Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH

Disusun Oleh :

Ajeng Vildah Setyaningsih


P27905119001

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN

POLTEKKES KEMENKES BANTEN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


LAPORAN PENDAHULUAN

I. KASUS (Masalah Utama)

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah.


Definisi
Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga
diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku orang lain yang
mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang
berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi
menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk
berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah
melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman. (Keliat,
2011).

II. PROSES TERJADINYA MASALAH

A. Faktor Predisposisi

a.Faktor yang mempengaruhi harga diri


Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis, kegagalan
yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan
pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi peran.
Dimasyarakat umunya peran seseorang disesuai dengan jenis kelaminnya.
Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri, kurang
obyektif dan rasional sedangkan pria dianggap kurang sensitive, kurang
hangat, kurang ekspresif dibandingkan wanita. Sesuai dengan standar tersebut,
jika wanita atau pria berperan tidak sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan
konflik diri maupun hubungan sosial.
c.Faktor yang mempengaruhi identitas diri.
Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan struktur
sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan anak
menjadi kurang percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan dan dihantui
rasa bersalah ketika akan melakukan sesuatu. Control orang yang berat pada
anak remaja akan menimbulkan perasaan benci kepada orang tua. Teman
sebaya merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas. Remaja ingin
diterima, dibutuhkan dan diakui oleh kelompoknya,
d. Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara
umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di
otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien
mengalami depresi dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri dikuasai
oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.

B. Faktor Presipitasi

Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang
dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stressor
dapat mempengaruhi komponen.
Stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian
tubuuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan
fungsi tubuh, proses tumbuh kembang prosedur tindakan dan pengobatan.
Sedangkan stressor yang dapat mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah
penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti,
pola asuh yang tidak tepat, misalnya selalu dituntut, dituruti, persaingan
dengan saudara, kesalahan dan kegagalan berulang, cita-cita tidak terpenuhi
dan kegagalan bertanggung jawab sendiri. Stressor pencetus dapat berasal dari
internal dan eksternal:
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dan individu mengalaminya sebagai frustasi.

Ada tiga jenis transisi peran:

a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan


dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai
serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh,
perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik
yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal. Perubahan tubuh
dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri,
identitas diri, peran dan harga diri.

C. Rentang Respon

D. Mekanisme Koping

Mekanisme koping menurut Deden (2013) :


Jangka pendek :

1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian obat-
obatan, kerja keras, nonoton tv terus menerus.
2. Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok sosial,
keagamaan, politik.
3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : kompetisi olah raga kontes
popularitas.
4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara :
penyalahgunaan obat-obatan.

Jangka Panjang :

1. Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari


orang-orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi
diri sendiri.
2. Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan harapan
masyarakat.
Mekanisme Pertahanan Ego:

Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi,


disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri
dan orang lain.

III. A. POHON MASALAH

Isolasi Sosial Effect

Harga Diri Rendah


Core Problem

Koping keluarga in Causa


efektif

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah


Subyektif:
 Mengeluh hidup tidak bermakna
 Tidak memiliki kelebihan apapun
 Merasa jelek
Obyektif:
 Kontak mata kurang
 Tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
2. Isolasi Sosial : Menarik diri
Subyektif:
 Mengatakan malas berinteraksi
 Mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya
 Merasa orang lain tidak selevel
Obyektif:
 Menyendiri, Mengurung diri, Tidak mau bercakap-cakap dengan orang
lain
3. Gangguan perubahan persepsi sensori : halusinasi
Subyektif: Mengatakan mendengar suara bisikan/melihat bayangan
Obyektif:
 Bicara sendiri
 Tertawa sendiri
 Marah tanpa sebab
4. Resiko tinggi perilaku kekerasan
Subyektif
 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
Obyektif
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang barang.
5. Koping tidak efektif
Subyektif: Klien mengatakan saya tidak berguna, tidak sanggup mengatasi
masalahnya dan mulai putus asa.
Obyektif: Klien terlihat sering menyendiri, diam, menangis tanpa sebab.
Masalah Keperawatan Data Yang Perlu Dikaji Data yang perlu
ditambahkan
Harga Diri Rendah Status Mental Subyektif:
 Penampilan  Mengeluh hidup tidak
bermakna
 Tidak memiliki
kelebihan apapun
 Merasa jelek
Obyektif:
 Kontak mata kurang
 Tidak berinisiatif
berinteraksi dengan
orang lain
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Harga diri rendah


2. Isolasi Sosial
3. Halusinasi
4. Resiko tinggi perilaku kekerasan

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Perencanaan
No Dx
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Intervensi
Evaluasi
Gangguan TUM:
konsep diri:
Klien memiliki
harga diri
konsep diri yang
rendah.
positif

TUK:
1. Klien dapat
membina 1. Setelah 1 kali 1. Bina hubungan
hubungan saling interaksi, klien saling percaya
percaya dengan menunjukkan dengan meng-
perawat. eskpresi wajah gunakan prinsip
bersahabat, komunikasi
menun-jukkan terapeutik :
rasa senang,
 Sapa klien
ada kontak
dengan
mata, mau ramah baik
berjabat verbal
tangan, mau maupun non
menyebutkan verbal.
nama, mau  Perkenalkan
menjawab diri dengan
salam, klien sopan.
mau duduk  Tanyakan
berdampingan nama
dengan lengkap dan
perawat, mau nama
mengutarakan panggilan
masalah yang yang disukai
dihadapi. klien.
 Jelaskan
tujuan
pertemuan.
 Jujur dan
menepati
janji.
 Tunjukan
sikap empati
dan
menerima
klien apa
adanya.
 Beri
perhatian
dan
perhatikan
kebutuhan
dasar klien.
2. Klien dapat 2. Setelah 1 kali 2.1. Diskusikan
mengidentifikasi interaksi klien dengan klien
aspek positif menyebutkan: tentang:
dan kemampuan
o Aspek  Aspek
yang dimiliki.
positif dan positif yang
kemampuan dimiliki
yang klien,
dimiliki keluarga,
klien. lingkungan.
o Aspek  Kemampuan
positif yang
keluarga. dimiliki
o Aspek klien.
positif 2.2 Bersama klien
lingkung- buat daftar
an klien. tentang:
 Aspek positif
klien,
keluarga,
lingkungan.
 Kemampuan
yang dimiliki
klien.
2.3. Beri pujian
yang realistis,
hindarkan
memberi
penilaian negatif.
3. Klien dapat me- 3. Setelah1 kali 3.1. Diskusikan
nilai interaksi klien dengan klien
kemampuan menyebutkan kemampuan
yang dimiliki kemampuan yang dapat
un-tuk yang dapat dilaksanakan.
dilaksanakan dilaksanakan. 3.2. Diskusikan
kemampuan
yang dapat
dilanjutkan
pelaksanaannya.

4. Klien dapat 4. Setelah 1 kali 4.1. Rencanakan


merencanakan interaksi klien bersama klien
kegiatan sesuai membuat aktivitas yang
dengan rencana dapat dilakukan
kemampuan kegiatan harian setiap hari
yang dimiliki sesuai
kemampuan
klien:
 kegiatan
mandiri.
 kegiatan
dengan
bantuan.
4.2. Tingkatkan
kegiatan sesuai
kondisi klien.
4.3. Beri contoh cara
pelaksanaan
kegiatan yang
dapat klien
lakukan.
5. Klien dapat 5. Setelah1 kali Anjurkan klien
melakukan interaksi klien untuk melaksanakan
kegiatan sesuai melakukan kegiatan yang telah
rencana yang kegiatan sesuai direncanakan.
dibuat. jadual yang Pantau kegiatan
dibuat. yang dilaksanakan
klien.
Beri pujian atas
usaha yang
dilakukan klien.
Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan
kegiatan setelah
pulang.
6. Klien dapat 6. Setelah 1 kali 6.1. Beri pendidikan
memanfaatkan interaksi klien kesehatan pada
sistem pendu- memanfaatkan keluarga tentang
kung yang ada. sistem cara merawat
pendukung klien dengan
yang ada di harga diri
keluarga. rendah.
6.2. Bantu keluarga
memberikan
dukungan
selama klien di
rawat.
6.3. Bantu keluarga
menyiapkan
lingkungan di
rumah.

VI. SUMBER

 Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier


 Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku
Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
 Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas:
CMHN(Basic Course). Jakarta: EGC
 Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan), Edisi
8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai