DOSEN PEMBIMBING:
Ns.YULIANTO,S.Kep, MPH
DI SUSUN OLEH :
RIMA ISNAENY
NIM : P031914472018
TA. 2020/2021
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit asma berasal dari kata “asthma” yang diambil dari bahasa
Yunani yang berarti “sukar bernapas.” Penyakit asma dikenal karena adanya
gejala sesak napas, batuk dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan
saluran napas.Banyak kasus-kasus penyakit asma di masyarakat yang tidak
terdiagnosis, yangsudah terdiagnosis pun belum tentu mendapatkan
pengobatan secara baik.
2
Kontrol yang baik inidiharapkan dapat mencegah terjadinya eksaserbasi
(kumatnya gejala penyakit asma),menormalkan fungsi paru, memperoleh
aktivitas sosial yang baik dan meningkatkankualitas hidup pasien.Anda bisa
mengenal penyakit asma lebih lanjut dalam halaman detail ini
meliputigejala asma, diagnosa asma, penyebab asma, faktor pencetus asma, pe
ngobatan, pengcegahan dan hidup bersama asma.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk menambah pemahaman
klinis asma bronkial khususnya dari segi diagnosis, pengenalanetiologi, faktor
risiko, patofisiologi, dan penatalaksanaan terkait kasus
1.Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan asma bro
nchial
2.Tujuan Khusus
c.Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan asma
bronchial.
d.Mampu melaksanakan tindakan keperawatan
pada pasien dengan asma bronchial.
e.Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan asma bronch
ia
f.Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan secara baik dan benar.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Asthma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu
penyakit obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan
bronchospasme, inflamasi dan peningkatan sekresi jalan napas terhadap berbagai
stimulan.
B. Patofisiologi
Astma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif
dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.
Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan
zat antibodi tubuh muncul ( immunoglobulin E atau IgE ) dengan adanya alergi. IgE
di muculkan pada reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan antigen menyebabkan
pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan
gejala asthma.
Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang ditandai
dengan bronkokontriksi ( 1-2 jam ); tahap delayed dimana brokokontriksi dapat
berulang dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama ; tahap late yang
ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau
bulan.
Astma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara
dingin. Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan peningkatan
sekresi mukus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian
meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distres pernafasan
Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi
karena edema pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan
perubahan pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat
ventilasi dan saturasi 02, sehingga terjadi penurunan p02 ( hipoxia).
4
Alergen, Infeksi, Exercise ( Stimulus Imunologik dan Non Imunologik )
IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan napas
Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan
diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastosit
Asma
a. Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif
pola nafas berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosa dan
meningkatnya produksi sekret.
b. Fatigue berhubungan dengan hypoxia meningkatnya usaha nafas.
c. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distress pernafasan
d. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya
pernafasan dan menurunnya intake cairan
e. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik
5
f. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan
pengobatan
6
C. Komplikasi
D. Etiologi
E. Manifestasi klinis
7
F. Pemeriksaan Diagnostik
8
d. Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus.
Prednison : 0,5 – 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).
9
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
B. Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8
tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma
episodik yang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan
berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat
terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan
dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma
tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik
atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun
akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan
hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan
yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki.
C. Keluhan utama
Batuk-batuk dan sesak napas.
10
C.5 Riwayat tumbuh kembang
11
Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan
keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar – salah untuk
menghindari hukuman.
Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik,
jelek,pendek-tinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin,
membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.
Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation –
Separation “. Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama
pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan
dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.
Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih
dari 2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4
kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti
binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima
atau memberikan perintah sederhana.
Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan
permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang
lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa dia
mempunyai lingkungan luar.
Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain
yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan
pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat,
berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.
12
Gizi baik 80 % - 110 %
Obesitas lebih dari 120 %
13
C.9.5 Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan
minum, mukosa mulut kering.
14
Kriteria : Tidak iritabel, dapat beradaptasi dan aktivitas sesuai dengan
kondisi.
