Anda di halaman 1dari 4

Kamu, Boleh Tidak Bisa Apa Saja, Kecuali Menulis!

@Motivaksin ar-rihlah
Siapa sih yang bilang menulis itu mudah? Kalau menulis itu
mudah, semua orang akan menulis. Bangsa kita tidak akan terpuruk
dalam urutan bawah deretan bangsa yang tingkat literasinya rendah.
Banyak yang bilang menulis itu proses intuitif yang mengalir
keluar dari seseorang seperti aliran air sungai ke hilir. Tapi, bukankah
sungai itu bentuknya tidak lurus, melainkan berkelok-kelok? Bukankah
air sungai yang mengalir itu juga sesekali menghantam batu koral dan
granit yang besar?
Menulis itu butuh kreativitas yang rumit. Neuron dalam otak kita
harus mampu menangkap ide, kemudian mengeksekusinya dalam bentuk
perintah pada jari jemari untuk mengetik di laptop atau menggerakkan
pena yang tergenggam di atas kertas kosong. Itulah mengapa saya bilang
menulis itu tidak mudah.
TAPI Tidak mudah bukan berarti tidak bisa berusaha. Jika kamu
masih menunda-nunda untuk menulis, apalagi tidak punya alasan untuk
menulis, biarkan MOTIVAKSIN menyadarkanmu dan memberimu
sejuta alasan kamu harus menulis. Biarkan judul besar ini menyelami
alam renungmu, lalu menancap kuat-kuat di otakmu; Kamu, Boleh Tidak
Bisa Apa Saja, Kecuali Menulis!
Saat kamu tidak mau menulis, kamu itu egois.
Coba pikirkan, saat kamu membaca, kamu telah menambah
pengetahuan bagi dirimu sendiri, sedangkan saat kamu mau menulis,
maka sebenarnya kamu sedang membagi apa yang kamu pikirkan kepada
orang lain, seperti juga motto penulis yaitu berbagi ide dan pemikiran,
nsayrul ilmi.
Saat kamu hanya mau membaca, tapi tidak mau menulis, kamu
telah mementingkan egomu sendiri dan tidak mempedulikan hak orang
lain. Orang zaman dahulu tidak pernah egois dengan hanya menikmati
sendiri ilmu yang mereka dapatkan, tapi mereka tulis buku-buku tersebut
sampai berlembar-lembar hingga berjilid-jilid meski dalam keterbatasan.
Bayangkan jika Imam Ghozali hanya ingin menikmati ilmu
hakikatnya sendiri dan tidak pernah mengarang kitab Ihya’, berapa juta
orang yang terlena dengan ilmunya? sombong dengan zuhudnya? pede
dengan tawakkalnya? musyrik dalam tauhidnya? Dan jebakan dan ghurur
iblis lainnya. Namun semua itu terselematkan dari umat Islam saat Imam
Ghazali mau menuliskan kitabnya.
Bayangkan saat Imam Bakri Syatho tidak ingin menulis kitab
I’anah Tholibin-nya, berapa banyak santri yang salah memahami Fathul
Muin yang susunannya bak labirin Villa Pisani di Italia? berputar-putar
dan putus nyambung. Namun berkat kemauan Imam Bakri Syato, santri-
santri hari ini tidak repot menguras pikiran untuk sekedar mengupas
tarkib dan maksud kitab tersebut.
Jangan-jauh-jauh, bayangkan saat KH. Ali Maksum tidak mau
menulis Amtsilah Tashrifiyahnya? Akan seberapa banyak ilmu santri-
santri sekarang? Mereka tidak akan bisa melahap Hasyiyah Syarwani,
Tafsir Mafatihul Ghaib, dan kitab titan lainnya tanpa membekali dengan
akar paling dasar dulu, yaitu ilmu tashrif. Dan kitab Amtsilah
Tashrifiyyah sangat menolong dalam hal ini dengan efektifannya dan
kepraktisannya.
Oleh karenanya dengan menulis, maka sebenarnya kamu sedang
menyangkal karakter seorang manusia sebagai manusia yang egois yang
hanya membaca tetapi tidak mau untuk menuliskannya apa yang sudah
dibacanya kepada orang lain.
Saat kamu tidak mau menulis, kamu itu sombong.
Saat ustadz menerangkan kitabmu dengan panjang lebar dan
kamu hanya mendengarnya seperti radio, artinya kamu sombong. Kamu
terlalu mengandalkan rasa percaya dirimu dan melupakan karakter dan
tabiat fitrah kemanusianmu yang terbatas dan lemah ingatannya. Al-
Insan Mahallun Nisyan wal Khoto’. Kamu, lupa atau pura-pura tidak
tahu, telah menghiraukan hadits atau atsar yang sangat kamu kenal,
“Qayyidil Ilma Bil Kitabah!” ikatlah ilmumu dengan menulis.
Dengan mencatat ilmu, terutama ketika di majelis, maka kamu
berusaha merangkum apa yang didengar dan mencatatnya. Ini membuat
lebih fokus ketika mengikuti majelis ilmu dan membuat ingatan lebih
kokoh dan yang lebih penting sikap ini menunjukkan perhatianmu
terhadap ilmu serta memulia ilmu agama yang berkah ini.
‫ال ْال َواثِقَ ْه‬
ِ َ‫ك بِ ْال ِحب‬ ُ ‫ قَيِّ ْد‬### ُ‫ص ْي ٌد َو ْال ِكتَابَةُ قَ ْي ُده‬
َ ‫صيُوْ َد‬ َ ‫ْال ِع ْل ُم‬
‫ق طَالِقَ ْه‬ ْ ْ ً
ِ ِ‫ َوتَت ُر َكهَا بَ ْينَ ال َخالَئ‬### ‫ص ْي َد َغ َزالَة‬ ِ َ‫فَ ِمنَ ْال َح َماقَ ِة أ ْن ت‬
َ
Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya
Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat
Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang
Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja
Saat kamu mau menulis, kamu telah bersyukur.
Bersyukur adalah memberikan apa pun nikmat yang Allah
berikan kepada diri manusia untuk kesejahteraan manusia yang lainnya,
bukan hanya untuk dirinya sendiri.
Bertaallum di pesantren menjadi dunia yang memberikan
hidupmu penuh warna. Ada begitu banyak dinamika hidup, pengalaman,
dan warna kamu rengkuh di sini. Rasanya berdosa jika kamu tidak
bersyukur. Ingat saat ulama berbicara tentang nikmat, kasta teratas
adalah ilmu.
Maka menulis adalah bentuk mensyukuri nikmatmu, termasuk
rasa budimu kepada para asatidz, masyayikh dan muallif-muallif
terdahulu. Artinya kamu telah menjadi penyambung keilmuan orang
sebelummu dengan orang sesudahmu.
Qatadah mengatakan: “Menulis adalah nikmat termahal yang
diberikan oleh Allah, ia juga sebagai perantara untuk memahami sesuatu.
Tanpanya, agama tidak akan berdiri, kehidupan menjadi tidak terarah....."
Saat kamu mau menulis, kamu telah beribadah.
Kalaulah tidak ada alasan-alasan lain yang cukup mendorongmu
untuk menulis. Maka cukupkanlah ibadah sebagai satu-satunya alasan
yang mendorongmu untuk menulis. Menulis karena Allah akan
melahirkan energi luar biasa dan dahsyat.
Menulis karena Allah akan melahirkan keberanian dan
menyingkirkan rasa takut celaan ataupun hinaan. Menulislah dengan niat
ibadah karena sesederhana apapun tulisan, Allahlah yang akan memberi
bobot dan nilai lebih atas karya tulisan kita.
Menulislah dengan niat ibadah karena hal itu membuat kita telah
membuka keran ilmu dari Sang Maha Sumber ilmu yang takkan pernah
habis.
Menulislah karena menulis adalah ibadah isitmewa. Ia adalah
ibadah jariah tiada bedanya dengan amal ibadah jariah seperti
membangun mesjid, membangun madrasah, sekolah, pesantren dan lain-
lain.
Saat kamu mau menulis, kamu telah abadi.
Pramoedya Ananta Toer pernah berucap, “Orang boleh pandai
setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam
masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Kamu mengenal betul nama Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin
Hanbal, Imam Bukhori, Imam Ghazali dan ulama-ulama lainnya padahal
rentang masa antara dirimu dan mereka telah lebih dari satu milenium,
sepuluh abad, seribu tahun! Namun satu hal yang tetap abadi adalah
karya-karya mereka, yang telah memberikan warisan pemikiran bagi
generasi selanjutnya.
Para tokoh diatas seakan-akan mereka hidup abadi dan kekal
sepanjang zaman karena mereka menulis. Bayangkan apa yang akan
terjadi seandainya mereka tidak pernah menulis dan mewariskan
pemikiran mereka? Mungkin kita tidak akan pernah mengenal mereka,
dan nasibnya mungkin sama seperti sebagian besar orang-orang yang
lainnya. Hilang ditelan perputaran zaman dan tergilas tanpa bekas oleh
roda kehidupan.
Maka tidak ada salahnya mulai dari sekarang kamu
membudayakan untuk membangun sebuah kebiasaan menulis. Karena
dengan menulislah kamu bisa menyambung rentetan sejarah panjang
yang telah ada sebelumnya untuk kamu teruskan sebagai warisan buat
generasi selanjutnya. Sehingga suatu saat kelak orang-orang akan tetap
mengingat bahwa ada seseorang yang pernah terlahir dan meninggalkan
sebuah karya yang tetap hidup sepanjang zaman. Dan orang tersebut
adalah dirimu, yang tetap abadi dalam tulisan-tulisan yang kau hasilkan.
Karena itu menulislah untuk keabadian !!! (KF/AR)

Anda mungkin juga menyukai

  • Haji Backpacker
    Haji Backpacker
    Dokumen2 halaman
    Haji Backpacker
    M Saifun Nashir
    Belum ada peringkat
  • Noboh
    Noboh
    Dokumen4 halaman
    Noboh
    M Saifun Nashir
    Belum ada peringkat
  • Bedah Kitab
    Bedah Kitab
    Dokumen2 halaman
    Bedah Kitab
    M Saifun Nashir
    Belum ada peringkat
  • Assalamuaalaikum WR
    Assalamuaalaikum WR
    Dokumen4 halaman
    Assalamuaalaikum WR
    M Saifun Nashir
    Belum ada peringkat
  • Kafa
    Kafa
    Dokumen9 halaman
    Kafa
    M Saifun Nashir
    Belum ada peringkat