara intensif

dengan menambahkan waktu khusus untuk pendalaman keagamaan dan

ekstrakurikuler siswa. Dalam proses pelaksanaan program full day school

tentunya tidak lepas dari hambatan yang menghadang. Anak yang sekolah full day

memiliki kesiapan belajar yang lebih tinggi dari pada anak-anak yang sekolah

setengah hari, sehingga secara tidak langsung hal ini akan terpengaruh pada

motivasi anak. Pembelajaran sekolah yang relatif lama terkadang siswa merasa

bosan dan tidak antusias dalam mengikuti pelajaran.


35

Oleh karena itu guru membuat suatu manejemen pembelajaran full day

school yang menyenangkan. Sekolah yang melaksanakan program full day perlu

mempertimbangkan kesiapan atau ketersedian sarana prasarana dan kesiapan fisik

lainnya, pola manejemen sekolah, penerapan pembelajaran berciri pembelajaran

aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan(PAKEM), memahami pengaruh

perubahan pola belajar dan pola hidup siswa, dan melakukan sosialisasi kepada

orang tua dan masyarakat.

Penerapan full day school yang dilaksanakan dari pagi sampai sore

membuat anak lebih lama berada di sekolah dari pada di rumah. Waktu bersama

keluarga lebih sedikit, belum lagi pada hari sabtu siswa harus ke sekolah untuk

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Dalam kegiatan intrakurikuler dan kegiatan

kokurikuler yang mana dalam kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan yang

dilaksanakan untuk pemenuhan kurikulum sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Sedangkan kegiatan kokurikuler dilaksanakan untuk

penguatan atau pendalaman kopetensi dasar pada mata pelajaran. Dalam kegiatan

kokurikuler siswa masih ada yang kurang aktif atau tidak memahami apa yang

telah dijelaskan oleh guru. Karena proses pembelajaran kurang menyenangkan

membuat siswa cepat merasa bosan. Pada saat jam pelajaran berlangsung masih

ada siswa yang bolos karena rendahnya motivasi belajar siswa itu sendiri.
36

Kondisi siswa dalam


pembelajaran sangat bervariasi
ada siswa yang sering Belum diketahui Tingkat
mengajukan pertanyaan, Motivasi Belajar Biologi
mengungkapkan pendapat, Siswa
maupun memberikan jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan
yang timbul dalam diskusi
namun ada pula yang hanya Mengumpulkan data
mendengarkan guru saja. menggunakan instrumen
angket kepada siswa kelas X
dan XI MIPA SMA Negeri 6
Tanjungpinang

Mendapat gambaran faktual


tentang hubungan penerapan
full day school dengan
motivasi belajar biologi siswa
pada kelas X dan XI MIPA
SMA Negeri 6 Tanjungpinang

Gambar 2.1. Kerangka berpikir


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Tanjungpinang dilaksanakan

pada bulan Maret-Mei 2019.

Tabel.1 Jadwal penelitian


Bulan
No Keterangan
Okt Des Feb Mar Apr Mei Jun Jul Sep
1. Usulan judul
Menulis
2. proposal
penelitian
Seminar
3.
proposal
Mengurus
4.
perizinan
Survey tempat
5.
penelitian
6. Penelitian
Mengolah
7.
data penelitian
8. Sidang skripsi
9. Cetak skripsi
10
Wisuda
.

A. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015: 80). Adapun

37
38

populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X dan XI dengan

jumlah 70 siswa berikut:

Tabel 1. Jumlah siswa kelas X dan XI SMA Negeri 6 Tanjungpinang


Kelas Jumlah
X MIPA 1 20 Siswa
X MIPA 2 20 Siswa
XI MIPA 30 Siswa
Total 70 Siswa
Sumber: Data primer yang sudah diolah

1. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel menururt Sugiyono (2015:81) adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki populasi.Sedangkan, Neolaka (2014:90) menyatakan

bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti. Dengan kata lain,

sampel bagian populasi yang diambil dan dapat mewakili karakteristik populasi.

Penentuan jumlah sampel pada pada penelitian ini menggunkan tabel penentuan

jumalah sampel dari populasi tertentu yang di kembangkan oleh Isaac dan

Michael dengan kesalahan 1% (Sugiyono, 2015:86-87). Dari tabel tersebut dapat

ditentukan secara langsung jumlah sampel berdasarkan jumlah populasi dan

tingkat kesalahan yang dikehendaki. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah

70 siswa, dengan tingkat kesalahan 1% dapat diperoleh jumlah sampel sebesar 63

siswa.

Teknik pengambilan sampel di dalam penelitian ini menggunakan teknik

Simple Random Sampling dikatakan simple karena teknik ini merupakan teknik

yang paling sederhana.Sampel diambil secara acak tanpa memperhatikan

tingkatan atau strata yang ada di dalam populasi.


39

Adapun penentuan sampel untuk setiap kelas dengan menggunakan rumus n

= (populasi kelas: jumlah populasi keseluruhan) X jumlah sampel yang

ditentukan sebagai berikut:

a. X MIPA 1 = 20 : 70 X 63 = 18 siswa

b. X MIPA 2 = 20 : 70 X 63 = 18 siswa

c. XI MIPA = 30 : 70 X 63 = 27 siswa

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena variabel

penelitian diukur dengan instrumen penelitian sehingga data yang diperoleh

berupa angka-angka dan dapat dianalisis menggunakan prosedur-prosedur

statistik (Creswell, 2016: 5). Penelitian ini merupakan penelitian studi korelasi

karena mempelajari dua variabel atau lebih, yakni sejauh mana variasai dalam

satu variabel berhubungan dengan variabel lain (Sudjana, Nana dan Ibrahim

2007:77). Hal ini senada dengan Arikunto (2009:270) ‘‘Penelitian korelasi

bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa

eratnya hubungan serta berarti atau tidak hubungan itu’’

Pemilihan metode deskriptif korelasional dalam penelitian ini didasarkan

dari penelitian yang ingin mengkaji dan melihat derajat Hubungan Penerapan

Full Day School dengan Motivasi Belajar Biologi Siswa di SMAN Negeri 6

Tanjungpinang.
40

C. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan cara yang dilakukan dari awal sampai

akhir dengan sistematis pada suatu penelitian. Dalam penelitian ini rancangan

penelitian yang dilakukan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Pra survey

Peneliti melakukan pra survey di SMA Negeri 6 Tanjungpinang. Pra survey

dilakukan dengan dengan cara mewawancarai guru bidang studi biologi.

b. Penyusunan Proposal Penelitian

Setelah melakukan pra survey dan menemukan masalah di SMA Negeri 6

Tanjungpinang, maka langkah selanjutnya peneliti menyusun proposal penelitian.

c. Membuat instrumen

Membuat instrumen penelitian berupa lembar angket tertutup dan angket

terbuka.

d. Validasi dan Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen digunakan untuk sampel penelitian. Terlebih dahulu

instrumen di validasi oleh validator untuk di validasi secara logis. Selanjutnya

instrumen diuji cobakan di luar sampel penelitian yaitu pada siswa kelas X dan

XI yang berjumlah 20 siswa. Tujuan diadakannya uji coba instrumen ini adalah

untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas instrumen yang akan

digunakan.
41

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini peneliti melakukan penelitian pengaruh

penerapan full day school terhadap motivasi belajar biologi dengan menggunakan

menyebarkan instrumen penelitian yaitu lembar angket kepada subjek penelitian.

3. Tahap Akhir

Tahap akhir peneliti melakukan analisis data dan pembahasan dari semua

data yang peroleh pada saat tahap pelaksanaan penelitian. Setelah itu dilanjutkan

dengan menarik kesimpulan untuk kemudian disusun menjadi laporan penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa

angket atau kuesioner tentang motivasi belajar dan full day school.

1. Angket atau kuesioner

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2013:199). Metode pengambilan data ini

digunakan untuk memperoleh data mengenai hubungan penerapan full day school

dengan motivasi belajar biologi siswa di SMA Negeri 6 Tanjungpinang.

Penelitian ini menggunakan jenis angket tertutup dan terbuka. Angket

tertutup terdiri dari pernyataan yang disertai dengan alternatif jawaban sehingga

responden tinggal memberikan tanda checklist (√) pada alternatif jawaban yang

sudah tersedia sesuai dengan keadaan subjek. Angket terbuka dianalisis dari hasil

kesimpulan yang didapat dari jawaban responden.


42

E. Instrumen Penelitian

Instrumen menurut Arikunto (2013:203) adalah alat atau fasilitas yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah

dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga

lebih mudah diolah. Sugiyono (2015:92) menyebutkan bahwa instrumen

penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Berikut

merupakan instrumen yang digunakan dalam penelitian:

1. Angket atau kuesioner

Instrumen angket atau kuesioner yang digunakan dalam untuk memperoleh

data mengenai hubungan penerapan full day school dengan motivasi belajar

biologi. Adapun angket atau kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini

sebagai berikut:

a. Angket tertutup

Angket tertutup yaitu angket yang telah dilengkapi dengan alternatif

jawaban dan responden tinggal memilihnya dengan memberikan tanda checklist

() pada alternatif jawaban yang sudah tersedia. Tahap-tahap pembuatan

instrumen adalah:

1. Membuat indikator instrumen penelitian berdasarkan kajian teori

2. Menjabarkan indikator-indikator tersebut dalam bentuk butir-butir instrumen

penelitian

3. Instrumen yang telah tersusun dikonsultasikan kepada ahli untuk diperbaiki

atau disempurnakan.
43

Dalam penelitian ini, penskoran dibuat dengan menggunakan skala

linkert. Terdapat empat alternatif jawaban yang diberikan kepada

responden, yaitu selalu (SL), sering (SR), jarang (JR), dan tidak pernah

(TP). Pernyataan yang disusun sebagai instrumen berupa pernyataan

positif dan pernyataan negatif.

Angket disusun berdasarkan kisi-kisi instrumen dari variabel-

variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu minat menjadi guru,

praktik pengalaman lapangan dan kesiapan menjadi guru. Kisi-kisi

instrumen penelitian:

Tabel 1. Kisi-kisi instrumen angket tertutup motivasi belajar.


Variabel Indikator/subindikator Nomor butir Jumlah
1. Tekun menghadapi tugas
 Mengerjakan latihan yang 1, 2, 3 3
diberikan guru.
 Mengulangi pelajaran dirumah.
 Mengerjakan pekerjaan rumah. 4, 5 2

2. Ulet menghadapi kesulitan


 Tidak memerlukan dorongan dari
luar untuk berprestasi. 6, 7 2
 Tidak mudah putus asa terhadap
Motivasi
Belajar apa yang telah di capai.
8, 9 2
3. Menunjukkan minat terhadap
bermacam-macam masalah
 Ada kemauan dalam
menyelesaikan tugas. 10, 11 2
 Ada kemauan dan hasrat dalam
menyelesaikan soal-soal dari guru. 12, 13 2

4. Lebih senang bekerja mandiri


 Tidak melihat hasil kerja teman.
 Menyelesaikan tugas sendiri.
14, 15 2
44

5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang


rutin
 Senang dengan tugas yang
bervariasi.
 Tidak menyukai selalu diberikan
tugas yang sama.

6. Tidak mudah melepaskan hal yang


diyakini.
 Tidak terpengaruh terhadap hasil
kerja orang lain.
 Yakin terhadap hasil yang telah
dikerjakan sendiri.

7. Senang mencari dan memecahkan


masalah.
 Mencari materi yang dianggap sulit
dan mencari pemecahannya.
 Bertanya kepada guru tentang
materi yang tidak dimengerti.

