Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“ASKEP anak dengan Asma”

DOSEN PEMBIMBING:

Ns.YULIANTO,S.Kep, MPH

DI SUSUN OLEH :

RIMA ISNAENY

YUDHA OKTA ALVIAN

NIM : P031914472018

PRODI D III KEPERAWATAN DI LUAR KAMPUS UTAMA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


RIAU

( POLTEKKES KEMENKES RIAU )

TA. 2020/2021

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Asma bronkial adalah suatu kelainan inflamasi


(peradangan) kronik saluran nafas yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus
terhadap berbagairangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang
berupa
mengi, batuk, sesak nafas, dan rasa berat di dada terutama pada malam hari da
natau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau
tanpa pengobatan.

Penyakit asma berasal dari kata “asthma” yang diambil dari bahasa
Yunani yang berarti “sukar bernapas.” Penyakit asma dikenal karena adanya
gejala sesak napas, batuk dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan
saluran napas.Banyak kasus-kasus penyakit asma di masyarakat yang tidak
terdiagnosis, yangsudah terdiagnosis pun belum tentu mendapatkan
pengobatan secara baik.

Disamping itu banyak permasalahan kesehatan


lainyang menyertai berupa gangguan organ tubuh lain, gangguan perilaku dan 
permasalahan kesehatan lainnya,Penyakit asma adalah penyakit yang
mempunyai banyak faktor penyebab, dimanayang paling sering karena faktor
atopi atau alergi. Faktor-faktor penyebab dan pemicu penyakit asma antara
lain debu rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok,asap obat
nyamuk, dan lain-lain.Penyakit ini merupakan penyakit keturunan. Bila salah
satu atau kedua orang tua,kakek atau nenek anak menderita penyakit asma
maka bisa diturunkan ke anak. Prof Dr. dr Heru Sundaru, Sp.PD, KAI, Guru
Besar Tetap FKUI menjelaskan, “penyakitasma bukan penyakit menular tapi
penyakit keturunan.

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 300 juta


orang didunia mengidap penyakit asma dan 225 ribu orang meninggal karena
penyakit asma pada tahun 2005 lalu. Hasil penelitian International Study on
Asthma and Alergies inChildhood pada tahun yang sama menunjukkan bahwa
di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2%
menjadi 5,4 %.Penyakit asma tidak dapat disembuhkan dan obat-obatan yang
ada saat ini
hanya berfungsi menghilangkan gejala. Namun, dengan mengontrol penyakit 
asma, penderita penyakit asma bisa bebas dari gejala penyakit asma yang
mengganggusehingga dapat menjalani aktivitas hidup sehari-
hari.Mengingat banyaknya faktor risiko yang berperan, maka prioritas
pengobatan penyakit asma sejauh ini ditujukan untuk mengontrol gejala.

2
Kontrol yang baik inidiharapkan dapat mencegah terjadinya eksaserbasi
(kumatnya gejala penyakit asma),menormalkan fungsi paru, memperoleh
aktivitas sosial yang baik dan meningkatkankualitas hidup pasien.Anda bisa
mengenal penyakit asma lebih lanjut dalam halaman detail ini
meliputigejala asma, diagnosa asma, penyebab asma, faktor pencetus asma, pe
ngobatan, pengcegahan dan hidup bersama asma.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Asma pada anak ?

2. Apa etiologi dari Asma pada anak ?

3. Apa tanda dan gejala dari Asma pada anak?

4. Bagimana komplikasi Asma pada anak ?

5. Bagaimana pemeriksaan diagnostic Asma pada anak?

6. Bagaimana Askep Asma pada anak ?

C. Tujuan

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk menambah pemahaman
klinis asma bronkial khususnya dari segi diagnosis, pengenalanetiologi, faktor
risiko, patofisiologi, dan penatalaksanaan terkait kasus

1.Tujuan Umum

Penulis dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan asma bro
nchial

2.Tujuan Khusus

a.Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengna asma bronchial.

b.Mampu menentukan masalah atau diagnosa keperawatan pada pasien


dengan asma bronchial.

c.Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan asma
bronchial.

d.Mampu melaksanakan tindakan keperawatan
pada pasien dengan asma bronchial.

e.Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan asma bronch
ia

f.Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan secara baik dan benar.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Asthma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu
penyakit obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan
bronchospasme, inflamasi dan peningkatan sekresi jalan napas terhadap berbagai
stimulan.

B. Patofisiologi

Astma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif
dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.

Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan
zat antibodi tubuh muncul ( immunoglobulin E atau IgE ) dengan adanya alergi. IgE
di muculkan pada reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan antigen menyebabkan
pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan
gejala asthma.

Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang ditandai
dengan bronkokontriksi ( 1-2 jam ); tahap delayed dimana brokokontriksi dapat
berulang dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama ; tahap late yang
ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau
bulan.

Astma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara
dingin. Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan peningkatan
sekresi mukus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian
meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distres pernafasan

Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi
karena edema pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan
perubahan pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat
ventilasi dan saturasi 02, sehingga terjadi penurunan p02 ( hipoxia).

4
Alergen, Infeksi, Exercise ( Stimulus Imunologik dan Non Imunologik )

Merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel T helper

IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan napas

Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan
diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastosit

Akibat ikatan antigen-IgE, mastosit mengalami degranulasi dan melepaskan mediator


radang ( histamin )

Peningkatan permeabilitas kapiler ( edema bronkus )


Peningkatan produksi mukus ( sumbatan sekret )
Kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persarafan simpatis ( N.X )

Hiperresponsif jalan napas

Asma

a. Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif
pola nafas berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosa dan
meningkatnya produksi sekret.
b. Fatigue berhubungan dengan hypoxia meningkatnya usaha nafas.
c. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distress pernafasan
d. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya
pernafasan dan menurunnya intake cairan
e. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik

5
f. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan
pengobatan

6
C. Komplikasi

a. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas


b. Chronik persistent bronchitis
c. Bronchiolitis
d. Pneumonia
e. Emphysema.

D. Etiologi

a. Faktor ekstrinsik :reaksi antigen- antibodi; karena inhalasi alergen (debu,


serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang).
b.Faktor intrinsik; infeksi: para influenza virus,
pneumonia,Mycoplasma..Kemudian dari fisik; cuaca dingin, perubahan
temperatur. Iritan; kimia.Polusi udara ( CO, asap rokok, parfum ). Emosional;
takut, cemas, dan tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor
pencetus.

E. Manifestasi klinis

a. Auskultasi :Wheezing, ronki kering musikal, ronki basah sedang.


b. Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori pernafasan,
cuping hidung, retraksi dada,dan stridor.
c. Batuk kering ( tidak produktif ) karena sekret kental dan lumen jalan nafas
sempit.
d. Tachypnea, orthopnea.
e. Diaphoresis
f. Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan.
g. Fatigue.
h. Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara.
i. Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran.
j. Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat ekshalasi
yang sulit karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi hipersonor.
k. Serangan yang tiba-tiba atau berangsur.
l. Bila serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin sianosis.
m. X foto dada : atelektasis tersebar, “Hyperserated”

7
F. Pemeriksaan Diagnostik

a. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik


b. Foto rontgen
c. Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil
biasanya meningkat dalam darah dan sputum
d. Pemeriksaan alergi
e. Pulse oximetri
f. Analisa gas darah.

G. Penatalaksanaan serangan asma akut :

a. Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.


a. Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat
diulang setiap 20 menit sampai 3 kali.
b. Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini ( per
oral ) :
b. Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :
i. Efedrin : 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam
ii. Salbutamol : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
iii. Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam
iv. Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia,
tremor, hipertensi dan insomnia, . Intervensi keperawatan
jelaskan pada orang tua tentang efek samping obat dan monitor
efek samping obat.

c. Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi bronkospasme


dan meningkatkan bersihan jalan nafas.
i. Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
ii. Teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
iii. Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per
menit.Efek samping tachycardia, dysrhytmia, palpitasi, iritasi
gastrointistinal,rangsangan sistem saraf pusat;gejala
toxic;sering muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan
kejang. Intervensi keperawatan; atur aliran infus secara ketat,
gunakan alat infus kusus misalnya infus pump.

8
d. Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus.
Prednison : 0,5 – 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).

9
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

B. Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8
tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma
episodik yang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan
berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat
terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan
dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma
tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik
atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun
akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan
hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan
yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki.

C. Keluhan utama
Batuk-batuk dan sesak napas.

C.1 Riwayat penyakit sekarang


Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.

C.2 Riwayat penyakit terdahulu


Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.

C.3 Riwayat penyakit keluarga


Penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu,
disamping faktor yang lain.

C.4 Riwayat kesehatan lingkungan


Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah,
misalnya tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat
di rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap
rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan kelembaban
udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma.

10
C.5 Riwayat tumbuh kembang

C.5.1 Tahap pertumbuhan


Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram
mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi
ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7
kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata
pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan
tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12
tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra
sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm.
Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada
anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.

C.5.2 Tahap perkembangan.


Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa
bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak
dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi anak
peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang
ketrampilan motorik dan bahasanya.
Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada
fase oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak
berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat
dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke
ayahnya ).
Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap
preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase
pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum
sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan
magical thinking.
Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai
melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi,
memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan
peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.

11
Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan
keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar – salah untuk
menghindari hukuman.
Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik,
jelek,pendek-tinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin,
membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.
Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation –
Separation “. Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama
pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan
dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.
Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih
dari 2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4
kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti
binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima
atau memberikan perintah sederhana.
Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan
permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang
lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa dia
mempunyai lingkungan luar.
Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain
yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan
pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat,
berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.

C.6 Riwayat imunisasi


Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap
antara lain : BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.

C.7 Riwayat nutrisi


Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan
kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan
berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
BBSekarang
Status Gizi   100%
BBideal
Klasifikasinya sebagai berikut :
 Gizi buruk kurang dari 60%
 Gizi kurang 60 % - <80 %

12
 Gizi baik 80 % - 110 %
 Obesitas lebih dari 120 %

C.8 Dampak Hospitalisasi


Sumber stressor :
1. Perpisahan
a. Protes : pergi, menendang, menangis
b. Putus asa : tidak aktif, menarik diri,
depresi, regresi
c. Menerima : tertarik dengan
lingkungan, interaksi
2. Kehilangan kontrol : ketergantungan fisik,
perubahan rutinitas, ketergantungan, ini akan menyebabkan anak
malu, bersalah dan takut.
3. Perlukaan tubuh : konkrit tentang penyebab
sakit.
4. Lingkungan baru, memulai sosialisasi
lingkungan.

C.9 Pemeriksaan Fisik / Pengkajian Persistem

C.9.1 Sistem Pernapasan / Respirasi


Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel
chest, penggunaan otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan
penurunan O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar
wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering musikal.

C.9.2 Sistem Cardiovaskuler


Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.

C.9.3 Sistem Persyarafan / neurologi


Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah,
rewel, cengeng → apatis → sopor → coma.

C.9.4 Sistem perkemihan


Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat
sesak nafas.

13
C.9.5 Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan
minum, mukosa mulut kering.

C.9.6 Sistem integumen


Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN, TUJUAN, KRITERIA HASIL, RENCANA


INTERVENSI
1. Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif
pola nafas berhubungan dengan bronkospasme, udem mukosal dan
meningkatnya sekret.
Tujuan : Anak menunjukkan pertukaran gas yang normal, bersihan jalan
nafas yang efektif dan pola nafas dalam batas normal.
Kriteria hasil : PO2 dan CO2 dalam batas nilai normal, tidak sesak
nafas, batuk produktif, cianosis tdak ada, tidak ada tachypnea,ronki dan
wheesing tidak ada
Intervensi :
a. Pertahankan kepatenan jalan nafas; pertahankan support ventilasi
bila diperlukan ( oksigen 2 ml dengan kanule ).
b. Kaji fungsi pernafasan; auskultasi bunyi nafas, kaji kulit setiap 15
menit sampai 4 jam.
c. Berikan oksigen sesuai program dan pantau pulse oximetry.
d. Kaji kenyamanan posisi tidur anak.
e. Monitor efek samping pengobatan; monitor serum
darah;theophyline dan catat kemudian laporkan dokter. Normalnya 10-
20 ug/ml pada semua usia.
f. Berikan cairan yang adekuat per oral atau peranteral
g. Pemberian terapi pernafasan; nebulizer, fisioterapi dada, ajarkan
batuk dan nafas dalam efektif setelah pengobatan dan pengisapan sekret (
suction ).
h. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan pada anak untuk
menurunkan kecemasan.
i. Berikan terapi bermai sesuai usia.
2. Fatigue berhubungan dengan hipoksia dan meningkatnya usaha nafas.
Tujuan : Anak tidak tampak fatigue.

