Anda di halaman 1dari 59

Tetek bengek (Komposisi, Tekstur, Struktur) batuan 

sedimen

apa yang terbesit dalam benak kita ketika mendengar kata ‘SEDIMEN’??? atau
batuan sedimen? tentu saja bayangan akan tertuju kepada jenis material atau
batuan yang bukan batuan beku (magmatic origin) seperti pada postingan
postingan sebelumnya :D…

Oke batasan definisinya: adalah batuan yang terbentuk pada permukaan pada
kondisi tekanan dan temperatur rendah (Raymond, 2002). lebih lengkapnya:
batuan sedimen adalah suatu batuan yang terbentuk dari hasil akumulasi fragmen
silikat (terigen or klastik) dan alokem (non-klastik) yang tertransportasikan oleh
gravitasi, angin, air, atau es dan melalui presipitasi dalam larutan aqueous (air)
(Raymond, 2002 hal 275).

setidaknya gak perlu keren-keren mengartikan sedimen dan batuan sedimen itu
apa, kita akan bahas secara ‘kasar’ (tidak detail) mengenai petrologi batuan
sedimen ini berupa struktur, tekstur, dan komposisinya.. batuan sedimen
merupakan tipe batuan yang unik dan meliputi keilmuan yang luas dimuka bumi
ini, bukan hanya ahli heolohi yang bermain disedimen engineer engineer lain yang
bertebaran dimuka bumi ini banyak sekali menjadikan sedimen dan batuan
sedimen sebagai objek penelitian (ahli tanah, teknk sipil, ahli pertanian, dll).
implikasi cebakan ekonomis dan keberadaanya yang secara umum (konvensional)
sebagai batuan reservoir (migas dan air tanah) menjadikan batuan sedimen
memiliki pesona dan daya tarik tersendiri di dunia heolohi.

beragam jenis batuan sedimen membuat ia menjadi batuan dengan susunan


komposisi yang cukup komplek (hasil rombakan batuan sebelumnya ataupun
terbentuk disitu hasil presipitasi kimia dan proses lainnya) apapun itu setidaknya
dalam batuan sedimen disusun oleh material (sedimen) berikut ini:  (1) fragmen
silikat dan butiran yang berasosiasi dengannya (fragmen litik or fragmen batuan),
(2) material hasil presipitasi kimia dan biokimia, contohnya fragmen karbonat
(kimia dan biokimia klastik) (3) fragmen allochem dari material yang
terpresipitasi lebih awal.

fragmen silikat ini oleh beberaepa petrologis dinamakan detrital (detritus) atau
material tertigneous (terigen), termasuk gravel, pasir, silt, dan lempung hasil
rombakan material silikat atau batuan. kategori ini (terigen) dibentuk oleh hasil
erosi batuan yang sudah ada sebelumnya. mineral mineral apa saja, silkat, sulfida,
oksida, dan lain sebagainya. maka petrologis lain seringkali menyebut batuan
sedimen ini sebagai siliciclastic rock (batuan silisiklastik, Boggs 2006). kerangka
berpikir kita bagaimana akumulasi formasi batuan ini terbentuk tentu saja kontrol
tektonik yang membuat terangkatnya formasi batuan lain (terrane) kemudian
lapuk dan tererosi dan terendapkan didalam basin (cekungan sedimen) batuan
awalnya ini (terrane yang terangkat tadi) dikenal sebagai provenance.

untuk jenis yang chemical dan biochemical precipitate yang ini yang unik…
karena faktor kontrol kimia yang dominan terkadang tak heran mereka memiliki
tekstur ‘kristalin’ kayak batuan beku.. jangan bingung kristalin maksudnya disini
mereka tersedimentasi dipermukaan akibat mineral-mineral penyusunnya
memiliki titik kristalisasi pada tekanan rendah (kayak garam-garam karbonat,
sulfat, dll) sehingga proses reaksi kimia dan kondisi lingkungan tempat
terbentuknya batuan ini sangat berperan penting mengontrol tekstur batuan yang
hadir.. pusing ya pusing ya?? ok lanjut, hasil proses presipitasi yang terjadi (hadir)
dilokasi sedimentasi (bukan karena faktor transport fisika seperti di paragraf
sebelumnya diatas tipe klstik) seringkali dikenal sebagai mineral autigenik
(pernah dengar glaukonit?? nah itu dia autigenik mineral yang masuk ke
kelompok sedimen ini).

allochem merupakan fragmen yang terbentuk lebih awal hasil prespitasi kimia
atau biokimia. perlu dibedakan dengan prespitasi kimia dan biokimia sebelumnya
disini ada istilah ‘terbentuk diawal’… contohnya semua material karbonat berupa
cangkang fosil (kebentuk duluan kan sebelum ngendap bareng karbonat lain),
fragmen non skeletal grain (karbonat rombakan) kayak oolit, ooid, pisoid, peloid,
intraklas, de el el…
setidaknya tiga kombinasi material-material sedimen diatas adalah penyusun
seluruh batuan sedimen yang ada dialam. kayak batubara, chert dan sejenisnya
juga masuk ke kategori ke dua (kimia dan biogenic precipitate) mungkin lebih ke
kimianya. kita gak usah bahas banyak-banyak semuanya udah pada tahu… biar
gampang mari kita bagi kelompok sedimen ini dengan tipe S (siliciclastic), tipe P
(precipitate) dan tipe A (Allochem) tapi sebelumnya kentut dulu….

pufff.. pufff.. pufff… mantaaaabb…!!

bapak kiri: “pak saya sudah tidak tahan adegan yang ini kenapa kita terus yang
muncul..”, bapak kanan: “sabar pak… ini cuma sebentar… jangan berhenti!
kendali ada ditangan kita yang menjepit hidung dan ditangan penulis blog yang
kurang ajar!!!”

sementara versi Gary nichols (2009) membagi batuan sedimen dalam dua
kelompok saja (penyederhanaan) berupa kelompok klastik dan non-klastik. seperti
ilustrasi dibawah ini
klasifikasi batuan sedimen klastik dan non-klastik, Nichols (2009)

Strukturnya? Teksturnya?

dua tahun yang lalu (dihitung mulai sebelum tulian ini ditulis tentunya) :D
seorang mahasiswa yang selalu datang telat dan menanyakan pertanyaan
pertanyaan bodoh bertanya pada dosen yang pintar dan selalu meremehkan
mahasiswa “pak apa yang membuat batuan sedimen berlapis??”… seisi ruangan
langsung melongo dan si mahasiswa berpikir sederhana bahwa seisi ruangan bakal
bilang “goblok banget nih orang nanya batuan sedimen berlapis.. ya pasti berlapis
lah…” dan jawaban bijak dari si dosen “baca lagi buku-bukunya…”. sederhana
saja… oke si mahasiswa bego tapi jawaban dari pertanyaan sederhana itu ada
yang bisa jawab dengan jawaban sederhana?? sama seperti pertanyaan bodoh
lainnya: “apa itu batu?? apa itu batuan???” kata dosen pas sidang.. hahahaha.. jadi
pertanyaan bodoh itu.. tetap disimpan oleh si mahasiswa sampai tulisan ini
ditelurkan..

menurut Tucker (dalam bukunya berjudul Sedimentary rocks in the field, 1952,
1996) “layering occur as response to change in sedimentation pattern” (gua lupa
halaman berapa tapi kalimat di handbook itu cukup wow menurut gw menjawab
pertanyaan simple dan sederhana gue yang kalau ditanya ke orang “kenapa batuan
sedimen berlapis?? jawabannya ya karena arus lah, karena proses
pengendapanlah, dan sejuta jawaban ambigu lainnya yang ‘ngegantung’ betul
kan??)

Tekstur

wew… ini yang paling unik, batuan sedimen itu kita sudah tahu berbeda langit
dan bumi dengan batuan beku karena genetiknya beda maka strukturnya dant
tesksutrnya pun beda..

kita sudah tahu kan? kalau istilah tekstur itu berhubungan dengan intergrain
relationships (artinya dia gak jauh dari hubungan ukuran butir dan gak lebih gede
dari butir) sementara struktur adalah keanehan yang hadir di batuan tapi
ukurannya lebih gede dari butir (lebih ke arah tubuh batuanya baik internal
maupun eksternal dan bukan individu butir).

untuk teksturnya, saya rasa sobat-sobat sekalian udah pada pahamlah bagaimana
itu pemilhaan (sortasi), hubungan kebundaran butir menyudut tidaknya, kemas
(hubungan menyentuh dan tidaknya butir), dan lain sebagainya untuk tekstur
sedimen klastik.. tapi bagaimana dengan tipe batuan sedimen kedua (tipe P) atau
tipe ketiga (tipe A) dimana kristalnya bisa tumbuh dan membentuk tekstur-tekstur
mirip batuan beku??? nah.. yang ini yang kita bahas disini..

hampir mirip kayak proses kristalisasi pada batuan beku (tapi gak mirip mirip
amat soalnya disini kondisi P dan T rendah), ada proses nucleasi dan crystal
growth saat presipitasi berlangsung nucleasi yang lambat dan pertumbuhan kristal
yang lambat memungkinkan terbentuknya kristal kristal karbonat gede (misalnya),
kristal yang terbentuk dapat bertekstur subhedral, anhedral, euhedral (mirip kayak
kristal-kristal silikat dibatuan beku) tergantung kondisi nucleasi dan crystal
growth tadi.. keren kan? tentunya anak kimia lebih tahu ini.

tekstur tekstur equigranular-mosaic, equigranular sutured, fibrous, drussy texture,


radial-fibrous, spherulitic, poikilitic, dan berbagai macam nama aneh lainnya
dapat ditemui pada mineral precipitate yang unik unik karena berkaitan dengan
proses kristalisasi mineral-mineral mineral tersebut.

teksur kristalin ini dicirkan dalam batuan berupa: tekstur kristalin dari  presipitat
biokimia dan kimia primer, tekstur kristalin pada semen, tekstur kristain pada
batuan y ang mengalami rekristalisasi (karena proses diaganetik).
ini ilustrasi tekstur tekstur mineral kelompok precipitate yang hadir sebagai
semen, fragmen dan lain sebagainya dalam batuan sedimen

menurut Raymond (2002) pertumbuhan kristal dan nukleasi ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor: (1) komposisi kimia dari air yang ikut bereaksi sebagai larutan
(air biasa/air meteorik, air tanah, air laut, air tawar, air pori, dan lain lain), (2)
temperatur, (3) aktivitas pertumbuhan organisme, (4) tingkat evaporasi, (5)
porositas dan permeabilitas, (6) kuantitas, komposisi dan tingkat dari aliran
larutan (air) yang melewati sedimen, dan (7) reaksi yang terajadi pada kristal-
kristal dan antar muka larutan-kristal.

menurut Longman (1980) dalam Raymond (2002) menyebutkan bahwa aliran


flida merupakan faktor yang paling penting dalam pertumbuhan semen pada
batuan karbonat, selain itu juga merupakan faktor pengontorl yang penting pada
batuan silisiklastik. maksud yang faktor pengontrol yang disebutkan Longman ini
adalah proses lanjutan setelah sedimentasi yaitu proses post-sedimentasi yang
dikenal dengan proses diagenesis (meliputi: kompaksi, sementasi, dan litifikasi).

maka jelas sekali bahwa tekstur kristalisasi semen dan mienral sekunder yang
dibentuk oleh proses diagensis yang dikontrol oleh fluida yang melewati pori
batuan memiliki tekstur tersendiri pada batuan sedimen, kita akan diskusikan
proses diagenesisi ini dilain kesempatan.. insya’allah..

sekarang bagaimana tekstur pada batuan klastik (tipe S dan tipe lainnya bila hadir
dalam genetik klastik) ada istilah tekstur epiklastik yang menggambarkan suatu
packing butiran sedimen yang tersementasi oleh semen y ang mengisi ruang antar
butiran, atau amalgamasi butiran matriks. sementara ada juga yang menyebutkan
bahwa epiklastik merupakan jenis endapan rombakan dari piroklastik (Nichols,
2009 hal 265).

untuk tekstur pada batuan klastik kita akan berurusan dengan parameter-parameter
hubungan antar butir seperti: pemilahan (sorting), bentuk butir (grain shape) atau
kebundaran (roundness), dan porostas (bila memungkinkan). pemahaman detail
mengenai hubungan ini sudah dijelaskan dalam samboggs hal 51-73 serta dalam
Nichols halaman 7-27.

ukuran butir yang umum menggunakan ukuran yang telah ditetapkan C.K
Wentworth (1922) yang kita kenal dengan skala wentworth. skala ini menunjukan
kisaran ukuran butir yang hadir dalam batuan sedimen. dapat juga diekspresikan
dalam nilai phi.
nilai phi ini berbanding terbalik dengan nilai diameter butir yang ada di
wentworth scale dimana nilai Phi akan semakin tinggi untuk butiran yang sangat
halus sedangkan untuk diameter (d) bernilai 1 mm (untuk pasir kasar) maka nilai
phi menjadi nol hal ini berdasarkan persamaan logaritma diatas. (sebelumnya
perlu diketahui  bahwa phi digunakan bila satuan ukuran butir dalam milimeter).
pertanyaannya buat apa para sedimentologist memakai parameter phi untuk
ukuran butir?? kan diameter skala wentworth (liat tabel dibawah) udah ada, buat
apa pake phi?? oke mari kita analisis: melihat nilai batasan untuk parameter
ukuran butir dalam milimeter (skala wentworth) angka-angka tersebut terlalu jauh
deviasinya.. maksudnya bayangkan kita memiliah ukuran batuan dari boulder
(bongkah 256 mm sampai lempung super halus 1/256 mm) melihat angka ini
sungguh tidak beraturan maka bila melihat pola phi (disertakan di dalam tabel
juga) angkanya memiliki pola ritmik bilangan bulat sehingga memudahkan kita
untuk memplotnya dalam diagram, perhitungan statistik (kalau mau melakukan
riset sedimentologi/sedimentografi butiran sedimen dll), standar deviasi, analisis
keseragaman butir, fasies dan lain lain. perhatikan pola susunan angka phi… sexy
kan?

skala wentworth, gue ambil ini dari buku Raymond, 2002 di samboggs 2006 sama
Nichols 2009 ada yang lebih keren tapi kegedean.. atau kalo belum puas silahkan
cari cari sendiri di gugel gambar skala wentworth yang lebih keren..
Kita mulai dari pemilahan (Sorting) atau sortasi merupakan tekstur yang
mendeskripsikan ukuran keseragaman butir batuan sedimen. batuan dianggap
memiliki sortasi yang baik bila semua ukukurannya hampir sama atau sama besar,
sebaliknya bila ukuran komponen (butiran) yang menyusunnya bersoratasi buruk
maka ukuran butirannya tidak seragam. analisis pemilahan yang lebih lengkap dan
komprehensip dilakukan di lab dan melalui analisis distribusi butir dan metode
kuartil (So=akarQ3/Q1) seperi tyang dijelaskan oleh Pettijohn.

tingkat sortasi butiran sedimen (cari sendiri di gugel untuk gambar kerennya ini
ilustrasi dari Raymond, 2002)
sortasi butir (dalam Boggs, 2006)

Bentuk butiran, aspek deskriptif yang ini berkaitan dengan bentuk butir (grain
form), kebundaran (roundess) atau menyudutnya butiran (angularity) dan
kebulatan (asphericity) atau kelengkungan permukaan butran sedimen. (pusing
milih kata-kata yang tepat :D). roundness, sphericity, dan angularity dari butiran
sedimen klastik menggambarkan ukuran bentuk sedimen, dikatakan membundar
baik bila bentuknya betul betul bundar (menyerupai bola atau lingkaran)
sedangkan butiran dikatakan menyudut bila butiran membentuk suatu
kenampakan yang menyudut. adapaun kebulatan (sphericity) ketika semua sisi
butiran sedimen menunjukan rasion yang hampir sama terhadap sisi lainnya ketika
melewati titik pusatnya, ketika butiran lonjong berarti butiran itu memiliki
spericity yang rendah sedangkan kebundaran meskipun longjong tapi tidak
menunjukan tonjolan-tonjolan yang menyudut dia memiliki kebundaran yang
relatif baik biar lebih jelas liat ilustrasi dibawah . dalam Boggs Jr memilah lagi
kategori lain yaitu form (untuk bentuk butir yang pipih atau platy dan butir yang
equant atau yang berbentuk tubuh menyerupai bola seperti kategori diatas).
Angularity (rondness) vs Sphericity

bagian penting ketiga dari tekstur batuan sedimen adalah kemas (fabric) dimana
aspek ini berkaitan dengan grain packing (atau paket hubungan antar butir) apakah
saling bersentuhan atau tidak, dalam Boggs Jr (2006) dijelaskan pula bagaimana
perilaku bidang sentuh antar butir (dalam analisis yang lebih detil lagi). suatu
kemas dikatakan terbuka bila butiran yang menyusun batuan saling berjauhan
(ruang kosongnya dapat diisi matrik atau semen), sedangkan kemas tertutup
semua butiran saling bersentuhan.

seperti aspek deskriptif pertama diatas (ukuran butir) ini dapat dilakukan secara
detil seperti metode Wedell (1992) ada dalam Boggs kita tidak akan bahas
panjang lebar disini semoga disekempatan berkutanya. perhitungan ukuran butir
(grain size) menurut Boggs (halaman 61 dlm principle of sedimentology and
stratigraphy) berguna untuk: (1) menginterpretasi flukdtuasi perubahan muka laut
pada straitgrafi pantai (coastal), (2) untuk melacak transport sedimen glasial dan
siklus sedimen glasiel yang terbawa dari darat ke laut, (3) untuk kepentingan
geokemis laut (marine geochemist) guna memahami fluks (aliran), siklus, bujet,
source, dan sinks (jatuhnya) dari unsur kimia yang ada di alam (ke laut), (4) untk
memahami ciri fisika massa (geoteknik) dari sedimen di lantai laut, misalnya
derajat dimana sedimen akan cenderung megnalami slumping, sliding, atau
deformasi lainnya.

adapun analisis particle shape (roundness, sphericity, angularity) dapat dilakukan


analisis yang lebih detil seperti yang disebutkan diatas (lagi lagi metode detilnya
ada dalam Boggs, hal 65-71). menurut Boggs (2006) manfaat mengukur kebulatan
(sphericity) dari partikel sedimen adalah untuk memahami bagaimana perilaku
abrasi dari partikel selama transportasi berlangsung, dan sphericity ini menurut
Boggs mempengaruhi settling velocity (kecepatan
jatuh/tenggelam/terendapkannya) partikel. settling velocity (kecepatan
tenggelam/jatuh) dari partikel sedimen kecil akan semakin cepat untuk partikel
yang speris (membundar baik) dibandingkan yang non-sperikal, dan kemampuan
transportasi (transportability) dari partikel speris ukuran gravel yang terangkut
oleh arus traksi (menggerus dasar) akan berputar leibh baik dibandingkan yang
menyudut. meskipun sphericity ni dapat mempengeruhi perilaku transport
partikel, tapi belum diketahui pasti hiubungannya dengan interpretasi lingkungan
pengendapan. meskipun studi empiris terlah dialkukan namun belum ada bukti
yang cukup untuk mengetahui ciri lingkungan pengendapan secara pasti
berdasarkan parameter bentukkebulatan (sperisitas) butir ini.

skema sperisitas (Boggs, Jr. 2006)

untuk ukuran kebundaran partikel sedimen (roundness), butiran endapan sedimen


merupakan fungsi dari komposisi, ukuran butir, jenis proses transportasi, dan
jarak transprotasi (Boggs, 2006). kurang lebih pendekatan tadi dapat dipakai
untuk menyimpulkan bagaimana kontrol-kontrol yang mempengaruhi kebundaran
partikel untuk membantu interpretasi. butiran yang keras seperit minieral resisten
(kuarsa, zirkon) akan cenderung menyudut semetnera yang lemah dan tidak stabil
seperti feldspar dan piroksen akan mudah membundar. sementara dari parameter
ukuran klastika seperti pebble sampai cobble akan lebih mudah membundar
karena abafrasi selama transport berlangsung dibandingkan dengan partikel yang
lebih halus (ukuran pasir-pasir halus) karena yang besar lebih mudah terpengaruh
arus traksi (bedload) didasar channel atau daerah transport. Kuenen (1959, 1960)
melalui studi percobaan berkesimpulan bahwa transport dengan media udara 100-
1000 lebih efektif dari transport melalui media air akan lebih cepat membuat
butiran kuarsa membundar. kekerasan klastika kasar ukuran pebble juga sama
layaknya butiran mineral (komposisi penyusun partikel) ketika untuk kelompok
mieral yang keras-keras kayak kuarsa, zirkon, korundum, dan lain lain lebih
resisten daripada amfibol, olivin, dan feldspar. fragmen lapukan kuarsit (batuan
metamorf) dan chert (rijang) tentu saja lebih resisten daripada batupasir,
batulempung berukuran sama (pebble). meskipun menurut Nichools (2005)
mineral biotit (mika hitam) meskipun memiliki resistensi yang lebih rendah dari
kuarsa dan mineral lain dengan densitas yang sama dia memiliki settling velocity
yang rendah dan dapat tertransport lebih jauh (tidak mudah terabrasi) akibat
bentuknya yang pipih berlembar (aerodinamis) maka jangan kaget dalam
batulempung kita bisa saja menemukan jumlah biotit yang signifikan.

grain packing (kemas atau fabric) hal ini berkaitan dengan bagaimana perilaku
hubungan antar butir dalam batuan sedimen. kalau aspek deskriptif sebelumnya
lebih membahas kearah karakter fisik dari butiran sedimen, bagian yang ini
menggambarkan bagaimana pemilahan dari susunan butir mempengaruhi karakter
fisik lain dari batuan seperti ketersediaan ruang (porositas) dan kemampuan
batuan mengalirkan fluida melalui porinya (permeabilitas). ketika batuan memiliki
sortasi buruk, butiran menyudut, dan kemas tgerbuka,  maka ruang yang kosong
akan terisi lempung dan bidang menyudut dari partikel dapat juga mengurangi
ruang kosong (pori dalam) dalam batuan. sebaliknya ketika batuan membundar
baik, memiliki kemas tertutup (komponen fragmen saling bersentuhan), terpilah
baik (ukuran butiran seragam).. maka porositas batuan dapat menjadi baik. bentuk
kontak antar butiran juga sangat berpengaruh dalam menentukan porositas, batuan
yang sudah terdeformasi misalnya dapat membentuk pola packing rombohedral
(kubus yang merencong) dapat mengurangi tingkat porositas batuan.
persentase porositas berkurang ketika berubah dari kubik ke rombohedral

pola perilaku kontak butiran (tangential, concave, long, sutured)

selanjutnya dalam pembahasan fabric ini (oleh Boggs) dijelaskan, bagaimana pada
butiran dapat membentuk suatu pola imbirkasi (clast imbrication) berupa
kemelurusan susunan butir (saling memunggung) akibat arus yang juga bisa
mencirikan struktur sedimen (bukan hanya tekstur meskipun bisa saja masuk
kategori tekstur). arah memunggungnya batuan (condong ke arah mana)
mengindikasikan arah arus purba.
pola-pola Imbrikasi butir yang dikontrol arus

Struktur

baik, ini bagian yang paling fundamental dan menarik dari batuan sedimen (sama
seperti tekstur). berbagai penulis mencoba membuat pola klasifikasi sistematis
untuk menjelaskan struktur-struktur sedimen.. kurang lebih semuanya sama.
struktur sedimen dapat berukuran kecil (internal) maupun berskala besar (skala
bed).mari kita lihat klasifikasi yang dibuat Boggs (2006).
klasifikasi struktur sedimen (Boggs, 2006)

menurut Boggs (2006), struktur sedimen dikelompokan menjadi tiga katgegori


yang umum: struktur perlapisan (stratifikasi) dan bedform, penciri bidang
perlapisan (bedding plane marking), dan struktur lainnya (selain dua kategori
tadi). struktur stratifikasi (layer perlapisan) dan bedform (bentuk tubuh perlapisan)
keduanya dibagi lagi (oleh Boggs) ke dalam empat kategori: planar bedding dan
laminasi, bedform, cross-stratification, danirregular stratification. sementara plane
marking berkatian dengan struktur-struktur erosional yang ada dipermukaan
bidang perlapisan, struktur lain berkaitan dengan kenampakan yang ada pada
tubuh batuan sedimen selain yang disebutkan tadi (bioturbasi, likuifaksi (dike and
sill), dan lain lain.

bedform dan struktur internalnya (hasil migrasi struktur ripple), pola crest (tubuh
sumbu ripple) yang sejajar (lurus) akan membentuk  palanar cross bed dan
struktur trough cross bed terbentuk akibat pola ripple asimetris dengan bagian
crest nya tidak lurus.
ilustrasi dua jenis struktur silang siur (Cross) yg paling populer, perhatikan
gambar ini dan gambar diatasnya (sebenarnya sih analog dengan gambar ini), dua
jenis cross ini (hampir semua cross stratification sih sebenarnya) terbentuk akibat
migrasi struktur riple dan dune).
proses migrasi ripple dari tubuh dune yang membentuk struktur cross
stratification. yang perlu dipethatikan disini adalah bagaimana bentuk dari
bedform (simetris atau tidak) akan mempengaruhi bagaimana struktur cross yang
terbentuk (apakah trough atau planar)

mungkin anda, saya, dan kita masih bingung apa sih maksud paragraf diatas
(:D :D :D) oke, stratifikasi itu artinya berlembar lembar (layering) contoh yang ini
paling banyak dijumpai dilapangan mulai dari struktur batuan sedimen yang
berlapis secara konvensional (perlapisan perlapisan pada batuan sedimen) atau
dikenal planar bedding serta struktur laminasi (paralel laminasi) yang lebih kecil,
kemudian struktur perlapisan mendatar tadi memiliki struktur internal menghalus
keatas (graded bedding) juga termasuk kategori ini artinya struktur ini banyak
ditemukan dilapangan, sedangkan bedform itu artinya perlapisan tadi membentuk
suatu tubuh yang bergelombang contohnya dune, antidune, ripple (gelembur
gelembur akibat gelombang dan ombak), untuk struktur silang siur (cross
stratification) seperti cross bedding/lamination, ripple cross lamination, flaser dan
lenticular, serta humomocky juga termasuk kedalam kategori ini (stratification
and bedform) karena struktur internal (dalam tubuh perlapisan batuan sedimen) ini
memiliki perlapisan-perlapisan (stratifikasi) meski miring dan perlu anda, saya
dan kita ketahui bahwa struktur internal dari bedform (ripple, dune, antindune)
tadi tersusun dari perlapisan perlapisan silang siur (cross bed), untuk ukuran
laminasi silang siur umum dijumpai dalam flaser, atau lenticular (keduanya
merupakan struktur ripple yang terperangkapnya pasir dalam lempung/utk
lenticular dan lempung dalam pasir/utk flaser kalau ditilik lebih dekat lagi pake
lup didalamnya menunjukan stratifikasi cross silang siur). kemudian sisa struktur
lain dari kategori ini adalah stratifikasi yang tidak beraturan seperti flamse
struktur (menyerupai kobaran api) meski tidak selalu berlapis masuk kategori ini
(bedformnya lebih dominan dari stratifikasi), ball and pillow, synsedimetary fold
and fault, channel, stromatolite (meski ini genetiknya biogenik tetap masuk
kategori ini karena kenampakannya yang berlaminasi), dll.
ilustrasi perbandingan struktur flaser dan lenticular bedding (or lamination)

adapun struktur erosional hal ini tidak masuk kategori yang diatas karena
terbentuk akibat mekanisme erosi pada permukaan batuan sedimen (akumulasi
sedimen). struktur struktur seperti flute cast, groove cast, dan lain sebagainya.
parting lineation terbentuk akibat kerja regim aliran atas (upper flow regime) yaitu
arus yang cepat namun tidak kuat dan dapat mengendapkan material seukuran
pasir (medium-halus) tapi tidak cukup kuat mengendapkan material lebih halus
(lanau, lempung dll). parting lineation menunjukan arah kemelurusan butiran, atau
erosi oleh media air (tanpa bantuan material lain), sedimen yang terendapkan dan
masih sangat lunak dapat membentuk struktur ini dipermukaannya.. permukaan
pada struktur paralel laminasi (laminasi sejajar biasa kita liat disamping nah dari
atasnya/permukaan bednya suka muncul struktur ini).
struktur paralel laminasi pada batupasir (gue yakin semua makhluk heolohi pasti
pernah liat ini dilapangan)

sementara struktur sisanya (biogenik dan lain lain) merupakan variasi lain dari
struktur yang ada pada batuan sedimen diluar dua kategori kenampakan yang
muncul pada batuan diatas. struktur struktur seperti sill and dikes strcutures (jadi
mirip intrusi dalam struktur internal batuan sedimen ada intrusi intrusi material
sedimen di dalamnya.. haha lucu yah).

gambar parting lineation modern (perhatikan kelurusan garis-garis yang


merupakan arah arus) struktur ini mengindikasikan arah arus purba meski hanya
trendnya saja (arah pasti searahnya kemana tidak tahu).. digambar arah arus
masuk dan keluar gambar agak menyerong dikit (kanan bawah-kiriatas)..
kemungkinan gambar ini diambil dipantai.
skema klasifikasi yang dibuat Boggs diatas menggambarkan pembagian
berdasarkan bentuk morfologi kenampakan struktur sedimen sedangkan
hubungan-hubungan (proses) yang membentuk struktur ini dibagi lagi pada tabel
kecil (inset) yang ada dibawahnya dari gambar diatas.

ini yang saya maksud trend arus purba (dua arah tidak tahu arah pastinya cuma
trendnya saja) dari struktur parting lineation.

Clast imbrication, adalah jenis struktur kemelurusan kemas butiran akibat arus.
sebenernya mungkin asosiasinya lebih ke tekstur sedimen karena menjelaskan
hubungan grain to grain relationships (perhatikan gambar 3.12 dari Boggs diatas),
tapi karena dia juga bisa berprilaku sebagai struktur (yang menunjukan vektor
arah arus sehingga bisa dijadikan paleocurrent indicator). sejatinya saya
memperhatikan (dengan perspektif heolohis amatir hahaha) perilaku arah arus
yang membentuk struktur sedimen (paleocurrent indicator yang primer kayak
bedform bukan erosional or post depositional or syndepositional deformation
structure) sebenernya memperlihatkan perilaku saling memunggung satu sama
lain (silahkan lihat skema ilustrasi migrasi struktur bedform diatas yang
membentuk cross bed pada gambar diatas (4.15 dan 4.17 dari Nichols 2007).
begitu juga pada clast imbrication ternyata kawan, butirannya memang lebih kasar
tapi perilaku tiap butiran klastika yang gede gede itu mengikuti pola satu paket
punggung dari gumuk pasir atau ripple yang hadir pada bedform (satu unit gumuk
bukan internal cross bednya). kita akan bahas lebih detil di postingan paleocurrent
di suatu waktu,,, semoga :'(
ilustrasi clast imbrication (Nichols, 2007)

ilustrasi lain dari clasat imbrication (dengan komposisi clast supported dan matrix
supported) perhatikan pola saling ‘memunggungnya’ butiran
perilaku pergerakan fragmen yang membentuk struktur clast imbrication pada
batuan sedimen (gambar dari internet cari sendiri ya :D). satu hal yang menarik
disini.. saat dibangku perkuliahan seorang dosen memberikan ‘pencerahan’ bahwa
clast imbrication ini sejatinya tidak mungkin begini mana mungkin partikel bisa
gerak begitu karena menurut beliau kita harus pake logika gerakannya seharusnya
menggelinding kesamping (ngertikan maksudnya?) partikel lebih mudah bergerak
paralel pada sumbu yang lebih pendeknya bukan yang panjangnnya dan ini akan
sulit.. tapi gue dengan segala keteguhan hati (ugh!) mencoba lebih percaya pada
‘dosen-dosen’ bayangan yang nulis texbook dan internet karena mereka
memberikan segala ide dan gambaran melalui hasil experimen di laboratorium
dan fakta empiris di lapangan. dan saya menghargai itu… sama seperti pendapat
Galileo galilei yang mengatakan segala hipotesis fisika haruslah didasarkan pada
eksperimen dan tidak ada yang menyangkal pendapat aristoteles bahwa batu harus
jatuh lebih dulu dari kertas, kayu atau apapun yang lebih ringan jika dilepaskan
dari atas tanpa kecepatan awal (gerak jatuh bebas) tapi Galileo berpendapat lain
benda benda itu (mengabaikan gesekan angin) akan jatuh bersamaan dengan
percepatan (9.8 m/s2 yang ditemukan newton puluhan tahun berikutanya) Galileo
semakin dibenci kaum gerejani karena pendapatnya.. aah lupakan… jadi clast
imbrication tetap begini mekanismenya dan bisa dijadikan indikator arus purba.
silahkan perhatikan galeri tambahan dibagian akhir postingan.

pada dasarnya sturktur sedimen yang hadir menunjukan proses-proses saat


sedimentasi terjadi serta proses lain yang menyertainya. kita akan bahas setiap
struktur sedimen yang diketahui dan proses apa yang menyebabkan struktur itu
terbentuk:

Struktur bedform (ripple, dune, antidune) merupakan sturktur sedimen yang


umum dijumpai di lingkungan fluvial, marine, submarine, transisi, ataupun daerah
dengan sistem aeolian (gurun dan pantai dengan agen transport dominan angin),
keterbentukan struktur ini tak lepas dari kerja aliran arus (flow current) yang
mengangkut sedimen. para ahli mengenal istilah regim aliran (flow regime) yang
paling mungkin menjelaskan proses kinematika yang menghubungkan kecepatan
aliran serta kemampuan preservasi (pengendapan) sedimen. kita akan bahas lebih
detail dipostingan berikutnya. karena berhubungan langsung dengan arah aliran
arus maka struktur bedform (beberapa meski tidak semua) dapat dijadikan salah
satu parameter struktur sedimen untuk mengukur arus purba (paleocurrent).
struktur struktur seperti assymetrical dune, assymetrical ripple, dan lain
sebagainya dapat mengindikasikan arah pengendapan (arus purba) dari sejarah
pengendapan material sedimen tersebut. begitu juga dengan struktur cross bed,
struktur cross bed ini tidak lepas dari mekanisme aliran arus (artinya hubungan
lateral arah arus dominan bekerja) pola inclined (miring) dari stratifikasi
menggambarkan arah pengendapan dan struktur cross bed menjadi parameter
utama dalam pengukuran arus purba. struktur internal dari bedform umumnya
diisi oleh pola silang siur (cross bed) yang hadir di dalamnya. maka keterbentukan
semua struktur ini dapat dijelaskan melalui mekanisme regim alira (flow regime).
contoh arus yang bekerja dengan konsep regim aliran ini adalah arus turbidit pada
lereng laut/danau. dimana aliran dapat terjadi setelah longsoran laut (grooving
pada dasar) dan arah aliran ini berangsur menjadi tenang membentuk regim aliran
atas (upper flow regime) terbentuklah struktur cross, ripple, dan paralel laminasi
(parting lineation) pada bagian akhir, ketika arus semakin tenang material yang
lebih halus (pasir sangat halus-lanau) dapat terendapkan membentuk ripple dan
paralel laminasi (lower flow regime) dan lumpur (mud) pada bagian akhir ketika
arus semkain tenang dan aliran terhenti (arus suspensi bekerja). fasies endapan
turbidit dikenal dengan sikuen Bouma (Bouma sequence oleh Bouma 1962).

sikuen Bouma

melihat ilustrasi suksesi Bouma diatas, ada beberapa fasies yang muncul seperti
Ta, Tb, Tc, Td, Te.. huruf ‘T’ ini mungkin merupakan singkatan dari ‘Turbidite’
yang mengacu kepada arus yang bekerja menghasilkan endapan ini. pada fasies
Ta struktur yang hadir adalah struktur erosional (scour pada dasar) dan pola
struktur internal berupa graded bedding (pola gradasi menghalus keatas) struktur
ini umum terjadi pada lingkungan subaqueous (dasar tubuh air yang dalam dan
tenang saya mengguankan definisi ini), pada kaus arus turbidit (longsoran laut)
arus terjadi (karena arus sulit terjadi pada laut dalam karena tekanan yang tinggi
dan super tenang beda dengan laut dangkal yang selalu saja bergerak terus
menerus), karena adanya kolom air dan arus semakin tenang maka pengendapan
material yang lebih halus akan terjadi lebih akhir (bisa dibayangkan kan?.
sementara struktur paralel laminasi secara umum terbentuk akibat arus yang
tenang tapi pada sikuen bouma ada struktur paralel yang diinterpretasikan
terbentuk pada regime aliran atas (arus masih kenceng) diapit oleh struktur cross
dan ripple.

struktur fasies graded bedding batupasir kontak dengan lanau (pasir sangat halus)
dibawahnya

struktur graded bedding diatas adalah normal grading (menghalus keatas)


akibat arus suspensi, turbdit, heavy flood, badai dan lain lain yang dapat
membentuk pola menghalus keatas setelah arus tenang. meskipun begitu proses
yang paling umum dijumpai pada arus turbidit (Boggs, 2006 hal 80). ada juga
pola grading yang mengkasar keatas kebalikan dari normal grading dikenal
dengan ‘reverse grading’ pola struktur internal ini terjadi karena dua proses: (1)
dispersive pressure dan (2) kinetic sieving (Boggs, 2006). proses pertama
(dispersive pressure) menjelaskan bagaimana butiran yang lebih kasar cenderung
terdorong ketas karena kepadatan material yang lebih halus dibawahnya,
sementara kinetic sieving terjadi pada material sedimen dengan viskositas tinggi
(mixture air sedikit) dimana butiran yang yang halus akan tersaring kedasar oleh
butiran kasar yang terendapkan bersamanya. meski demikian proses reverse
grading ini belum begitu banyak diketahui. umum dijumpai pada endapan
vulkanik, atau pada alluvial fan, dan sedimen laut dengan mekanisme
pengendapan cepat.

reverse grading kebalikan dari struktur normal grading (mengkasar keatas)

kita tinggalkan bedform beralih ke struktur irregular (convolute, flame, ball and
pillow) dan synsedimenter (slump, convolute, sill and dikes dll).

convolute bedding and convolute lamination, struktur ini membentuk pola


laminasi atau perlapisan ‘contorted’ (awas salah baca bagi yang cadel cadel
hahaha) dan terbentuk akibat proses konvolusi pada sedimen berbutir halus (silt,
pasir halus), hal ini terjadi karena berbagai macam mekanisme bisa likuifaksi
(liquifaction) akibat goncangan dan air keluar dari dalam tubuh maerial sedimen
yang terendapkan, overloading diferensial akibat gerusan sedimen diatas tubuh
sedimen yang lebih halus dan menghasilkan konvolusi (deformasi pada sedimen
lunak halus), atau deformasi plastis sesaat saat sedimen diendapkan, serta dapat
juga terjadi karena breaking waves (dirusak gelombang ombak). arah kemiringan
perlipatan (konvolusi) dapat menunjukan arah arus purba. umum dijumpai pada
daerah river floodplain, delta, point bar, dan intertidal-flat. umum juag dijumpai
pada suksesi turbidit.
struktur convolute bedding (hampir mirip slump cuma ukurannya lebih kecil)

struktur flame, membentuk suatu struktur menyerupai ‘flame’ (kobaran api)


menunjukan proses drag movement atau sediment loading dimana sedimen halus
(lempung, silt, atau pasir sangat halus) yang belum kompak ‘membuncah’
(squeezing) keatas akibat adanya atau datangnya sedimen baru umumnya lebih
kasar (pasir) jatuh diatasnya dan dia ‘muncrat’ (squeezed) dan karena berada
dalam kolom air dia terperangkap dalam tubuh sedimen yang datang (lempung
yang muncrat tadi) terbentuklah struktur menyerupai kobaran api (flame
structure).

contoh flame structure modern pada sedimen yang belum kompak


struktur flame yang ideal dengan parameter heolohisnarsis.. lupa nyolong disitus
apa

ilustrasi struktur flame

ball and pillow structures, struktur membentuk bantal dan bola bola ini hadir
pada bagian dasar dari lapisan batupasir, dan tidak umum pada batugamping yang
menutupi shale (lempung). struktur ini menyerupai ginjal atau bola bola
hemisperikal dari massa batupasir atau batugamping dan dibagian internalnya
menunjukan strutkur laminasi. bagaimana struktur ini terbentuk? bola bola ini
berada dalam tubuh lempung yang berada dibawahnya diketahui terbentuk akibat
proses breakup atau foundering (rubuhnya) pasir yang masih terkonsolidasi semi
(semiconsolidated sand) masuk ke dalam lapisan lanau atau lempung yang lebih
lunak dibawahnya akibat goncangan (shock bisa jadi karena earthquake),
sementara bentuk hemisperikal dari pasir atau sedimen gampiingan terjadi akibat
liquifaction.
ball and pillow structure

pillow structure

kemudian struktur slump (synsedimentary fold) merupakan lipatan miring yang


terbentuk pada unconsolidated atau semiconsolidated sediment yang sangat
dipengaruhi oleh gravitasi (pada lereng). Potter dan Pettijohn (1977) menjelskan
struktur ini sebagai hasil dari: (1) pervasive movement yang meliputi tranprortasi
massa interior sedimen, menghasilkan pencampuran chaotic dari berbagai tipe
sedimen, seperti perlapisan mud ang rusak terlipat dalam sedimen pasiran, atau (2)
decolement (gerusan) pada permukaan sedimen yang belum terkonsolidasi kuat
dapat membentuk struktur ini. umum dijumpai pada sedimen yang diendapkan
pada lereng. sturktur slump ini umum dapat terbentuk di mudsonte dan sandy
shale dan tidak umum (jarang) pada batupasir, batugamping dan evaporit.
terbentuk pada unit batuan yang terendapkan secara cepat. terbentuk pada sedimen
glasial, verved silt, dan lempung dengan origin lakustrin, serta pada pasir eolian,
rubidit, delta, dan reef front sedimen, subaqueous dune, dan sedimen pada head
dari submarine canyon, turbitid, reef-front sedimen, continental shelves, dan
dinding dari trench laut dalam, dan tempat-tempat lainnya dimana ada lereng dan
sedimen yang diendapkan disitu tertahan dan hampir jatuh kebawah (cekungan).
intinya struktur ini umum dijmupai pada lereng di tepi cekungan. arah kemiringan
dari lipatan slump dapat mengindikasikan arah lereng dan arus purba.

struktur slump dari formasi misaki, Jepang (perhatikan bagaimana periaku


doyongnya ‘antiklin’ slump.. arah doyong ini ke kanan- menunjukan arah
kemiringan lereng purba… sekilas dibagian kanan orang berjaket orange slump
terpotong sesar)
variasi kenampakan struktur slump dilapangan (terlihat satu flank dari slump yang
‘tersingkap’ difoto) perlu dicatat yang membedakan struktur ini dengan deformasi
perlapisan yang terlipat karena tektonik adalah lipatan-lipatan dari struktur slump
ini sifatnya LOKAL dan TIDAK mempengaruhi perlapisan yang ada diatasnya
dan dibawahnya.. (artinya yang kelipat lapisan yang mengandung struktur ini
doang) jadi slump bukan terjadi karena pengaruh deformasi tektonik… :) :)
digambar diatas arah kemiringan lereng purba kayaknya ke kiri… ;p

struktur dish and pillar, struktur dish umumnya subhorizontal, datar sampai
cekung keatas, membentuk laminasi lempung (hampir mirip flaser tapi dalam
ukuran yang besar). sementara struktur pillar menyerupai dish namun susunannya
lebih vertikal. struktur ini dpat dijumpai pada sediment gravity flow seperti
endapan turbidit dan liquified flow. yaitu pada daerah delta, alluvial, lakustrin,
dan shallow marine, juga pada layer endapan abu vulkanik (tuff). struktur ini
mengindikasikan pengendapan cepat dan membentuk ruang untuk terbebasnya air
saat konsolidasi berlangsung (jalur bebasnya air ini membentuk dish dan pillar
tadi). selama kompaksi gradual dan dewatering, laminasi semipermabel menjadi
barrier bagi naiknya air yang mengangkut sedimen halus, laminasi ini membentuk
dishes bila bergerak lateral, dan beberapa yang bergerak vertikal akan membentuk
struktur pillar.

struktur dish (fluid escape) ukuran minor


nih structur dish dan pillar (fluid escape) yang lebih besar lagi, perhatikan
pergerakan terbebasnya air (fluida) dari tubuh sedimen yang belum terkompaksi
bergerak secara lateral dan vertikal

pergerakan vertikal dari terbebasnya fluida yang ini disebut ‘pillar’ structure
(gambar ini versi kecilnya)
pillar structure (fluid escape) yang lebih jelas lagi… setruktur dewatering ini
terjadi ketika soft sediment (belum terkompaksi) mengalami goncangan dan air
keluar dari dalamnya (tubuh sedimen) menerobos lapisan sedimen yang diatasnya
(belum kompak juga).. proses ini dikenal dengan liquifaction.

struktur erosional gak perlu diceritain mekanismenya bagaimana (gerusan


material yang melewati permukan akumulasi sedimen) mekanisme pergerakan
pertikel dalam fluida karena arus traksi (roling, rotation, saltation) dapat
membentuk struktur ini, namun geometri dan perilaku struktur ini untuk
menentukan younging direction (untuk mengetahui terjadi tidaknya pembalikan)
dan arah paleocurrent (untuk struktur erosional tertentu).

geometri struktur flute (flute cast) dan erosional structure lainnya (dalam Nichols,
2005)

perhatikan gambar flute cast diatas (yang kiri), lihat arah pergerakan arus dan
partikel (sedimen yang mengerosi atau menggerus permukaan bed gambar
ilustrasi diatas kebetulan bergerak kekanan), pada profil penampang sudut
kemiringan bidang gerusan yang dihasilkan semakin melandai ke ke arah
pergerakan arus dan curam dari arah berlawanan (datangnya arus), dan terkadang
seringkali terjadi miss interpretasi dilapangan bagi sebagian ‘helolohis’ amatir
seperti saya yang mengira arus bergerak sebaliknya (kearah dipping gerusan yang
curam). penjelasannya begini: ketika partikel bergerak dalam arus maka kecepatan
awalnya maksimal (sebelum tumbukan dengan permukaan bed), energi kinetiknya
maksimal sesaat ketika tumbukan terjadi, kemudian terbentuklah gerusan tentu
saja energi kinetiknya menurun seiring dengan berkuranngya kecepatan, dengan
perubahan energi kinetik yang lebih rendah usaha yang dihasilkan pergerakan
pertikel pun lebih kecil dari sebelumnya maka dipping (kemirngan) dari sudut
gerusan berikutnya lebih kecil. tentu saja perilaku arah arus yang bergerak lateral
atau acak (turbulen) akan semakin mempengaruhi geometri bidang gerusan yang
telah terbentuk artinya bidang erosi akan termodifikasi ketika obstacle or
rintangan (dari flute cast yang terbentuk tadi) akibat arus acak (eddie current)
yang ‘ngebor’ obstacle ini (tapi arus ini jarang ditemui pada obstacle rendah
seperti flute karena pasti rusak sebab sedimennya lunak banyak terjadi pada
batuan-batuan yang lebih keras seperti  batuan sedimen yang lebih tua, beku, or
metamorf pernah liat kan batu-batu yang bolong2 kalau jalan disungai?) kita tidak
akan bahas detil disini, kita akan diskusikan di postingan berikutnya (semoga)
isnya’allah. struktur flute ini dapat hadir di berbagai lingkungan, seperti pada
endapan tutbidit (bagian bawah dari sikuen or sole marknya), sedimen sedimen
pada laut dangkal dan non marine (fluvial, aelian) dan lain lain dimana kerja arus
traksi (yang ngegerus gerus bed) cukup intens.

flute cast pada sample batuan (dari gambar arah arus purba dari kiri atas ke kanan
bawah). perhatikan bahwa ini terbentuk pada bagian dasar dari bed, artiya kenapa
disebut ‘cast’ (cetakan), flute cast terbentuk karena arus menggerus sedimen yang
lebih lunak (lempung misalnya atau pasir sangat halus) ketika gerusan ini diisi
oleh material sedimen baru yang lebih resisten (pasir) kemudian terangkat,
terbalik, tererosi, terbentuklah cetakan pasir yang mengisi tadi… so far clear bro??
itulah mengapa susah mengamati flute cast dalam bentuk profil tapi (singkapan
yang belum terbalik) karena geometri secara umum tidak terlihat jelas.
struktur flute cast dengan arah arus ‘pada gambar’ dari kiri atas ke kanan bawah
(sekali lagi ini singkapan udah mengalami pembalikan) sole part (bagian dasar)
dari bed.

selain itu perilaku bentuk butiran or fragmen sedimen yang bergerak dalam arus
juga akan mempengaruhi morfologi dari struktur erosional (grove cast dan kawan
kawan) pada gambar kanan dari gambar diatas. meski tidak eksklusif (tidak
selalu) geometri penjelasan dari struktur grove dan kawan kawan (tool, prod,
brush, bonce, skip, roll mark) agak sedikit berbeda dengan flute. arah pergerakan
material gerusan (arus purba) menunjukan pola yang bervariasi dan tidak selalu
menunjukan pola geometri menyerupai flute. (liat gambar b dari ilustrasi
dibawah).

perhatikan pola geometri yang muncul dari brush mark (B) dan prod marks (C)
geometri gerusan memiliki dipping yang lebih dalam ke arah arus, serta gambar
berikutanya (roll dan skip marks) menunjukan pola ritmik kelurusan tidak kontinu
dan arah arusnya berarah ke arah bekas gerusan dengan geometri yang lebih kecil
(gaya dan kecepatan partikel semakin melemah).

struktur berikutnya kita kenal dengan load cast (struktur pembebanan). ciri ini
sedikit berbeda (meski masuk kategori plane marking), karena yang lain banyak
berhubungan dengan erosional event, yang ini beda mas bro.. hampir mirip kayak
mekanisme sysedimentary soft sedimen structure (ball and pillow) karena
liquifaction cuma yang ini murni pembebanan material sedimen yang lebih keras
(pasir) terhadap sedimen lebih lunak (lempung) dibawahnya.

striation (gores garis) struktur grove cast pada dasar, batuan sedimen yang
terdeformasi (miring).
striation structure (entah grove, entah flute) tapi ini struktur erosional pada dasar
perlapisan (sole mark berupa cast or cetakan).. biasanya struktur flute agak susah
dilihat dari samping nah kalo udah keerosi dan bagian bawahnya kesingkap
‘cast’nya bisa keliatan.. :) digambar ini arus purba berarah dari kanan bawah ke
kiri atas. (*semoga benar soalnya tidak berada dilokasi gambar :D :D

bentuk dari load cast ini rada rada mirip sama flute, tapi yang membedakannya
adalah tidak ada orientasi pola upcurrent dan downcurrentnya or pola paleocurrent
(kayak di flute) serta bentuknya cenderung irregular (gak beraturan) menjadikan
struktur ini berbeda jauh dengan flute.

ilustrasi struktur load cast, bila massa yang tertanam terlepas atau putus karena
goncangan dapat membentuk bola bola (ball and pillow structure). dan bisa saja
hadir bersama struktur-struktur yang dibawa oleh liquifaction (ball and pillow,
convolute, flame, etc).
load cast dilapangan, perhatiin struktur ini lebih mudah diliat dari section (profile)
dibandingin flute cast. dan bentuknya lonjong aja kebawah gak ada pola gerusan
kemiringan akibat arus yang bekerja lateral, jadi pada proses ini lebih dominan
pengaruh gravitasi yang bekerja vertikal (yang narik sedimen yang lebih agak
berat dan yang menindih bagian sedimen yang lebih lunak. biasanya proses ini
hadir berbarengan dengan mekanisme liquifaction.

load cast yang lain

struktur load cast pada inti bor (drill core).. lihat polanya yang tidak beraturan
(irregular) kemungkinan ini adalah load casat bukan flute cast… :)
contoh load cast di lapangan

Struktur struktur fluid escape (dewatering) lainnya dikenal juga istilah mudcrack
atau rekahan rekahan pada lempung (batulempung) akibat terbebasnya fluida yang
tersimpan didalamnya karena pemanasan (pengeringan) oleh penyinaran matahari
di permukaan, mudcrack ini merupakan rekahan rekahan yang membentuk pola
heksagonal (segi enam), poligonal, atau diskontinu.. mungkin perilaku ini
terbentuk akibat kemampuan partikel lempung yang begitu halus
mempertahankan sisa fluida yang berada di dalamnya (kohesifitasnya yang
tinggi).

dikenal istilah dessciation crack dan synaerisis crack, perbedaan antara kedua
istilah ini ada pada genetik lokasi keterbentukan cracknya, meskipun terkadang
synaerisis berukuran lebih kecil, dan memiliki pola geometri/morfologi yang lebih
sederhana dan tidak kontinu, serta berdasarkan ciri keberadaan jejak hewan dan
organisme (apakah laut atau darat) (Shelley, 2000). dessication crack merupakan
struktur mudcrack yang terbentuk dipermukaan (subaerial), sedangkan synaerisis
crack merupakan struktur mudcrack yang terbentuk pada lingkungan subaqueous
(dalam air). struktur mudcrack ini mudah sekali terisi mineral sekunder bila
lingkungannya mendukung (membawa banyak larutan garam) seperti dekat
daerah pantai, playa lake, dan lain sebagainya.
struktur mudcrack subaerial (dessication crack)

synaerisis crack (subaqueous mudcrack)

sekarang apa kegunaan lain dari struktur ini dilapangan, setelah melihat ilustrasi
foto dan gambar gambar diatas, kita bisa menggunakan keberadaan struktur ini
sebagai clue (petunjuk) bagi kita buat nentuan younging up strata dari batuan
sedimen (bagian mana yang lebih muda jika seandainya terjadi pembalikan).

perhatikan gambar-gambar berikut


perilaku younging up strata dari struktur sedimen untuk menentukan top and
bottom dari batuan. anak panah menunjukan arah lapisan yang lebih muda (Top)

jadi bila terjadi tilting (pemiringan) atau pembalikan setidaknya gambaran kita
mengenai struktur sedimen yang terbentuk pada plane-bed marking atau bedform
dan stratification yang hadir dapat diketahui apakah perlapisan itu telah benar
benar terbalik. clear? ok lanjut pak Om..

ilustrasi tectonic tilting marked by scouring structure

Semua struktur struktur diaatas dapat menunjukan material sedimen terigen


(silisiklastik), namun dapat juga berlaku pada sedimen lainnya jika mengalami
proses-proses seperti batuan silisiklastik (pelapukan, erosi, transportasi).

pada batuan karbonat berbagai struktur sedimen dapat hadir (cross, laminasi,
planar cross, tabular, slump, etc). namun ada struktur lain yang tidak kala
pentingnya dalam formasi batugamping yaitu struktur biogenik. seperti stromaotlit
dan struktur biogenik lainnya (akibat aktivitas organisme).

struktur biogenik (selain ichnofosil pada batuan sedimen) ini pada batugamping
memiliki ciri khas sendiri dan cukup eksklusif (hanya ada di batugamping saja)
dan menjadi kerangka yang membentuk batugamping tertentu (pada gamping
terumbu kelompok boundstone dan turunannya). perhatikan ilustrasi dibawah ini.

Stromatolite merupakan struktur sedimen yang terbentuk secara organik


memperlihatkan pola laminasi sedimen berukuran halus-sampai sangat halus
(pasir halus-lempung). kebanyakan stromatolite hadir dalam batugamping tapi
ternyata eh ternyata ada juga yang komposisinya silisiklastik (oooh…). bentuknya
juga cemacem (liat ilustrasi dibawah), ada yang kayak biskuit berlapis, bulet,
bunder kayak kubis, kayak kolom, dll.. Logan, Rezak dan Ginsburg (1964)
mengklasifikasikan stormatolit yang berbentuk umum hemisperis (setengah
bunder) ini kedalam beberapa tipe bentuk dasar: (1) hemispheroid yang terhubung
secara lateral, (2) diskrit, merupakan hemisperoid yang bertumpuk secara vertikal,
(3) spheroid diskirt, atau struktur spheroidal (liat ilustrasi dibawah ini klasifikasi
versi geologis-geologis itu utk stromatolit). selain itu bentuk kombinasi dari
ketiganya dapat saja hadir.

istilah thrombolite diajukan oleh Aitken (1967) untuk struktur yang menyerupai
stromatolit untuk bentuk eksternalnya tapi bagian dalamnya tidak ada laminasi.
baik stormatolit maupun trombolit keduanya memiliki genetik keterbentukan yang
sama yaitu hasil produksi alga biru cyanobacteria (blue-green alga). laminasi
dalam tubuh stromatolite ini berkisar kurang dari sampai 1 mm. laminasi ini berisi
kalsium karbonat halus, material organik halus, dan detritus lanau dan
lempung.tap ada juga stromatolite yang berisi butiran butiran kuarsa kata Davis
(1968).

stromatolite diketahui secara umum hadir pada lingkungan shallow subtidal,


intertidal, dan zona supratidal di laut. selain itu di lingkungan lakustrin juga
umum dijumpai. mungkin ada sobat sobat heolohi yang bertanya bagaimana sih
prosesnya kok ‘makhluk’ unik bin aneh ini bisa hadir?? Ok mari kita intip sobat…
alga hijau-biru (cyanobacteria) ini sejenis makhluk hidup yang bisa melakukan
fotosintesis untuk nyari makan. jadi dia memerlukan lingkungan laut yang tidak
keruh agar matahari bisa masuk, so paling mungkin di lingkungan laut dangkal.
sedangkan lingkungan laut dangkal itu arusnya kuat dan paling mungkin gampang
sekali keruh karena aktivitas transportasi seidmen yang ada di dalamnya, ketika si
alga ini berfotosintesis dia akan menghasilkan mat atau alga mat (sejenis filamen
yang kaya kalsium karbonat yang diproduksi alga ini), ketika dia menjadi tertutup
sedimen halus (yang kasar susah ditangkap tentunya karena memang jaringannya
begitu tips), karena ketutup dia harus tumbuh lagi agar bisa berfotosintesis. siklus
ini yang terjadi terus terusan (perlangan pertumbuhan mat dan tertutupnya mat
oleh sedimen yang dibawa arus) akan membentuk membentuk struktur laminasi
pada stromatolit. lantas kok bisa bentuknya hemisperis tadi (bunder bunder)? ini
kemungkinan akibat pengaruh arus yang dapat mengerosi. ketika kita menemukan
tipe stormatolit yang saling terhubung (tidak soliter) artinya ini mengindikasikan
lingkungan laut dangkal yang lebih tenang sehingga si alga dapat tumbuh dan
bercabang membetnuk pola pola stromatolit hemisperis yang saling terhubung
karena tidak dirusak oleh arus.

contoh ilustrasi struktur stromatolite yang dibuat oleh alga, dapat hadir sebagai
patch reef yang hadir di paparan laut dangkal
Stromatolite modern

trombolit modern
struktur internal stromatolit

bongkah trombolit

struktur internal trombolit (dibatasi garis koneng) bersama sedimen yang


menutupinya (mungkin trombolit ini mati karena penurunan air laut or mungkin
karena terlalu keruh akhirnya ketimbun deh ama sedimen) sebetulnya struktur
internal trombolit terkadang juga ada laminasi seperti stromatolit hanya saja tidak
begitu jelas.

struktur biogenik lain yang dapat hadir pada batuan sedimen hasil aktivitas
organisme laut saat mencari makan dan membuat sarang dinamakan sebagai
bioturbasi (secara umum hasil aktivitas organisme baik darat maupun laut) tapi
bila membicarakan asosiasinya secara luas maka dikenal dengan ichnofacies
(karena menunjukan kelompok geometri tertentu di lingkungan laut). perhatikan
skema berikut.
jenis jenis ichnofacies yang penting yang dapat dipakai untuk menentukan zona-
zona lingkungan pengendapan… (wuiiih.. keren gak sob??)

ichnofacies ini hanya menggambarkan jejak organisme (meski fosil aslinya or


tubuh organisme yang buat itu jejak udah tidak ada), cetakan cetakan (cast) ini
sangat bermanfaat untuk penentuan lingkungan pengendapan dan rekonstruksi
paleogeografi.. pokoknya keren bagi anda anda yang suka dunia paleontologi
(bercita cita jadi paleontologist) ^^’ :) :) (bila sedang tidak membicarakan
fasiesnya dengan detail dan spesifik struktur jejak ini dikenal dengan istilah
struktur bioturbasi)

kita akan coba jelaskan secara singkat satu persatu. :)

Skolithos ichnofasies, dicirikan oleh bentuk silindirs, dan burrows U-shape


(seperti hewan hewan bernama Ophimorpha, Diplocretrion, dan Skolithos).
ichnofacies ini berkembang pada lingkungan sedimen berpasirdimana secara
realtif gelombang laut yang tinggi tapi kekuatannya sedang. organisme pada
lingkungan ini akan membentuk sarang yang lebih dalam (burrow) untuk
menghindari dessication (deawatering) akibat perubahan temperatur dan salinitas
selama arus surut (low tide) terjadi, dan menghindari keluarnya substrate ke
permukaan (ketika arus kuat/pasang terjadi) (Pemberton, MacEachern, dan Frey
1992). ichnofacies skolithos secara khas hadir pada lingkungan shoreline berpasir,
tapi juga dapat tersebar di sepanjang lingkungan shallow shelf. dan beberapa juga
diketahui berada pada lingkungan laut dalam, seperti kipas laut dalam dan slope
bathyal. weeeew…

skolithos ichnofacies berbentuk-U yang tegak lurus ke permukaan.

Cruziana ichnofacies, hadir pada lingkungan laut yang agak lebih dalam dari
skolithos sekitar daerah subtidal zone dibawah fair-weather base (FWWB atau
daerah dengan kondisi gelombang laut sedang yang terjadi tiap hari mungkin
sekitar uppershorface) tapi diatas storm wave base (SWB, atau daerah dengan
gelombang laut besar yang dapat mencapai dasar ketika badai terjadi) (Frey dan
Seilacher, 1980). mungkin kurang lebih berada pada daerah middle dan outershelf
lah. tapi juga bisa hadir pada beerapa daerah nearshore. ichnofacies ini dicirikan
dengan kehadiran asosiasi pencampuran dari fosil fosil jejak seperti vertical
burrows, inclined U-burrows (Rhizocorallium), dan struktur horizontal
(Cruziana), dan jejak orginasisme yang bergerak dekat dengan permukaan
(Thalassionides), dan fosil jejak yang neh lainnya hahaha membentuk bintang
(Asteriacites) atua bentu-C (Arenicolites). iknofasies cruziana mengindikasikan
sedimen lunak dan halus, terpilah baik, dan pasir yang mungkin berlumpur,
dengan kondisi arus yang cukup tenang (karena berada diantara arus kuat dan arus
yang tenang).

ichnofacies cruziana, menunjukan pola yang lebih aneh dankomplek dari


skolithos, karena hewan hewan disini bisa lebih ‘berekspresi’ karena kondisi
sedimen yang lunak, halus, dan arus yang tenang.. hehe

Zoophycos Ichnofacies, menunjukan lingkungan air yang tenang dengan


kandungan oksigen rendah dan bagian dasarnya berlumpur tapi dapat juga hadir
substrate lainnya. dicirikan oleh trace fosil dari yang simpel sampai yang
komplek, seperti Spirophyton. jejak jejak (trace) fosil yang bersifat individu
mungkin banyak tapi keberagamannya rendah (makhluknya itu itu aja). kemudian
sedimen pada iknofasies zoopikos ini mungkin secara keseluruhan terbioturbasi
(rusak terbombak lagi) (Bromley, 1996). meksipun secara umum mengindikasikan
lingkugan laut dalam fasies ini terkadang juga hadir di laut dangkal, maka
parameter paleodepth indicator yang digunakan menjadi problematis (aiiih…. ini
kata Boggs, 2006), gak masalah lah kita kan heolohis harus interpretatif
menanggapi sesuatu :D… distribusinya hadir dibatasi oleh kadar oksigen dan tipe
sdimen dasar dan kedalaman laut (asosiasi asosiasi ini menjadi pertimbangan
keberadaan iknofasies ini).
Zoophycos ichnofacies…. perhatiin bentuk yang paling kanan.. mirip apa?? mirip
apa?? hahahaha :D gak usah teriak.. sebut dalam hati aja… :p

Nereites Ichnofacies, merupakan ciri lingkungan laut dalam dan umumnya


terbentuk pada lingkungan turbidit (tabah tabah bearrti hewan yang idup disini
sob…). dicirkan oleh perputaran yang komplek secara horizontal dan jejak hewan
yang berkoloni dan pola struktur feeeding (nyari makan) dan dwelling (menyatu). 
diantara genus yang umum hadir seperti paleodictyon, spirorhaphe, dan nereite.
keberagamannya tinggi, tapi kelimpahan untuk jejak individunya rendah. nereites
ichnofacies berkembang pada sedimen pasiran (turbidit) substratenya mungkin
bagian dari tubuh koloni dari beberapa muddy (pelagic) deposits yang terbentuk
pada bagian atas dari sandy turbidite.
iknofasies nereites

ichnofasies yang sedikit dijelaskan diatas adalah bebrapa ichnofacies yang


penting, sebenernya masih banyak seperti psilonichus ichnofacies, scoyenia
ichnofacies, trypanites ichnofacies, glossifungites ichnofacies, dll… tapi keburu
kepala botak duluan sebelum umur 40 kalo dibahas semua.. hahaha :D… tidak
tidak… sebetulnya menarik tapi kita batasi diskusi kita sampai sini saja untuk
ichnofacies.

struktur terakhir yang akan kita diskusikan disore hari yang bahagia ini (semoga
anda membaca artikel superpanjanjangini di sore hari) adalah styolite dan
hummocky cross stratification, dan nodul  dan kongkresi.

Styolite merupakan struktur sedimen (yang bisasanya bergerigi) berhubungan


dengan proses diagenetik (kita akan bahas detail dipostingan berikutnya) yaitu
berhubungan dengan mekanisme fluid pressure dalam rekahan batuan sedimen,
sedangkan hummocky cross merupakan variasi lain dari struktur silang siur (cross
stratification) yang merupakan salah satu fasies penciri pada lingkungan storm
wave dominated (lower shorface) yang terpengaruh gelombang badai laut (storm)
atau Storm wave base (SWB) sikeun lengkap dari humocky cross stratification
(HCS) bersama asosiasinya dengan fasies lain dikenal sebagai tempestite (hampir
mirip seperti suksesi turbidit hanya saja cross pada turbidit diganti HCS). nodul
dan konkresi merupakan struktur diagenetik membentuk bulatan-bulatan mirip
telor dalam batuan sedimen, proses akibat diagensis pada batuan sedimen
(sementasi dan pembebanan) membentuk konkresi dan nodul. kita akan bahas
sedikit meski tidak detil.

Styolite umum dijumpai pada batugamping, akibat pelarutan dan tekanan yang
tinggi saat proses diagenesis terjadi, dimana fludia yang berada di dalam (air
tanah) tubuh batuan menjadi aktif dan melarutkan batugamping, hal ini
meninggalkan kesan seperti garis yang bergerigi pada batuan.

contoh styolite pada batugamping (garis gerigi gerigi hitam) setelah proses
pelarutan terjadi akan meninggalkan kesan warna hitam yang distingtif karena
presipitasi kembali dari laruatan tadi akan membawa senyawa lain yang ikut
terendapkan kembali dalam pori batuan (bukan hanya CaCO3 tapi ion lain yang
ikut bereaksi dengannya).
styolite dalam sample marmer (marble) jadi hampir mirip urat tapi mineral pengisi
urat sifatnya insitu.

Nodul merupakan fragmen menyerupai bola bola atau elipsoidal dalam batuan
sedimen, bentuknya lucu kayak telor ayam. kenapa bisa terbentuk benda lucu
ini?? konsentrasi lokal dari semen dalam tubuh sedimen atau tubuh fosil atau
material lain (chert, gravel) yang tertanam dalam sedimen, ketika kompaksi
berlangsung (early diagenesis) komponen nodul ini juga ikut terkompaksi bahkan
bentuk buletnya yang speris (meksi ada juga yang gak beraturan) mungkin terjadi
akibat ekualitas tekanan diseluruh permukaan nodul dalam massa sedimen halus
tempat ia tertanam (biasanya dalam lempung). genesis dari nodul ini dijelaskan
cukup singkat tapi cukup detil dalam Tucker (1982 hal 92-95).

ilustrasi kompaksi pada tubuh nodul dalam sedimen selama proses diagensis
(litifikasi) terjadi.

ketika sementasi terjadi, konsentrasi lokal material sedimen halus yang memiliki
akumulasi semen yang cukup signifikan akan mempertahankan semen dari
pelarutan (hal ini masuk akal karena porositas dan permeabilitas sedimen halus
cukup kecil untuk meloloskan fluida, jadilah semen tadi terkonsentrasi disitu dan
kompaksi (litifikasi) lokal terjadi dan membentuk nodul, bentuk membundar ini
terjadi karena tekanan akibat pembebanan oleh sedimen disekitarnya selama
burial (diagensis) terjadi. however, mekanisme terbentuknya nodul ini masih
kontroversi.

gambar ‘telor’ nodul yang siap untuk digoreng.. :D

nodul yang tertanam dalam batuan sedimen siap untuk ‘dipanen’ :D

kemudian yang terakhir adalah struktur hummocky cross stratification, Struktur


ini merupakan variasi cross bedding yang hadir pada lingkungan badai (storm)
danmerupakan salah satu fasies penciri endapan tempestite (fasies badai).

istilah Hummocky Cross-Stratification pertama kali diperkenalkan olah Harms


et al, (1975). meskipun para peneliti dan geologis terdahulu menggunakan nama
yang berbeda dalam observasinya dilapangan. struktur ini menunjuknan pola
berupa stratifikasi silang siur dari dua bentuk hmmock (bagian yang
menggelembung) dan Swalles (bagian yang cekung) jadi struktur  ini merupakan
kombinasi lensa lensa cross bed yang terperangkap dalam laminasi batuan
sedimen halus.

ilustrasi hcs dalam boggs jr (2006 hal 93)

ilustrasi Hummocky cross stratification (dalam Nichols 2007)

endapan tempestite merupakan penciri fasies badai (wave storm dominated),


hampir mirip dengan suksesi turbidit (bouma) tapi struktur crossnya diganti
dengan hummocky. pola cross yang terbentuk (hummocky ini) tidak dapat
dgunakan sebagai parameter paleocurrent layaknya struktur cross kebanyakan
karena pola arusnya yang acak dan bolak balik (biasalah badai suka iseng).
suksesi fasies tempestite dalam endapan storm-wave dominated shelf.

Struktur terakhir dan paling akhir yang akan kita bahas adalah struktur geopetal
(Geopetal Structure). struktur ini dapat dipakai sebagai indikator untuk mengukur
nilai lereng purba (paleoslope), umumnya hadir pada lereng reef batugamping.
lantas struktur apa ini?? ini hanya struktur cavity filling dari suatu tubuh cangkang
fosil yang kosong oleh sedimen, kemudian cangkanya hilang (larut) atau juga
mungkin tetap tersisa akan membentuk strutkur ini. nah kemiringan dari
permukaan geopetal sturktur ini (cekungan sedimen pengisi) dengan teliti kita
akan mendapatkan nilai dip asli dari lereng tempat sedimen diendapkan pertama
kali.. keren kan Om??

struktur geopetal (tubuh fosil atau benda cekung yang terisi sedimen)

sebetulnya struktur geopetal ini oleh sebagian penulis merupakan istilah untuk
struktur struktur yang dapat menunjukan arah top dan bottom perlapisan batuan
(sebagaimana telah dijelaskan diatas). seperti flute, erosional grove cast, load
coasat, dan lain lain.. tapi dalam Tucker (1982) struktur geopetal diartikan seperti
ini (gambar diatas).

contoh struktur geopetal (sumber:


http://lostgeologist.blogspot.com/2008/11/geopetal-structure.html)

sebetulnya banyaaaak sekali struktur sedimen yang lainnya beberapa struktur yang
telah dijelaskan diartikel super ‘pendek’ ini kadangkala terbagi lagi menjadi
berbagai variasi yang tidak dibahas semua disini.. tapi setidaknya dengan
memahami uraian singkat diatas kita jadi cukup melek akan struktur sedimen
beserta tekststurnya. oh lupa kita belum bahas komposisinya…. karena batuan
sedimen itu sangat beragam sekali dari segi ukuran  (breksi sampai lempung lihat
skala wentworth) tentunya cukup sulit menjabarkan secara keseluruhan parameter
komposisi material penyususn sedimen, lebih mudah kita bahas satu persatu untuk
jenis batuan sedimen silisiklastik berdasarkan ukuran dan biogenik serta kimia
dipostingan berikutanya (mudah mudahan ingat).
ini cuma pola gambaran geometris dari struktur dalam pada tubuh batuan sedimen
dari yang kecil sampai gambaran tubuh formasi batuan yang secara keseluruhan
menempati cekungan. (ilustrasi dari raymond 2002 halaman 263)

barangkali itu aja brader untuk hidangan postingan ‘pendek’ kali ini… semoga
terhibur..

seperti biasa.. ditunggu caci makinya untuk kata-kata yang kurang berkenan dan
tidak dimengerti…

wabillahitaufik walhidayah.. wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh..

ini cuma sedikit galeri tambahan


gambar clast imbrication modern di sungai (belum jadi batu!! :D) yang atas foto
jauh channel sungai dibawah foto deketnya.. perhatiin pola memunggunnya klast
sedimen, bener kan arah memunggnunya ini yang menunjukan arus purba? ini
adalah bukti modern bahwa clast imbrication arah arusnya ya kesitu (dari kiri ke
kanan) bukan dari arah sumbu pendeknya (luar ke dalam gambar dan sebaliknya
seperti kata dosen yang sudah dijelaskan di paragraf paragraf awal diatas yang ada
galileo dan aristotelesnya :D ^^V peace pak piss… saya jangan diomelin)
‘clast imbrication’ kemelurusan fragmen cangkang fosil di pantai ketika air laut
surut (perhatikan bagaimana perilaku saling ‘memunggungi’ dari fragmen
cangkang ini arah arus dari kanan ke kiri) sexy kan sexy kan?? :p

Anda mungkin juga menyukai