Astungkara Ta 3B Lancar 3 Angka Depan Koma
Astungkara Ta 3B Lancar 3 Angka Depan Koma
Oleh:
GUSDE ADIPUTRA UTAMA
17.61.121.042
ii
iii
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis, oleh karena itu
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.
Om, Santih, Santih, Santih Om.
Denpasar, 2021
Penulis,
.DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
.DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
DAFTAR NOTASI................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
PROSES PERENCANAAN..................................................................................44
vi
BAB V....................................................................................................................94
5.1 Kesimpulan..............................................................................................94
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................95
LAMPIRAN...........................................................................................................96
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
YTabel 2. 1 Pedoman Pemilihan Jenis Gelombang...................................................
Tabel 2. 2 Masa Ulang dan YT..............................................................................17
Tabel 2. 3 Nilai Yn.................................................................................................17
Tabel 2. 4 Nilai on..................................................................................................17
Tabel 2. 5 Koefisien Lapis k∆ Untuk Berbagai Jenis Butir 31
Y
Tabel 4. 1Distribusi Kecepatan Dan Arah Angin Dalam Berbagai Interval..........45
Tabel 4. 3 Perhitungan Koreksi Tegangan Angin (UA)........................................48
Tabel 4. 4 Perhitungan Fetch.................................................................................49
Tabel 4. 5 Tinggi dan Periode Gelombang Signifikan...........................................51
Tabel 4. 6 Perhitungan Tinggi Gelombang Maksimum Tahunan..........................52
Tabel 4. 7 Volume Setiap Pekerjaan......................................................................73
Tabel 4. 8Harga Upah ,Alat dan Bahan.................................................................82
Tabel 4. 9Analisa Pekerjaan Pemasangan Bowplank...........................................84
Tabel 4. 10 Analisa Pekerjaan Galian Pasir.........................................................85
Tabel 4. 11 Analisa Pekerjaan Geotextile.............................................................85
Tabel 4. 12 Analisa Pekerjaan Pondasi Buis Beton..............................................86
Tabel 4. 13 Analisa Pekerjaan Pengaman Kaki (Toe Protection).........................86
Tabel 4. 14 Analisa Pekerjaan Batu Lapis Inti......................................................87
Tabel 4. 15 Analisa Pekerjaan Batu Lapis II (buis Beton)....................................87
Tabel 4. 16 Analisa Pekerjaan Buis Beton............................................................88
Tabel 4. 17 Analisa Pembesian Balok Beton 40x50..............................................88
Tabel 4. 18 Analisa Pengecoran Balok Beton 40x50.............................................89
Tabel 4. 19 Analisa Bekisting Balok Beton 40x50.................................................89
Tabel 4. 20 Analisa Pembesian Balok Beton 20x50..............................................90
Tabel 4. 21 Analisa bekisting Balok Beton 20x50.................................................90
Tabel 4. 22 Analisa Pengecoran Balok Beton 20x50.............................................91
Tabel 4. 23Analisa pekerjaan Urugan Kembali....................................................91
Tabel 4. 24Analisa Pemasangan Beton Udit.........................................................92
Tabel 4. 25Analisa Pemasangan Kanstin..............................................................92
x
1. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dalam bidang perencanaan revetment dan dapat
mengaplikasikan ilmu yang didapat pada perkuliahan.
2. Bagi Fakultas
Sebagai tambahan ilmu dan referensi dalam pembelajaran khususnya
pada perencanaan revetment.
3. Bagi Pemerintah
Mengatasi masalahan erosi di Pantai Pigstone beach Pangkung
Tibah dan dapat memberikan gambaran mengenai perencanaan
revetment di Pantai Pigstone beach pangkung Tibah, dapat juga di
gunakan sebagai acuan dalam perencanaan bangunan pengaman
pantai Pigstone beach Pangkung Tibah.
II.3 Geotextile
Geotextile adalah suatu material geosintetik yang berbentuk seperti karpet
atau kain. Geotextile adalah material yang bersifat permeable (tidak kedap air)
dan memiliki fungsi yang bervariasi diantaranya yaitu sebagai lapisan penyaring
(filter), lapisan pemisah (separator), lapisan perkuatan (reinforcement) dan
lapisan pelindung (protector) [ CITATION And13 \l 1057 ].
