Anda di halaman 1dari 30

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN SIKAP IBU

TERHADAP PENERAPAN IMUNISASI CAMPAK


DI PUSKESMAS KOJA JAKARTA UTARA
TAHUN 2019

DISUSUN OLEH:
RISTANTI SIDDIKAH
17.019

AKADEMI KEBIDANAN SISMADI


JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen
yang serupa tidak terjadi penyakit. Tujuan utama kegiatan imunisasi adalah
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisas.
Di Indonesia pengertian imunisasi belum memasyarakatkan secara luas.
Cakupan imunisasi pun hanya menyentuh golongan masyarakat tertentu,
menurut data yang dilaporan UNICEF (2007) mengungkapkan bahwa setiap
tahun lebih dari 1.000.000 anak di Indonesia belum terimunisasi campak dan
diperkirakan 30.000 anak meninggal setiap 20 menit. Atas dasar inilah maka
perlu dilakukan program imunisasi dimana program imunisasi telah menunjukan
keberhasilan luar biasa dan merupakan usaha sangat hemat biaya dalam
mencegah penyakit menular (Muhammad A,2003). Salah satunya penyakit
menular itu adalah penyakit campak yang sering sekali menyerang anak di
bawah usia lima tahun.
Menurut WHO dianjurkan pemberian imunisasi campak satu kali dengan
dosis 0,5 ml pada bayi berusia 9 bulan. Dengan diberikan imunisasi pada anak
yang rentan secara tepat dan benar, mereka bisa terlindungi dari campak
(Khalidatunnur,2005 ). Sedangkan Menurut laporan dari Riskesdas Nasional
tahun 2013, pemberian imunisasi campak di Indonesia sebesar 71.4% dari target
80%. sedangkan di kota Jakarta cakupan imunisasi campak ( 103,10%).
Departemen Kesehatan dan Kesehatan Sosial RI menetapkan cakupan
imunisasi campak secara nasional lebih dari 80%. Dari data Dirjen PP dan PL
Depkes RI (2006) cakupan imunisasi campak di Indonesia pada tahun 2002-2004
naik dari 90,6%menjadi 91,8%. Di Jawa Tengah cakupan imunisasi campak
tahun 2006 sebesar 94,37% sedangkan di kota Jakarta cakupan imunisasi
campak ( 103,10%) dengan keberhasilan pemberian imunisasi pada bayi
sejumlah 23.487 dari sasaran sejumlah 22.781 bayi. Dari data tersebut maka
dapat dikatakan cakupan imunisasi campak pada bayi telah dapat dilaksanakan
dan memenuhi target sesuai standar nasional.
Di puskesmas Koja target pencapaian Universal Child Imunization (UCI)
belum dapat terpenuhi, hal ini dapat dilihat dari data pada tahun 2007 cakupan
imunisasi campak (66,4%) dengan keberhasilan pemberian imunisasi pada bayi
sejumlah 1.075 dari 1.619 sasaran. Sehingga dapat digambarkan bahwa cakupan
imunisasi campak di Puskesmas Koja masih kurang dari yang diharapkan sesuai
standar nasional yaitu lebih dari 80%.
Dengan memperhatikan hal tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa
meskipun target secara nasional telah tercapai, masih ada daerah dengan
cakupan imunisasi campak yang belum mencapai lebih dari 80%. Bahkan pada
akhir-akhir ini dengan adanya situasi krisis dan perpindahan penduduk yang
kurang aman ke tempat yang aman menyebabkan terjadinya penularan penyakit
campak yang tidak dapat dihindarkan (IDAI, 2001).
Menurut Lubis dari suatu penelitian yang dilakukan Gunawan di dapatkan
bahwa, kurangnya peran serta ibu rumah tangga dalam memberikan imunisasi di
sebabkan kurangnya informasi (60-75 %) kurang motivasi (2-3 %) serta
hambatan lainnya (23-37 %). Anggapan yang salah tentang imunisasi oleh orang
tua dan kalangan praktisi mengenai resiko vaksin serta adanya berita di media
yang mempertanyakan manfaat imunisasi dengan membesar-besarkan resiko
beberapa vaksin, merupakan salah satu penyebab menurunnya cakupan
imunisasi.
Dari fenomena tersebut, maka perlu membangun kepercayaan masyarakat
dengan menekankan bahwa, pemberian imunisasi pada bayi tidak hanya
memberikan pencegahan tetapi akan memberikan dampak yang baik karena akan
mencegah terjadinya penularan penyakit yang lebih luas dengan adanya
peningkatan imunitas secara umum di masyarakat (Muhammad Ali, 2003).
Dalam hal ini, pengetahuan merupakan domain yangsangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang ( overt behavior ) yaitu praktik pemberian
imunisasi campak, sehingga dapat dikatakan semakin tinggi tingkat pengetahuan
seseorang maka semakin mudah pula dalam menyerap informasi khususnya
tentang kesehatan (Notatmodjo, 2003).
Mengingat kejadian luar biasa penyakit campak masih dijumpai di daerah-
daerah tertentu, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan
judul: “Hubungan Antara Karakteristik Dan Sikap Ibu Terhadap Kepatuhan
Imunisasi Campak Di Puskesmas Koja Jakarta Utara Tahun 2019”.
1.2 Rumusan Masalah
Didapatkan data cakupan imunisasi campak dalam 1 tahun terakhir menurun. Atas
inilah peneliti melakukan penelitian.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Hubungan antara karakteristik dan sikap ibu terhadap
penerapan imunisasi campak di Puskesmas Koja kota jakarta utara.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan antara pendidikan ibu dengan penerapan
imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Koja Jakarta Utara.
b. Mengetahui hubungan antara pekerjaan ibu dengan penerapan
imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Koja Jakarta Utara.

c. Mengetahui hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan


penerapan imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Koja Jakarta
Utara.
d. Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan penerapan
imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Koja Jakarta Utara.
e. Mengetahui hubungan antara sikap ibu dengan penerapan imunisasi
campak di wilayah kerja Puskesmas Koja Jakarta Utara.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Karakteristik
Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang menjadi ciri khas seseorang sedangkan karakteristik adalah ciri
khusus, mempunyai kekhususan sesuai dengan perwatakan tertentu
(W.J.S. Poerwadarminto, 2002:228).
2.1.1 Pendidikan Ibu
Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan umumnya
berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan,
batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak (Achmad Munib, dkk,
2004:32).
Menurut Dictionary of Education dalam buku Achmad Munib,
dkk (2004:33) pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan
kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam
masyarakat tempat ia hidup, proses sosial yakni orang dihadapkan pada
pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang
datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami
perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang
optimal.
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting
dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik
orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang
cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan
anaknya, pendidikannya dan sebagainya (Soetjiningsih, 1995:10).

2.1.2 Pekerjaan Ibu


Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia.
Kebutuhan itu bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan
seringkali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada
sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas
kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada sesuatu keadaan
yang lebih memuaskan dari pada keadaan sebelumnya (Pandji Anoraga,
1998:11).
Ibu yang bekerja mempunyai waktu kerja sama seperti dengan
pekerja lainnya. Adapun waktu kerja bagi pekerja yang dipekerjakan
yaitu waktu siang 7 jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk 6 hari
kerja dalam satu minggu, atau dengan 8 jam satu hari dan 40 jam satu
minggu untuk 5 hari kerja dalam satu minggu. Sisa waktu 16-18 jam
digunakan untuk kehidupan dalam keluarga, masyarakat, tidur, dan lain-
lain (Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003:13).
Bagi pekerja wanita, bagaimanapun juga mereka adalah ibu
rumah tangga yang sulit lepas begitu saja, dari lingkungan keluarga.
Wanita mempunyai beban dan hambatan lebih berat dibandingkan rekan
prianya. Dalam arti wanita harus lebih dulu mengatasi urusan keluarga,
suami, anak dan hal-hal yang menyangkut tetek bengek rumah
tangganya (Pandji Anoraga, 1998:121).
Pada kenyataanya banyak wanita yang tidak cukup mampu
mengatasi hambatan itu, sekalipun mereka mempunyai kemampuan
teknis yang cukup tinggi jika mereka tidak mampu menyeimbangkan
peran gandanya tersebut akhirnya mereka akan keteteran (Pandji
Anoraga, 1998:121). Akan tetapi bukan berarti wanita yang tidak
bekerja merupakan jaminan bahwa anak-anaknya akan menjadi lebih
baik dibanding dengan anak-anak dari wanita yang bekerja (Pandji
Anoraga, 1998:123).