*) butir pernyataan negatif


Sumber: diadopsi dari Asparinda (2015:32-33) dengan modifikasi

Tabel 2. Kisi-kisi instrumen angket tertutup full day school


Variabel Indikator Sub Indikator Butir
Soal
1. Kegiatan full day school a. Kegiatan
pembelajaran 1, 2, 3

b. Kegiatan
keagamaan 4, 5

Full Day c. Kepribadian siswa 6, 7, 8


School

d. Ekstrakurikuler 9, 10

e. Kebiasaan (sikap, 11, 12,


pola dan tingkah 13
45

laku siswa)

*) butir pernyataan negatif


Sumber: diadopsi dari Noventia Aminingsih (2014) dengan modifikasi

b. Angket terbuka

Angket terbuka digunakan sebagai penunjang untuk melengkapi data yang

diperoleh dari angket tertutup. Pertanyataan/pertanyaan angket terbuka

dikembangkan berdasarkan indikator dari variabel minat menjadi guru, praktik

pengalaman lapangan dan kesiapan menjadi guru. Angket terbuka dianalisis dari

hasil kesimpulan yang didapat dari jawaban responden. Adapun kisi-kisi

insrumen angket terbuka (terlampir).

F. Teknik Analisis Data

1. Uji Instrumen Penelitian

Suatu instrumen dikatakan baik apabila memenuhi syarat penting, yaitu

valid dan reliabel. Instrumen dalam penelitian ini berupa angket. Untuk

mengetahui angket penelitian baik atau tidak maka perlu dilakukan uji validitas

dan uji reliabilitas. Perhitungan uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan

bantuan program SPSS Statistic 22.

a. Uji Validitas Instrumen

Uji validitas digunakan untuk mengukur tingkat kevalidan atau kesahihan

suatu intrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen yang

digunakan dapat mengukur apa yang akan diukur. Menurut Arikunto (2013:85)

dalam penelitian agar dapat memperoleh data yang valid maka instrumen atau

alat untuk mengevaluasi juga haruslah valid. Sugiyono (2013:173)


46

mengungkapkan bahwa instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Teknik korelasi product moment dari Pearson digunakan untuk menguji

validitas atau kesahihan butir. Rumus korelasi product moment ini adalah sebagai

berikut:

rxy= N ∑ XY −¿¿ ¿

Keterangan:
n : Jumlah responden
∑x : Skor item
∑y : Skor total Y
∑x2: : Jumlah kuadrat skor item
∑y2 : Jumlah kuadrat skor Y
∑XY : Jumlah perkalian skor item dengan skor total
rxy : Koefisien korelasi X terhadap Y
(Arikunto 2013:213)

Setelah rxy ditemukan kemudian dikonsultasikan dengan rtabel pada

taraf signifikansi 5% yaitu sebesar 0,361 untuk mengetahui butir yang

valid dan tidak valid. Apabila rhitung sama dengan atau lebih besar dari rtabel

dengan taraf signifikansi 5%, maka butir dari instrumen tersebut valid.

Sebaliknya, apabila diketahui rhitung lebih kecil dari rtabel maka butirdari

instrumen tersebut tidak valid(Sunyoto, 2011: 72). Butir-butir yang

digunakan dalam pengumpulan data adalah butir-butir yang valid.

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk mengetahui reliabilitas dalam

pengumpulan data penelitian. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila

instrumen tersebut ketika dipakai untuk mengukur suatu gejala yang sama dalam

waktu yang berlainan akan menunjukkan hasil yang sama atau dengan kata lain
47

instrumen tersebut menunjukkan hasil yang konsisten apabila digunakan sebagai

alat ukur pada waktu yang berbeda.

Dalam menguji reliabilitas instrumen digunakan rumus Alpha Cronbac.

