TINJAUAN PUSTAKA
2. Morfologi Tanaman
Pohon Syzygium polyanthum memiliki tinggi sekitar 25 meter, memiliki akar
lurus besar, batang bundar dan permukaan halus. Memiliki bunga-bunga kecil, putih dan
harum. Sedangkan daunnya memiliki panjang 2,5-8 cmdengan tepi yang rata, ujungnya
tumpul dan bagian bawahnya melebar dengan panjang dan rapat (Sumono, et al., 2008).
3. Kandungan kimia
Daun salam mengandung tanin, minyak atsiri (salamol dan eugenol), flavonoid
(kuersetin, kuersitrin, mirsetin dan mirsitrin), seskuiterpen, triterpenoid, fenol, steroid,
sitral, lakton, saponin dan karbohidrat (Fitri, 2007). Kandungan daun salam lainnya
adalah saponin, polifenol dan alkaloid (Adrianto, 2012). Uji fitokimia dari daun salam
menunjukkan adanya beberapa senyawa metabolit sekunder yaitu fenolik, dan kumarin
(Hermansyah, 2008).
4. Manfaat Tanaman
Daun salam efektif menurunkan kadar gula darah, menurunkan tekanan darah,
menurunkan kadar kolesterol darah, menurunkan kadar asam urat, mengobati sakit maag
(gastritis), gatal-gatal (pruritis), kudis (scabies), dan eksim (Enda, 2009).
Minyak atsiri yang terkandung dalam daun salam yaitu sitral dan eugenol
berfungsi sebagai anestetik dan antiseptik (Adrianto, 2012). Flavonoid dalam daun salam
memiliki efek antimikroba, antiinflamasi, merangsang pembentukkan kolagen,
melindungi pembuluh darah, antioksidan dan antikarsinogenik (Sabir, 2003).
B. Diabetes Mellitus
1. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes mellitus, penyakit gula, atau kencing manis adalah suatu gangguan kronis
yang bercirikan hiperglikemia (glukosa darah terlampau meningkat) dan khususnya
menyangkut metabolisme hidratarang (glukosa) di dalam tubuh. Penyebab nya adalah
kekurangan hormon insulin, yang berfungsi memungkinkan glukosa masuk ke dalam sel
untuk dimetabolisir dan demikian dimanfaatkan sebagai sumber energi.Akibat nya adalah
glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya di eksresikan lewat
kemih tanpa digunakan (glycosuria) (Tjay dan Rahardja, 2007).
2. Metabolisme Glukosa
Dalam proses penyediaan energi, gula merupakan bahan utama yang
diperlukan dalam proses kimiawi untuk menghasilkan bahan energi tinggi ATP (Adenosin
Triphospat). Sewaktu otot berkontraksi diperlukan energi.Pada saat itu, ATP dipecah
dipergunakan untuk bekerja atau berolahraga (Irianto, 2014).
Setelah karbohidrat dari makanan didegradasi dalam usus, glukosa lalu diserap ke dalam
darah dan diangkut ke sel-sel tubuh.Untuk penyerapan kedalam sel-sel ini dibutuhkan
insulin, yang dapat diibaratkan sebagai kunci untuk pintu sel. Sesudah masuk ke dalam sel,
glukosa lantas diubah di mitokondria menjadi energi atau ditimbun sebagai
glikogen.Cadangan ini digunakan bila tubuh kekurangan energi karena misalnya berpuasa
beberapa waktu (Tjay dan Rahardja, 2007).
3. Gejala Diabetes
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darahyang
tinggi. Jika kadar gula darah sampai di atas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai ke
air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih
yang dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang
banyak (poliuri).Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga
banyak minum (polidipsi).
Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat
badan.Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar
biasa sehingga banyak makan (polifagi).Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing,
mual dan berkurangnya ketahanan selama olahraga.Penderita diabetes yang kurang
terkontrol lebih peka terhadap infeksi (Irianto, 2015).
