Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN KOMPREHENSIF

MINGGU I

PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK MASA PERSALINAN

DAN BBL PADA IBU BERSALIN DENGAN PENANGANAN RASA NYERI

KALA I

Disusun Oleh

RAHMI SUNDARI
P05140420012

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

202
0HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KOMPREHENSIF

MINGGU 1

PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK MASA PERSALINAN


DAN BBL PADA IBU BERSALIN DENGAN PENANGANAN RASA NYERI
KALA I

Oleh:
RAHMI SUNDARI
P05140420012

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Diah Eka Nugraheni, M.Keb Yuniyarna, SST


NIP. 198012102002122001 NIP. 196604241988032007

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif

ini. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas Praktik

Kebidanan Fisiologi Holistik Persalinan dan BBL. Laporan ini terwujud atas

bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada :

1. Bunda Yuniarti, SST, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes

Kemenkes Bengkulu.

2. Bunda Diah Eka Nugraheni, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Jurusan

Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

3. Bunda Diah Eka Nugraheni, M.Keb selaku dosen pembimbing akademik.

4. Bidan Yuniyarna, SST selaku pembimbing lahan.

Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari

bahwa penulisan laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir

kata, penulis berharap semoga laporan komprehensif ini bermanfaat bagi semua

pihak.

Bengkulu, November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii

KATA PENGANTAR......................................................................................iii

DAFTAR ISI....................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

BAB II KAJIAN KASUS DAN TEORI........................................................6

BAB III PEMBAHASAN...............................................................................58

BAB IV PENUTUP.........................................................................................63

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................64

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan merupakan suatu proses alamiah yang akan dilalui oleh setiap

ibu dan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting. Hampir semua ibu

bersalin mengalami rasa nyeri yang luar biasa. Pada kala I aktif persalinan,

nyeri timbul akibat pembukaan servik dan kontraksi uterus. Sensasi nyeri

menjalar melewati syaraf simposis yang memasuki modula spinalis melalui

segmen posterior syaraf spinalis torakalis 10, 11dan 12. Penyebaran nyeri

pada kala I fase aktif persalinan adalah nyeri pinggang yang dialami ibu

disebabkan oleh tekanan kepala janin terhadap tulang belakang, nyeri ini

tidak menyeluruh melainkan nyeri disuatu titik. Akibat penurunan janin,

lokasi nyeri punggung berpindah ke bawah, ke tulang belakang bawah serta

lokasi denyut jantung janin berpindah ke bawah pada abdomen ibu ketika

terjadi penurunan kepala.

Nyeri persalinan dapat menyebabkan hiperventilasi sehingga kebutuhan

oksigen meningkat, naiknya tekanan darah, berkurangnya motilitas usus dan

vesika urinari. Keadaan ini dapat merangsang kenaikan katekolamin yang

dapat menyebabkan gangguan pada kekuatan kontraksi uterus sehingga

terjadi inersia uterus dan apabila tidak segera diatasi maka akan

meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stres. Ibu bersalin yang

mengalami stres menyebabkan kelelahan dan sekresi katekolamin yang

mengakibatkan terjadinya partus lama hingga kematian ibu saat melahirkan.

1
Selain itu nyeri persalinan juga dapat menimbulkan stres yang

menyebabkan pelepasan hormon yangberlebihan seperti katekolamin

dansteroid. Hormon ini dapat menyebabkan terjadinya ketegangan otot polos

dan vasokonstriksi pembuluh darah. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan

kontraksi uterus, penurunan sirkulasi utero plasenta, pengurangan aliran darah

dan oksigen ke uterus serta timbulnya iskemia uterus yang membuat impuls

nyeri bertambah banyak.

Terdapat metode yang dapat digunakan untuk menurunkan nyeri

persalinan, baik secara farmakologis (menggunakan obat- obatan) maupun

non-farmakologis (secara tradisional). Pada metode non- farmakologis ada

dua teknik pemijatan yang dapat diupayakan yaitu teknik effleurage dan

massage counter pressure vertebra sacralis yang relatif cukup efektif dalam

membantu mengurangi nyeri pinggang persalinan dan relatif aman karena

tidak ada efek samping yang ditimbulkan.

Teknik effleurage adalah bentuk massage dan tekanan dengan

menggunakan telapak tangan berupa tekanan lembut ke atas permukaan tubuh

dengan arah sirkular secara berulang. Teknik effleurage atau usapan lembut

dilakukan pada sacrum dan vertebral sebagai pusat nyeri menggunakan

seluruh telapak tangan. Gerakannya searah dengan jarum jam, bersamaan

dengan pengaturan pola nafas ibu. Hal ini dilakukan supaya ibu bersalin lebih

rileks.

Sedangkan massage counter pressure vertebra sacralis adalah pijatan

yang dilakukan dengan memberi penekanan yang terus menerus selama

2
kontraksi pada tulang sakrum dengan pangkal atau kepalan salah satu

telapaktangan. Dalam penelitian ini, teknik counter pressure vertebra sacralis

dilakukan pada 3 titik. Gerakan dilakukan seperti istilah “nguyeg” dalam

bahasa jawa, searah jarum jam kemudian dilanjutkan penekanan. Berbeda

dengan efflurage, teknik ini memiliki tekanan yang lebih kuat. Selain itu

peneliti menggunakan pangkal telapak tangan dalam tindakan counter

pressure vertebra sacralis.

Adanya sistem sirkulasi yang baik akibat massage dapat menghantarkan

zat asam dan bahan makanan ke sel-sel akan lebih maksimal dan sisa-sisa dari

zat-zat yang tidak terpakai akan diperbaiki. Jadi akan timbul proses

pertukaran yang lebih baik, aktifitas sel yang meningkat akan mengurangi

rasa sakit lokal.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan kebidanan holistik pada

remaja dan pranikah menggunakan pola pikir manajemen kebidanan serta

mendokumentasikan hasil asuhannya.

2. Tujuan khusus

a. Melaksanakan pengkajian pada kasus Ny.P Usia 32 tahun dengan

penanganan rasa nyeri kala I.

b. Mengidentifikasi diagnosa/masalah kebidanan berdasarkan data

subyektif dan data obyektif pada kasus Ny.P Usia 32 tahun dengan

penanganan rasa nyeri kala I.

3
c. Menentukan masalah potensial yang mungkin terjadi dan kebutuhan

segera pada kasus Ny.P Usia 32 tahun dengan penanganan rasa nyeri

kala I.

d. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada kasus Ny.P Usia 32

tahun dengan penanganan rasa nyeri kala I.

e. Melaksanakan evaluasi untuk menangani kasus Ny.P Usia 32 tahun

dengan penanganan rasa nyeri kala I.

f. Melakukan pendokumentasian kasus Ny.P Usia 32 tahun dengan

penanganan rasa nyeri kala I.

C. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman secara

langsung, sekaligus penanganan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh

selama pendidikan. Selain itu, menambah wawasan dalam menerapkan

asuhan kebidanan pada kasus ibu bersalinan dengan penanganan rasa nyeri

kala I.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa

Memperoleh gambaran dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu

bersalinan dengan penanganan rasa nyeri kala I..

b. Bagi Bidan Pelaksana di PMB

Laporan Seminar Kasus ini dapat dijadikan dokumentasi di Praktik

Mandiri Bidan Yuniyarna, SST.

4
c. Bagi Pasien

Asuhan kebidanan pesalinan nmal yang diharapkan dapat membantu

mengurangi rasa nyeri kala I pada ibu bersalin, sehingga pasien tahu

apa yang harus dilakukan.

5
BAB II

KAJIAN KASUS DAN TEORI

A. Persalinan Normal

1. Pengertian

Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang

dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi

pada kehamilan yang cukup bulan (37–42 minggu) dengan ditandai

adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya penipisan, dilatasi

serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir dengan presentase

belakang kepala tanpa alat atau bantuan (lahir spontan) serta tidak ada

komplikasi pada ibu dan janin (Indah, Firdayanti 2019).

Persalinan adalah proses dimana bayi, Plasenta, dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu bersalin. Persalinan yang normal terjadi

pada usia kehamilan cukup bulan/setelah usia kehamilan 37 minggu atau

lebih tanpa penyulit.

Menurut Mayles dalam (Kemenkes 2016) Persalinan adalah suatu

proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang diawali dengan

kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat pengeluaran bayi

sampai dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana proses

persalinan ini akan berlangsung selama 12 sampai 14 jam.

Persalinan normal ialah suatu proses pengeluaran bayi dengan

usia cukup bulan, letak memanjang atau sejajar dengan sumbu badan ibu,

6
presentasi belakang kepala,diameter kepala bayi dan panggul ibu seimbng,

serta dengan tenaga ibu sendiri (Yulizawati 2019)

2. Tanda dan gejala persalinan

a. Tanda dan gejala permulaan persalinan

1) Kepala turun memasuki pintu atas panggul. Pada primigravida

terjadi menjelang minggu ke-36.

2) Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.

3) Perasaan sering atau susah kencing karena kandung kemih tertekan

oleh bagian terbawah janin.

4) Sakit pinggan dan di perut.

5) Servik mulai lembek dan melebar.

b. Tanda-tanda persalinan inpartu

1) Pinggang terasa sakit dan menjalar ke depan.

2) Pengeluaran lendir bercampur darah.

3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

4) Hasil pemeriksaan dalam (PD) menunjukan terjadinya perlukaan,

pendataran, dan pembukaan serviks.

3. Tahapan Proses Persalinan

Persalinan aktif dibagi menjadi tiga kala yang berbeda. Kala I

persalinan dimulai dari ketika telah mencapai kontraksi uterus dengan

frekuensi, intensitas dan durasi yang cukup untuk menghasilkan

pendataran dan dilatasi serviks yang progesif. Kala I persalinan selesai

ketika serviks sudah lengkap mencapai (10 cm) sehingga memungkinkan

7
kepala janin msuk dan lewat. Oleh karena itu, kala I persalinan disebut

dengan stadium pendataran dan dilatasi serviks. Kala II persalinan di

mulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap dan berakhir ketika janin telah

lahir. Kalah II persatinan disebut juga dengan stadium eksplusi janin. Kala

III persalinan di mulai segera setelah janin lahir, dan berakhir dengan

lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin. Kala III persalinan di sebut

juga dengan stadium pemisah dan eksplusi plasenta (Kostania 2020). Kala

IV juga di anggap penting karna di kala IV ini dapat diamati jika terjadi

pendarahan post partum. Berikut merupakan uraian masing-masing dari

kala persalinan tersebut :

a. Kala I (Kala Pembukaan)

Kala I di mulai dari saat persalinan dimulai (pembukaan nol) sampai

pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase, yaitu:

1) Fase laten: berlangsung selama 7-8 jam, serviks membuka hingga 3

cm.

2) Fase aktif: berlangsung selama 6 jam, serviks membuka dari 4 cm

sampi 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering, di bagi atas 3 fase:

a) Fase akselarasi: berlangsung dalam waktu 2 jam pembukaan 3

cm menjadi 4 cm.

b) Fase dilatasi maksimal: berlangsung dalam waktu 2 jam

pembukaan dan berslangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9

cm.

8
b. Fase deselerasi: pembukaan menjadi lebih lambat sekali berlangsung

dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap .

c. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Kala ini disebut juga dengan stadium eksplusi janin atau kala

pengeluaran janin, dimulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap, dan

berakhir ketika janin sudah dilahirkan. Pada kala ini janin di dorong

keluar dengan kekuatan his dan kekuatan ibu saat mengedan. Pada

primigravida, penurunan bagian terbawah janin terjadi secara khas

agak lambat tapi mantap. Namun pada multigravida penurunan

berlangsung cepat.

d. Kala III (Pelepasan Plasenta)

Stadium pemisah dan eksplusi plasenta, kala III ini dimuali segera

setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta dan selaput ketuban, yang

berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses lepasnya plasenta dapat

di perkirakan dengan tanda-tanda, yaitu uterus membundar, uterus

terdorong ke atas karena plsenta dileps se segman bawah rahim, tali

pusat memanjang dan terjadi semburan darah tiba-tiba.

e. Kala IV (Kala Pengawasan)

Kala IV adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan

plasenta lahir dan untuk mengamati keadaan ibu terutama terhada

bahaya pendarahan post partum. Masa post partum merupaka saat

paling keritis untuk mmencegah kematian ibu, terutama kematian yang

disebabkan karena pendrahan. Selama kala IV petugas harus memantai

9
ibu setiap setiap 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta

dan 30 menit pada jam kedua setelah persalinan. Jika kondisi ibu

kurang atau tidak setabil, maka ibu harus lebih sering di pantau

(Yulizawati 2019).

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan

a. Faktor power (Kekuatan mengejan)

Power adalah kekuatan dari ibu untuk mendorong janin keluar dari

jalan lahir. Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan

ialah : his, kontraksi otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari

ligament, dengan kerja sama yang baik dan sempurna. Kesulitan dalam

jalannya persalinan (distosia) karna kelainan his adalah his yang tidak

normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga dapat menghambat

kelancaran persalinan. Kelainan his sering di jumpai pada multigravida

dan grandemulti. Faktor yang memegang peran penting pada kekuatan

his antara lain faktor herediter, emosi, kekuatan, salah pimpinan

persalinan.

b. Faktor Passage (Jalan Lahir)

Faktor jalan lahir yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya

persalinan tindakan anata lain: ukuran panggul sempit, kelainan pada

vulva, kelainan pada vagina, kelainan pada serviks uteri, uterus dan

ovarium. Faktor jalan lahir di bagi atas: bagian keras: tulang-tulang

panggul, bagian lunak: otot-otot, jaringan-jaringan, dan ligament-

ligament.

10
c. Faktor Passanger (Janin)

Faktor bayi atau janin yang sangat berpengaruh pada proses

persalinan. Pada keadaan normal, bentuk bayi, berat badan bayi, posisi

dan letak dalam perkembangannya sampai pada akhir kehamilan dan

siap untuk di lahirkan, bayi mempunyai kekuatan mendorong ddirinya

keluar sehingga persalinan berjalan dengan spontan.

d. Pisikis ibu

Psikis ibu merupakan hubungan saling mempengaruhi yang rumut

antara dorongan psikologi dan fisiologis dalam diri wanita dengan

pengaruh doringan tersebut pada proses kelahiran bayi. Salah satu

kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi atau menghambat proses

persalinan adalah rasa cemas. Beberapa determinan terjadinya

kecemasan pada ibu bersalin :

1) Cemas sebagai akibat dari nyeri persalinan

2) Keadaan fisik ibu

3) Kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan

4) Dukungan dari lingkungan sosial (suami/keluarga)

5) Latar belakang psikososial (pendidikan dan sosial ekonomi)

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lamanya Persalinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan sehingan persalinan

berlangsung lama yaitu:

11
a. Faktor ibu

1) Usia ibu

Usia ibu merupakan salah satu faktor resiko yang berhubungan

dengan kualitas kehamilan atau berkaitan dengan kesiapan ibu

dalam reproduks. Usia reproduksi yang optimal bagi seseorang ibu

untuk hamil dan melahikan ialah 20-35 tahun karena pada usia ini

secara fisik dan psikologi ibu sudah cukup matang dalam

menghadapi kehamilan dan persalinan.jika umur ibu kurang dari

20 tahun maka semakin muda umur ibu maka fungsi reproduksi

belum berkembang dengan sempurna sehinga kemungkinn terjadi

komplikasi dalam persalinan akan lebih besar. JIka usia ibu lebih

dari 35 tahun juga akan beresiko, maka semakin tua umur ibu maka

akan terjadi kemunduran yag progesif dari endrometrium sehingga

untuk mencukupi nutrisi di butuhkan pertumbuha plasenta yang

lebih luas sehingga menyebabkan proses kehamilan dan persalinan

beresiko

2) His

His merupakan suatu kontraksi dari otot-otot rahmim yang

fisiologis pada persalinan. His dikatakan baik apabila memiliki

frekuensi kurang dari 2x10 menit dengan durasi lebih dari 40 detik,

dan his di katakan kurang baik jika memiliki frekuensi kurang dari

2x10 menit dursi kurang dari 40 detik (Surtiningsih 2017).

12
3) Paritas

Paritas adalah wanita yang sudah melahirkanbayi hidup. Paritas

primipara yaitu wanita yang telah melahirkan bayi hidup sebanyak

satu kali, multipara yaitu wanita yang telah melahrkan bayi hidup

beberapa kali di mana persalinan tersebut tidak lebih dari 5 kali,

dan grande multipara yaitu wanita yang melahirkan bayi hidup

lebih dari 5 kali. Paritas dikatakan beresiko bila paritas lebih dari 4

kali sedangkan paritas yang tidak beresiko jika melahirkan 2-3 kali.

Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka

kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi

pula kematian maternal (Rohani and Nusantara 2017).

b. Faktor janin

1) Sikap janin

Sikap janin adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu

dengan yang lain dengan bagian yang lain. Janin mempunyai

postur yang khas (sikap) saat berada di dalam rahim. Hal ini

merupakan suatu akibat dari pola pertumbuhan janin dan sebagian

akibat penyesuaian janin terhadap bentuk organ janin. Paa kondisi

normal punggung janin sangat fleksi, kepala fleksi ke arah dada,

paha fleksi ke arah sendi lutut, tangan di silangkan di depan toraks

dan tali pusat terletak di antara lengan dan tungkai sikap janin ini

di sebut sebagai fleksi umum. Penyimpangan sikap normal dapat

menyebabkan kesulitan saat anak akan di lahirkan. Misalnya, pada

13
saat presentasi kepala dengan kepala janin ekstensi atau fleksi yang

kurang dapat menyebabkan diameter kepala janin berada di posisi

yang tidak menguntugkan terhadap ukuran pangul ibu.

2) Letak janin

Menurut Mochtar dalam (Made Ayu 2017), letak janin adalah

hubungan panjang sumbu (punggung) tubuh janin terhadap

panjang sumbu (punggung) tubuh ibu. Letak janin di bedakan

menjadi 3 yaitu :

a) Letak memanjang

Sumbu bayi sejajar dengan panjang sumbu (punggung) ibu.

Posisi ini masih di bedakan menjadi 2 bagian meliputi :

(1) Letak kepala berada di bagian bawah rongga rahim (janin

letak memanjang presentasi kepala). Letak janin inilah

yang di harapkan, karena dengan posisi ini daoat

memudahkan proses persalinan alami melalui jalan lahir.

Karena ketika persalinan berlangsung, kepala janin akan

terdorong ke arah pintu jalan lahir. Jika kepala sudah

berhasil keluar, maka seluruh bagian tubuh akan mudah

utuk dikeluaran.

(2) Kepala berada di bagian atas rongga rahim (janin letak

memanjang presentasi sumsang). Letak biasanya

bervariasi, ada yang bokong saja di bagian bawah rahim

dan ada pula yang kaki terlebih dahulu.

14
b) Letak lintang

Sumbu panjang janin melintang dan membentuk sudut tegak

lurus terhadap sumbu panjang tubuh ibu.

c) Letak miring

Letak janin tidak memanjang dan tidak lintang.

3) Malposisi

Malposisi merupakan posisi abnormal dari puncak kepala janin

(dengan ubun-ubun kecil sebagai penanda) dipanggul ibu.

Malposisi juga merupakan sebagai petunjuk tidak berada di

anterior.

4) Malpresentasi

Presentasi janin tersering adalah presentasi belakang kepala.

Pada posisi tersebut, kepala janin fleksi dan waja janin menghadap

kearah punggung ibu. Hal inimemungkinkan diameter anterior-

posterior yang terpendek dari kepala janin bergerak melewati

panggul dan mengakibatkan kemajuan dalam penurunan kepala

janin secara efisien. Namun bila janin mengalami malpresentasi

maka hal ini bisa terjadi pada posisi dahi, bahu, muka dengan dagu

posterior atau kepala sulit lahir pada presentasi bokong. Jadi dapat

di simpulkan bahwa malpresentasi merupakan semua presentasi

janin selain presentasi belakang kepala.

5) Janin besar

15
Janin yang besar kemungkinan dapat di lahirkan dengan mudah

melalui panggung yang lebih luas, sedangkan janin kecil mungkin

dapat di lahirkan mudah dengan melalui panggul yang kecil. Ada

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkiraan berat dan

ukuran janin, faktor yang pertama yaitu besr dan beratnya ibu. Ibu

yang gemuk cenderung memiliki janin yang besar juga. Faktor

yang kedua ialah paritas. Secara umum bayi-bayi cenderung

mnjadi lebih besar dengan meningkatnya paritas. Faktor ketiga

adalah keadaan ibu, dimana ibu yang diabetes atau keadaannya

tidak terkendali denga baik cenderung mendapat bayi yang lebih

besar. Batasan berat normal bayi yang umum untuk bayi aterem

sebaiknya kisaran 2500-4000 gram.

6) Kelainan kongenital

Hal ini sering terjadi apabila ada kelainan pada janin, misalnya

hidrosefalus, pertumbuhan janin lebih dari 4000 gram, bhu yang

lebar dan (gameli) kembar.

c. Faktor Jalan Lahir

1) Disporposisi Kepala Panggul (DKP)

DKP adalah ketidakseimbangan antara luasnya panggul dengan

besarnya janin kemungkinan penyebab DKP yaitu :

a) Bayi besar (diproporsi absolut) yaitu faktor hereditas,

postmaturitas, diabetes, dan multiparitas.

b) Presentasi abnormal (disproposi relatif)

16
Janin lahir normal dalam posisi occipito anterior. Jika

kepala fleksi dengan baik kemudian kepala dalam posisi

diameter suboccipito bregmatika dima na diameternya (9,5 cm)

dan akan mudah melewati panggul. Pada presentasi yang lain

akan menghasilkan presentasi dengan diameter yang lebih

besar ( 11,5 cm- 13,5 cm).

c) Panggul sempit

Ibu bertubuh pendek < 150 cm yang biasanya berkaitan

dengan malnutrisi dan terjadinya kelainan panggul merupakan

resiko tinggi dalam persalian, tinggi badan < 150 berkaitan

dengan panggul sempit. Tinggi bada ibu <145 cm terjadi

ketidakseimbangan antara luas panggul dan besarnya kepala

janin.

d) Abnormalitas pada sustem reproduksi

Misalnya seperti tumor pada pelvis, stenosis vagina kongenital,

perineum kaku, dan tumor vagina.

e) Kelainan velpis dan vagina

Pada awal persalinan mungkin serviks masih tebal dan

belum menipis. Dengan bertambah majunya pembukaan

persalinan dan semakin meningkatnya aktivitas otot uterus,

serviks menjadi lunak dan mendatar serta segmen bawah rahim

menjadi terbentu. Bila ketebalannya sudah tidak ada atau

terjadiya penipisan, makadi katakan bahwa serviks sudah 100%

17
menipis. Pada primigravida akan mengalami penipisan serviks

dalam 3 minggu terakhir kehamilan dan suatu penipisan serviks

yang sempurna akan terjadi pada ssat memasuki proses

perslinan. Sedangkan pada mulitpara sering terjadi perlukaan

serviks tanpa didahului dengan penipisan dari serviks. Pada ibu

multipara akan memasuki persalinan dengan serviks yang

lunak dimana penipisan serviks belum terjadi dengan baik,

namum pembukaan dan penipisan yang cepat akan terjadi

dalam waktu yang bersamaan.

6. 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

a. Melihat tanda dan gejala kala dua :

1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua :

a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum atau

vaginanya.

c) Perineum menonjol.

d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.

b. Menyiapkan pertolongan persalinan

2) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan

menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3) Mengenakan baju penutup atau celemk plastik yang bersih.

18
4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci

kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan

mengeringkan tangan dengan handuk yang bersih.

5) Memakai satu sarung tangan steril untuk semua pemeriksaan

dalam.

6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan

memakai sarung tangan steril) dan meletakkan kembali di partus

set tanpa terkontamianasi tabung suntik).

c. Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati

dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang

sudah dibasahi air DTT. Jika mulut vaginan, perineum atau anus

terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan

sekesama dengan cara menyeka dari depan ke belakang.

Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah

yang benar. Menggati sarung tangan jika terkontaminasi

(meletekkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam

larutan dekontaminasi).

8) Dengan menggunakan teknik akseptik, melakukan pemeriksaan

dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah

lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah sedangkan pembukaan

sudah lengkap, lakukan amniotomi.

19
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan

yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin

0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta

merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

Mencuci kedua tangan.

10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir

untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-

180x/menit).

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan

semua hasil pemeriksaan serta asuhan lainnya pada partograf.

d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan

meneran

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik. Membasmi ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai

dengan keinginannya.

a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta

janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan

mendokumentasikan hasil pemeriksaan.

b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat

mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai

meneran.

20
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran (pada saat his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan

pastikan ibu merasa nyaman).

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang

kuat untuk meneran:

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai

keinginan untuk meneran.

b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk

meneran.

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan

pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang)

d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.

e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi

semangat pada ibu.

f) Menganjurkan asupan cairan per oral.

g) Menilai DJJ setiap lima menit.

h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu

primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk

segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.

i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil

posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 69

21
menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak

kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi.

e. Persiapan pertolongan kelahiran bayi

14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

15) Meletakkan kain yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.

16) Membuka partus set.

17) Memakai sarung tangan steril pada kedua tangan.

f. Menolong kelahiran bayi

18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm lindungi

perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan

tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut

dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala

keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk menrean perlahan-

lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir.

19) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bai dengan kain

atau kasa yang bersih.

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai

jika hal itu terjadi dan kemudian meneruskan segera proses

kelahiran bayi.:

a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan

lewat bagian atas kepala bayi.

22
b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di

dua tempat dan memotongnya.

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

g. Lahir bahu

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk

meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke

arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah

arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan

ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala

bayi yang ebrada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan

bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan

kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan

lengan bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan

menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan

siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di

atas (Anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk

menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata

kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran bayi.

h. Penanganan bayi baru lahir

23
25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakan

bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih

rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan

bayi di tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami

asfiksia, lakukan resusitasi.

26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan

biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin

secara IM.

27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat

bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu

dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).

28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut.

29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering,

menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi

mengalami kesulitan bernafas ambil tindakan yang sesuai.

30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya.

i. Oksitosin

31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

24
32) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.

33) Dalam waktu 2 menit setelah kelaihran bayi, berikan suntikan

oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas ibu bagian luar, setelah

mengaspirasinya terlbeih dahulu.

j. Peregangan tali pusat terkendali

34) Memindahkan klem pada tali pusat.

35) Meletakkan satu tangan di atas kain yang berada di atas perut ibu,

tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk

melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang

tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan

tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan

cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial)

dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio

uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detil, hentikan

penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi beriku

mulai.

a) Jika uterus telah berkontraksi, meminta ibu atau seseorang

anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.

k. Mengeluarkan plasenta

37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil

menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,

25
mengikuti jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah

pada uterus.

a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.

b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali

pusat selama 15 menit : mengulangi pemberian oksitosin 10

unit IM, menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi

kandung kemih dengan menggunakan teknik akseptik jika

perlu, meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan,

mengulangi peregangan tali pusat selama 15 menit berikutnya,

dan merujuk ibu jikaplasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit

sejak kelahiran bayi,

38) Jika plasenta terlihat di introitus baginam melanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta

dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar hingga selaput

ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput

ketuban tersebut.

a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan steril dan

memeriksa bagina dan serviks ibu dengan seksama.

Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps steril

untuk melepaskan bagian selaput ketuban yang tertinggal.

l. Pemijatan uterus

26
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase

uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan

massase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus menjadi keras).

m. Menilai perdarahan

40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun

janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan

selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam

kantung plastik atau tempat khusus.

a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan massase

selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.

41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

n. Melakukan prosedur pasca persalinan

42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan

baik.

43) Mencelupkan kedua tangan memakai sarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5% membilas kedua tangan yang masih bersarung

tangan tersebut dengan air DTT dan mengeringkannya dengan kain

yang bersih dan kering.

44) Menempatkan klem tali pusat steril atau mengikatkan tali DTT

dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

27
45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang bersebarangan

dengan simpul mati yang pertama.

46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan

klorin 0,5%.

47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan

pervaginam:

a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.

b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.

c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan

perawatan yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri.

e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan

penjahitan dengan anestesi lokal dan menggunakan teknik yang

sesuai.

50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan massase

uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

51) Mengevaluasi kehilangan darah.

52) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap

15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30

menit selama jam kedua pascapersalinan.

28
a) Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama dua

jam pertama pascapersalinan.

b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak

normal.

o. Kebersihan dan keamanan

53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 menit). Memcuci dan membilas peralatan

setelah dekontaminasi.

54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat

sampah yang sesuai.

55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan

cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakain

yang bersih dan kering.

56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.

Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan

makanan yang diinginkan.

57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan

dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan menggunakan air

bersih.

58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

29
p. Dokumentasi

60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)

(Prawirohardjo 2016).

B. Nyeri Persalinan

1. Pengertian Nyeri Persalinan

Rasa nyeri adalah suatu mekanisme pertahanan tubu, nyeri muncul bila

ada jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan

stimulus nyeri. Nyeri merupakan pengalam sensori nyeri dan emosional

yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan actual dan

potensil yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh. Nyeri muncul dengan

tanda-tanda seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar, mellilit, emosi, perasaan

takut dan mual (Rahman, Handayani, and Mallongi 2017).

Nyeri adalah sensasi tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada suatu

bagian tubuh. Secara umum rasa nyeri digambarkan sebagai keadaan yang

tidak nyaman,sebagai suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau

potensial atau menggambarkan suatu istilah kerusakan. Nyeri biasa terjadi

karena adanya rangsangan mekanik atau kimia pada daerah kulit di ujung

syaraf bebas yang disebut nosireseptor.

Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik

yang terkait dengan kontraksi uterus dilatasi dengan penipisan serviks

serta penurunan janin selama proses persalinan. Nyeri persalinan kala I

fase aktif sering dialami oleh ibu yang akan bersalin. Pada pembukaan 4

30
sampai dengan 10 nyeri dirasakan semakin berat. Nyeri ini berasal dari

bagian bawah abdomen akibat pembukaan dan penipisan serviks,

kemudian nyeri menyebar ke punggung bawah dan turun ke paha yang

disebabkan oleh tekanan kepala janin terhadap tulang belakang ibu. Nyeri

ini dirasakan selama kontraksi dan akan berkurang pada interval antar

kontraksi.

2. Skala ukur nyeri

Intensitas nyeri adalah laporan mandiri tentang nyeri. Perawat bisa

mendapatkan laporan mandiri ini dengan meminta klien untuk mengukur

nyeri pada skala yang harus mereka bayangkan atau menunjukkan skala

yang ada pada klien. Individu yang mengalami nyeri mungkin

mendapatkan kesulitan untuk berkonsentrasi pada tugas mental dan merasa

kesulitan untuk berespons terhadap skala yang harus mereka bayangkan.

Di beberapa rumah sakit sangat menguntungkan jika disediakan salinan

skala intensitas nyeri di tempat yang dapat dilihat dengan jelas oleh tiap

klien, biasanya ditempelkan di dinding sebelah tempat tidur. Intensitas

nyeri merupakan suatu gambaran untuk mendeskripsikan seberapa parah

nyeri yang dirasakan oleh klien, pengukuran nyeri sangat subyektif dan

bersifat individual sehingga intensitas nyeri yang dirasakan akan berbeda

dengan individu lainnya (Tamsuri, 2007 dalam (Wiarto, 2017).

Penilaian dan pengukuran derajat nyeri sangatlah penting dalam proses

diagnosis penyebab nyeri, sehingga dapat dilakukan tindakan selanjutnya

yang tepat meliputi tindakan farmakologi dan tindakan non farmakologi.

31
Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin menggunakan metode pengukuran

skala nyeri meliputi Numeric Rating Scale (NRS) dan Wong Baker

FACES Pain Rating Scale, masing-masing dari kelebihan serta kekurangan

skala pengukuran nyeri tersebut meliputi:

a. Numeric Rating Scale (NRS)

Numeric Rating Scale (NRS) ini didasari pada skala angka 1-10

untuk menggambarkan kualitas nyeri yang dirasakan pasien. NRS

diklaim lebih mudah dipahami, lebih sensitif terhadap jenis kelamin,

etnis, hingga dosis. NRS juga lebih efektif untuk mendeteksi penyebab

nyeri akut ketimbang VAS dan VRS. Namun, kekurangannya adalah

keterbatasan pilihan kata untuk menggambarkan rasa nyeri, tidak

memungkinkan untuk membedakan tingkat nyeri dengan lebih teliti

dan dianggap terdapat jarak yang sama antar kata yang

menggambarkan efek analgesik. Skala numerik dari 0 hingga 10, di

bawah, nol (0) merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri, sedangkan

sepuluh (10), suatu nyeri yang sangat hebat.

Gambar 2.1
Numeric Rating Scale (NRS)

32
b. Verbal Rating Scale (VRS)

Skala ini memakai dua ujung yang sama seperti VAS atau skala

reda nyeri. Skala verbal menggunakan kata-kata dan bukan garis atau

angka untuk menggambarkan tingkat nyeri. Skala yang digunakan

dapat berupa tidak ada nyeri, sedang, parah. Hilang/redanya nyeri

dapat dinyatakan sebagai sama sekali tidak hilang, sedikit berkurang,

cukup berkurang, baik/nyeri hilang sama sekali. Kekurangan skala ini

membatasi pilihan kata klien sehingga skala ini tidak dapat

membedakan berbagai tipe nyeri.

gambar 2.2
Verbal Rating Scale (VRS)

c. Visual Analog Scale (VAS)

Visual Analog Scale (VAS) adalah skala linear yang

menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin

dialami seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang

10 cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap sentimeter ( Gambar 2.3).

Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau pernyataan

deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung

yang lain mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Skala

dapat dibuat vertikal atau horizontal. VAS juga dapat diadaptasi

33
menjadi skala hilangnya atau reda rasa nyeri. Digunakan pada klien

anak >8 tahun dan dewasa. Manfaat utama VAS adalah penggunaan

sangat mudah dan sederhana. Namun, untuk periode pasca bedah, VAS

tidak banyak bermanfaat karena VAS memerlukan koordinasi visual

dan motorik serta kemampuan konsentrasi.

Gambar 2.3
Verbal Rating Scale (VRS)

d. Wong Baker FACES Pain Rating Scale

Skala nyeri ini tergolong mudah untuk dilakukan karena hanya

dengan melihat ekspresi wajah pasien pada saat bertatap muka tanpa

kita menanyakan keluhannya. Skala Nyeri ini adalah skala kesakitan

yang dikembangkan oleh Donna Wong dan Connie Baker. Skala ini

menunjukkan serangkaian wajah mulai dari wajah gembira pada 0,

“Tidak ada sakit hati” sampai wajah menangis di skala 10 yang

menggambarkan “Sakit terburuk”. Pasien harus memilih wajah yang

paling menggambarkan bagaimana perasaan mereka. Penilaian skala

nyeri ini dianjurkan untuk usia 3 tahun ke atas. Tidak semua klien

dapat memahami atau menghubungkan skala intensitas nyeri dalam

bentuk angka. Klien ini mencakup anak-anak yang tidak mampu

mengkomunikasikan ketidaknyamanan secara verbal, klien lansia

dengan gangguan kognisi atau komunikasi, dan orang yang tidak bisa

34
berbahasa inggris, sehingga untuk klien jenis ini menggunakan skala

peringkat Wong Baker FACES Pain Rating Scale. Skala wajah

mencantumkan skala angka dalam setiap ekspresi nyeri sehingga

intensitas nyeri dapat di dokumentasikan oleh perawat.

Gambar 2.4
Wong Baker FACES Pain Rating Scale

3. Teknik untuk mengurangi rasa nyeri

Teknik untuk mengurangi rasa nyeri akibat kontraksi sebelum proses

persalinan kala I yaitu sebagai berikut :

a. Kompres hangat

Kompres hangat dapat meningkatkan suhu kulit, mengurangi

spasme otot dan meningkatkan ambang nyeri. Harus diperhatikan saat

kompres hangat adalah panas dari alat kompres harus dirasakan

senyaman mungkin oleh pendamping persalinan, karena ibu dapat

tidak bereaksi terhadap panas yang berlebihan.

b. Kompres dingin

Kompres dingin berguna untuk mengurangi ketegangan nyeri sendi

dan otot, mengurangi pembengkakan dan menyejukkan kulit.

c. Pijat counterpressure

35
Tekanan yang dilakukan saat kontraksi pada tulang sacrum ibu atau

kepalan salah satu tangan atau peremasan pada kedua pinggul

membantu untuk mengurangi rasa nyeri punggung yang dirasakan oleh

ibu. Pada peremasan panggul dapat mengurangi regangan yang terjadi

akibat penekanan internal dari kepala janin. Counterpressure tidak bisa

diteruskan jika ibu merasa penekanan ini tidak mengurangi rasa nyeri

yang dideritanya.

d. Pengeluaran Suara (Pernafasan)

Teknik pernafasan yang tepat dapat mengurangi rasa nyeri

persalinan. Teknik persalinan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1) Teknik pernafasan kala I awal

Dilakukan dengan cara tiap kali kontraksi dari awal sampai

akhir kontraksi ibu diminta untuk menarik nafas dalam-dalam dan

teratur melalu hidung dan keluarkan melalui mulut. Pada puncak

kontraksi bernafaslah dan pendek-pendek melalui mulut tetapi

jangan terlalu lama karena bisa mengakibatkan ibu kekurangan

oksigen.

2) Teknik pernafasan kala I akhir

Kontraksi pada kala I akhir akan terjadi selama satu menit.

Ibu tidak diizinkan mengejan terlalu awal. Minta ibu untuk

mengatakan “huh-huh pyuh” sambil bernafas pendek-pendek lalu

bernafas panjang. Masa transisi ini adalah masa yang paling sulit

36
karena kontraksi akan sangat kuat tetapi serviks belum membuka

sepenuhnya.

e. Effleurage Massase

Effluersge massase adalah teknik pemijatan, usapan lembut dan

panjang atau tidak putus-putus. Manfaat dari effleurage massase ini

adalah meningkatan produksi oktsitosin enodegen sehingga

merangsang kontraksi uterus, meningkatan rasa nyaman dan

menurunkan hormone stress. Sentuhan yang nyaman dapat membantu

mempercepat persalinan dan menurunkan augmentasi kontraksi

dengan oksitosin dan menggunakan rangsangan massase abdomen

yang efektif dapat meningkatkan kekuatan atau frekuensi kontraksi.

Ada dua cara dalam melakukan effleurage massase, yaitu :

a. Secara perlahan sambil menekan dari area pubis atas sampai

umbilicus dan keluar mengelilingi abdomen bawah sampai area

pubis, ditekan dengan lembut dan ringan tanpa tekanan yang kuat

tapi diusahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit. Pijatan

dapat dilakukan beberapa kali, saat pemijatan diperhatikan respon

ibu.

Ibu dalam posisi berbaring atau setengah duduk, lalu letakkan

kedua telapak tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan

melingkar ke arah pusat ke simpisis atau bisa menggunakan satu

telapak tangan dengan gerakan melingkar atau satu arah

37
C. Manajemen Kebidanan SOAP

1. Pengertian Manajemen Kebidanan SOAP

Pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan

kebidanan sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu, pengkajian

harus akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat

penting dalam merumuskan suatu diagnosa kebidanan dan memberikan

pelayanan kebidanan sesuai dengan respon individu sebagaimana yang

telah ditentukan sesuai standar dalam praktek kebidanan dalam keputusan

Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VI/2002 tentang Registrasi

dan Praktik Bidan dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan.

Penyusuanan data sebagai indikator dari data yang mendukung diagnosa

kebidanan adalah suatu kegiatan kognitif yang komplek dan bahkan

pengelompokkan data fokus adalah suatu yang sulit.

2. Langkah-Langkah Manajemen SOAP

Adapun Langkah-langkah manajemen kebidanan SOAP adalah

sebagai berikut :

a. Data Subjektif

Data subjektif merupakan pendokumentasikan hanya pengumpulan

data klien melalui anamnesa yaitu tentang apa yang dikatakan klien,

seperti identitas pasien, kemudiaan keluhan yang diungkapakan pasien

pada saat melakukan anamnesa kepada pasien (Rukiyah, 2014)

Biodata yang antara lain :

38
1) Nama

Dikaji dengan masa yang jelas, lengkap, untuk menghindari

adanya kekeliruhan atau untuk membedakan dengan klien atau

pasien lainnya.

2) Umur

Untuk mengetahui faktor resiko yang sangat berpengaruh

terhadap proses reproduksi seseorang.

3) Agama

Untuk memeberikan motivasi dorongan moril sesuai dengan

agama yang sedang di anut oleh pasien.

4) Suku bangsa

Untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan

merugikan.

5) Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat penerimaan

informasi hal-hal baru atau pengetahuan baru karena tingkat

pendidikan yng lebih tinggi mudah mendapatkan informasi.

6) Pekerjaan

Untuk mengetahui status ekonomi keluarga pasien.

7) Alamat

Untuk mengetahui tempat tinggal pasien.

39
8) Keluhan Utama

Untuk mengetahui keluhan yang sedang dirasakan pasien saat

pemeriksaan.

9) Riwayat Kesehatan

Untuk mengetahui riwayat kesehatan pasien pada saat ini,

dahulu maupun riwayat kesehatan keluargany apakah terdapat

penyakit menurun, menahun, ataupun menular.

10) Pola Kebutuhan sehari-hari

a) Makanan

Frekuensi : Berapa kali makan dalam sehari

Jenis : Jenis makanan yang dikonsumsi

Keluhan : Ada atau tidak keluhan yang dirasakan

b) Minuman

Frekuensi : Berapa kali minum dalam sehari

Jenis : Jenis minum yang dikonsumsi

c) Eliminasi

Frekuensi : Berapa kali BAK dan BAB dalam sehari

Konsistensi : Untuk mengetahui apakah BAK dan BAB

pasien normal atau tidak

Keluhan : Ada atau tidak keluhan yang dirasakan

11) PersonalHygien

Dikaji untuk mengetahui apakah pasien menjaga kebersihanya

sehari-hari.

40
12) Pola Aktifitas

Dikaji untuk mengetahui kegiatan apa yang dilakukan pasien

sehari-hari.

13) Pola Istirahat

Untuk mengetahui pola istirahat pasien sehari-hari, seperti

berapa lama tidur malam dan tidur siang pasien.

b. Data Objektif

Data Objektif yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil analisa

dan fisik klien, hasil laboratorium, dan test diagnostik lain yang

dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assasment yaitu apa

yang dilihat dan diraskan oleh bidan setelah melakukan pemeriksaan

terhadap pasien ( Rukiyah, 2014).

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan Umum

Untuk mengetahui keadaan umum pasien apakah baik,

lemah atau keadaan umummnya pasien pucat dan lemas.

b) Kesadaran

Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmetis,

apatis, ataupun samnolen.

c) TekananDarah

untuk mengetahui berapa tekanan darah pasien.

d) Suhu

Untuk mengetahui berapa suhu badan pasien.

41
e) Denyut Nadi

Untuk mengetahui berapa nadi pasien dihitung per menit.

f) Respirasi

Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang

dihitung per menit.

g) Berat Badan

Untuk mengetahui berapa berat badan pasien.

2) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala

Untuk menilai bentuk kepala, dan kelainan.

b) Rambut

Untuk menilai warna, distribusi, kerontokan dan kebersihan.

c) Muka

Untuk menilai terdapat oedem atau chloasma pada muka.

d) Mata

Untuk menilai apakah kunjungtiva pucat atau merah, dan

sklera berwarna putih atau tidak.

e) Hidung

Untuk mengetahui kebersihan dan pembesaran polip.

f) Telinga

Mengetahui bentuk telinga simetris atau tidak, dan

kebersihan telinga.

42
g) Mulut

Untuk mengetahui kebersihan, dan melihat adakah caries

dan mukosa bibir terlihat lembab atau tidak.

h) Leher

Untuk mengetahui adakah pembekaan vena jugularis,

kelenjar tiroid, dan kelenjar limfe.

i) Abdomen

Untuk menegtahui adakah bekas operasi, maupun nyeri

tekan.

j) Genetalia

Untuk mengetahui adakah oedem dan varises vagina, dan

kelainan yang mengganggu.

k) Anus

Melihat adakah hemoroid dan keluhan lain.

l) Ektermitas

Melihat apakah bentuk simetris, melihat adakah edema, dan

mengecek bagian kaki adakah varises dan respon terhadap

cek patella.

3) Pemeriksaan Penunjang

Dilakukan jika memerlukan penegakan diagnosa.

c. Assesment

Assesment merupakan masalah atau diagnosa yang ditegakkan

berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang

43
dikumpulkan atau disimpulkan yang dibuat dari data subjektif dan

objektif. ( Rukiyah, 2014).

Pendokumentasiaan hasil analisis dan interprestasi (kesimpulan) dari

dat subjektif dan objektif. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti

perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya

perubahan pasien, dapat terus diikuti dan dia,nil keputusan/tindakan

yang tepat. (Rismalinda,2014).

d. Planning

Perencanaan atau planning adalah suatu pencatatan menggambarkan

pendokumentasiaan dari perencanaan dan evaluasi berdasrkan

assesment yaitu rencan apa yang akan dialkukan berdasarkan hasil

evaluai tersebut ( Rukiyah,2014).

Perencanaan dibuat saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan

disusun berdasarkan hasil analisis dan interprestasi data yang

bertujuaan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal

mungkin dan mempertahankan kesejahteraanya (Rismalinda,2014).

A.

44
B. Kajian Kasus

Pengkajian

Hari/tanggal pengkajian : Rabu / 11 November 2020

Waktu pengkajian : 07.00 WIB

Tempat pengkajian : Di PMB “Y” Kota Bengkulu

KALA I

1. Data Subjektif (S)

Identitas pasien

Nama ibu : Ny. P Nama Suami : Tn. Y


Umur : 32 tahun Umur : 33 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : melayu Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Padang Serai
1) Keluhan Utama

Ibu datang ke BPM dengan keluhan nyeri perut menjalar sampai

pinggang dan mengatakan keluar lendir bercampur darah dari

kemaluannya. Ibu mengatakan ini kehamilan kedua dan belum pernah

keguguran. Ibu mengatakan usia kehamilannya 9 bulan. Ibu juga

mengatakan haid pertama hari terakhir (HPHT) pada tanggal 07

Februari 2020 dan tafsiran persalinannya 14 November 2020. Ibu

mengatakan selama hamil ia memeriksakan kehamilan sebanyak 4 kali

di Poskesdes. Ia mengatakan selama hamil tidak ada keluhan yang

berlebih. Ibu mengatakan selama hamil rutin meminum tablet tambah

darah dengan dosis yang dianjurkan. Ibu juga mengatakan ia dan

keluarga tidak ada riwayat penyakit menular dan menahun.

45
2) Riwayat menstruasi

Menarche : 14 tahun

Siklus : 30 hari

Lamanya : 7 hari

Banyaknya : 3 kali ganti pembalut/ hari

Keluhan : Disminorhea pada hari pertama menstruasi

3) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan KB yang lalu

Tabel riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan KB


N Umu Tempat Usia Jenis Penolon Penyuli J BB KB
o r bersalin kehamila persalina g t K
n n
1. 26 BPM 39 Normal Bidan - P 3500 Sunti
tahu Yuniyarna minggu gra k
n , SST m
4) Riwayat kehamilan sekarang

HPHT : 07 Februari 2020

TP : 14 November 2020

UK : 39 minggu

ANC : 6 kali

5) Riwayat perkawinan

Status perkawinan : sah

Nikah ke : 1 (satu)

Usia perkawinan : 1 tahun

Usia menikah : Perempuan : 25 tahun Laki-Laki : 29 tahun

6) Riwayat psikososial dan spiritual

46
a) Hubungan suami istri : Baik
b) Hub istri dan : Baik
keluarga
c) Keyakinan agama : Ibu dan keluarga taat menjalankan
ibadah sesuai syariat agama
islam.
d) Kebiasaan berobat : ibu mengatakan tidak
mengkonsumsi obat-obatan selain
dari bidan, ibu tidak merokok,
tidak minum-minuman keras,
tidak mengonsumsi obat
tradisional.
e) Dukungan keluarga : Keluarga sangat mendukung dan
terhadap kehamilan sangat menanti-nanti atas
kelahiran bayinya kelak.
f) Dukungan suami : Suami sangat mendukung dan
terhadap kehamilan sangat mengharapkan atas
kelahiran bayinya.
7) Pola kebiasaan sehari-hari

Tabel Pola Kebiasaan Sehari-hari Sebelum dan Saat Hamil

Kebutuhan Sebelum hamil Saat hamil Keluhan


Nutrisi Frekuensi 3x sehari Frekuensi 3x/hari :
1. Makan Porsi 1-2 piring pagi 1 piring habis,
Nasi, sayur, lauk siang 1 piring habis,
pauk (ikan, ayam, malam 1 piring habis .
daging, telur, tempe, Nasi, lauk pauk (telur,
sambal cabe dll) tahu, tempe), sayur,
Pantangan tidak ada buah-buahan (apel,
alpokat,).
Pantangan tidak ada.
Ibu minum 2 gelas Air putih ± 8 gelas,
setiap makan dan susu ibu hamil 1 gelas
ketika ibu merasa 2 kali sehari,
haus. Pantanagn pantangan tidak ada
2. Minum tidak ada
Eliminasi BAK : 4-5 x/hari, BAK : 6-8 x/hari,
jernih jernih
BAB : 1-2 x/hari BAB : 1x/hari
Istirahat /tidur Malam : 7-8 jam Malam : 7-8 jam
Siang : 1 jam Siang : 1-2 jam

47
Aktivitas Ibu melakukan Ibu melakukan Ibu merasa
aktifitas rumah aktifitas rumah tangga mudah lelah
tangga sendiri dan dibantu suami dan
bekerja pagi dari jam bekerja stiap pukul
06.00 WIB sampai 08.00 WIB sampai
jam 09.00 WIB jam 10.00 WIB
Personal mandi 2x/hari, gosok mandi 2x/hari, gosok
hygiene gigi 2x/ hari, gigi 2x/hari, keramas 2
keramas 2 hari hari sekali, ganti
sekali, ganti celana celana dalam 2x/hari
dalam 2x/hari
Pola seksual 3-4 x/minggu 1.2 x/minggu
2. Data Objektif (O)

1) Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tanda-Tanda Vital : TD : 110/80 mmHg

N :80x/menit

P : 20x/menit

S : 36,8°C

2) Antropometri :

BB sebelum hamil : 50 Kg

BB sekarang : 62 Kg

TB : 158 cm

Lila : 24,5 cm

3) Pemeriksaan Fisik

Rambut : Bersih, tidak rontok, tidak berketombe, warna rambut

hitam, dan lurus.

Muka : Muka tidak pucat, tidak ada oedema, dan tidak ada

48
cloasma gravidarum.

Mata : Simetris, tidak ada oedema dikelopak mata, konjungtiva

merah muda, sklera putih, fungsi penglihatan baik.

Hidung : keadaan bersih, fungsi penciuman baik, tidak ada polip.

Mulut : bibir agak kering, keadaan cukup bersih, gigi lengkap,

tidak ada caries gigi, dan tidak ada stomatitis.

Telinga : keadaan bersih, fungsi pendengaran baik, dan simetris

Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada

pembengkakan kelenjar limfe, dan kelenjar tyroid.

Dada : payudara simetris, puting susu menonjol, hiperpigmentasi

areola, kolostrum belum ada, gerakan dada saat inspirasi

dan ekspirasi seirama, tidak terdengar bunyi wheezing,

suara nafas baik.

Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada linea dan striae,

tidak ada nyeri tekan.

Leopold I :

TFU : 2 Jari di bawah PX (31 cm)

Bagian fundus ibu teraba lunak, agak bulat dan tidak

melenting. Diperkirakan bokong janin.

Leopold II :

Bagian kiri ibu teraba bagian keras, memanjang, datar dan

ada tahanan, diperkirakan punggun janin. Sedangkan

bagian kanan ibu teraba bagian-bagian kecil, diperkirakan

49
ekstremitas janin.

Leopod III :

Teraba bagian keras, bundar dan melenting. Diperkirakan

kepala janin. Bagian sudah tidak bisa digoyangkan lagi

(sudah memasuki PAP).

Leopold IV:

Bagian terendah sudah masuk PAP (4/5), divergen.

DJJ : 140x/m

TBJ : (31-12) X 158 = 3002 Gr

Kontraksi: kekuatan : lemah

Frekuensi : 2x/10 menit

Durasi : >20 detik

Genetalia : terdapat lendir bercampur darah, tidak ada oedema dan

varises, tidak ada pembengkakan kelenjar bartholini.

VT (Pemeriksaan dalam):

Vulva membuka, portio teraba, pembukaan 4 cm, ketuban

(+) presentasi kepala, penurunan kepala hodge II.

Anus : keadaan bersih, tidak ada hemoroid.

Ekstremitas : fungsi pergerakan baik, tidak ada oedema, simetris kiri

dan kanan tidak ada cacat, keadaan baik, kuku tidak

pucat, reflek patella +/+.

4) Pemeriksaan penunjang

Hb : 11,9 g%

50
Protein urin : (-)

Glukosa urine : (-)

3. Analisa (A)

Ny.P umur 32 tahun G2P1A0 hamil 39 minggu, janin tunggal hidup,

intrauterin, presentasi kepala, jalan lahir normal, keadaan umum ibu dan

janin baik, inpartu kala I.

4. Penatalaksanaan (P)

Menjelaskan hasil pemeriksan kepada ibu dan suami bahwa keadaan


umum ibu dan janin baik, ibu sudah memasuki proses persalinan.
Evaluasi : ibu dan suami mengerti dan merasa senang mendengar hasil
pemeriksaan.
Menganjurkan keluarga untuk memberi makanan dan minuman untuk
menambah tenaga ibu saat persalinan nanti.
Evaluasi : ibu minum 1 gelas teh
Mengajarkan ibu tekhnik mengurangi rasa nyeri seperti posisi
menungging dan tangan bertumpu pada bantal, posisi berdiri dengan
tangan bertumpu pada jendela/meja, posisi duduk dn kepala bersandar
pada sandaran kursi, lalu anjurkan anggota keluarga menggosok
pinggang bagian bawah ibu dan ajarkan teknik relaksasi dengan
menghirup udara dari hidung serta keluarkan dari mulut setiap kali perut
ibu berkontraksi.
Evaluasi : ibu mengerti dan mampu mengikuti anjuran yang diberikan.
Merencanakan pemeriksaan DJJ, nadi ibu dan kontraksi ibu setiap 30
menit.
Evaluasi : akan melakukan pemeriksaan tersebut setiap 30 menit.
Memberitahu ibu posisi melahirkan yang nyaman untuk ibu.
Evaluasi : ibu memilih posisi terlentang dengan kaki ditekuk
Mengajarkan ibu cara mengedan yang baik dengan cara mengedan saat
ada kontraksi, tangan berada di lipatan lutut, saat mengedan kaki ditarik
ke arah dada, mata terbuka, melihat ke arah pusat dan dagu menyentuh
dada.
Evaluasi : ibu mengerti dan mampu mengikuti anjuran yang diberikan.
Memberikan ibu support mental agar ibu semangat dan mampu melalui
proses persalinan dengan lancar.
Evaluasi : ibu merasa tenang dan bersemangat.
Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan kecil.

51
Evaluasi : ibu mengerti dan mampu mengikuti anjuran yang diberikan.
Menganjurkan ibu untuk tidur miring ke kiri saat merasa lelah.
Evaluasi : ibu dalam posisi tidur miring ke kiri
Merencanakan akan melakukan pemeriksaan dalam pukul 23.00 WIB.
Evaluasi : akan melakukan pemeriksaan dalam pukul 23.00 WIB
Melakukan pemeriksaan dalam
Evaluasi : portio membuka, pembukaan 9 cm, presentasi kepala, kepala
turun Hodge III, penurunan kepala 1/5,Ketuban (+), penunjuk UUK kiri
depan.
Merencanakan akan melakukan pemeriksaan dalam pukul 00.00 WIB.
Evaluasi : akan melakukan pemeriksaan dalam pukul 00.00 WIB.
Menyarankan ibu untuk didampingi oleh pendamping persalinan.
Evaluasi : Ibu memilih suami sebagai pendamping persalinan
Melakukan pemeriksaan dalam.
Evaluasi : portio tidak teraba, pembukaan lengkap, presentasi kepala,
kepala turun Hodge IV, penurunan kepala 0/5, ketuban pecah spontan,
penunjuk UUK kiri depan.

KALA II

Tanggal 11 November 2020 pukul 10.20 WIB

1. Data Subjektif (S)

a. Keluhan Utama

Ibu mengatakan ingin BAB dan merasa sakit yang semakin sering dan

ada rasa ingin mengedan.

2. Data Objektif (O)

a. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tanda-Tanda Vital : TD : 110/80 mmHg

N :82x/menit

P : 20x/menit

52
S : : 37°C

b. Pemeriksaan Fisik

Abdomen : penurunan kepala 0/5, DJJ 146 x/menit, kontraksi

5x10’x50”

Genetalia : pengeluaran lendir bercampur darah, tidak ada varises dan

oedema, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, presentasi

kepala, kepala turun di Hodge IV, Penurunan kepala 0/5,

ketubann pecah spontan, penunjuk UUK kiri depan.

3. Analisa (A)

Ny.P umur 32 tahun G2P1A0 hamil 39 minggu, janin tunggal hidup,

intrauterin, presentasi kepala, jalan lahir normal, keadaan umum ibu dan

janin baik, inpartu kala II.

4. Penatalaksanaan (P)

Memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap.


Evaluasi : ibu dan keluarga sudah mengetahui bahwa pembukaan sudah
lengkap.
Memastikan dan mengawasi tanda dan gejala kala II : ada dorongan
meneran, tekanan anus, perineum menonjol, vulva membuka.
Evaluasi : sudah muncul tanda dan gejala kala II.
Mendekatkan partus set.
Evaluasi : partus set telah didekatkan dan lengkap.
Mempersiapkan diri penolong
Evaluasi : celemek telah dipakai, tangan telah dicuci, dan memakai
handscone steril.
Meminta bantuan keluarga untuk mengatur posisi ibu yaitu dorsal
recumbent.
Evaluasi : ibu sudah dalam posisi dorsal recumbent.
Memimpin ibu untuk mengedan saat ada kontraksi dan menganjurkan
relaksasi saat tidak ada kontraksi.
Evaluasi : ibu mampu mengikuti anjuran yang diberikan.
Menolong persalinan

53
Evaluasi : bayi lahir pada pukul 11.15 WIB dengan jenis kelamin laki-
laki, menangis spontan, warna kulit kemerahan dan gerak aktif.
Melakukan IMD
Evaluasi : IMD sudah dilakukan bayi terlihat nyaman dan berusaha
mencari putting susu ibu.

KALA III

Tanggal 11 November 2020 Pukul 11.26 WIB

1. Data Subjektif (S)

a. Keluhan Utama

Ibu merasa senang karena bayinya sudah lahir. Ibu mengatakan

perutnya masih terasa mules dan merasa capek dan lelah.

2. Data Objektif (O)

a. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

b. Pemeriksaan Fisik

Abdomen : TFU setinggi pusat, uterus globuler.

Genetalia : plasenta belum lahir, tali pusat memanjang, ada semburan

darah.

3. Analisa (A)

Ny.P umur 32 tahun P2A0, inpartu kala III.

4. Penatalaksanaan (P)

Memeriksa TFU untuk memastikan janin tunggal, memberitahu ibu

54
bahwa akan disuntik oksitosin dan menyuntikkan oksitosin 10 IU
secara IM di 1/3 atas paha lateral ibu.
Evaluasi : janin tunggal, TFU setinggi pusat, ibu bersedia disuntik
oksitosin dan oksitosin sudah disuntikkan.
memastikan tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu uterus globuler, tali
pusat memanjang dan ada semburan darah.
Evaluasi : sudah tampak tanda-tanda pelepasan plasenta.
Melakukan dorso cranial saat kontraksi, melakukan PTT dan
melakukan pelepasan plasenta.
Evaluasi : plasenta lahir spontan pukul 11.32 WIB.

KALA IV

Tanggal 11 November 2020 Pukul 00.40 WIB

1. Data Subjektif (S)

a. Keluhan Utama

Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules dan merasa capek dan

lelah.

2. Data Objektif (O)

a. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

b. Pemeriksaan Fisik

Abdomen : TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi baik dan kandung

kemih kosong.

Genetalia : darah keluar berwarna merah segar berbau anyir ±150 cc,

ada luka jahitan.

3. Analisa (A)

Ny.P umur 32 tahun P2A0, inpartu kala IV.

55
4. Penatalaksanaan (P)

Melakukan massase uterus


Evaluasi : uterus berkontraksi dengan baik.
Mengajarkan ibu cara massase uterus.
Evaluasi : ibu dapat melakukan massase uterus.
Memeriksa plasenta
Evaluasi : plasenta dan selaputnya lahir lengkap berat 400 gram,
diameter 20 cm, tebal 2,5 cm, insersi tali pusat sentralis, panjang tali
pusat 40 cm.
Memeriksa laserasi perineum.
Evaluasi : ada laserasi pada mukosa perineum derajat 2 dan menjahit
laserasi dengan benang cut gut.
Melakukan observasi 15 menit pertama.
Evaluasi : keadaan umum ibu baik, TD:100/80, N: 84 x/m, P: 20 x/m,
S: 37ºC, TFU : 1 jari di bawah pusat, kontrasi baik dan
kandung kemih kosong.
Menempatkan semua peralatan dalam larutan klorin 0,5%
Evaluasi : peralatan sudah didekontaminasi.
Membersihkan ibu dan mengganti pakaian yang kotor.
Evaluasi : ibu merasa bersih dan nyaman.
Melakukan observasi 15 menit kedua.
Evaluasi : keadaan umum ibu baik, TD: 100/80, N: 84 x/m, P: 20x/m,
S: 37ºC, TFU : 1 jari di bawah pusat, kontrasi baik,
perdarahan (-).
Melakukan pemeriksaan antropometri pada bayi.
Evaluasi : BB: 3000 Gram, PB : 50 cm, LK 30 cm, LD 31 cm.
Melakukan observasi 15 menit ketiga.
Evaluasi : keadaan umum ibu baik, TD: 100/80, N: 84 x/m, P: 20x/m,
S: 37ºC, TFU : 1 jari di bawah pusat, kontrasi baik,
perdarahan (-).
Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya.
Evaluasi : bayi menyusu dengan baik.
Melakukan observasi 15 menit keempat.
Evaluasi : keadaan umum ibu baik, TD: 110/70, N: 80 x/m, P: 20x/m,
S: 37ºC, TFU : 1 jari di bawah pusat, kontrasi baik.
Melakukan observasi 30 menit pertama.
Evaluasi : keadaan umum ibu baik, TD: 110/80, N: 80 x/m, P: 18 x/m,
S: 37ºC, TFU : 1 jari di bawah pusat, kontrasi baik,
perdarahan (-).
Menganjurkan ibu untuk makan dan minum.
Evaluasi : ibu sudah makan dan minum the manis hangat.

56
Melakukan observasi 30 menit kedua.
Evaluasi : keadaan umum ibu baik, TD: 110/80, N: 80 x/m, P: 20x/m,
S: 37ºC, TFU : 1 jari di bawah pusat, kontrasi baik,
perdarahan 100 cc, urine ± 50 cc.
Menganjurkan ibu untuk istirahat.
Evaluasi : ibu beristirahat dengan nyaman.

57
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pada tanggal 11 November 2020, pukul 07.00 WIB Ny.P datang ke BPM

Yuniyarna, SST ditemani oleh suami dan keluarga. Ibu mengatakan nyeri

perut menjalar sampai pinggang dan keluar lendir bercampur darah dari

kemaluannya. mules-mules sejak pukul 05.00 WIB. Pada pemeriksaan dalam,

didapatkan ibu sudah masuk kala I fase aktif yaitu pembukaan 4. Sesuai

dengan teori bahwa persalinan disertai rasa nyeri yang membuat kebahagiaan

yang diinginkan diliputi dengan rasa takut dan cemas. Persalinan dimulai

sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks

(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara

lengkap. Rasa nyeri pada proses persalinan adalah nyeri kontraksi

uterus yang mengakibatkan peningkatan aktifitas saraf simpatis,

perubahan tekanan darah, denyut jantung, pernafasan dengan warna kulit dan

apabila tidak segera ditangani maka akan meningkatkan rasa khawatir,

tegang, takut dan stress (Nita, Rika, and Aryanti 2014).

Pada kala 1 fase aktif, penulis melakukan beberapa asuhan kebidanan

seperti menyarankan ibu untuk didampingi oleh pendamping persalinan dan

ibu memilih untuk didampingi oleh suami, penulis menganjurkan Ny.P untuk

melakukan teknik relaksasi, dan membimbing suami untuk melakukan

effleurage massase kepada ibu. Sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa

tujuan dari pendampingan persalinan adalah untuk memberi dukungan secara

58
fisik, emosional dan psikologi sehingga dapat mengurangi rasa cemas,

mempermudah atau mempercepat proses persalinan serta dapat menghindari

komplikasi-komplikasi pada persalinan. Keberadaan pendamping akan

membawa dampak yang baik pada proses persalinan karena dapat dukungan,

semangat dan rasa aman.

Tujuan Effleurage massase untuk membantu relaksasi dan menurunkan

nyeri melalui peningkatan aliran darah pada daerah yang berpengaruh pada

proses persalinan, merangsang reseptor-reseptor kulit sehingga merilekskan

otot-otot, mengubah suhu kulit dan secara umum memberikan perasaan yang

nyaman (Herinawati, Hindriati, and Novilda 2019). Relaksasi sentuhan akan

membantu ibu rileks dengan cara menyentuh atau mengusap bagian tubuh

ibu. Pemijatan secara lembut akan membantu ibu merasa segar, rileks dan

nyaman selama persalinan. Massase merangsang tubuh melepaskan hormon

endorfin yang merupakan pereda nyeri alami. Hormon endorfin juga dapat

menciptakan perasaan nyaman (Puspitasari and Astuti 2017). Namun, Tn.A

tidak sepenuhnya mendampingi Ny.P karena merasa cemas, sehingga Ny.P

kurang mendapatkan pendampingan dari suami.

Menganjurkan ibu untuk makan dan minum agar tetap memiliki tenaga.

Kecukupan nutrisi pada ibu bersalin berhubungan dengan kemajuan

persalinan. Ibu bersalin yang terpenuhi kebutuhan nutrisinya akan melewati

proses persalinan dengan baik dan mengalami kemajuan persalinan yang

baik. Makanan nutrisi dengan konsistensi cair yang mengandung kalori tinggi

yang sangat tepat diberikan kepada ibu bersalin karena akan lebih cepat

59
diabsorpsi sehingga akan lebih cepat meningkatkan stamina tubuh ibu dan

menambah kekuatan untuk meneran (Hadianti and Resmana 2018). Serta

mempersilahkan ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB demi lancarnya

proses kala 1. Asuhan kebidanan yang penulis lakukan sesuai dengan asuhan

kebidanan kala I yang dianjurkan (Prawirohardjo, 2014).

Pukul 10.20 WIB Ny.P mengatakan merasa sangat mulas yang semakin

sering dan terasa lemas. Berdasarkan pemantauan persalinan dengan

menggunakan partograf yang dilakukan oleh penulis, partograf tidak

melewati garis waspada dengan pembukaan 10, kontraksi 5 kali dalam 10

menit dengan lama kontraksi 45 detik. Hal tersebut sesuai dengan fisiologis

persalinan yaitu Dari pembukaan 4 hingga mencapai pembukaan 10 cm,

sekitar ±5 jam (Prawirohardjo 2016).

Pada kala II dilakukan perencanaan yaitu mengobservasi keadaan umum

ibu baik dan tanda-tanda vital dalam batas normal, memberitahu ibu dan

keluarga hasil pemeriksaan, dan melakukan pimpinan meneran. Pada kala III

rencana asuhan yang akan dilakukan adalah manajemen aktif kala III

melakukan palpasi abdomen untuk memastikan bayi tunggal, memberitahu

ibu bahwa akan disuntik oksitosin sebayak 10 unit pada 1/3 bagian paha

kanan ibu, melakukan peregangan tali pusat terkendali dan melakukan

dorongan dorsokranial, melahirkan plasenta, melakukan masase uterus selama

15 detik secara sirkuler, memeriksa kelengkapan plasenta, memeriksa apakah

ada robekan jalan lahir, memeriksa kontraksi dan perdarahan pervaginam.

Pada kala IV rencana asuhan yang dilakukan adalah mengobservasi keadaan

60
umum ibu baik dan tanda-tanda vital selama 2 jam dalam batas normal,

mengobservasi kontraksi uterus ibu baik, TFU 1 jari bawah pusat dan

perdarahan pervaginam ± 150 cc, membersihkan ibu dan tempat tidur,

mengganti pakaian ibu, mendekontaminasi semua peralatan dalam larutan

klorin 0,5 % selama 10 menit.

Hasil evaluasi ibu bersalin setelah melakukan perawatan sejak tanggal 11

November 2020 di BPM Yuniyarna, SST. Selain itu dilakukan

pendokumentasian dalam bentuk SOAP selama ibu di rawat di BPM

Yuniyarna, SST keadaan ibu baik, tanda-tanda vital dalam batas normal dan

ibu mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan dan tidak terjadi hal-hal

yang menyulitkan atau pelaksanaan dapat dilaksanakan sesuai rencana dan

tidak ditemukan masalah-masalah yang lain.

B. Analisis

Ny.P umur 32 tahun G2P1A0 hamil 39 minggu, janin tunggal hidup,

intrauterin, presentasi kepala, jalan lahir normal, keadaan umum ibu dan janin

baik, inpartu kala I dengan penanganan nyeri.

C. Penatalaksaan

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien

Ev : ibu mengerti dan memahami apa yang dijelaskan.

2. Mengajarkan ibu tekhnik mengurangi rasa nyeri seperti posisi

menungging dan tangan bertumpu pada bantal, posisi berdiri dengan

61
tangan bertumpu pada jendela/meja, posisi duduk dn kepala bersandar

pada sandaran kursi, lalu anjurkan anggota keluarga menggosok pinggang

bagian bawah ibu dan ajarkan teknik relaksasi dengan menghirup udara

dari hidung serta keluarkan dari mulut setiap kali perut ibu berkontraksi.

Evaluasi : ibu mengerti dan mampu mengikuti anjuran yang diberikan.

3. Memberikan asuhan kebidanan kala II,III dan IV

Ev : ibu mengerti dan mampu mengikuti anjuran yang diberikan.bayi lahir

dengan sehat dengan jenis kelamin laki-laki. Perdarahan batas normal

62
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan pada studi kasus ini merupakan asuhan yang diberikan

kepada seorang ibu bersalin yang hendak melahirkan di BPM Yuniyarna, SST

dengan keluhan nyeri perut menjalar sampai pinggang dan mengatakan

keluar lendir bercampur darah dari kemaluannya. Laporan asuhan kebidanan

pada studi kasus ini didokumentasikan dalam  bentuk manajemen SOAP yang

menggambarkan tentang asuhan yang diberikan pada Ny.P Asuhan yang

diberikan pada Ny.P sudah sesuai dengan teori.

B. Saran
Bidan dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin untuk

penatalaksanaan penanganan nyeri pada kala I dan bidan dapat melibatkan

keluarga dalam asuhan tersebut .

63
DAFTAR PUSTAKA

Hadianti, Dian Nur and Rika Resmana. 2018. “Kemajuan Persalinan Berhubungan
Dengan Asupan Nutrisi.” Care : Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan 6(3):231.

Herinawati, Herinawati, Titik Hindriati, and Astrid Novilda. 2019. “Pengaruh


Effleurage Massage Terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di Praktik
Mandiri Bidan Nuriman Rafida Dan Praktik Mandiri Bidan Latifah Kota
Jambi Tahun 2019.” Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi 19(3):590.

Indah, Firdayanti, Nadyah. 2019. “Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal Pada


Ny. N Dengan Usia Kehamilan Preterm Di RSUD Syekh Yusuf Gowa
Tanggal 01 Juli 2018.” Jurnal Widwifery 1(1):1–14.

Kemenkes, RI. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan Normal Dan Bayi Baru
Lahir. Pertama. edited by A. Suryana. Jakarta: Kemenkes RI.

Kostania, Gita. 2020. “Model Pelaksanaan Dan Evaluasi Asuhan Kebidanan


Berkesinambungan Dalam Praktik Kebidanan.” Jurnal Kebidanan Dan
Kesehatan Tradisional 05:1–13.

Made Ayu, Elin Supliyani. 2017. “Karakteristik Ibu Bersalin Kaitannya Dengan
Intensitas Nyeri Persalinan Kala 1 Di Kota Bogor.” Jurnal Kebidanan
3(4):204–10.

Nita, Venita, Andryani Rika, and Lidya Aryanti. 2014. “Pengaruh Massage
Effleurage Terhadap Nyeri Persalinan Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif Di
Rumah Sakit Ibu Dan Anak Sinta Bandar Lampung.” Jurnal Kesehatan
Holistik 8(4):192–97.

Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. keempat. edited by dr. T.


Rachimhadhi. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Puspitasari, Indah and Dwi Astuti. 2017. “Tehnik Massage Punggung Untuk
Mengurangi Nyeri Persalinan Kala I.” Jurnal Ilmu Keperawatan Dan
Kebidanan 8(2):100.

Rahman, Stang Abdul, Ary Handayani, and Anwar Mallongi. 2017. “Penurunan
Nyeri Persalinan Dengan Kompres Hangat Dan Massage Effleurage.” Jurnal

64
MKMI 13(2):147–51.

Rohani, Siti and Medica Bakti Nusantara. 2017. “Faktor-Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi Persalinan.” Jurnall Ilmu Kesehatan 2(1):61–68.

Surtiningsih. 2017. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lama Waktu Persalinan


Di Puskesmas Klampok Kabupaten Banjarnegra.” Jurnal Ilmiah Kebidanan
8:101–15.

Yulizawati, DKK. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Pertama.
Sidoarjo: Indomedia Pustaka.

65

Anda mungkin juga menyukai