2.1.3 Pendapatan Ibu


Pendapatan adalah hasil pencarian atau perolehan usaha
(Departemen Pendidikan Nasional, 2002:236). Menurut Mulyanto
Sumardi dan Hans Dieter Evers (1982:20), pendapatan yaitu seluruh
penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain
maupun dari hasil sendiri. Jadi yang dimaksud pendapatan dalam
penelitian ini adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari
pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan anggota
keluarga lainnya.
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh
kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan
anak baik yang primer maupun yang sekunder (Soetjiningsih, 1995:10).
2.1.4 Pengetahuan Ibu
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan tindakan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui indra manusia yaitu indera manusia yaitu indra penglihatan,
pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:127).
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003:128) pengetahuan yang
dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan


secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan dan
menyebutkan. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan
makanan yang bergizi.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemapuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya)
misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan
masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah
kesehatan dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
5. Sintesis (synthesis
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dari suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun dapat
merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan
sebagainya.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden (Soekidjo Notoatmodjo,
2003:130).

2.2 Sikap
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup
(Soekidjo Notoatmodjo, 2003:130).
Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu
terhadap hal-hal tertentu. Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah
mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu, sedangkan dalam sikap
negatif terdapat kecenderungan menjauhi, menghindari, membenci, tidak
menyukai obyek tertentu (Sarlito Wirawan Sarwono, 2000:94).
Sikap merupakan penentu penting dalam tingkah laku. Sikap yang ada
pada seseorang akan memberikan gambaran corak tingkah laku seseorang.
Berdasar pada sikap seseorang, orang akan dapat menduga bagaimana respon
atau tindakan yang akan diambil oleh orang tersebut terhadap suatu masalah atau
keadaan yang dihadapinya. Jadi dalam kondisi wajar-ideal gambaran
kemungkinan tindakan atau tingkah laku yang akan diambil sebagai respon
terhadap suatu masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya dapat diketahui
dari sikapnya (Sugeng Hariyadi, 2003:90).
Salah satu cara untuk dapat mengukur atau menilai sikap seseorang dapat
menggunakan skala atau kuesioner. Skala penilaian sikap mengandung
serangkaian pertanyaan tentang permasalahan tertentu. Respoden yang akan
mengisi diharapkan menentukan sikap setuju terhadap pertanyaan tertentu. Skala
pengukuran sikap oleh Likert dibuat dengan pilihan jawaban sangat setuju
terhadap sesuatu pertanyaan, setuju, tidak dapat menentukan/ ragu-ragu, tidak
setuju dan sangat tidak setuju (Sarlito Wirawan Sarwono, 2000:98).

2.3 Penerapan (perilaku)

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2002:1180) Penerapan adalah


hasil menerapkan sesuatu, dalam hal ini adalah penerapan imunisasi campak.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan dan untuk
terwujudnya suatu tindakan yang nyata perlu pendukung atau kondisi yang
memungkinkan antara lain fasilitas. Sikap ibu yang sudah positif terhadap
imunisasi tersebut harus mendapat konfirmasi dari suaminya dan ada fasilitas
imunisasi yang mudah dicapai agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Di
samping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain
misalnya suami atau istri, orang tua atau mertua sangat penting.
2.3.1 Proses Perubahan Perilaku
Sepanjang masa hidupnya semua makhluk hidup termasuk manusia akan
mengalami perubahan perilaku. Perubahan perilaku ini dilakukan untuk
menghadapi kondisi alam sekitarnya yang berubah-ubah.
Menurut Hosland, et al dalam Soekidjo Notoatmodjo (2003:134) proses
perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses
perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang
terdiri dari:
1). Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau
tidak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus
efektif.
2). Setelah stimulus mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia
mengerti dan dilanjutkan ke proses berikutnya.
3). Organisme tersebut kemudian mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi
kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang diterimanya (bersikap).
4). Adanya dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka
stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan
perilaku).
2.3.2 Faktor Penentu Perubahan Perilaku
Green (dalam Soekidjo Notoatmodjo 2003:96) menyatakan bahwa faktor
penentu perubahan perilaku adalah sebagai berikut:
a. Faktor predisposisi (presdisposing factor)
Faktor-faktor ini mencakup karakteristik dan sikap ibu terhadap terhadap
imunisasi, tradisi dan kepercayaan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, budaya dan
sebagainya.
b. Faktor pendukung (enabling factor)
Terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas
atau sarana-sarana misalnya, puskesmas, obat-obatan dan sebagainya. Faktor
pendukung lain menurut Djoko Wiyono (1997:234) adalah akses terhadap
pelayanan yang berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh
keadaan geografis, sosial, ekonomi, ekonomi, budaya, organisasi atau
hambatan bahasa.
1) Akses geografis dapat diukur dengan jenis transportasi, jarak, waktu
perjalanan dan hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang
untuk memperoleh pelayanan kesehatan.
2) Akses ekonomi berkaitan dengan kemampuan pasien untuk membayar
pelayanan yang diberikan.
3) Akses sosial budaya berkaitan dengan diterimanya pelayanan yang
dikaitkan dengan nilai budaya, kepercayaan dan perilaku.
4) Akses organisasi berkaitan dengan sejauh mana pelayanan diatur untuk
kenyamanan pasien, jam kerja dan waktu tunggu.
5) Akses bahasa berarti bahwa pelayanan diberikan dalam bahasa atau dialek
setempat yang dapat dipahami pasien.
c. Faktor pendorong (reinforcing factor)
Terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Menurut Djoko
Wiyono (2000:33) pasien atau masyarakat menilai mutu pelayanan
kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan yang empati, respek dan
tanggap tehadap kebutuhannya, pelayanan yang diberikan harus sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, diberikan dengan cara yang ramah pada
waktu berkunjung.
2.3.3 Sumber informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
dapat memberikan pengaruh sehingga menghasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan, sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk
media massa seperti: Televisi, Radio, Surat kabar, Majalah, termasuk
penyuluhan kesehatan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan
pengetahuan seseorang (Notoatmodjo,2011).
Indonesia berkomitmen pada lingkup ASEAN dan SEARO bahwa dalam
rangka mencapai target eliminasi campak tahun 2020, diperlukan cakupan
imunisasi campak minimal 95X secara merata di seluruh kabupaten/kota.
Hal itu terkait dengan realita bahwa campak merupakan penyebab utama
kematian pada balita. Di Indonesia, campak merupakan 10 penyakit
terbesar penyebab kematian pada anak usia 29 hari - 4 tahun (Riskesdas
2007).
2.4 Imunisasi campak
Imunisasi campak adalah imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadi penyakit campak pada anak, karena penyakit ini sangat
menular yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif, terhadap
penyakit campak (morbili/measles). kandungan vaksin campak ini adalah
virus yang dilemahkan.