Rumus ini digunakan karena angket yang digunakan dalam penelitian ini tidak

terdapat jawaban salah atau nol. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan

oleh Arikunto (2013:180) bahwa apabila terdapat instrumen yang dapat diberikan

skor dan skortersebut bukan 1 dan 0, maka uji coba dapat dilakukan dengan

menggunakan analisis rumus Alpha Cronbac. Uji reliabilitas dengan

menggunakan rumus Alpha Cronbac yaitu:

r11 =

Keterangan:
r11 : Reliabilitas instrumen
K : Banyaknya butir pertanyaan/banyaknya soal
∑σt 2
: Varians total soal
∑ σ b2 : Jumlah varian butir
(Arikunto 2013:239)

Selanjutnya hasil perhitungan r11 yang diperoleh diinterpretasikan

dengan tingkat keterandalan koefisien korelasi yang menurut Sugiyono

(2013:257) adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Interpretasi Reliabilitas Instrumen


Interval koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat

Dari kelima tingkat di atas, yang akan digunakan sebagai indikator

instrumen dinyatakan reliabel adalah 0,600. Jadi instrumen dikatakan reliabel jika
48

memiliki koefisien alpha lebih dari atau sama dengan 0,600. Sebaliknya, apabila

reliabilitas kurang dari 0,600 maka instrumen tersebut tidak reliabel.

2. Analisis Deskriptif

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk deskripsi data dari masing-

masing variabel, baik variabel bebas maupun terikat. Analisis data tersebut

meliputi penyajian mean, median, modus, standar deviasi,nilai maksimum, nilai

minimum, tabel distribusi frekuensi, histogram, tabel kecenderungan masing-

masing variabel, dan diagram lingkaran (pie chart) dilakukan dengan bantuan

program SPSS Statistic 22.

a. Mean, Median, Modus, Standar Deviasi, Nilai Maksimum, Nilai Minimum

Mean merupakan rata-rata hitung dari suatu kelompok. Mean dihitung

dengan menjumlahkan data seluruh individu dalam kelompok itu kemudian

dibagi dengan jumlah individu yang adapada kelompok tersebut. Median

merupakan nilai tengah dari kelompok data yang telah disusun urutannya dari

yang terkecil sampai yang terbesar, atau sebaliknya. Median membagi nilai-nilai

dari kelompok data menjadi dua bagian, yaitu setengah terletak di atas median

dan setengahnya terletak di bawah median.

Modus merupakan nilai data yang populer atau nilai yang sering muncul

dalam suatu kelompok. Standar deviasi merupakan ukuran persebaran data. Nilai

maksimum adalah skor terbesar yang diperoleh dari data dan nilai minimum

adalah skor terkecil yang diperoleh dari data (Sugiyono, 2017: 47-49).

b. Tabel frekuensi data

1. Menentukan jumlah kelas interval


49

Untuk menentukan kelas interval menggunakan rumus Sturges, yaitu :

k = 1+3,3 log n
Keterangan:
K : jumlah kelas atau banyak kelas
log : logaritma
n : banyaknya data
(Sugiyono, 2017: 35)

2. Menghitung rentang kelas

Untuk menentukan rentang kelas digunakan rumus sebagai berikut:

R = (xt-xr) +1
Keterangan:
R : rentang
Xt : data terbesar dalam suatu kelompok
xr : data terkecil dalam suatu kelompok

3. Menentukan panjang kelas

Untuk menentukan panjang kelas digunakan rumus sebagai berikut:

rentang kelas
panjang kelas=
jumlah interval kelas

(Sugiyono, 2017:36)

4. Membuat histogram

Histogram dibuat berdasarkan data frekuensi yang telah ditampilkan dalam

tabel distribusi frekuensi.

5. Menyusun tabel kecenderungan variabel

Deskripsi selanjutnya adalah dengan melakukan pengkategorian skor

masing-masing variabel. Dari skor tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam

tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah atau baik, cukup, dan tidak baik.

Pengkategorian ini dilakukan berdasarkan mean ideal (Mi) dan standar deviasi
50

ideal (SDi) yang diperoleh. Rumus yang digunakan untuk mengukur mean ideal

(Mi) dan standar deviasi ideal (SDi) adalah sebagai berikut:

1
Mi = (skor tertinggi+skor terendah)
2

1
SDi = (skor tertinggi–skor terendah)
6

Penentuan kategori skor mengacu pada Sudjiono (2014:176) adalah sebagai

berikut:

a) Kategori tinggi atau baik apabila responden mempunyai skor x ≥ (Mi+1SDi).

b) Kategori sedang atau cukup apabila responden mempunyai skor (Mi–1SDi)

≤x< (Mi+1SDi).

c) Kategori rendah atau tidak baik apabila responden mempunyai skor x< (Mi–

1SDi)

6. Diagram lingkaran (pie chart)

Diagram lingkaran dibuat berdasarkan data kecenderungan yang telah

ditampilkan dalam tabel kecenderungan variabel.

