Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan individu yang unik, yang memiliki kebutuhan yang

berbeda sesuai dengan tahapan usianya dan mengalami pertumbuhan fisik

yang lambat, namun terjadi peningkatan pada pertumbuhan dan

perkembangan sosial (Terri. 2014) Masalah kesehatan usia pra sekolah

pada sistem penglihatan termasuk salah satu masalah kesehatan yang perlu

diperhatikan karena penglihatan adalah salah satu faktor yang sangat

penting dalam seluruh aspek kehidupan termasuk diantaranya pada proses

pendidikan. Fungsinya bagi pelajar sangat penting, namun sering kali

kesehatan mata kurang terperhatikan, sehingga banyak penyakit yang

menyerang mata tidak diobati dengan baik dan menyebabkan gangguan

penglihatan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2009).

Menurut WHO, diperkirakan hampir 18,9 juta anak di bawah 15

tahun mengalami gangguan tajam penglihatan, jumlah orang dengan

gangguan penglihatan di seluruh dunia pada tahun 2010 adalah 285 juta

orang atau 4,24% populasi, sebesar 0,58% atau 39 juta orang menderita

kebutaan dan 3,65% atau 246 juta orang mengalami penglihatan rendah.

65% orang dengan gangguan penglihatan dan 82% dari penyandang

kebutaan berusia 50 tahun atau lebih (Kementerian Kesehatan RI, Jakarta,

2014).

1
Lima negara dengan prevalensi gangguan penglihatan terbesar

(buta dan gangguan penglihatan berat-sedang) adalah Afghanistan

(9,09%), Nepal (8,17%), Laos (7,71%), Eritrea (7,66%) dan Pakistan

(7,54%). Sedangkan lima negara dengan jumlah penduduk yang

mengalami gangguan penglihatan terbanyak adalah Cina, India, Pakistan,

Indonesia dan Amerika Serikat. Penyebab gangguan penglihatan

terbanyak di seluruh dunia adalah gangguan refraksi yang tidak terkoreksi

(48,99%), diikuti oleh katarak (25,81%) dan Age related Macular

Degeneration (AMD , 4,1%). Sedangkan penyebab kebutaan terbanyak

adalah katarak (34,47%), diikuti oleh gangguan refraksi yang tidak

terkoreksi (20,26%), dan glaukoma (8,30%). Lebih dari 75% gangguan

penglihatan merupakan gangguan penglihatan yang dapat dicegah.

(Pusdatin, 2018)

Data nasional terkini mengenai besaran masalah gangguan indera

penglihatan bersumber dari Rapid Assessment of Avoidable Blindness

(RAAB) tahun 2014-2016. RAAB merupakan metode survei standar

untuk pengumpulan data gangguan penglihatan dan kebutaan yang

direkomendasikan oleh WHO, melalui Global Action Plan (GAP) 2014 –

2019. RAAB merupakan survei berbasis populasi untuk penderita

kebutaan dan gangguan penglihatan dan layanan perawatan mata pada

orang-orang berumur 50 tahun ke atas, mengingat berbagai penelitian

didapatkan sekitar 85% kebutaan terdapat pada umur 50 tahun dan lebih.

RAAB dapat memberikan prevalensi gangguan penglihatan dan kebutaan,

2
penyebab utamanya, output dan kualitas layanan perawatan mata,

hambatan, cakupan bedah katarak dan indikator lain dari layanan

perawatan mata di daerah geografis tertentu. Survei RAAB di Indonesia

sampai saat ini telah dilakukan di 15 provinsi pada tahun 2014-2016 yaitu

3 provinsi di Sumatra, 4 provinsi di Jawa, 1 provinsi di Kalimantan, 2

provinsi di Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,

Maluku dan Papua untuk dapat mewakili kondisi Indonesia. (Pusdatin,

2018).

Di Kota Samarinda,diketahui bahwa penyakit mata tertinggi pada

tahun 2014 yaitu pada kelanan refraksi 50,4% tetapi mengalami kelainan

pada tahun 2015 menjadi 29,2%. Berbeda dengan penyakit katarak pada

tahun 2014 sebesar 20,1% dan tahun 2015 mengalami kenaikan menjadi

39,1% (UPTD BKMOM, 2015).

Kesehatan anak merupakan salah satu yang penting dalam didikan

orang tu dalam melakukan prilaku terhadap anak nya dalam melakukan

Aktivtas sehari-hari dirumah baik dalam kebiasaan membaca maupun

bermain gadget dan mengatur pola makan yang baik dan yang lebih

penting lagi dengan anak melakukan kegiatan beriamin gadget harus

dengan waktu yang tepat dan tidak membuat anak berlebihan dan

membuka media-media yang pembelajran disekolah dan mendidik tetap

dalam pengawasan orang tua.

Membaca adalah keterampilan yang harus dimiliki oleh semua

praktisi pendidikan. Keberlangsungan pembelajaran di kelas sangat

3
bergantung pada kemampuan anak dalam membaca. Sejak duduk di

bangku sekolah dasar, anak sudah langsung diperkenalkan dengan

kegiatan membaca. Mulai dari membaca buku cerita, buku pelajaran

ataupun teks informasi. Membaca menjadi sesuatu yang vital dalam

pembelajaran di sekolah karena kebiasaan membaca yang telah dilatih

sejak dini bisa menjadikan anak terbiasa dan tak asing jika diperhadapkan

dengan buku.

Mustafa (2012) dalam Susilowati (2016) dalam penelitian ini 20

tahun terakhir, Indonesia mengalami penurunan dalam kebiasaan

membaca buku, ada Beberapa hal yang yang faktor rendahnya kebiasaan

membaca di Indonesia adalah harga buku yang tinggi yang Belum bisa

dicaapai oleh beerapa orang dikalangan ekonomi menengeh kebawah,

ketersediaan infrastuktur yang kurang memadai, perpustakaan yang

kurang memadai, beberapa bahan bacaan media yang belum bisa diakses,

kebiasaan membaca yang tidak diutanamkan orang tua sejak dini, dan

banyaknya media digital yang menimbulkan rendahnya minat baca

seperti vidio game

Dengan hal itu kemajuan zaman di bidang ilmu teknologi pada

abad ke 21 ini semakin berkembang pesat. Berbagai macam penemuan

dengan tujuan mempermudah ruang gerak dan ruang lingkup manusia

diciptakan satu persatu setiap tahunnya. Ini membuktikan bahwa daya

pikir masyarakat dan juga pola perilaku manusia semakin maju dan

berkembang dengan pesat. Peningkatan penemuan menjadi lebih cangih

4
ini tentu memang tidak lepas dari para penemu-penemu sebelumnya.

Sebagi contoh yang sangat banyakberkembang pesat pada saat ini adalah

penyempurnaan penemuan pesawat telepon oleh Alexsander Graham Bell

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2017) ditemukan bahwa 98

persen anak tahu tentang internet dan 79,5 persen diantaranya adalah

pengguna internet yang dimana akses internet dapat dilakukan dari mana

saja dan menggunakan bermacam macam alat seperti televisi, handphone

dan leptop. Tetapi, kemajuan teknologi dan pengunaan gadget dapat

mempengaruhi kesehatan mata anak, masalah tidur, kesulitan konsentrasi,

menurunnya prestasi belajar, perkembangan fisik, perkembangan sosial,

perkembangan otak, dan kecerdasann emosional dan penundaan

perkembangan bahasa anak.

Anak usia dini adalah sosok individu sebagai mahluk sosialkultural

yang sedang mengalami peroses perkembangan yang sangat fundemental

bagi kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karekteristik tertentu.

Anak usia dini adalah suatu organisme yang merupakan satu kesatuan

jasmani dan rohani yang utuh dengan segalah struktur dan perangkat

biologis dan fisikologisnya sehingga menjadi sosok yang unik.

Gadget dapat digunakan oleh siapa saja dan untuk apa saja

tergantung dari kebutuhan pemilik gadget tersebut. Pemakaian gadget

pada sekarang ini sudah digunakan mulai dari anak usia dini hingga orang

dewasa. Syahra (2006) menyatakan bahwa semakin berkembangnya

zaman tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan teknologi informasi

5
dan komunikasi berlangsung semakin pesat dan penggunaannya telah

menjangkau ke berbagai lapisan kehidupan masyarakat dari segala

bidang, usia dan tingkat pendidikan. Penggunaan oleh orang dewasa,

biasa digunakan untuk alat komunikasi, mencari informasi atau browsing,

youtube, bermain game, ataupun lainnya

Sari dan Mitsalia (2016) melaporkan bahwa rata – rata anak

menggunakan gadget untuk bermain game daripada menggunakan untuk

hal lainnya. Hanya sedikit yang menggunakan untuk menonton kartun

dengan menggunakan gadget. Penelitian lain yang dilakukan oleh

Delima, Delima, Arianti dan Pramudyawardani (2015), diperoleh hampir

semua orang tua (94%) menyatakan bahwa anak mereka biasa

menggunakan perangkat teknologi untuk bermain game. Sebagian besar

anak (63%) menghabiskan waktu maksimum 30 menit untuk sekali

bermain game. Sementara 15% responden menyatakan bahwa anak

bermain game selama 30 sampai 60 menit dan sisanya dapat berinteraksi

dengan sebuah game lebih dari satu jam.

Selain itu, Trinika dkk. (2015) menambahkan bahwa pemakaian

gadget dengan intensitas yang tergolong tinggi pada anak usia dini adalah

lebih dari 45 menit dalam sekali pemakaian per harinya dan lebih dari 3

kali pemakaian per harinya. Pemakian gadget yang baik pada anak usia

dini adalah tidak lebih dari 30 menit dan hanya 1 – 2 kali pemakaian per

harinya.

6
Kesehatan mata merupakan salah satu syarat penting untuk

menyerap berbagai informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan

berbagai kegiatan, namun gangguan terhadap penglihatan dan kebutaan

masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Salah

satu gangguan terhadap Ketajaman penglihatan.

Setiap ruangan pada bangunan rumah, kantor, apartement, gedung,

pabrik, dan lainnya pasti membutuhkan penerangan. Intensitas

pencahayaan merupakan aspek penting di tempat-tempat tersebut karena

berbagai masalah akan timbul ketika kualitas intensitas penerangan di

tempat tersebut tidak memenuhi standar yang perlu diterapkan. (Saleh,

2018).

Perlu diperhatikan perbedaan intensitas penerangan yang terlalu

besar antara bidang kerja dan sekitarnya harus dihindari karena mata kita

akan memerlukan daya yang besar untuk beradaptasi dengan kondisi

tersebut yang menyebabkan mata mudah lelah.(Saleh, 2018) ).

Berdasarkan dari Fenomena saat ini aktivitas membaca masih

banyak yang salah, misalnya dari lama membaca, posisi dalam membaca,

penerangan, dan jarak membaca, yang mengakibatkan kelelahan mata

yang dapat menurunkan ketajaman penglihatan. banyak siswa-siswi

menggunakan gadget yaitu berupa handphone sudah merupakan bagian

dari life style. Pemakaian gadget secara tidak benar pada usia ini akan

mempengaruhi kesehatan mata. Intensitas penerangan juga dapat

7
menyebabkan kerusakan mata mata, jika dalam suatu ruangan terdapat

penerangan yang terlalu besar atau minim penerangan.

Dari penjelasan diatas, semakin maraknya anak-anak sekolah yang

menggunakan gadget untuk keseharian dalam masa pendemi Covid-19 ini

yang akan mengakibatkan anak-anak usia sekolah lebih lama bermain

menggunakan gadgat, aktivitas Membaca yang salah dan intensitas

penerangan yang kurang tanpa menghiraukan dampak yang akan terjadi

terhadap kesehatannya terutama kesehatan mata yang berdampak pada

ketajaman penglihatan pada anak. Pada penelitian ini, peneliti akan

melakukan penelitian literatur review dengan mengkaji kembali hasil penelitian

terdahulu mengenai “Hubungan kebiasaan membaca, Aktivitas Gadegt dan

intensitas Penerangan dengan Ketajaman Penglihatan pada Anak Sekolah

Dasar”. Adapun alasan peneliti menggunakan metode literatur review ini

dikarenakan pandemi COVID-19 sehingga peneliti tidak melakukan penelitian

langsung kepada responden.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan pada

penelitian ini adalah “Apakah Hubungan kebiasaan membaca, aktivitas

gadget, dan Intensitas Penerangan dengan Ketajaman Penglihatan Pada

anak Sekolah

8
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk memparkan informasi berdasarkan evidence based yang didapat

dari hasil literatur review terkait dengan Hubungan kebiasaan membaca,

aktivitas gadget dan Intensitas Penerangan dengan Ketajaman Penglihatan

pada Anak Sekolah Dasar ?

2. Tujuan Khusus

a. untuk mengidentifikasi jurnal yan terkait dengan karakteristik

responden dalam penelitian

b. Untuk mengidentifikasi jurnal yang terkait dengan hubungan

keniasaan membaca, aktivitas gadget, dan intensitas penerangan

dengan ketajaman penglihatan.

c. Untuk menganalisis jurnal yang terkait dengan hubungan

kebiasaan membaca dengan ketajaman penglihatan

d. Untuk menganalisis jurnal yang terkait dengan hubungan

aktivitas gadget dengan ketajaman penglihatan

e. Untuk menganalisis jurnal yang terkait dengan hubungan

intensitas penerangan dengan ketajaman penglihatan

9
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan

masukan yang bermanfaat untuk mengatasi Aktifitas pengguanan gedegt

dan Intensitas penerangan dengan ketajaman penglihatan pada anak

sekolah.

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan

dalam upaya peningkatan mutu pendidikan yang berkaitan dengan

penggunaan teknologi informasi dalam kebiasaan membaca, aktifitas

gedegt dengan ketajaman Penglihatan.

3. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

untuk menambah bahan pustaka bagi ilmu keperawatan khususnya ilmu

keperawatan anak.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan atau

pembanding bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kebiasan

membaca, Aktifitas Gadget, dan Intensitas Penerangan terutama pada

ketajaman penglihatan,

10
E. Keaslian Penelitian

1. Dalam Jurnal yang sudah dilakukan oleh Ahmad Fahrur Rozi, Rosalina,

Dwi Novitasari (2015) dengan judul “Hubungan Kebiasaan Membaca

Dengan Penurunan Ketajaman Penglihatan Anak Sekolah Di Sd Santo

Antonius 02 Banyumanik Semarang”. Persamaan penelitian ini terdapat

pada responden yang sama-sama Anak Sekolah Dasar, Teknik

pengambilan sample menggunakan teknik Sampling Purposive, Uji

yang digunakan Chi Squarer. sedangkan perbedaan dalam jurnal ini

menggunakan dia menggunakan penelitian terletak pada variabel

peneliti terdapat aktivitas gedget dan intensitas penerangan sedangakan

penelitian ini menggunakan metode studi pustaka atau lenteraur

review.

2. Dalam Jurnal yang sudah dilakukan oleh Nur Muallima, Ami Febriza,

Rezky Kanza Putri (2019) dengan judul “Hubungan Penggunaan

Gadget Dengan Penurunan Tajam Penglihatan Pada Siswa Smp

Unismuh Makassar”. Persamaan penelitian ini terdapat pada Analisa

yang digunakan Chi Square, Alat pengambilan data menggunakan

kuisoner, teknik pengambilan sample menggunakan teknik sampling

purposive. sedangkan perbedaan penelitian terletak pada variabel

peneliti terdapat aktivitas kebiasaan membaca dan intensitas

penerangan, responden pada penelitian ini mengunakan Anak Sekolah

11
Menegah Pertama sedangkan sedangakan penelitian ini menggunakan

metode studi pustaka atau lenteraur review.

3. Dalam jurnal yang sudah dilakukan oleh Arpfah Gusti Kartika Djupri

(2013) pengaruh intensitas penerangan terhadap kelelahan mata pada

siswa kelas iv dan v sekolah dasar Negeri 02 Kuripan-Purwodadi

Persamaan penelitian ini terdapat pada Analisa yang digunakan Chi

Square, variabel yang digunakan Intenstias Penerangan, sedangkan

perbedaan yang terletak pada jurnal ini mengguanka variabel kelaehan

mata sedangkan penelitain ini menggunakan varibel aktivitas gadget,

ketajaman penglihatan dan kebiasaan membaca dengan mengguakan

metode studi pustaka atau literatur riview.

12

Anda mungkin juga menyukai