2.4.1 Fungsi imunisasi campak


Imunisasi campak ditunjukan untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit campak. Campak, meales atau rubella adalah penyakit
virus akut yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat
infeksius, menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari
setelah muncul ruam. Infeksi disebarkan lewat udara(airborne).

Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet melalui udara,


menempel dan berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah
invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan
terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem
retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7hari dari infeksi
awal. Adanya giant cells dan proses kerandangan merupakan dasar
patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema,
bendungan dan pendarahan yang tersebar pada otak.

2.4.2 Cara dan waktu pemberian imunisasi campak

Imunisasi diberikan pada usia 9 bulan dalam dosis 0.5 ml secara


subkutan. Dosis baku minimal untuk vaksin campak yang dlemahkan
adalah 1000 TCID 50 atau 0.5ml. Untuk vaksin hidup diberi 20 TCID 50
mungkin sudah meberikan hasil yang baik.
Waktu pemberian imunisasi camapak satu kali pada bayi berumur 9-
11 bulan, dikarnakan sebelum diberikan imunisasi campak bayi terlebih
dahulu diberikan DPT/Hepatitis B 3, Polio 4.
2.4.3 Efek samping imunisasi

Biasanya tidak terjadi reaksi akibat imunisasi. Mungkin terjadi


demam ringan dan tedapat efek kemerahan / bercak merah pada pipi
dibawah telinga pada hari ke 7- 8 setelah penyuntikan . Kemungkinan
juga terdapat pembengkakan pada penyuntikan.
2.4.4 Kontraindikasi Imunisasi

Kontraindikasi pemberian imunisasi campak adalah anak :

a. Dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam.

b. Dengan penyakit gangguan kekebalan.

c. Dengan penyakit TBC tanpa pengobatan.

d. Dengan kekurangan gizi berat.

e. Dengan penyakit keganasan.

f. Dengan kerentanan tinggi terhadap protein telur, kanamisin dan


eritromisin (antibiotik).
2.4.5 Komplikasi Campak
Komplikasi atau akibat tidak di imunisasi campak ini adalah radang
paru-paru, infeksi pada telinga, radang pada saraf, radang pada sendi dan
radang pada otak yang dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen
(menetap).

2.4.6 Akibat tidak diimunisasi campak

Gejala timbuk dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi yaitu panas badan
nyeri tenggorokan, batuk koplik, nyeri otot, mata merah. 2-4 hari
kemudian muncul bintik-bintik putih kecil dimulut bagian dalam (bintik
koplik). Ruam (kemerahan dikulit) yang terasa gatal muncul 3-5 hari
setelah timbulnya gejala diatas. Pada puncak penyakit, penderita merasa
sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuh mencapai 40 C. Demam,
kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama beberapa
hari diikuti ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merabak
ketubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.

2.5 Penyakit Campak

2.5.1 Pengertian penyakit campak

Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak.
Penyakit campak dapat menyerang semua anak-anak yang tidak kebal. Di
negara berkembang menyerang anak-anak usia di bawah 2 tahun
sedangkan di negara maju sering menyerang anak-anak prasekolah
(Sudarjat Suraatmaja, 1995:36), sedangkan menurut A.A Gde Munijaya
(1999:115) penyakit campak mempunyai kecenderungan untuk
menyerang anak-anak, khususnya di bawah lima tahun.

2.5.2 Patogenesis campak

Penyebaran virus melalui droplet, dengan masa inkubasi 10-14 hari.


Penyakit ini sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodmoral
sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Masa prodmoral
berlangsung 2-4 hari yang ditandai dengan demam yang diikuti dengan
batuk, coryza dan atau konjungtivitis. Ruam campak adalah berupa erupsi
makulopapular yang biasanya bertahan selama 5-6 hari yang dimulai dari
batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah dan leher.
Setelah 3 hari ruam ini berangsur-angsur akan turun ke bawah dan
akhirnya akan sampai di tangan dan kaki (I.G.N Ranuh, dkk, 2005:125).

2.5.3 Diagnosis Campak

Diagnosis kasus campak dibuat atas dasar kelompok gejala klinis yang
saling berkaitan, yaitu coriza dan mata meradang disertai batuk batuk dan
demam yang tinggi dalam beberapa hari dan diikuti timbulnya ruam
makulopapular pada kulit yang memiliki ciri khas. Ruam timbul diawali
dari belakang telinga kemudian menyebar ke muka, dada, tubuh, lengan
dan kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh (I.G.N Ranuh, dkk,
2005:121)
2.6 Kerangka Teori

FAKTOR PREDISPOSISI
• karakteristik
• sikap

FAKTOR PENDUKUNG Penerapan Imunisasi Campak


• Tersedianya fasilitas atau sarana
pelayanan

\
FAKTOR PENGUAT
• Sumber informasi
= Yang diteliti
= Yang tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka teori


Sumber : Prasetyono, 2013,Notoadmojo 2012,Utami 2010,Wijayanti 2013

BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka konsep penelitian

Menurut Notoatmojo (2012). Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk


oleh generalisasi dari hal-hal khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi,
maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat
diamati atau diukur melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama
variabel. Jadi variable symbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau
bilangan dari konsep. Adapun kerangka konsep penilitian tentang “Pengetahuan
Ibu Tentang Praktek Pemberian Imunisasi Campak Pada Bayi Usia 9-12 Bulan
Di Puskesmas Koja Jakarta Utara Tahun 2019”.

Variabel Independen Variabel Dependen

1. Karakteristik

2. Pendidikan

3. Pekerjaan
Penerapan Imunisasi
4. Pendapatan Campak

5. Pengetahuan

6. Sikap
3.2 Hipotesis Penelitian
• Ada Hubungan antara Karakteristik dan sikap ibu terhadap
penerapan imunisasi campak pada bayi di puskesmas koja
Jakarta Utara
• Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan penerapan
imunisasi campak pada bayi di puskesmas koja Jakarta Utara
• Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan penerapan
imunisasi campak pada bayi di Puskesmas Koja Jakarta Utara.
• Ada hubungan antara pendapatan ibu dengan penerapan
imunisasi campak pada bayi di Puskesmas Koja Jakarta Utara.
• Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan penerapan
imunisasi campak pada bayi di Puskesmas Koja Jakarta Utara.
• Ada hubungan antara sikap ibu dengan penerapan imunisasi
campak pada bayi di Puskesmas Koja Jakarta Utara.
3.3 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala


Dependen Operasional

1. Karakteristik hasil tahu dan Kuesioner Cheklis 1. Baik = jika menjawab Ordinal
ini terjadi pertanyaan benar ≥ 5
dengan ciri 2. Kurang =jika
khusus yang menjawab pertanyaan
mempunyai benar <5
kekhususan
sesuai dengan
perwatakan
tertentu

2. Pendidikan Sekolah formal Kuesioner Ceklis 1. Tinggi , jika ≥ SMA Ordinal


yang pernah
2. Rendah, jika < SMA
dicapai dan
mendapatkan
ijazah

3. Pekerjaan Aktifitas yang Kuesioner Ceklis 1. ya, apabila bekerja ordinal


dilakukan
2. tidak, apabila tidak
reponden
bekerja/ibu rumah
sehingga
mendapatkan tangga.
gaji atau upah
4. Pendapatan hasil pencarian Kuesioner Ceklis 1. Baik = jika menjawab ordinal
atau perolehan
pertanyaan benar ≥ 5
usaha
2. Kurang =jika

menjawab pertanyaan

benar <5

5. Pengetahuan hasil tahu dan 1. Baik = jika menjawab


ini terjadi
pertanyaan benar ≥ 5
setelah seorang
2. Kurang =jika
melakukan
penginderaan menjawab pertanyaan
terhadap
benar <5
subyek tertentu
6. Sikap respon Kuesioner Ceklis 1. ya, apabila berperilaku Ordinal
seseorang yang dengan baik
masih tertutup 2. tidak, apabila tidak
terhadap suatu berperilaku dengan baik
stimulus atau
objek
7. Penerapan Tindakan ibu Observasi dan Wawancara 1.Lengkap, apabila Nomina
untuk data rekam melakukan dan sesuai l
mengimunisa medik di dengan waktunya
sikan bayinya Puskesmas 2. tidak lengkap, apabila
Koja Jakarta tidak melakukan atau
Utara melakukan tapi tidak
sesuai dengan waktunya
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian korelasi karena bertujuan menjelaskan
hubungan antara 2 variabel dengan menggunakan pendekatan cross sectional,
yaitu rancangan penelitian yang digunakan untuk melihat hubungan antara status
paparan dari data variabel independen dan dependen dengan efek yang diamati
meliputi hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi campak dengan pemberian
imunisasi campak (Notoatmodjo,2002:145).

4.2 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Koja kota Jakarta Utara dengan waktu
penelitian bulan September 2019.

4.3 Populasi, Sampel Dan Sampling


1. Populasi
Populasi adalah seluruh subjek / objek dengan karakteristik tertentu yang
diteliti (Notoatmodjo, 2002 : 79)
Populasi dari penelitian ini adalah ibu batita di wilayah kerja Puskesmas
Koja Jakarta Utara yang berjumlah 682 orang.
Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002 : 79). Adapun
rumus yang digunakan sebagai berikut :
N
n=
1 + N (d ) 2
373
n=
1 + 373 (0,1) 2

373
n=
1 + 3,73
n = 78,85
Keterangan : N = Besar populasi
n = Besar sample
d = Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan
Dengan demikian apabila dihitung dengan rumus diatas didapatkan sampel
sebanyak 80 orang.
2. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Teknik sampling
yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling
yaitu bersifat acak. Dimana anggotapopulasi diberi peluang yang sama
untuk dipilih menjadi sampel (Notoatmodjo, 2002:85 ).

4.4 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional


1. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu. (Notoatmodjo,2002:70). Adapun variabel dalam
penelitian yang digunakan adalah :
a. Variabel Independent.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independent adalah hubungan
antara karakteristik dan sikap ibu terhadap penerapan imunisasi campak.
b. Variabel Dependent.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependent adalah penerapan
imunisasi campak pada bayi.

2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional dan
berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek
atau fenomena. Pada definisi operasional dapat ditentukan parameter yang
dijadikan ukuran dalam penelitian (Nursalam, 2003).

Tabel 1 Definisi operasional hubungan antara karakteristik dan sikap ibu


terhadap penerapan imunisasi campak pada bayi

No Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala


Dependen Operasional

1. Karakteristik hasil tahu dan Kuesioner Cheklis 1.Baik = jika menjawab Ordinal
ini terjadi pertanyaan benar ≥ 5

dengan ciri 2. Kurang =jika

khusus yang menjawab pertanyaan

mempunyai benar <5

kekhususan
sesuai dengan
perwatakan
tertentu

2. Pendidikan Sekolah formal Kuesioner Ceklis 1. Tinggi , jika ≥ SMA Ordinal


yang pernah 2. Rendah, jika < SMA
dicapai dan
mendapatkan
ijazah

3. Pekerjaan Aktifitas yang Kuesioner Ceklis 1.Baik = jika menjawab ordinal


dilakukan pertanyaan benar ≥ 5

reponden 2. Kurang =jika


menjawab pertanyaan
sehingga
benar <5
mendapatkan
gaji atau upah
4. Pendapatan hasil pencarian Kuesioner Ceklis 1. Baik = jika Ordinal
atau perolehan menjawab pertanyaan
usaha
benar ≥ 5

2. Kurang =jika

menjawab pertanyaan

benar <5

5. Pengetahuan hasil tahu dan 1. Baik = jika


ini terjadi
menjawab pertanyaan
setelah seorang
benar ≥ 5
melakukan
penginderaan 2. Kurang =jika
terhadap
menjawab pertanyaan
subyek tertentu
benar <5

6. Sikap respon Kuesioner Ceklis 1. Baik = jika Ordinal


seseorang yang
menjawab pertanyaan
masih tertutup
benar ≥ 5
terhadap suatu
stimulus atau 2. Kurang =jika
objek
menjawab pertanyaan
benar <5
7. Penerapan Tindakan ibu Observasi dan Wawancara 1.Lengkap, apabila Nomina
untuk data rekam melakukan dan l
mengimunisa medik di sesuai dengan
sikan bayinya Puskesmas waktunya.
Koja Jakarta 2. Tidak lengkap,
Utara apabila tidak
melakukan atau
melakukan tapi
tidak sesuai
dengan waktunya

4.5 Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang
telah diberikan pada responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari rekapitulasi pencapaian cakupan imunisasi
campak di wilayah Puskesmas Koja ataupun dari sumber data lainnya yang
digunakan untuk mendukung informasi tersebut.

4.6 Alat Ukur Yang Digunakan


Dalam penelitian ini alat yang digunakan adalah kuesioner yang berisi daftar
pertanyaan yang akan diajukan pada responden, meliputi :
1. Karakteristik Responden (umur, pendidikan, pekerjaan,paritas)
2. Lembar kusioner tingkat pengetahuan ibu
3. Lembar kuesioner praktek pemberian imunisasi campak

4.7 Validitas Dan Realibilitas


1. Uji Validitas.
Validitas (kesahihan)merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalitan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006 :168).
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan. Uji validitas ada penelitian ini menggunakan produk moment
yang dikemukakan oleh pearson yang dapat menunjukkan indeks korelasi
antar dua variabel yang dikorelasikan. Uji pearson product moment dengan
rumus :
nXY − (X )(Y )
rxy
{NX − (X ) 2 }{nY 2 − (Y ) 2 }
2

rxy
Keterangan : : Konfisien korelasi
 b 2
: JumlahVarians butir
t2
: Varians total
Secara umum kriteria reliabilitas alpha dikatakan reliabel jika koefisien
alpha lebih besar dari 0,60.Dari hasil pengujian reliabilitas dapat diketahui
bahwa nilai alpha semua variable lebih besar dari 0,60,sehingga dapat
dikatakan bahwa semua variable adalah realiabel atau handal,dimana untuk
reliabilitas untuk item-item pengetahuan 0,7646 dan 0,7775 untuk
reliabelitas item-item praktek.
Uji validitas dan reabilitas akan dilakukan di posyandu melati, dengan
jumlah responden 20 orang.

4.8 Metode Analisa Data


1. Pengolahan Data
a. Editing
Editing dimaksudkan meneliti tiap daftar pertanyaan yang diisi agar
lengkap meliputi kelengkapan pengisian atau kekurangan data dapat
dengan mudah terlihat dan segera dilakukan perbaikan.
b. Coding
Jawaban yang diperoleh diberi tanda atau kode untuk mempermudah
penyusunan kode. Pemberian kode dilakukan setelah editing.
c. Scoring
Adalah kegiatan pemberian score pada kuesioner yang didapat dari
jumlah score masing-masing pertanyaan. Pemberian nilai pada variabel
tingkat pengetahuan ibu tentang penyakit campak dan pelaksanaan
pemberianimunisasi campak, jika benar nilai 1 jika salah nilai 0
d. Tabulating
Setelah data terkumpul,dibuat tabel-tabel yang berisikan data yang ada
dan telah diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

2. Analisa Data
Pada penelitian ini,analisa yang dilakukan adalah secara univariat dan
bivariat.
a. Analisa Univariat
Analisa ini menggambarkan tiap-tiap variabel (variabel univariat dan
bivariat) dengan menggunakan distibusi dan presentase dari tiap variabel
(Notoatmojdo,2002:188). Analisa univariat ini membuat tabel distribusi
frekuensi dari karakteristik responden dengan variabel umur, pendidikan,
pekerjaan, paritas, tingkat pengetahuan dan praktek.
Variabel tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi 3,yaitu baik apabila
rentang nilai 76-100%,cukup apabila rentang nilai 56-75%,kurang
apabila rentang nilai ≤55%.
Variabel praktek dikategorikan menjadi 2, yaitu baik bila dilakukan dan
kurang bila tidak dilakukan. Nilai diperoleh dengan rumus:
P = ( x / n) 100%
Keterangan: P = Prosentase
X = Jumlah skor total
N = Jumlah skor tertinggi
100 = Bilangan tetap
b. Analisa Bivariat
Analisa ini dilakukan terhadap 2 variabel yang diduga berhubungan atau
berkorelasi (Notoatmodjo, 20002 : 188), yaitu tingkat pengetahuan dan
praktek pemberian imunisasi campak. Analisa ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel yang meliputi variabel
independent dan dependent, dimana kedua variabel ordinal. Sehingga
menggunakan rumus koefisien korelasi Sperman Rank
(Sugiyono,2002:228).
Rumus :
6  bi
2

 = 1−
n(n 2 − 1)
Keterangan:
 = Koefesien korelasi Sperman Rank
bi = Selisih rank antara X(Rx) dan Y(RY)
n = Banyaknya pasangan rank
Kesimpulan:

Ha diterima pada derajat kemaknaan   0,05 dan Ha ditolak pada

derajat kemaknaan   0,05 .

4.9 Etika Penelitian


Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapatkan rekomendasi dari
Akademi Kebidanan Sismadi Jakarta Utara Program Studi D III Kebidanan
dengan mengajukan ijin kepada Kepala Puskesmas Koja kota Jakarta Utara.
Setelah mendapatkan persetujuan barulah melakukan penelitian dengan
menekankan masalah etika meliputi :
1. Informasi concent (surat persetujuan)
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang diteliti disertai
judul penelitian dan tujuan penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti
tidak memaksa dan tetap menghormati hak responden.
2. Anonimity (kerahasiaan/tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan
mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data.
3. Confidental / Privacy
Kerahasiaan informasi / data yang didapat dari responden sangat dijamin
oleh penulis tidak disampaikan oleh pihak lain yang tidak terkait dengan
penelitian.
QUESIONER
1. Apa pengertian imunisasi campak menurut ibu?
a. imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadi penyakit campak pada anak
b. imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadi penyakit campak pada anak
dewasa
c. imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya difteri
d. imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya pnemonia
e. imunisasi yang menyerang kekebalan tubuh
2. apakah fungsi imunisasi menurut ibu?
a. Untuk mengatasi demam
b. Untuk mengatasi rasa nyeri
c. untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak
d. untuk memberikan kekebalan pasif
e. untuk memberikan kesembuhan terhadap penyakit difteri
3. apa yang diketahui ibu mengenai efek sampingnya imunisasi campak?
a. Rasa sakit dan nyeri
b. Tidak ada rasa sakit dan demam
c. Diare, demam, dan rasa nyeri
d. Demam ringan dan tedapat efek kemerahan / bercak merah
e. Diare dan rasa nyeri
4. Apa akibatnya apabila anak tidak imunisasi campak?
a. Akan terjadi sakit demam
b. Akan terjadi mengakibatkan penyakit serius
c. Akan terjadi radang paru-paru, infeksi pada telinga, dan radang pada saraf
d. Akan terjadi penyakit difteri
e. Akan terjadi penyakit pneumonia

5. Menurut ibu berapa usia bayi yuang akan diimunisasi campak?


a. 5 bulan
b. 6 bulan
c. 7 bulan
d. 8 bulan
e. 9 bulan
6. Menurut ibu apa yang dimaksud dengan penerapan imunisasi campak?
a. terwujudnya suatu tindakan yang nyata perlu pendukung
b. terwujudnya suatu tindakan yang tidak nyata dan tidak perlu pendukung
c. terwujudnya suatu tindakan yang palsu dan perlu pendukung
d. terwujudnya suatu tindakan yang harus diaplikasikan
e. terwujudnya suatu tindakan yang harus diteliti
7. menurut ibu apakah yang dimaksud dengan sikap dalam imunisasi campak?
a. kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal
tertentu
b. kesiapan secara fisik dan mental
c. kesiapan secara rohani dan jasmani
d. kesiapan pada seseorang untuk melakukan sesuatu
e. kesiapan pada seseorang untuk melakukan tindakan

Anda mungkin juga menyukai