4. Kriteria Diagnosis DM
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam. Atau pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah
Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.Atau pemeriksaan
glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik.
hbA1c(%) Glukosa darah Glukosa puasa
puasa (mg/dl) plasma 2 jam
setelah TTGO
(mg/dl)
Diabetes ≥ 6,5 ≥126 mg/dL ≥200 mg/dL
Prediabetes 5,7-6,4 100-125 140-199
Normal <5,7 <100 <140
5.Jenis Diabetes
Lazimnya mulai diatas usia 40 tahun dengan insidensi lebih besar padaorang
gemuk, dengan BMI > 27 dan pada usia lebih lanjut. Pada mereka yang hidup nya
makmur, makan terlampau banyak, dan kurang gerak badan memiliki risiko yang
lebih besar lagi.
Penyebabnya adalah proses menua, banyak penderita jenis ini mengalami
penyusutan sel-sel beta yang progresif serta penumpukan amiloid disekitarnya. Sel-sel
β yang tersisa pada umumnya masih aktif, tetapi sekresi insulinnya semakin
berkurang.Selain itu, kepekaan reseptornya juga menurun.Hipofungsi selbeta ini
bersama resistensi insulin yang meningkat mengakibatkan gula-darah meningkat
(hiperglikemia) (Tjay dan Rahardja, 2007).
c. Diabetes kehamilan (GDM)
6.Komplikasi lambat
Koroner),antara lain hipertensi dan infark jantung. Bila tidak atau kurang tepat
akan komplikasi hebat ini dapat diturunkan dengan mempertahankan kadar gula
a. Infark Jantung
Di dinding arteri timbul benjolan-benjolan yang mengganggu sirkulasi
darah dan akhirnya terjadi atherosclerosis yang dapat menyebabkan infark jantung.
b. Retinopati
Sering kali pada retina timbul ciri-ciri perdarahan, udema, mengelupas dan menjadi
buta.
c. Polineuropati
Begitu pula kerusakan pada pembuluh kecil dan saraf dapat timbul pada
pelbagai tempat, yag akhirnya menyebabkan defek pada semua organ dan jaringan
perifer. Gangguan ini sering terjadi terjadi dengan perasaan seperti ditusuk-tusuk dan
hilang rasa di kaki-tangan atau benjolan sangat nyeri di kakitangan atau benjolan
sangat nyeri di kaki. Luka borok sukar sembuh dan tak jarang mengakibatkan
d. Nefropati
e. Lainnya
etalase) di tungkai yang berciri kejang-kejang sangat nyeri di betis setelah jalan
7. Penanganan Diabetes
a. Diet
Penderita DM dapat diperbaiki atau dipertahankan pada kondisi yang baik
atau mengurangi kemungkinan timbul nya komplikasi, dengan pola diet DM yang
sesuai.Pada prinsipnya, penderita DM harus menghindari makanan yang cepat diserap
menjadi gula darah yang disebut karbohidrat sederhana (Irianto, 2014). Semua pasien
selalu harus mengawali diet dengan pembatasan kalori, dengan memperhatikan
pembatasan lemak total, lemak trans dan lemak jenuh untuk mencapai normalisasi
kadar glukosa darah dan lipida darah. Pada pasien gemuk (BMI > 27) perlu dimulai
dengan menurunkan asupan kalori menjadi 1000-1600 kcal/hari.
Bila terdapat resistensi insulin, gerak badan secara teratur (jalan kaki atau
bersepeda, olahraga) dapat menguranginya.Hasil insulin dapat digunakan secara lebih
baik oleh sel tubuh dan dosisnya pada umumnya dapat diturunkan (Tjay dan
Rahardja, 2007).
c. Berhenti merokok
Nikotin dapat memengaruhi secara buruk penyerapan glukosa oleh sel. Rokok
juga menghasilkan banyak radikal bebas. Banyaknya radikal bebas ini akan memicu
stress oksidatif, hal ini dapat menimbulkan kerugian secara kronis pada mata, ginjal,
pembuluh, dan sistem saraf (Tjay dan Rahardja, 2007).
C. Antidiabetika
1. Hormon Insulin
Pankreas adalah suatu organ lonjong dari kira-kira 15 cm, yang terletak di
belakang lambung dan sebagian dibelakang hati.Organ ini terdiri 98% sel-sel dengan
sekresi ekstern, yang memproduksi enzim-enzim cerna yang disalurkan ke
duodenum.Sisanya terdiri dari kelompok sel (pulau langerhans) dengan sekresi intern,
yakni hormon yang disalurkan langsung ke aliran darah. Dalam pankreasterdapat
empat jenis sel endokrin, yakni:
1) Sel-alfa, yang memproduksi hormon glukagon
Insulin dirilis dari sel β pankreas, pada keadaan basal dengan kecepatan
rendah dan pada keadaan stimulasi sebagai respons terhadap berbagai stimulus,
khususnya glukosa, dengan suatu kecepatan yang jauh lebih tinggi. Hiperglikemia
menyebabkan peningkatan kadar ATP intraseluler, sehingga menutup kanal kalium
melalui yang tergantung pada ATP. Penurunan arus ke luar dari kalium melalui kanal
tersebut menyebabkan depolarisasi sel β dan terbukanya kanal kalsium yang
tergantung voltase (voltage-gated).Hasil peningkatan kalsium intraseluler memicu
sekresi hormon tersebut (Katzung, 2002).
a Mekanisme Kerja Insulin
Insulin meningkatkan penyimpanan lemak dan glukosa dalam sel-sel
sasaran yang khusus dan mempengaruhi pertumbuhan sel serta fungsi metabolisme
berbagai macam jaringan.
b Kerja Insulin pada Pengangkut Glukosa
Insulin bekerja untuk menurunkan asam lemak bebas dalam sirkulasi dan
memacu penyimpanan triglyceride dalam adiposit dengan tiga mekanisme utama:
induksi lipoprotein lipase, yang secara aktif menghidrolisis triglyceride dari
lipoprotein dalam sirkulasi; transport glukosa ke dalam sel untuk memproduksi
glycerophosphate sebagai suatu hasil metabolisme, yang memungkinkan esterifikasi
asam lemak yang dipasok dari hidrolisis lipoprotein; penurunan lipolisis intraseluler
dari simpanan tryglyceride dengan suatu hambatan langsung pada lipase intraseluler
(Katzung, 2002).
2. Antidiabetika Oral
Obat yang termasuk golongan ini adalah repaglinida dan nateglinida Memiliki
mekanisme kerja yang sama dengan sulfonilurea, hanya pengikatan terjadi di tempat
lain dan kerjanya lebih singkat.
c. Biguanida
Golongan ini tidak menstimulasi pelepasan insulin dan tidak menurun kan
gula-darah pada orang sehat. Zat ini juga menekan nafsu makan (efek anoreksan)
hingga berat badan tidak meningkat, maka layak diberikan kepada penderita yang
kegemukan.
Efek sampingnya yang serius adalah acidosis asam laktat dan angiopati luas,
terutama pada lansia. Contohnya metformin yang pada dosis normal hanya sedikit
meningkatkan kadar asam laktat dalam darah.
d. Glukosidase-inhibitors
Golongan ini terdiri dari akarbose dan miglitol.Zat-zat ini bekerja atas dasar
persaingan merintangi enzim alfa-glukosidase di mukosa duodenum, sehingga reaksi
penguraian polisakarida menjadi monosakarida terhambat. Dengan demikian glukosa
dilepaskan lebih lambat dan absorpsinya ke dalam darah juga kurang cepat, lebih
rendah dan merata, sehingga puncak kadar gula darah dihindarkan. Kerja ini mirip
dengan efek dari makanan yang kaya akan serat gizi.
e. Thiazolidindion
Obat yang termasuk golongan ini adalah rosiglitazon dan pioglitazon. Obat
dari kelas ini dengan kerja farmakologi istimewa disebut insulin sensitizers. Berdaya
mengurangi resistensi insulin dan meningkatkan sensitivitas jaringan perifer
insulin.Oleh karena ini penyerapan glukosa ke dalam jaringan lemak dan otot
meningkat, juga kapasitas penimbunan nya di jaringan ini. Efeknya ialah kadar
insulin, glukosa dan asam lemak bebas dalam darah menurun, begitupula
gluconegenesis dalam hati. Obat-obat ini, misalnya pioglitazon, sering kali
ditambahkan pada metformin bila efek antidiabetikum ini kurang memuaskan.
f. Penghambat DPP-4 (DPP-4 blockers)
Obat yang tergolong kelompok baru ini adalah sitagliptin (Januvia) dan
vildagliptin (Galvus). Obat golongan ini bekerja berdasarkan penurunan efek hormon
incretin. Incretin memiliki peran utama terhadap produksi insulin di pankreas dan yag
terpenting adalah GLPI dan GIP, yaitu glukagon-like peptide dan glucose-dependent
insulinotropic polypeptide. Incretin ini diuraikan oleh suatu enzim khas DPP4
(dipeptidylpeptidase). Dengan penghambatan enzim ini,senyawa gliptin mengurangi
penguraian dan inaktivasi incretin, sehingga kadar insulin akan meningkat.