14
Kriteria : Tidak iritabel, dapat beradaptasi dan aktivitas sesuai dengan
kondisi.
Intervensi :
a. Kaji tanda dan gejala hypoxia; kegelisahann fatigue, iritabel,
tachycardia, tachypnea.
b. Hindari seringnya melakukan intervensi yang tidak penting yang dapat
membuat anak lelah, berikan istirahat yang cukup.
c. Intrusikan pada orang tua untuk tetap berada didekat anak.
d. Berikan kenyamanan fisik; support dengan bantal dan pengaturan posisi.
e. Berikan oksigen humidifikasi sesuai program.
f. Berikan nebulizer; kemudian pantau bunyi nafas, dan usaha nafas
setelah terapi.
g. Setelah krisis, ajarkan untuk aktivitas yang sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan untuk meningkatkan ventilasi,dan
memperluas perkembangan psikososial.
3. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distres pernafasan.
Tujuan : Kecemasan menurun
Kriteria : Anak tenang dan dapat mengekspresikan perasaannya, orang tua
merasa tenang dan berpartisipasi dalam perawatan anak.
a.Ajarkan teknik relaksasi; latihan nafas, melibatkan penggunaan bibir dan
perut, dan ajarkan untuk berimajinasi.
b. Pertahankan lingkungan yang tenang ; temani anak, dan berikan support.
c.Ajarkan untuk ekspresi perasaan secara verbal
d. Berikan terapi bermain sesuai dengan kondisi.
e.Informasikan tentang perawatan, pengobatan dan kondisi anak.
f. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan.
4. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya
pernafasan dan menurunnya intake cairan.
Goal : Status hidrasi adekuat
Kriteria : Turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, intake cairan
sesuai dengan usia dan berat badan, output urine > 2 ml/ kg per jam.
a. Monitor intake dan output, mukosa membran, turgor kulit, pengeluaran
urin, ukur grapitasi urin atau berat jenis urin ( nilai 1.003-1030 ).
b. Monitor elektrolit
c. Kaji warna sputum, konsistensi dan jumlah

15
d. Pertahankan terapi parenteral bila indikasi, dan monitor kelebihan
caiaran ( overload )
e. Berikan intake cairan per oral bila toleran, hati-hati minuman yang dapat
meningkatkan bronkospasme ( air dingin ).
f. Setelah fase akut, ajarkan anak dan orang tua untuk minum 3-8 gelas
(750-2000 ml), tergantung usia dan berat badan.
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik.
Goal : Orang tua mendemonstrasikan koping yang tepat
Kriteria : Mengekspresikan perasaan dan perhatian serta memberikan
aktivitas yang sesuai usia atau kondisi dan perkembangan
psikososial pada anak.
a.Berikan kesempatan pada orang tua untuk ekspresi perasaan.
b. Kaji mekanisme koping sebelumnya pada waktu stress
c.Jelaskan prosedur dan pengobatan yang diberikan
d. Informasikan kepada orang tua tentang kondisi anak
e.Identifikasi sumber-sumber psikososial keluarga dan finansial
6. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan
pengobatan.
Goal : Orang tua secara verbal memahami proses penyakit dan
pengobatan dan mengikuti regimen terapi yang diberikan.
Kriteria : Berpartispasi dalam memberikan perawatan pada anak sesuai
dengan program medik atau perawatan, misalnya memberikan makan dan
minum yang cukup, memberi minum obat oral pada anak sesuai program.
a. Kaji pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit, pengobatan dan
intervensi.
b. Bantu untuk mengidentifikasi faktor pencetus.
c. Jelaskan tentang emosi dan stres yang dapat menjadi faktor pencetus.
d. Jelaskan tentang pentingnya pengobatan; dosis, efek samping, waktu
pemberian dan pemeriksaan darah.
e. Informasikan tanda dan gejala yang harus dilaporkan dan kontrol ulang.
f. Informasikan pentingnya program aktivitas dan latihan nafas.
g. Jelaskan tentang pentingnya terapi bermain sesuai usia.

PERENCANAAN PEMULANGAN
 Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan gambar-gambar atau

16
phantom.
 Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah.
 Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-debu, karpet, bulu
binatang dan lainnya.
 Jelaskan tanda-tanda bahaya akan muncul.
 Ajarkan penggunaan nebulizer.
 Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama obat, dosis, efek
samping, waktu pemberian.
 Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut dan stress.
 Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan nafas.
 Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Panitia Media Farmasi dan Terapi. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi LAB/UPF
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya

Soetjningsih. (1998). Tumbuh kembang anak . Cetakan kedua. EGC. Jakarta

Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan
Infomedika Jakarta.

Suriadi dan Yuliana R.(2001) Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1 Penerbit CV
Sagung Seto Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai