Anda di halaman 1dari 13

KELOMPOK II

1. Kapten Laut (T) Subhan Dodo


2. Kapten Laut (T) Alfredo P. Purba
3. Kapten Laut (T) Nugroho Adi Putro
4. Kapten Laut (T) I Putu Eka A.
5. Kapten Tek Sedio Utomo
6. Lettu Laut (T) M. Faikhul H.
ALIRAN MENYILANG RANGKUNAN TABUNG (TUBE BANK)
Alat penukar kalor selongsong dan tabung umumnya banyak digunakan dalam
industri proses, sekurang-kurangnya 60% dari semua APK yang digunakan, karena dapat
di-disain untuk menjalankan lebih banyak tekanan dan temperatur seperti yang dijumpai
dalam industri proses. APK ini dapat juga dikonstruksi dari bermacam macam material.
Tunggul menjelaskan beberapa keuntungan APK selongsong dan tabung bahwa
konstruksinya sederhana, dapat dipisah satu sama lain (tidak merupakan satu kesatuan
yang utuh) sehingga pengangkutannya relatif mudah, pemakaian ruang relatif kecil, dan
mudah membersihkannya. Farel H Napitupulu melakukan kajian eksperimental
efektifitas alat penukar kalor selongsong dan tabung (shell and tube) sebagai pemanas
air dengan memanfaatkan energi thermal gas buang motor diesel bahwa dapat mencapai
efektifitas tertinggi 82,496 % untuk debit air masuk konstan 5 Liter/menit.

Gambar. APK selongsong dan tabung

Perpindahan Kalor dalam rangkunan tabung (tube bank) merupakan hal yang
penting dan mempunyai nilai praktis, karena kebanyakan susunan alat penukar kalor
yang berbentuk tabung tersusun rangkap. Karakteristik perpindahan kalor pada
rangkunan tabung yang segaris atau selang seling dipelajari oleh Grimson dan atas
dasar korelasi data dari peneliti, Grimson berhasil menyajikan datanya dalam bentuk
persamaan berikut, Nilai konstanta C dan eksponen n diberikan dalam daftar berikut.
Tabel. Korelasi Grimson untuk perpindahan kalor dalam rangkunan tabung 10 baris atau
lebih, dari referensi 12 untuk digunakan dengan persamaan

Tipe APK selongsong dan tabung susunan yang lazim diklasifikasikan menurut
nomenklatur Tubular Exchanger Manufacturer’s Association (TEMA) of the Unated
States. Salah satu tipe APK selongsong dan tabung seperti yang ditunjukkan pada
Gambar di atas. Alat Penukar Kalor ini mempunyai selongsong tipe E yaitu satu laluan
selongsong (single-pass shell) dan satu laluan tabung (single-pass tube) serta dilengkapi
dengan sekat (buffle). Yang dimaksud dengan laluan selongsong adalah lintasan yang
dilakukan oleh fluida sejak masuk kedalam selongsong melalui saluran masuk (inlet
nozzle), dan melewati bagian dalam selongsong melintasi bundel tabung, kemudian
keluar dari saluran buang (outlet nozzle). Apabila lintasan itu dilakukan satu kali maka
disebut satu laluan selongsong (single-pass shell), kalau terjadi dua kali disebut dengan
dua laluan selongsong (two-pass shell). Untuk fluida di dalam tabung, jika fluida masuk
ke dalam penukar kalor melalui bagian depan (front head) lalu mengalir ke dalam tabung
dan langsung keluar dari bagian belakang (rear head), maka disebut dengan satu laluan
tabung (single pass tube). Apabila fluida itu membelok lagi masuk ke dalam tabung,
sehingga terjadi dua kali lintasan fluida dalam tabung maka disebut dua laluan tabung
(two-pass tube). Biasanya jumlah laluan selongsong (pass shell) lebih sedikit atau sama
dengan jumlah laluan tabung (pass tube). Susunan tabung yang biasa digunakan adalah
susunan tabung bujur sangkar (In-line square pitch), susunan tabung belah ketupat
(rotated square pitch), susunan tabung segitiga (triangular pitch), dan susunan tabung
layang-layang (rotated triangular pitch) seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gambar. Bentuk susunan tabung


Umumnya aliran fluida dalam selongsong adalah aksial terhadap tabung atau
menyilang. Untuk membuat aliran fluida dalam selongsong menjadi aliran menyilang
biasanya ditambah dengan sekat. Sekat ini juga berfungsi untuk mendukung tabung dan
menahan vibrai. Bentuk sekat yang lazim adalah segmental baffle, disc and doughnut
baffle, dan orifice baffle. Tipe yang paling banyak dipergunakan adalah segmental baffle
dengan pemotongan sekat (baffle cut) seperti pada gambar berikut

Gambar. Sekat Segmental ( Segmental Baffle )


Secara umum aliran dalam sisi selongsong yang menggunakan sekat sangat
kompleks. E.S Gaddis menganalisa bahwa aliran dalam sisi selongsong Sebagian tegak
lurus dan sebagian sejajar terhadap bundel tabung seperti yang ditunjukkan pada
Gambar berikut. SH merupakan aliran utama. Selain itu celah antara tabung dengan
sekat dan celah antara sekat dengan selongsong terdapat kebocoran aliran SL. Demikian
juga tabung tidak dapat ditempatkan sangat dekat dengan selongsong sehingga
menyebabkan terbentuknya aliran bypass SB.

Gambar. Bentuk aliran dalam sisi selongsong

Macbeth juga mengamati pengaruh kebocoran aliran pada celah antara sekat
dengan selongsong dan antara sekat dengan tabung terhadap koefisien perpindahan
kalor konveksi dengan menggunakan pemotongan sekat (baffle cut) yang bervariasi
antara 18,4 % sampai 37,5 % dari diameter selongsong, maka diperoleh hasil bahwa
semakin besar celahnya semakin kecil koefisien perpindahan kalor konveksi. Yilmaz M
meneliti pengaruh perubahan ketinggian sekat pada setiap bilangan Reynold yang
berbeda. Pengamatannya dilakukan dalam saluran berpenampang persegi yang
menggunakan sekat. Parameter ketinggian sekat merupakan variasi perbandingan
antara tinggi sekat dengan tinggi saluran (C/H) dengan variasi perbandingan 0,6 dan 1
serta sudut kemiringan sekat 30°, 45°, 60°, dan 90°. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa perpindahan panas dan faktor gesekan secara signifikan tergantung pada sudut
kemiringan sekat, perbandingan tinggi sekat dengan tinggi saluran dan bilangan Reynold.
Hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa bilangan Nusselt dan faktor gesekan
meningkat dengan berkurangnya rasio C/H dan kenaikan sudut sekat. Aliran fluida yang
melintas bundel tabung dalam posisi miring diamati oleh Zukauskas. Variasi sudut
kemiringan sekat diamati dari posisi arus datang yang tegak lurus (90°) sampai
kemiringan 30°. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semakin besar sudut arus fluida
yang menuju bundel tabung semakin besar pula faktor koreksi terhadap sudut lintasnya.
Hasil ini menunjukkan bahwa proses perpindahan kalor paling efektif terjadi jika
menggunakan arus aliran yang datang tegak lurus terhadap bundel tabung. Pemasangan
sekat pada alat penukar kalor akan mempengaruhi kecepatan fluida yang melintasi luas
frontalnya dan akan berakibat langsung pada koefisien perpindahan kalor. Kern
mengatakan adanya pemasangan sekat adalah untuk mengarahkan aliran fluida dalam
selongsong menjadi melintang (cross flow) terhadap berkas tabung, dan juga menjadikan
aliran tersebut lebih turbulen. Aliran turbulen dapat meningkatkan perpindahan kalor.
Dalam pengkajian eksperimental yang dilakukan oleh Li dan Kottke pada penukar kalor
selongsong dan tabung dengan susunan tabung berselang-seling menyimpulkan
pertambahan jarak sekat dapat meningkatkan koefisien perpindahan kalor konveksi dan
penurunan tekanan lebih tinggi, dari pada jarak sekat yang pendek. Kern juga
menambahkan bahwa semakin banyak jumlah sekat yang digunakan atau jarak antar
sekat semakin pendek maka akan menambah derajat turbulensi aliran dan juga
penurunan tekanan (pressure drop). Dilain pihak Tunggul mengemukakan apabila jarak
antar sekat dibuat terlalu jarang atau panjang, maka aliran fluida akan menjadi aksial
sehingga tidak terdapat aliran yang melintang, sebaliknya jika jarak antar sekat dibuat
terlalu sempit atau kecil, maka akan menimbulkan bocoran yang berlebihan antara sekat
dengan selongsong. Kemudian Taborek dan Kern menyarankan bahwa jarak antar sekat
dapat bervariasi antara minimum 20 % dari diameter selongsong sampai dengan
maksimum sama dengan diameter selongsong. Soltan et al [16] menetapkan persamaan
korelasi untuk perhitungan jarak sekat optimum pada APK kondenser tipe E dan J
sebagai berikut :
Mukherjee mengemukakan bahwa pemotongan sekat (baffle cut) yang ideal
antara 20% sampai dengan 35% dari diameter selongsong. Jika pemotongan sekat
diambil kurang dari 20 % dengan maksud agar koefisien perpindahan kalor konveksi
pada sisi selongsong bertambah atau pemotongan diambil lebih dari 35 % dengan
maksud agar kerugian tekanan berkurang, maka hasil yang diperoleh umumnya akan
merugikan. Zukauskas (Yunus A. Cengel) mengusulkan rumus korelasi untuk
perhitungan koefisien perpindahan kalor konveksi aliran menyilang melintas bundle
tabung selang-seling (staggered) seperti berikut ini :

dimana nilai konstanta C, m, dan n tergantung pada bilangan Reynolds. Persamaan ini
berlaku untuk jumlah baris tabung N > 16 dan 0,7 < Pr < 500 serta 0 < ReD < 2 x 106.
Bila jumlah baris tabung N < 16 maka persamaan diatas dimodifikasi dengan mengalikan
faktor koreksi F. Selain itu persamaan empiris untuk koefisien perpindahan kalor konveksi
yang banyak diterapkan pada alat penukar kalor komersil, Janna [4] merumuskan
sebagai berikut :

Kemudian Sparrow dalam penelitiannya mengemukakan bahwa persamaan


korelasi untuk menentukan koefisien perpindahan kalor konveksi adalah :

dimana faktor K menyatakan pemotongan sekat (baffle cut). Penurunan tekanan dalam
sisi selongsong (shell) sangat dipengaruhi oleh faktor gesek dan laju aliran fluida. Besar
faktor gesek (f) dalam sisi selongsong berkorelasi langsung dengan bilangan Reynolds,
seperti yang dikemukakan oleh Pekdemir, bahwa penurunan tekanan adalah fungsi dari
bilangan Reynolds. Gaddis E. S dan Gnielinski V merumuskan perhitungan kerugian
tekanan pada sisi selongsong (shell) adalah sebagai berikut :
Penurunan tekanan untuk aliran gas melintas rangkunan tabung dapat dihitung dari
persamaan berikut yang dinyatakan dalam paskal:

Keterangan:
G maks : Kecepatan massa pada luas bidang aliran minimum, kg/m2.s
P : Densitas ditentukan pada kondisi aliran bebas, kg/m3
N : Jumlah baris melintang
μb : Viskositas aliran bebas rata-rata

Faktor gesek empiris f’diberikan oleh Jacob sebagai:

Untuk baris selang seling, dan:

Untuk baris segaris:


Zukauskas menyajikan informasi tambahan untuk berkas tabung, dengan
memperhitungkan rentang angka Reynold yang luas, dan perbedaan-perbedaan sifat.
Persamaan korelasinya mempunyai bentuk:

Dimana semua sifat kecuali Prw, dievaluasi pada T∞ dan nilai konstanta diberikan dalam
daftar untuk tabung yang lebih besar dari 20 baris. Persamaan ini berlaku untuk 0,7 < Pr
< 500 dan 10 < Red, maks < 106 . Untuk gas, rasio angka Prandtl tidak mempunyai
pengaruh banyak dan dapat diabaikan, sekali lagi harap diperhatikan bahwa angka
Reynold didasarkan atas kecepatan maksimum didalam rangkunan tabung (tube bank).
Untuk tabung yang kurang dari 20 baris, pada arah aliran, faktor koreksi pada daftar 6-7
harus diterapkan. Faktor koreksi ini pada dasarnya sama dengan yang untuk korelasi
Grimson.
Daftar Konstanta untuk korelasi Zukauskas (persamaan untuk perpindahan kalor
dalam rangkunan tabung (tube bank) 20 baris atau lebih, dari referensi 39.

Daftar Rasio h untuk kedalaman N baris terhadap kedalaman 20 baris menurut


referensi 39 dan untuk digunakan dengan persamaan (6-34).

Demikian juga Kakac dan Liu merumuskan persamaan korelasi untuk faktor gesek
sebagai berikut :
Selain itu Jegede mengemukakan bentuk hubungan fungsional factor gesek
dengan bilangan Reynolds sebagai berikut :

Demikian juga menurut Jakob (Holman ), persamaan empiris untuk faktor gesek
pada bundel tabung selang-seling sebagai berikut :

Menurut Sappu dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa koefisien


perpindahan kalor dan faktor gesek terjadi pada posisi sekat (baffle) tegak lurus terhadap
tabung. Korelasi empiris koefisien perpindahan kalor dan kerugian tekanan masing-
masing dinyatakan dalam hubungan fungsional yaitu :

dimana, 18680 < Re < 53120 dan 45° ≤ θ ≤ 90°.


Contoh soal:
Udara pada 1 Atm dan 100 C mengalir melintasi tabung yang tersusun 15 baris ke atas
dan 5 baris ke belakang, dengan kecepatan 7 m/s, diukur pada titik aliran sebelum
memasuki rangkunan tabung. Suhu permukaan tabung pada 650 C. Diameter tabung
ialah 1 in (2,54 cm), tersusun segaris sehingga ruang pada arah sejajar maupun tegak
lurus terhadap aliran adalah 1,5 in (3,81 cm). Hitunglah perpindahan kalor total per satuan
panjang tabung dan suhu udara pada waktu keluar.
Penyelesaian:
Konstanta yang diperlukan untuk persamaan (6-17) didapat dari daftar 6-4 dengan
menggunakan

Sehingga:

Sifat-sifat udara dievaluasi pada suhu film, yang pada waktu masuk rangkunan tabung
ialah:

Lalu:

Untuk menghitung kecepatan maksimum, kita perlu menentukan luas bidang aliran
minimum. Dari gambar 6-14 kita dapatkan perbandingan luas bidang aliran minimum
dengan luas frontal total yaitu (Sn – d) /Sn. Kecepatan maksimumnya adalah:
Dimana U∞ ialah kecepatan sebelum masuk rangkunan tabung. Angka Reynold dihitung
dengan menggunakan kecepatan maksimum:

Koefisien perpindahan kalor dihitung dengan persamaan (6-17):

Angka tersebut merupakan koefisien perpindahan kalor seandainya terdapat 10 baris


tabung pada arah aliran. Karena hanya ada 5 baris tabung, nilai ini harus dikalikan
dengan faktor 0,92 yang di tentukan dari daftar 6-5.

Luas bidang perpindahan kalor seluruhnya per satuan panjang tabung adalah:

Dimana N adalah jumlah tabung keseluruhan.

Sebelum menghitung perpindahan kalor, harus kita ingat bahwa suhu udara meningkat
dalam perjalanan aliran melintas rangkunan tabung itu, jadi hal ini perlu diperhitungkan
dalam rumus:

Sebagai suatu pendekatan, dapat kita gunakan rata-rata aritmetik nilai T∞ dan sebagai
neraca energi kita tuliskan:
Dimana subskrip 1 dan 2 menunjukkan keadaan masuk dan keluar rangkunan tabung.
Aliran massa pada waktu masuk susunan 15 tabung adalah:

Jadi persamaan f menjadi:

Yang memberikan:

Perpindahan kalor didapatkan dari bagian kanan persamaan ( f ):

Hasil ini masih dapat diperbaiki dengan menghitung kembali sifat-sifat udara atas dasar
nilai rata-rata T∞, tetapi perbaikannya kecil sekali dan masih dalam batas ketelitian
korelasi empiris perpindahan kalor persamaan (6-17).

Anda mungkin juga menyukai