Gambar 2. Struktur Kimia Aloksan (Lenzen, 2008)
D. Aloksan
Aloksan adalah suatu substrat yang secara struktural adalah derivat pirimidin
sederhana.Aloksan diperkenalkan sebagai hidrasi aloksan pada larutan encer.Aloksan
murni diperoleh dari oksidasi asam dan asam sitrat.Aloksan juga merupakan bahan
kimia yang digunakan untuk menginduksi binatang percobaan. Pemberian aloksan
adalah cara cepat untuk menghasilkan kondisi diabetik eksperimental (hiperglikemik).
Tikus hiperglikemik dapat dihasilkan dengan menginjeksi 120-150 mg/kgBB.Aloksan
dapat diberikan secara intravena, intraperitonial, dan subkutan hewan
percobaan.Aloksan bereaksi dengan merusak substansi essensial di dalam sel beta
pankreas sehingga berkurangnya granulagranula pembawa insulin sel beta pankreas
sehingga meningkatkan pelepasan insulin dan protein (Szkudelski, 2001).
E. Glibenklamid
Sinonim :Glybenclamide,glyburide,glibenklamid
Rumus Molekul :C23H28CIN3O5S
Berat Molekul :494,01
Deskripsi : Berwarna putih atau hampir putih berbentuk serbuk kristal.Tidak larut
air.Praktis larut dalam alkohol dan metalalkohol
Dosis : Permulaan 1 dd 2,5-5 mg, bila perlu dinaikkan setiap minggu sampai dd 10 mg
F. Ekstrak
1. Definisi
2. Pembagian Ekstrak
a.Ekstrak encer (Extractum tenue), sedian ini memiliki konsistensi semacam madu dan
dapat dituang. Akan tetapi pada saat ini sudahtidak terpakai lagi.
b.Ekstrak kental (Extractum spissum), sediaan ini liat dalam keadaan dingin dan tidak
dapat dituang. Kemungkinan airnya berjumlah sampai 30%.
c.Ekstrak kering (Extractum siccum), sediaan ini memiliki konsistensi kering dan
mudah digosokkan. Melalui penguapan cairan
pengekstraksi dan pengeringan sisanya akan terbentuk suatu produk, yang sebaiknya
memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%.
d.Ekstrak cair (Extractum fluidum), dalam hal ini diartikan sebagai ekstrak cair, yang
dibuat sedemikian rupa sehingga 1 bagian simplisia sesuai dengan 2 bagian (kadang-
kadang juga satu bagian) ekstrak cair.
3. Jenis Ekstraksi
a. Maserasi
Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Sebelum diekstraksi
simplisia yang akan digunakan dihaluskan umumnya dipotong atau diserbuk kasarkan
sesuai syarat derajat kehalusan dari farmakope. Kemudian disimpan ditempat yang
terlindung dari cahaya langsung dan dikocok kembali.Waktu maserasi berbeda-beda,
menurut Farmakope 4-10 hari namun biasanya 5 hari. Setelah selesai waktu maserasi
artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan yang
masuk ke dalam cairan telah tercapai maka proses difusi segera berakhir. Persyaratannya
adalah rendaman tadi harus dikocok berulang-ulang (kira-kira 3 kali sehari).
Setelah maserasi, rendaman diperas dan sisanya juga diperas lagi.Untuk ini dapat
digunakan pemeras tinktur atau pemeras hidrolik. Cairan maserasi dan cairan yang
diperoleh dari perasan disatukan, selanjutnya diatur sampai mencapai kadar dan jumlah
yang diinginkan dengan cairan hasil pencucian sisa perasan menggunakan bahan
pengekstraksi.
Proses pencucian tersebut dilakukan untuk memperoleh sisa kandungan bahan
ekstraktif dan juga untuk menyeimbangkan kembali kehilangan akibat penguapan yang
terjadi pada saat penyaringan dan pengepresan. Hasil ekstraksi disimpan dalam kondisi
dingin selama beberapa hari, lalu cairannya dituang dan disaring. Maserasi memiliki tiga
jenis modifikasi yaitu: maserasi ganda, maserasi digestion atau pada suhu tinggi, dan
maserasi kocokan (Voight, 1995).
b. Digesti
Digesti : yang dilakukan pada suhu di atas suhu kamar, biasanya pada suhu 40-
50°C. Caranya : Sejumlah bahan di tempatkan pada wadah tertutup, ditambah dengan
pelarut dengan perbandingan kira-kira 1:10. Diamkan selama 5 hari pada suhu 40-50°C.
dan terlindung dari cahaya dengan sesekali diaduk.Setelah itu, cairan dipisahkan, buang
bagian yang mengendap kemudian di destilasi vakum dengan alat evapolator dengan
suhu 50-600°C (Voight, 1995).
c. Perkolasi
Perkolasi (percolare = penetesan) dilakukan dalam wadah silindris atau
kerucut (perkolator) yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan ekstraksi
yang dimasukkan secara kontinu dari atas mengalir lambat melintasi simplisia yang
umunya berupa serbuk kasar.Melalui pembaharuan terus-menerus bahan pelarut
berlangsung suatu maserasi banyak tingkat.Sebelum pengisian perkolator terlebih dahulu
simplisia dilembabkan dengan menstruum dan dibiarkan mengembang.Hal ini dilakukan
untuk memudahkan masuknya bahan ekstraksi kedalam kumpulan sel selama perkolasi.
Setelah memasukkan bahan ekstraksi sesuai farmakope, ditunggu cairan ekstak
mulai menetes kemudian jalan keluar ditutup dan baru dibuka jika bahan ekstraksi
berada 1-2 cm diatas lapisan simplisia.Selama waktu ini berlangsung suatu
mengembangan lanjutan dan suatu maserasi. Barulah perkolasi sebenarnya berlangsung,
dimana kecepatan penetesan diatur sehingga setiap satuan waktu tetesan yang masuk dan
keluar sama banyak. Setelah selesai proses perkolasi simplisia dipres dan dilakukan
proses selanjutnya (Voight, 1995).
d. Sokletasi
Bahan yang akan diekstraksi berada dalam sebuah kantung ekstraksididalam
sebuah alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinyu. Wadah gelas mengandung
kantung (soklet) diletakkan di antara labu suling dan suatu pendingin aliran balik
(kondensor) dan dihubungkan melalui pipa pipet (sippon).Labu tersebut terisi bahan
pelarut yang menguap dan mencapai ke dalam pendingin aliran balik melalui pipa pipet
dan berkondensasi didalamnya menetes ke atas bahan yang diekstraksi.Larutan
berkumpul didalam wadah gelas dan setelah mencapai titik maksimal secara otomatis ke
dalam labu, dengan zat yang terekstraksi tertimbun melalui penguapan kontinu dari
bahan pelarut murni (Voight, 1995).
G. Mencit (Mus Musculus)
1. Taksonomi Mencit (Mus Musculus)
5. Konversi
Dosis yang diberikan pada hewan percobaan dalam uji farmkakologi harus
mempertimbangkan dosis efektif pada manusia (Laurence dan Bacharach 1964)
Merumuskan suatu tabel konversi perhitungan antar subjek bedasarkan (ratio) luas
permukaan badan masing-masing subyek.
Mencit Tikus Marmot Kelinci Kera Anjing Manusia
20gr 200gr 400gr 1,5g 4kg 12kg 70kg
Mencit 20gr 1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,2 378,9
H. Hipotesis
Ho :Tidak ada efek pemberian ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum Wigth. )
terhadap penurunan kadar gula darah mencit (Mus musculus) yang diinduksi aloksan
Hi :Ada efek pemberian ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum Wigth.) terhadap
penurunan kadar gula darah mencit (Mus musculus) yang diinduksi aloksan