3. Uji Prasyarat Analisis

Sebelum data dianalisis maka terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan

analisis yaitu uji normalitas, uji linearitas dan uji multikolinearitas dilakukan

dengan bantuan program SPSS Statistic 22.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data sampel berasal dari

populasi berdistribusi normal. Rumus yang digunakan dalam dalam uji

normalitas ini adalah rumus Kolmogorov Smirnov sebagi berikut:

D = maksimum [Sn1(X) – Sn2 (X)]


51

Keterangan:
D : Angka selisih maksimum
Sn1 : Frekuensi kumulatif relatif
Sn2 : Frekuensi kumulatif teoritis
(Sugiyono, 2017:156)

Data dikatakan normal, apabila nilai signifikan lebih besar 0,05 pada

(P>0,05). Sebaliknya, apabila nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 pada (P<0,05),

maka data dikatakan tidak normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan

linier antara variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk mengetahui hubungan

linearitas dalam penelitian ini digunakan uji F pada taraf signifikansi 5% dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

RK reg
Freg=
Keterangan:RK res
Freg : Harga bilangan untuk garis regresi
RKreg : Rerata kuadrat untuk garis regresi
RKres : Rerata kuadrat garis residu
(Ghozali, 2016:160)

Selanjutnya Fhitung dikonsultasikan dengan Ftabel pada taraf

signifikansi 5%. Apabila Fhitung sama dengan atau lebih kecil dari Ftabel maka

terdapat hubungan linear antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

Sebaliknya, jika Fhitung lebih besar dari Ftabel maka hubungan antara variabel

bebas dengan variabel terikat tidak linear.

c. Uji Multikolinearitas
52

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi

yang tinggi antara variabel bebas dalam modelregresi. Asumsi multikolinearitas

menyatakan bahwa variabel bebas harus terbebas dari korelasi yang tinggi antar

variabel bebas. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya,

maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi

terganggu. Teknik statistik yang digunakan adalah dengan Product Moment dari

Pearson, yaitu sebagai berikut:

rxy= N ∑ XY −( ∑ X ¿) ¿ ¿ ¿

Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi
N : Jumlah subjek
∑X : Jumlah skor variabel minat menjadi guru dan PPL
∑XY : Jumlah skor kesiapan menjadi guru biologi
∑X2 : Jumlah perkalian antara variabel minat menjadi guru dan PPL dengan
kesiapan menjadi guru biologi
∑Y2 : Jumlah kuadrat dari variabel kesiapan menjadi guru
(Arikunto, 2010: 213)

Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel bebas sama

dengan atau kurang dari 0,70 maka model dapat dikatakan bebas dari asumsi

klasik multikolinearitas. Sebaliknya, jika nilai koefisien korelasi antar masing-

masing variabel bebas lebih dari 0,70 maka terjadi korelasi yang sangat kuat

antar variabel bebas sehingga terjadi multikolinearitas.

4. Uji Hipotesis

a. Analisis Regresi Sederhana


53

Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis yaitu adanya pengaruh

masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis regresi

sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh minat menjadi guru terhadap

kesiapan menjadi guru biologi (hipotesis 1), pengaruh praktik pengalaman

lapangan terhadap kesiapan menjadi guru biologi (hipotesis 2). Langkah-langkah

analisis regresi sederhana dilakukan dengan bantuan program SPSS Statistic 22

yang dijabarkan sebagai berikut.

1) Membuat persamaan garis regresi dengan rumus:

Y = a + bX

Harga a dan b dapat di cari dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan: a=
a : Bilangan 2 konstan
( ∑ Y i ) ( ∑ X i ) −( ∑ X i)(∑ X i Y i) b=
b : Bilangan koefisien prediktor
n∑ X 2i −¿
Y : Nilai variabel ¿
dependen yang diprediksikan
X : Nilai variabel indenpenden
(Sugiyono, 2017:261-262)

2) Mencari koefisien determinasi (r2) antara variabel X1dengan variabel Y,

variabel X2 dengan variabel Y. Rumus yang digunakan:

a1 ∑ x1 y a2 ∑ x2 y
r(1)2 = 2 r(2)2 =
Keterangan: ∑y ∑ y2
r(1.2)2 : Koefisien determinasi
a1 : Koefisien prediktor X1
a2 : Koefisien prediktor X2
∑x1y : Jumlah produk antara X1 dengan Y
∑x2y : Jumlah produk antara X2 dengan Y
∑y2 : Jumlah kuadrat kriterium Y
(Sugiyono, 2017:286)

Koefisien determinasi menunjukkan variansi yang terjadi pada variabel

terikat dapat dijelaskan melalui variansi yang terjadi pada variabel bebas.
54

3) Menguji Signifikansi dengan Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui signifikansi konstanta dari setiap variabel

bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat. Rumus yang digunakan

mengacu pada Sugiyono (2017: 230) yaitu:

t =
r √n−2
√ 1−r 2
Keterangan:
t : Nilai yang t hitung
r : Koefisien korelasi
n : Jumlah responden
r2 : Kuadrat koefisien korelasi

Kesimpulan dapat diambil dengan membandingkan thitungdengan ttabel dan

taraf signifikansinya 0,005 atau 5%. Apabila thitung sama dengan atau lebih besar

dari ttabel, maka pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat signifikan.

Sebaliknya, apabila thitung lebih kecil dari ttabel maka pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat tidak signifikan.

b. Analisis Regresi Ganda

Analisis regresi ganda digunakan untuk menguji hipotesis tiga yaitu terdapat

pengaruh positif minat menjadi guru, dan praktik pengalaman lapangan (PPL)

secara bersama-sama terhadap kesiapan menjadi guru biologi.Dengan

analisis regresi ganda, maka diketahui indeks korelasi ganda dari

kedua variabel bebas terhadap variabel terikat, koefisien determinan,

serta sumbangan relatif dan efektif masing-masing variabel bebas

terhadap variabel terikat. Langkah-langkah analisis regresi ganda adalah sebagai

berikut:
55

1) Membuat persamaan garis regresi dua prediktor

Ŷ = a + b1X1 + b2X2

Keterangan:
Ŷ : Subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan
a : Nilai Y ketika nilai X = 0 (harga konstan)
b1b2 : Koefisien regresi
X1X2 : Subjek pada variabel independen yang memiliki nilai tertentu
(Sugiyono, 2017:275)

Untuk menghitung a, b1, b2 digunakan persamaan sebagai berikut:

∑Y = an + b1∑X1 + b2∑X2
∑X1Y = a∑X1 + b1∑X12 + b2∑X1X2
∑X2Y = a∑X2 + b1∑X1X2 + b2∑X2
(Sugiyono, 2017:278)

2) Mencari koefisien determinasi (R2) antara variabel Y dengan variabel X1 dan

X2. Rumusnya sebagai berikut:

ry x 21 +ry x22 −2ry x 1 r x 1 x 2


Ry. x1x2=

Keterangan:
1−r x 1 x 22

Ry.x1x2 : Korelasi antara variabel X1 dan X2 secara bersama-sama


dengan
variabel Y
ryx1: Korelasi product moment antara X1 dengan Y
ryx2: Korelasi product moment antara X2 dengan Y
rx1x22 : Korelasi product moment antara X1 dengan X2
(Sugiyono, 2012:266)

Koefisien determinasi menunjukkan bahwa variansi yang terjadi pada

variabel terikat dapat dijelaskan melalui variansi yang terjadi pada variabel

bebas.

