Anda di halaman 1dari 10

ANEMIA defisiensi besi (ADB) merupakan

masalah defisiensi nutrien tersering pada anak di


seluruh dunia terutama di negara sedang
berkembang termasuk Indonesia.

ETIOLOGI

Bayi kurang dari 1 tahun

1. Cadangan besi kurang, a.l. karena bayi berat


lahir rendah, prematuritas, lahir kembar, ASI
ekslusif tanpa suplementasi besi, susu formula
rendah besi, pertumbuhan cepat dan anemia
selama kehamilan.

2. Alergi protein susu sapi Anak umur 1-2 tahun


1. Asupan besi kurang akibat tidak mendapat
makanan tambahan atau minum susu murni
berlebih.

2. Obesitas

3. Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang /


kronis.

4. Malabsorbsi.

Anak umur 2-5 tahun

1. Asupan besi kurang karena jenis makanan


kurang mengandung Fe jenis heme atau minum
susu berlebihan.

2. Obesitas
3. Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang /
kronis baik bakteri, virus ataupun parasit).

4. Kehilangan berlebihan akibat perdarahan


(divertikulum Meckel / poliposis dsb).

MANIFESTASI KLINIS

Gejala dari keadaan deplesi besi maupun defisiensi


besi tidak spesifik. Diagnosis biasanya ditegakkan
berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yaitu
penurunan kadar feritin/ saturasi transferin serum
dan kadar besi serum. Pada ADB gejala klinis
terjadi secara bertahap. Kekurangan zat besi di
dalam otot jantung menyebabkan terjadinya
gangguan kontraktilitas otot organ tersebut.
Pasien ADB akan menunjukkan peninggian
ekskresi norepinefrin; biasanya disertai dengan
gangguan konversi tiroksin menjadi triodoti-
roksin. Penemuan ini dapat menerangkan
terjadinya iritabilitas, daya persepsi dan perhatian
yang berkurang, sehingga menurunkan prestasi
belajar kasus ADB.

Anak yang menderita ADB lebih mudah terserang


infeksi karena defisiensi besi dapat menyebabkan
gangguan fungsi neutrofil dan berkurangnya sel
limfosit T yang penting untuk pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Perilaku yang aneh berupa pika,
yaitu gemar makan atau mengunyah benda
tertentu antara lain kertas, kotoran, alat tulis,
pasta gigi, es dan lain lain, timbul sebagai akibat
adanya rasa kurang nyaman di mulut. Rasa kurang
nyaman ini disebabkan karena enzim sitokrom
oksidase yang terdapat pada mukosa mulut yang
mengandung besi berkurang. Dampak kekurangan
besi tampak pula pada kuku berupa permukaan
yang kasar, mudah terkelupas dan mudah patah.
Bentuk kuku seperti sendok (spoon-shaped nails)
yang juga disebut sebagai kolonikia terdapat pada
5,5% kasus ADB.

Pada saluran pencernaan, kekurangan zat besi


dapat menyebabkan gangguan dalam proses
epitialisasi. Papil lidah mengalami atropi. Pada
keadaan ADB berat, lidah akan memperlihatkan
permukaan yang rata karena hilangnya papil lidah.
Mulut memperlihatkan stomatitis angularis dan
ditemui gastritis pada 75% kasus ADB.

DIAGNOSIS

Penegakan diagnosis anemia defisiensi besi perlu


dilakukan pemeriksaan laboratorium yang meliputi
pemeriksaan darah rutin sepeti Hb, PCV, leukosit,
trombosit ditambah dengan pemeriksaan indeks
eritrosit, retikulosit, morfologi darah tepi dan
pemeriksaan status besi (Fe serum, Total iron
binding capacity (TIBC), status transferrin, FEP,
ferritin dan apus sumsum tulang. Bila sarana dan
biaya terbatas, diagnosis kemungkinan ADB
ditegakkan hanya berdasarkan adanya riwayat
faktor predisposisi dan faktor penyebab, pada
pemeriksaan fisis terdapat pucat tanpa
perdarahan atau organomegali, gambaran eritrosit
mikrositik hipokrom dan responsive terhadap
pemberian zat besi.

Menentukan adanya anemia dengan memeriksa


kadar Hb dan atau PCV merupakan hal pertama
yang penting untuk memutuskan pemeriksaan
lebih lanjut dalam menegakkan diagnosis ADB
yang ditandai dengan sejajarnya penurunan nilai
indeks MCV, MCH dan MCHC dengan penurunan
kadar Hb. Pada gambaran morfologi darah tepi
ditemukan keadaan hipokrom, mikrositik,
anisositosis dan poikilositosis.

Jumlah leukosit biasanya normal tetapi pada ADB


yang berlangsung lama biasanya dapat terjadi
granulasitopenia. Pada pemeriksaan status besi
didapatkan kadar Fe serum menurun dan TIBC
meningkat. Perbandingan antara Fe seru dan TIBC
yang dapat diperoleh dengan cara menghitung Fe
serum/TIBC x 100% merupakan suatu nilai yang
menggambarkan suplai besi ke eritroid sumsum
tulang dan sebagai penilaian terbaik untuk
mengetahui pertukaran besi antara plasma dan
cadangan besi dalam tubuh. Jumlah cadangan besi
tubuh dapat diketahui dengan memeriksa kadar
ferritin serum.

Pengobatan anemia besi yang digunakan saat ini


adalah preparat besi oral berupa garam fero
(sulfat, glukonat, fumarat, dan lain-lain) dengan
dosis pada bayi dan anak-anak sebanyak 3-6 mg/
kgBB/hari dibagi dalam dua dosis. Garam fero
dianjurkan dikonsumsi sebelum sarapan dan
makan malam agar penyerapan besi dapat terjadi
lebih optimal.

Pemberian setelah makan dapat menghambat


penyerapan sebanyak 40-50%. Efek samping
pemberian pada saat perut kosong berupa mual,
rasa tidak nyaman di ulu hati, dan konstipasi,
sehingga .Pengukuran hemoglobin dilakukan
setelah satu bulan pemberian preparat besi oral,
dimana diharapkan hemoglobin sudah terkoreksi
sepertiga atau dua pertiganya. Nilai normal
hemoglobin tercapai dalam 1-3 bulan setelah
pengobatan. Untuk mencegah terjadinya
kelebihan kadar hemoglobin yang dapat
menyebabkan keracunan, pengobatan tidak boleh
lebih dari 5 bulan. Pemberian zat besi dalam
bentuk intramuscular atau intravascular dapat
diberikan pada keadaan tertentu dimana
pemberian secara oral tidak memberikan respon
yang diharapkan seperti pada keadaan pasien
tidak bisa menerima secara oral, kehilangan besi
yang cepat, atau gangguan penyerapan pada usus.

Zat besi dalam makanan tersedia dalam dua


bentuk yaitu zat besi Fe-heme dan non-heme.Besi
non-heme terdapat dalam makanan seperti beras,
bayam, gandung, jagung, kacang kedelai, dan lain-
lain. Zat besi non-heme berbentuk senyawa ferri
yang harus diubah menjadi ferro oleh HCl di
lambung untuk dapat diserap oleh usus.
Sementara zat besi dalam bentuk heme terdapat
pada makanan seperti daging, ikan, hati, dan lain-
lain yang lebih mudah diserap oleh usus.ANJURAN
Anemia defisiensi besi merupakan sebuah
persoalan yang harus mendapat perhatian secara
khusus terutama pada anak usia 0-5 tahun.
Kekurangan zat besi pada anak dapat
mempengaruhi kualitas hidup anak dan
berdampak buruk pada masa depan. Pemberian
makanan bergizi seimbang dapat mencegah
terjadinya anemia pada anak. Pemeriksaan kadar
hemoglobin (Hb) disarankan untuk dilakukan
mulai usia 2 tahun dan selanjutnya setiap tahun
sampai anak remaja. Apabila ditemukan hasil
anemia dari pemeriksaan maka disarankan untuk
dicari penyebabnya dan bila perlu dirujuk. IDAI
merekomendasikan pemberian suplemen besi oral
kepada semua kelompok usia anak dengan
prioritas usia balita (0-5 tahun), terutama usia 0-2
tahun sampai usia 18 tahun, dan beberapa
kelompok rentan lainnya sebagai pencegahan
anemia defisiensi besi. Dosis besi elemental yang
diberikan disesuaikan dengan kelompok usia yang
dapat dilihat pada Rekomendasi IDAI Suplementasi
Besi untuk Anak. Orang tua juga diharapkan dapat
mengenali tanda-tanda anemia pada anak
sehingga pengobatan dapat dimulai seawall
mungkin.

Anda mungkin juga menyukai