Anda di halaman 1dari 8

REVIEW DAN ANALISA PERATURAN INSENTIF PERPAJAKAN

Disusun Oleh :

1. I Gede Arse Dana Putra (A1C019091)


2. I Wayan Januartha (A1C019095)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MATARAM
2020
Penyebaran Covid-19 yang dinyatakan oleh WHO atau Badan Kesehatan Dunia
sebagai Pandemi yang bersifat global termasuk Indonesia dari waktu ke waktu menunjukan
peningkatan korban jiwa, hal ini berbanding lurus dengan kerugian material yang semakin
besar sehingga menyebabkan aspek sosial ekonomi semakin memburuk. Dampak yang
paling dirasakan negara antara lain; lambatnya pertumbuhan ekonomi nasional, penurunan
penerimaan negara, meningkatnya belanja negara dan pembiayaan, untuk itu pemerintah
mengambil langkah dengan mengeluarkan Perpu No. 01 Tahun 2020 yang mengatur
tentang insentif perpajakan yang didalamnya berisi kelonggaran tarif, pembebasan terkait
sanksi, denda, PPh, dan PPn.
Dalam pemenuhan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan, maka pemerintah
menyusun APBN yang didalamnya berisi Anggaran Pendapatan Negara, Anggaran Belanja
Negara, dan Pembiayaan Anggaran telah ditetapkan oleh UU No. 20 Tahun 2019 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2020. Anggaran tersebut
dialokasikan untuk penanganan Covid-19 dan menghadapi ancaman serta menjaga
stabilitas perekonomian nasional yang meliputi; kebijakan pendapatan negara, kebijakan
perpajakan, kebijakan belanja negara, dan kebijakan pembiayaan (Pasal 1 Perpu No. 1
Tahun 2020). Kebijakan perpajakan yang dimaksud dalam pasal 1 yaitu; penyesuaian tarif
PPh Badan dalam negeri dan usaha tetap, perlakuan perpajakan online (PMSE), diberikan
perpanjangan waktu pelaksanaan hak dan kewajiban pajak, dan memberikan kewenangan
kepada menteri keuangan untuk membebaskan atau memberi keringanan bea masuk dalam
menangani kondisi darurat untuk pemulihan dan penguatan ekonomi nasional (Pasal 4
Perpu No.1 Tahun 2020). Penyesuaian tarif PPh Badan dalam negeri dan bentuk usaha
tetap menjadi sebesar 22% untuk Tahun Pajak 2020 dan 2021, dan sebesar 20% untuk
tahun 2022. Untuk Perseroan Terbuka jumlah saham yang disetorkan ke BEI minimal 40%
dengan memenuhin ketentuan yang berlaku akan memperoleh tarif sebesar 3% lebih rendah
dari tarif yang ditentukan (Pasal 5 Perpu No. 1 Tahun 2020). Perpajakan Online atau PMSE
berupa pengenaan PPn atas BKP dan JKP dari luar daerah pabean dan juga PPh atas
kegiatan perdagagangan melalui sistem elekronik (PMSE) sedangkan untuk wajib pajak
luar negeri pembayarannya melalui (PPMSE), PMSE dan PPMSE yang memenuhi
Ketentuan Kehadiran Ekonomi signifikan dapat dikatakan sebagai bentuk usaha tetap dan
dikenakan PPh, yang dikatakan sebagai bentuk usaha tetap tersebut tidak dapat dilakukan
karena kesepakatan dengan pemerintah negara lain untuk menghindari pajak berganda dan
pengelakan pajak. PPMSE luar negeri yang yang memenuhi ketentuan kehadiran ekonomi
signifikan akan dikenakan pajak transaksi elektronik .Ketentuan yang dimaksud yaitu
peredaran bruto konsolidasi grup usaha dengan jumlah yang ditetapkan, penjualan di
Indonesia, dan pengguna aktif media digital di Indonesia sampai dengan jumlah tertentu.
Sedangkan PPMSE yang tidak memenuhi ketentuan tersebut akan dikenakan sanksi
administratif dan pemutusan akses setelah diberikan teguran (Pasal 6 & 7).
Di masa Pandemi ini pemerintah memberikan kemudahan yaitu perpanjangan waktu
untuk melaksanakan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan dengan ketentuan;
pengajuan keberatan WP yang jatuh tempo diperpanjang paling lama 6 bulan dan
pengembalian lebih bayar pajak yang telah jatuh tempo diperpanjang paling lama 1 bulan.
Dalam melaksanakan hak WP tersebut yaitu mengajukan permohonan pengembalian lebih
bayar, pengajuan surat keberatan, dan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi
administrasi diperpanjang selama 6 bulan (Pasal 8). Menteri Keuangan berwewenang
memberikan pembebasan atau keringanan bea masuk yang diatur dalam UU No. 10 Tahun
1995 diubah menjadi UU No. 17 Tahun 2006. Untuk menjaga stabilitas sistem keuangan
dari ancaman krisis ekonomi, maka dibentuk KSSK untuk menangani permasalahan
stabilitas sistem keuangan, untuk mendukung pelaksanaan tersebut Bank Indonesia
diberikan kewenangan untuk; memberikan pinjaman likuiditas jangka pendekn dan
likuidasi khusus untuk bank yang mengalami kesulitan likuiditas dan tidak memenuhi
persyaratan likuiditas jangka pendek, membeli Surat Utang Negara berjangka panjang di
pasar perdana untuk penanganan permasalahan perekonomian nasional, pengatur
penerimaan dan penggunaan devisa bagi penduduk, memberikan akses pendanaan kepada
swasta. Sedangkan untuk Lembaga Penjamin Simpanan diberikan kewenangan untuk;
melakukan persiapan penanganan permasalahan solvabilitas bank, penjualan Surat
Berharga Negara kepada BI, penerbitan surat utang, pinjaman kepada pihak lain, dan
pinjaman kepada pemerintah. Biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah atau lembaga
keuangan bukan merupakan kerugian negara (Pasal 16 & 27).
Pegawai yang dikenakan PPh Pasal 21 dengan kriteria; memiliki kode klasifikasi
lapangan usaha, telah ditetapkan sebagai perusahaan KITE, dan telah mendapat izin
penyelenggaraan kawasan berikat wajib dipotong dengan ketentuan PPh Pasal 21 oleh
pemberi kerja dengan penghasilan bruto yang diterima dalam setahun tidak lebih dari 200
juta. PPh Pasal 21 yang ditanggung oleh pemerintah harus dibayarkan secara tunai oleh
pemberi kerja saat pembayaran penghasilan kepada pegawai, PPh tersebut diberikan sejak
masa pajak April 2020 sampai dengan masa pajak Desember 2020 (Pasal 2 PMK N0. 86
Tahun 2020). Insentif PPh Final atas penghasilan dari usaha yang dimiliki wajib pajak yang
peredaran brutonya sesuai dengan ketentuan PP No. 23 Tahun 2018 dikenai PPh Final
sebesar 0,5% dan ditanggung oleh pemerintah (Pasal 5 PMK No. 86 Tahun2020). Insentif
PPh Pasal 22 Impor dipungut oleh Bank Devisa atau Direktorat Jendral Bea dan Cukai, PPh
tersebut dibebaskan dari pemungutan kepada wajib pajak yang memiliki ketentuan seperti
dijelaskan pada pasal 2. Untuk memperoleh pembebasan pajak, WP mengajukan surat
permohonan melalui laman www.pajak.co.id (Pasal 8 PMK No. 86 Tahun 2020). Insentif
angsuran PPh Pasal 25, pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal 25 sebesar 30% dari
angsuran PPh Pasal 25 yang seharusnya terutang. Pengurangan ini berlaku sampai dengan
masa pajak Desember 2020 (Pasal 10 PMK No. 86 Tahun 2020). Insentif PPN, PKP dapat
diberikan pengembalian lebih bayar pajak sebagai PKP beresiko rendah, PKP juga harus
memberikan SPMPPN lebih bayar dengan jumlah paling banyak 5 Miliar Rupiah dan juga
lebih bayar pajak dari masa pajak sebelumnya juga masuk ke dalam perhitungan lebih
bayar masa pajak sekarang (Pasal 13 PMK No. 86 Tahun 2020).
1. PPh Pasal 21 DTP

SUBJEK PAJAK
MASA BERLAKU pegawai, bukan pegawai,
Intensif PPh Pasal 21 DTP pensiunan, anggota dewan
diberikan sampai akhir masa komisaris, mantan pekerja dan
pajak desember 2020 peserta kegiatan

PPH PASAL 21 DTP

TATA CARA PENYAMPAIAN TATA CARA PEMBUATAN SURAT SETORAN PAJAK


KRITERIA PENERIMA:
- Pemberi kerja mengajukan pemberitahuan - Pemberi kerja yaitu WP pusat atau WP
- Memiliki KLU intensif pajak secara daring cabang yang sudah menyampaikan
- Telah di tetapkan menjadi - Pemanfaatan intensif PPh pasal 21 di tanggung pemberitahuan atas PPh pasal 21 DTP,
perusahaan KITE pemerintah baik pusat maupun cabang wajib membuat surat setoran pajak.
- Memiliki izin dilakukan oleh WP pusat. - Jika pemberi kerja sudah menggunakan e-
penyelenggaraan - Pemberitahuan pemanfaatan intensif diajukan SPT, maka perekaman kode NTPN di ganti
kawasan berikat oleh WP pusat atau WP cabang yang sudah perekaman kode billing di awali dengan
- Memiliki NPWP memenuhi kriteria angka 9 secara elektronik pada aplikasi e-
- Memperoleh penghasilan - Jika berhasil maka akan mendapat notifikasi SPT
Bruto tidak lebih 200Jt bahwa telah berhasil, jika tidak maka akan - Surat setoran pajak atau cetakan kode
dalam setahun muncul notifikasi gagal. billing di simpan dan di administrasikan
oleh pemberi kerja
2. TATA CARA PEMBEBASAN PPh PASAL 22 IMPOR

SUBJEK PAJAK

- Badan usaha tertentu (Pemerintah atau


swasta) yang melakukan kegiatan JANGKA WAKTU
ekspor, impor dan re-impor
BERLAKU SEJAK SKB DI TERBITKAN
DAN SAMPAI 31 Desember 2020

PPH PASAL 22 IMPOR

KRITERIA PEMBEBASAN PUNGUTAN PPh TATA CARA PENYAMPAIAN PERMOHONAN TATA CARA PENCABUTAN
PASAL 22 IMPOR SKB
- Pencabutan izin penyelenggaraan kawasan
- Memiliki kode KLU - WP menyampaikan permohonan berikat, izin kawasan berikat, izin pengusaha
- Telah ditetapkan sebagai SKB nya secara daring melalui kawasan berikat, izin PDKB kemudian DJKB
perusahaan KITE laman www.pajak.go.id mengirimkan data mengenai KMK
- Telah mendapat izin - Akan dilakukan pengecekan pencabutan Perusahaan KITE, izin
penyelenggaraan kawasan berikat apakah WP memenuhi atau tidak penyelenggaraan dll.
memenuhi persyaratan - Berdasarkan data atau informasi yang ada,
- SKB pemungutan PPh Pasal 22 DJP secara jabatan melakukan pencabutan
Impor diterbitkan setelah WP SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor
menyampaikan SKB permohonan - Wajib Pajak tidak berhak atas pembebasan
melalui Daring pemungutan PPh Pasal 22 Impor sejak
- Adanya perpanjangan masa diterbitkan KMK mengenai pencabutan
pemberian intensif sampai masa perusahaan KITE, pencabutan izin
pajak desember 2020 perusahaan KITE, pencabutan izin kawasan
berikat, izin pengusaha kawasan berikat,
atau izin PDKB.
3. PPH FINAL PASAL 23 DTP

OBJEK PAJAK

MASA BERLAKU pegawai, bukan pegawai, pensiunan,


anggota dewan komisaris, mantan
Berlaku dari bulan April pekerja dan peserta kegiatan
sampai desember 2020

PPH FINAL PASAL 23 DTP

TATA CARA KONFIRMASI BATAS PELAPORAN

- Pemotong atau pemungut pajak dalam kedudukan Dilakukan secara daring melalui
sebagai pembeli atau pengguna jasa wajib laman pajak paling lambat
dilengkapi dengan FC SK, bukti transaksi penjualan, tanggal 20 pada bulan
bukti penyerahan jasa berikutnya setelah masa pajak
- Mengikuti ketentuan yang mengatur mengenai berakhir
pemotongan atau pemungutan PPh
- Pemotong atau pemungut pajak melakukan
konfirmasi atas kebenaran melalui: scan barcode,
mengakses laman pajak, menghubungi kring pajak
- Untuk impor maka surat tadi berfungsi sebagai surat
bebas pajak.
4. INSENTIF ANGSURAN PPH PASAL 25

Kriteria Pengurangan Angsuran PPh Masa Berlaku Pajak Sejak :


Pasal 25 :
 Masa Pajak Juli 2020 bagi WP
 Memiliki Kode KLU yang telah menyampaikan
 Telah tetetapkan sebagai perusahaan pemberitahuan pemanfaatan
KITE pengurangan insentif PPh Pasal 25
 Telah mendapat izin penyelenggara  Masa pajak pemberitahuan
kawasan berikat, izin pengusaha pemanfaatan insentif PPh Pasal 25
kawasan berikat, dan izin PDKB sampai dengan Desember 2020

Angsuran PPh Pasal 25

Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25 sebesar 50% Tata Cara Penyampaian Pemberitahuan :
berdasarkan :
 Wajib pajak mengajukan pemberitahuan
 Perhitungan angsuran PPh Pasal 25 sesuai pemanfaatan insentif PPh Pasal 25 secara daring
dengan SPT Tahunan PPh Tahun 2019 melalui laman www.pajak.co.id
 Masa pajak Desember 2019 wajib pajak belum  Sistem melakukan pengecekan dan akan
menyampaikan SPT Tahunan masa pajak 2019 menyampaikan notifikasi bila wajib pajak telah
 Wajib pajak mengajukan permohonan berhasil menyampaikan pemberitahuan
pengurangan angsuran karena penurunan kondisi pemanfaatan insentif PPh Pasal 25
usaha  Sistem melakukan pengecekan dan akan
 Perhitungan angsuran PPh Pasal 25 berdasarkan menerbitkan surat pemberitahuan bila wajib
peraturan menteri keuangan dalam tahun pajak pajak tidak berhak mendapat pengurangan
berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib insentif PPh Pasal 25
pajak

Anda mungkin juga menyukai