Intervensi :
a. Kaji tanda dan gejala hypoxia; kegelisahann fatigue, iritabel,
tachycardia, tachypnea.
b. Hindari seringnya melakukan intervensi yang tidak penting yang dapat
membuat anak lelah, berikan istirahat yang cukup.
c. Intrusikan pada orang tua untuk tetap berada didekat anak.
d. Berikan kenyamanan fisik; support dengan bantal dan pengaturan posisi.
e. Berikan oksigen humidifikasi sesuai program.
f. Berikan nebulizer; kemudian pantau bunyi nafas, dan usaha nafas
setelah terapi.
g. Setelah krisis, ajarkan untuk aktivitas yang sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan untuk meningkatkan ventilasi,dan
memperluas perkembangan psikososial.
3. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distres pernafasan.
Tujuan : Kecemasan menurun
Kriteria : Anak tenang dan dapat mengekspresikan perasaannya, orang tua
merasa tenang dan berpartisipasi dalam perawatan anak.
a.Ajarkan teknik relaksasi; latihan nafas, melibatkan penggunaan bibir dan
perut, dan ajarkan untuk berimajinasi.
b. Pertahankan lingkungan yang tenang ; temani anak, dan berikan support.
c.Ajarkan untuk ekspresi perasaan secara verbal
d. Berikan terapi bermain sesuai dengan kondisi.
e.Informasikan tentang perawatan, pengobatan dan kondisi anak.
f. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan.
4. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya
pernafasan dan menurunnya intake cairan.
Goal : Status hidrasi adekuat
Kriteria : Turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, intake cairan
sesuai dengan usia dan berat badan, output urine > 2 ml/ kg per jam.
a. Monitor intake dan output, mukosa membran, turgor kulit, pengeluaran
urin, ukur grapitasi urin atau berat jenis urin ( nilai 1.003-1030 ).
b. Monitor elektrolit
c. Kaji warna sputum, konsistensi dan jumlah
15
d. Pertahankan terapi parenteral bila indikasi, dan monitor kelebihan
caiaran ( overload )
e. Berikan intake cairan per oral bila toleran, hati-hati minuman yang dapat
meningkatkan bronkospasme ( air dingin ).
f. Setelah fase akut, ajarkan anak dan orang tua untuk minum 3-8 gelas
(750-2000 ml), tergantung usia dan berat badan.
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik.
Goal : Orang tua mendemonstrasikan koping yang tepat
Kriteria : Mengekspresikan perasaan dan perhatian serta memberikan
aktivitas yang sesuai usia atau kondisi dan perkembangan
psikososial pada anak.
a.Berikan kesempatan pada orang tua untuk ekspresi perasaan.
b. Kaji mekanisme koping sebelumnya pada waktu stress
c.Jelaskan prosedur dan pengobatan yang diberikan
d. Informasikan kepada orang tua tentang kondisi anak
e.Identifikasi sumber-sumber psikososial keluarga dan finansial
6. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan
pengobatan.
Goal : Orang tua secara verbal memahami proses penyakit dan
pengobatan dan mengikuti regimen terapi yang diberikan.
Kriteria : Berpartispasi dalam memberikan perawatan pada anak sesuai
dengan program medik atau perawatan, misalnya memberikan makan dan
minum yang cukup, memberi minum obat oral pada anak sesuai program.
a. Kaji pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit, pengobatan dan
intervensi.
b. Bantu untuk mengidentifikasi faktor pencetus.
c. Jelaskan tentang emosi dan stres yang dapat menjadi faktor pencetus.
d. Jelaskan tentang pentingnya pengobatan; dosis, efek samping, waktu
pemberian dan pemeriksaan darah.
e. Informasikan tanda dan gejala yang harus dilaporkan dan kontrol ulang.
f. Informasikan pentingnya program aktivitas dan latihan nafas.
g. Jelaskan tentang pentingnya terapi bermain sesuai usia.
PERENCANAAN PEMULANGAN
Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan gambar-gambar atau
16
phantom.
Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah.
Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-debu, karpet, bulu
binatang dan lainnya.
Jelaskan tanda-tanda bahaya akan muncul.
Ajarkan penggunaan nebulizer.
Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama obat, dosis, efek
samping, waktu pemberian.
Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut dan stress.
Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan nafas.
Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat.
17
DAFTAR PUSTAKA
Panitia Media Farmasi dan Terapi. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi LAB/UPF
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan
Infomedika Jakarta.
Suriadi dan Yuliana R.(2001) Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1 Penerbit CV
Sagung Seto Jakarta.
18