3) Menguji Signifikansi dengan Uji F

Rumus yang digunakan yaitu:

R 2 (N−m−1)
Freg =
m(1−R2 )
56

Keterangan:
Freg :Nilai F untuk regresi
N : Cacah kasus
m : Cacah prediktor
2
R : Koefisien determinasi
(Sugiyono, 2017:295)

Uji F untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antar

variabel. Apabila Freg lebih besar atau samadengan Ftabel pada taraf signifikansi

5% dari pengaruh antar variabel, maka terdapat pengaruh yang signifikan

antara variable bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya apabila Freg

lebihkecil dari Ftabel 5% maka pengaruh antar variabel tidak signifikan.

4) Mencari Sumbangan Relatif (SR) dan Sumbangan Efektif(SE)

a) Sumbangan Relatif (SR)

Sumbangan relatif adalah persentase perbandingan yang diberikan oleh

suatu variabel bebas kepada variabel terikat. Sumbangan relatif menunjukkan

seberapa besar sumbangan secara relatif setiap variabel bebas terhadap variabel

terikat untuk keperluan prediksi. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

α1 ∑ x 1 y
Prediktor X1= SR% = x 100%
JK reg
α2 ∑ x 2 y
Prediktor X2= SR% = x 100%
JK reg
Keterangan:
SR% : Sumbangan relatif dari suatu prediktor
α1 : Koefisien prediktor 1
α2 : Koefisien prediktor 2
∑X1Y : Jumlah produk antara X1 dengan Y
∑X2Y : Jumlah produk antara X2 dengan Y
JKreg : Jumlah kuadrat regresi
(Winarsunu, 2017: 204)
57

b) Sumbangan Efektif (SE)

Sumbangan efektif adalah sumbangan prediktor yang dihitung dari

keseluruhan efektivitas regresi yangdisebut sumbangan efektif regresi.

Sumbangan efektif digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan secara

efektif setiap variabel bebas terhadap variable terikat dengan tetap

memperhitungkan variabel bebas lain yang tidak diteliti. Untuk menghitung

besarnya sumbangan efektif digunakan rumus sebagai berikut:

Prediktor X1= SE%X1 = SR%X1 x R2

Prediktor X2= SE%X2 = SR%X2 x R2


Keterangan:
SE%X1 : Sumbangan efektif X1
SE%X2 : Sumbangan efektif X2
SR%X1 : Sumbangan relatif X1
SR%X1 : Sumbangan relatif X2
R2 : Koefisien determinasi
(Winarsunu,2017:204)
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2016. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.s

Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka

Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta

Creswell, Jhon W. 2016. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,


dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Febriani,Intan.Erlinda,Sri.Arianto,Jumili.2018.Pengaruh Penerapan Full day


school Terhadap Motivasi Belajar Siswa di SMA Negeri 9
Pekanbaru.Universitas Riau.

Hamalik.2011.Proses Belajar Mengajar.Jakarta: PT Bumi Aksara

Hamzah B Uno. 2013. Teori motivasi dan pengukurannya. Jakarta. Bumi


Aksara

Haryu Islamuddin. 2012. Psikologi pendidikan. Yogyakarta. Pustaka


pelajar

Jamal Ma’amur Asmani. 2017. Full Day School. Yogyakarta: Ar-Ruzz


Media

Jihad,Asep.Haris,Abdul.2012.Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi


Pressindo

Rusman.2014. Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme


Guru). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana, Nana dan Ibrahim 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.


Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D). Penerbit CV. Alfabeta: Bandung.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. Bandung: Alfabeta.

55
56

Suyono.2014. Implementasi Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Reid. 2009.Memotivasi Siswa di Kelas (gagasan dan strategi). Jakarta: PT


Indeks

Rohman.2018. Kejenuhan Belajar Pada Siswa di Sekolah Dasar Full Day


School.Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.

Munawaroh.2007. Hubungan antara Sikap Siswa terhadap full day school


dengan motivasi belajar siswa MTS Buana. Universitas Negeri Malang.

Wahyuni dwi pebriani, Djatmika Try Eri,As’ari Rahman Abdur.2018. Pengaruh


Full Day School dan Gerakan Literasi Sekolah terhadap Hasil Belajar dengan
Mediasi Motivasi Belajar. Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai