Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki sember daya alam yang melimpah namun
sayangnya sumber daya tersebut masih belum bisa dimanfaatkan dengan baik. Selain itu,
masalah yang dihadapi Indonesia sebagai negara berkembang yang mempunyai wilayah yang
sangat luas adalah ketidakmerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Untuk itu,
diperlukan investor baik dari dalam negeri maupun luar negeri guna membantu pemerintah
dalam memanfaatkan sumber daya yang ada dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Perkembangan investasi di Indonesia saat ini mengalami penurunan karena dampak dari
COVID19. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan empat insentif pajak untuk
Wajib Pajak (WP) yang terkena dampak virus corona Covid-19. Keempat insentif tersebut terkait
dengan ketentuan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, PPh Pasal 22 Impor, PPh Pasal 25, dan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pemerintah memberikan fasilitas pajak salah satunya tercantum 
dalam Pasal 31 A Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pemberian fasilitas pajak
kepada investor yang melakukan penenaman modal dibidang usaha tertentu dan didaerah tertentu
yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional, kemudian diatur dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 18 tahun 2015. Sementara itu, juga terdapat fasilitas pembebasan atau
pengurangan pajak penghasilan badan dalam rangka penanaman yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah nomor 94 Tahun 2010.Pada pembahasan makalah kali akan membahas tentang
Insentif Pajak

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan Insentif Pajak?
2. Apa saja jenis-jenis Insentif Pajak?
3. Pengertian insentif pajak yang di keluarkan Menteri Keuangan akibat corona Covid-19.

1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui perkembangan tentang permasalah pajak yang terjadi saat ini dan selain
itu untuk mengetahui apa saja dampak permasalah pajak sejak adanya virus corona atau
COVID-19 tersebut.

1.4 MANFAAT
Agar mahasiswa fakultas hukum memahami bagaimana cara untuk mengatasi permalahan
pajak yang terjadi pada saat ini akibat virus corona atau COVID-19.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Insentif Pajak

Menurut Cascio (1995 : 377), “ ..an incentive are variable reward, granded to
individuals on groups, that recognize differences in achieving results. They are designed to
stimulate or motivate greater employee effort on productivity”. Dari definisi tersebut insentif
dapat diartikan sebagai berikut : insentif adalah variabel penghargaan yang diberikan kepada
individu dalam suatu kelompok. Harsono (2004:21) berpendapat,  insentif adalah setiap sistem
kompensasi dimana jumlah yang diberikan tergantung pada hasil yang dicapai, yang berarti
menawarkan sesuatu yang berarti menawarkan sesuatu insentif kepada pekerja untuk mencapai
hasil yang lebih baik.

Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian insentif


merupakan alat untuk mendorong karyawan agar lebih meningkatkan produktivitas kerja untuk
mencapai  tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Definisi Insentif pajak menurut Suandy
(2003) adalah suatu pemberian fasilitas perpajakan yang diberikan kepada investor luar negeri
untuk aktifitas tertentu atau untuk suatu wilayah tertentu. Zee, H.H, stotsky dan Ley
mendefinisikan insentif pajak seperti yang dikutip oleh Alex Easson (2004).

Insentif pajak merupakan suatu instrumen dari sistem perpajakan yang dapat
dipergunakan untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi. Beberapa negara di kawasan Asia saling
bersaing dalam memainkan insentif pajak untuk menarik investasi asing yang diyakini mampu
memulihkan sakit ekonomi pasca krisis ekonomi tahun 1997 dan 1998. Dalam beberapa kasus,
insentif pajak diterapkan sebagai kompensasi dari buruknya iklim investasi dari suatu negara
yang antara lain dicerminkan dari kurangnya infrastruktur, ketidakpastian hukum dan rumitnya
birokrasi (Thuronyi, 1998). Meski pada umumnya kebijakan tax incentives ini dilakukan oleh
negara-negara berkembang, namun bukan berarti negara majupun tidak melakukannya. Hal ini
sebagaimana dikemukakan oleh Viherkenttä (1991).

Di Indonesia, fasilitas pajak yang diberikan tercantum  dalam Pasal 31 A Undang-


Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pemberian fasilitas pajak kepada investor yang
melakukan penanaman modal dibidang usaha tertentu dan didaerah tertentu yang mendapat
prioritas tinggi dalam skala nasional, kemudian diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18
tahun 2015. Sementara itu, juga terdapat fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak
penghasilan badan dalam rangka penanaman yang diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 94
Tahun 2010. Fasilitas ini dikenal dengan Tax Holiday. Baik Tax Allowance maupun Tax Holiday
sama-sama memberikan keringanan terhadap pembayaran pajak penghasilan badan, sehingga
akan berpengaruh terhadap pendapatan negara.

2.2 Jenis – Jenis Insentif Pajak

Menurut Thuronyi (1998), jenis insentif pajak secara umum adalah : Masing-masing tipe
dipilih sesuai dengan isu yang dihadapi.

1. Tax holidays

Insentif pajak yang berupa tax holiday merupakan insentif pajak yang diberikan melalui
pembebasan dari pajak penghasilan badan atau corporate income tax (CIT) dan/atau
pengurangan tarif pajak atas CIT. Tax holiday diberikan dalam periode waktu yang terbatas dan
hanya diperbolehkan bagi perusahaan yang baru didirikan. Jangka waktu efektif dari tax holiday
tergantung dari start awal berlakunya tax holiday. Alternatif titik awal tax holiday antara lain
tanggal perusahaan didirikan atau terdaftar secara resmi, tanggal perusahaan mulai berproduksi
atau usaha mulai dijalankan, tahun dimana perusahaan pertama kali mendapatkan keuntungan,
atau tahun dimana perusahaan pertama kali memperoleh penghasilan kena pajak

Insentif tax holiday sangat berkaitan dengan ketentuan mengenai penyusutan dan
kompensasi kerugian. Dalam beberapa sistem pajak, Wajib Pajak dapat memilih untuk
membebankan biaya penyusutan saat mulai diperolehnya aktiva atau menunda beberapa tahun
sampai dengan kegiatan usaha dimulai dan memperoleh laba. Jika pembebanan biaya penyusutan
dan kompensasi kerugian dilakukan pada periode waktu tax holiday, maka pemberian insentif
tax holiday tidak menarik bagi investor karena insentif tersebut tidak menguntungkan bagi
investor sebagai Wajib Pajak.

Keuntungan insentif pajak berupa tax holiday antara lain adalah keuntungan dari segi
kesederhanaan, karena dengan tidak adanya pajak yang harus dibayar pada masa holiday maka
baik bagi kantor pajak maupun wajib pajak tidak perlu melakukan filing dan audit pajak serta
tidak ada biaya administrasi. Sedangkan kelemahannya antara lain adalah:

1. The cost of tax holiday, dalam arti penerimaan pajak yang hilang bagi host country yang
tidak dapat diperkirakan didepan dengan tingkat akurasi yang cukup.
2. Tax holiday sering dimanfaatkan oleh investor yang cenderung mobile dengan
memindahkan usahanya ke negara lain untuk mendapatkan tax holiday yang baru jika
masa manfaat tax holiday di suatu negara sudah habis. Dengan praktek tersebut, negara
host country kehilangan benefit dari adanya investor tersebut.
3. Tax holiday menciptakan kesempatan untuk penghindaran pajak atau manipulasi pajak.

2. Tax sparing credit

Insentif pajak berupa Tax holiday agar efektif harus didukung dengan ketentuan
mengenai tax sparing credit yaitu suatu kredit pajak semu yang disepakati oleh negara asal
investor dimana negara asal investor memperbolehkan investor mengakui adanya kredit pajak di
luar negeri dalam penghitungan pajak global di negara asal investor (the country of resident)
walaupun dalam kenyataannya tidak ada pajak yang dibayar di negara sumber karena negara
sumber memberikan insentif pajak (tax holiday). Insentif pajak berupa tax holiday yang
diberikan oleh negara sumber tidak akan efektif jika di negara asalnya, investor harus membayar
pajak atas keseluruhan penghasilan yang diterima dari seluruh dunia (world wide income). Hal
ini pernah terjadi di Indonesia pada periode pemberlakuan tax holiday pada periode waktu tahun
1967 sampai dengan 1983.

3. Investment allowances and tax credits

Investment allowances and tax credits pada umumnya diterapkan pada investasi baru
yang dibuat. Investment allowances and tax credits adalah bentuk insentif pajak yang didasarkan
pada besarnya investasi. Tax allowance berarti mengurangi penghasilan kena pajak perusahaan.
Sedangkan tax credit secara langsung mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar. Faktor-
faktor yang harus diperhatikan dalam mendesain investment allowance adalah:

a. Investasi yang memenuhi syarat (eligible investment), yaitu bahwa invsetment allowance
diterapkan atas semua bentuk investasi modal atau dapat pula atas kategori khusus saja,
seperti mesin atau peralatan berteknologi canggih.
b. Jumlah allowance, yang pada umumnya dalam bentuk persentase dari investasi tertentu.
Di Indonesia, besarnya allowance adalah 30% dari investasi yang memenuhi syarat.
c. Jangka waktu (duration) dan batasan lainnya, yaitu batas waktu dimana investment
allowance dapat diklaim. Untuk Indonesia jangka waktunya adalah 6 tahun.

Permasalahan utama berkenaan dengan insentif jenis ini adalah dalam mendefinisikan
pengeluaran yang memenuhi syarat, pilihan tarif dari allowance atau kredit pajak, dan perlakuan
dari jumlah insentif yang tidak dapat dipergunakan dalam tahun tersebut dalam hal penghasilan
kena pajak tidak mencukupi. Sedangkan kelebihan jenis insentif ini dibandingkan dengan tax
holiday dilihat dalam perspektif host country adalah biaya maksimal yang muncul dapat
ditentukan dengan mudah; biaya tersebut berhubungan secara langsung dengan jumlah investasi
yang diberikan allowance; serta insentif tersebut tidak membatasi khusus kepada investor baru
tapi juga kepada investor lama yang meningkatkan investasinya.

4. Accelerated depreciation (timing difference)

Perbedaan waktu dapat terjadi dalam hal pembebanan biaya yang dipercepat atau
penangguhan pengakuan penghasilan. Bentuk umum dari pembebanan biaya yang dipercepat
adalah penyusutan, yaitu penyusutan dibebankan dalam periode waktu yang lebih pendek dari
umur ekonomis aktiva tersebut atau melalui pembebanan khusus di periode tahun pertama.
Maksud dari insentif tipe ini adalah untuk membantu perusahaan memperoleh pengembalian
modalnya (return on investment) lebih cepat. Namun, insentif ini secara keseluruhan tidak
mempengaruhi jumlah pajak yang seharusnya dibayar ke negara, tetapi hanya menggeser beban
pajak ke belakang. Misalnya atas suatu aktiva yang mempunyai manfaat ekonomis selama 8
tahun, seharusnya dibiayakan melalui penyusutan selama 8 tahun. Namun dengan kebijakan
insentif, penyusutan tersebut dapat dibebankan lebih pendek, misalnya menjadi 4 tahun. Namun
total biaya penyusutan yang boleh dibebankan tetap sama sesuai dengan nilai perolehan aktiva
tersebut.

5. Tax rate reductions

Pengurangan tarif pajak secara umum diterapkan atas penghasilan dari sumber tertentu
atau kepada perusahaan yang memenuhi kriteria tertentu.

Misalnya, kepada perusahaan kecil di bidang manufaktur atau pertanian. Pengurangan


tarif ini berbeda dengan tax holiday sebab kewajiban pajak dari perusahaan tidak dibebaskan
secara keseluruhan, dan insentif ini dapat diperluas pada perusahaan baru termasuk penghasilan
dari kegiatan yang telah ada serta tidak dibatasi pada periode waktu tertentu. Persoalan utama
dalam menerapkan insentif tipe ini adalah dalam mengidentifikasi penghasilan yang memenuhi
syarat dan kriteria perusahaan tertentu. Seringkali dalam membuat definisi atas penghasilan dan
perusahaan tertentu yang berhak mendapatkan insentif menimbulkan peluang untuk
dimanipulasi. Untuk mencegah dimanipulasi, biasanya dibuat aturan hukum yang ketat sehingga
justru mengurangi efektifitas dari insentif tersebut. Pada pembahasan kali ini,kami hanya
befokus untuk membahas tentang Insentif Pajak Tax Holiday dan Tax Allowance yang berlaku
di Indonesia.

2.3 Insentif Pajak Dampak Covid-19

Ada empat jenis insentif pajak yang akan diberikan Kementerian Keuangan khususnya
berkaitan dengan ketentuan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21, PPh Pasal 22 Impor, PPh Pasal 25
dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

1) Insentif  pada PPh Pasal 21 : akan diberikan kepada pemberi kerja dari klasifikasi 440
lapangan usaha yang tercantum dalam lampiran PMK 23/2020 dan merupakan
perusahaan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE).Melalui insentif ini, pemerintah
akan menanggung PPh Pasal 21 dari pegawai dengan penghasilan bruto tetap dan teratur,
yang jumlahnya tidak lebih dari Rp 200 juta dalam setahun.Untuk mendapatkan insentif
ini, pemberi kerja dapat menyampaikan pemberitahuan untuk pemanfaatan insentif PPh
Pasal 21 kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terdaftar.
2) Insentif PPh Pasal 22 : Impor yang dipungut oleh Bank Devisa atau Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai (DJBC) pada saat Wajib Pajak melakukan impor barang.WP yang dapat
dibebaskan dari pungutan ini adalah usaha yang sesuai dengan kode klasifikasi pada
lampiran PMK 23/2020 dan telah ditetapkan sebagai Perusahaan KITE.Permohonan
Surat Keterangan Bebas Pemungutan PPh Pasal 22 harus diajukan oleh WP secara tertulis
kepada Kepala KPP tempat WP Pusat terdaftar.Jangka waktu pembebasan dari
pemungutan PPh berlaku sejak tanggal surat Keterangan Bebas diterbitkan sampai
dengan tanggal 30 September 2020 mendatang.
3) Pemerintah memberikan insentif pengurangan Angsuran PPh Pasal 25 : sebesar
30% dari angsuran yang seharusnya terutang.Pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal
25 dilakukan dengan menyampaikan pemberitahuan pengurangan besarnya angsuran
secara tertulis kepada Kepala KPP tempat WP terdaftar.Jika WP memenuhi kriteria
insentif tersebut, maka pengurangan besarnya angsuran akan berlaku sampai dengan
Masa Pajak September 2020.
4) Insentif PPN : bagi WP yang memiliki klasifikasi lapangan usaha terlampir di PMK 23/2020
dan telah ditetapkan sebagai perusahaan KITE. Selain itu, Pengusaha Kena Pajak (PKP) ini
adalah WP yang PPN lebih bayar restitusinya paling banyak Rp 5 miliar.Ketua Bidang
Ekonomi dan Keuangan Badan Pengurus Pusat (BPP) Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia (Hipmi) Ajib Hamdani berharap insentif yang diberikan pemerintah tidak cuma
hanya insentif fiskal.Untuk menghadapi dampak corona, juga dibutuhkan insentif
moneter. Caranya dengan menurunkan tingkat suku bunga dan relaksasi kredit.
BABIII
PENUTUP

 KESIMPULAN
Insentif pajak adalah suatu pemberian fasilitas perpajakan yang diberikan kepada
investor luar negeri untuk aktifitas tertentu atau untuk suatu wilayah tertentu (Suandy ,
2003).
1. Insentif Pajak ada 5 jenis,yaitu : Tax Holiday. Tax sparing credit , Investment
allowances and tax credits, Accelerated depreciation (timing difference), Tax rate
reductions.
2. Faktor yang mempengaruhi pemerintah dalam memberikan insentif pajak adalah
akibat dari dampak corona covid-19 yang mengakibatkan menurunnya pelaksanaan
pembayaran pajak oleh industri dalam negeri
3. Pemberian insentif pajak berdampak kepada berbagai aspek diantaranya yaitu disatu
sisi dapat mengurangi pendapatan negara dari segi pajak penghasilan badan,
sedangkan juga dapat meningkatkan pendapatan dalam jangka waktu panjang;
menarik investasi; dan menciptakan lapangan kerja baru.

 SARAN
Pemberian insentif pajak merupakan suatu kebijakan pemerintah. Oleh karena itu
pilihan dalam memformulasikan kebijakan tersebut harus mempertimbangkan segi positif
dan negatifnya. Segi positif adanya insentif pajak adalah kemampuan insentif pajak
sebagai perangsang terhadap investor untuk menanamkan modal sehingga dengan
banyaknya investasi yang masuk akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang sangat
diperlukan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Ketidakefisienan insentif pajak
berkaitan dengan perhitungan biaya yang harus dikorbankan, yaitu hilangnya potensi
pajak lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh. Insentif pajak menyebabkan
ketidakadilan. Pemberian insentif pajak tidak diberlakukan kepada semua Wajib Pajak,
sehingga Wajib Pajak yang tidak menikmati insentif merasa diperlakukan tidak adil.
Semoga Pemerintah dan semua Menterinya yang terkait bisaa lebih membuat kebijakan
Insentif Pajak yang lebih baik lagi agar penetapan kebijakan tersebut bena-benar
berfungsi dengan seharusnya.
DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015 Tentang Fasilitas Pajak
Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-
Daerah Tertentu

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.011/ 2011 . Tentang 


Pemberian Fasilitas Pembebasan Atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.011/2014 Perubahan Atas


Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.011/2011 Tentang Pemberian Fasilitas
Pembebasan Atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan

Badan Pusat Statistik. Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan
2010.
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1267

Indonesia Investment Coordinating Board.2014. Domestic And Foreign Direct Investment


Realization In Quarter III And January - September 2014.

Anda mungkin juga menyukai