Geotextile secara garis besar dibedakan menjadi dua jenis yaitu geotextile
woven dan geotextile non woven. Perbedaan kedua jenis material ini adalah pada
cara pembuatannya. Geotextile woven dibuat dengan cara dianyam sedangkan
geotextile non woven proses pembuatannya tidak dengan cara dianyam sehingga
tekstur dari geotextile woven terlihat lebih teratur dibandingkan dengan geotextile
non woven [ CITATION And13 \l 1057 ].[ CITATION Bal16 \l 1033 ]
9
dengan :
U(10) : Kecepatan angin pada ketinggian 10 meter
y : Elevasi terhadap permukaan air
Data kecepatan angin, bila tidak diukur dari permukaan laut, tetapi dari
daratan, misalnya bandar udara atau di lokasi dekat pantai harus dikoreksi dengan
persamaan di bawah ini [ CITATION Dan08 \l 1057 ] dan grafiknya disajikan
pada Gambar 2.5. Hubungan antara angin di atas laut dan angin di atas daratan
terdekat dengan menggunakan rumus:
R L = Uw / U L (2.2)
Dengan :
RL : Koefisien koreksi antara kecepatan angin di laut dan darat
Uw : Kecepatan angin di laut
UL : Koefisien angin di darat
12
II.6 Fetch
Fetch adalah panjang daerah dimana angin berhembus dengan kecepatan
dan arah yang konstan. Di dalam peninjauan pembangkitan gelombang di laut,
fetch dibatasi oleh daratan yang mengelilingi laut. Di daerah pembentukan
gelombang, gelombang tidak hanya dibangkitkan dalam arah yang sama dengan
arah angin, tetapi juga dalam berbagai sudut terhadap arah angin. Fetch rerata
efektif diberikan oleh persamaan berikut [ CITATION Bam99 \l 1033 ].
13
F eff =
∑ X i cos α
∑ cos α
(2.4)
dengan :
Feff : Fetch rerata efektif (m)
Xi : Panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke
ujung akhir fetch
α : Deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan
penambahan 6o sampai sudut sebesar 42o pada kedua sisi dari arah
angin
Gambar 2. Fetch
sumber :Triadmojo,1999
II.7 Gelombang
Gelombang dapat menimbulkan energi untuk membentuk pantai,
menimbulkan arus dan transpor sedimen dalam arah tegak lurus dan menyusur
pantai, serta menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai.
Gelombang laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang tergantung pada
gaya pembangkitnya. Gelombang tersebut adalah gelombang angin yang
dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut, gelombang pasang surut
14
dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda langit terutama matahari dan bulan
terhadap bumi, gelombang tsunami terjadi karena letusan gunung berapi atau
gempa di laut, gelombang yang di bangkitkan oleh kapal yang bergerak, dan
sebagainya [ CITATION Bam99 \l 1033 ].
1
UA g Feff
Ts = 0,2857( )( )
g U A2
3
(2.6)
Dimana :
15
∑ (Hs− H́ )2
σH =
√ N-1
(2.8)
σH
H t = ´H + ( Y t- Y ń )
σn
(2.9)
Ht
T = 0,33 ×
√ 0,0056
(2.10)
Dimana:
H́ : Tinggi gelombang rerata
σH : Standar devisiasi
Ht : Tinggi gelombang maksimum
T : Periode gelombang maksimum
Yt : Reduced variated sebagai fungsi periode ulang T
Yń : Reduced variated sebagai fungsi dari banyaknya data N
σn : Reduced variated devisiasi sebagai fungsi dari banyaknya data N
17
Masa Ulang Yt
2 0.3665
5 1.4999
10 2.2502
25 3.1986
50 3.9019
100 4.6001
sumber :Yuwono,1992
Tabel 2. Nilai Yn
sumber : Yuwono,1992
Tabel 2. Nilai on
sumber : Yuwono,1992
II.7.4 Peramalan Gelombang
Kedalaman relative didasari, yaitu perbandingan kedalaman air (d) dan
panjang gelombang L, (d/L), gelombang dapat diklasifikasikan menjadi tiga
macam yaitu[ CITATION Bam99 \l 1033 ]:
1. Gelombang laut dangkal jika d/L ≤ 1/20
2. Gelombang laut transisi jika 1/20 < d/L < 1/2
3. Gelombang laut dalam jika d/L > ½
18
cos α0
(2.17)
Kr = √ cos α
19
n o Lo
Ks =
√ n L
(2.18)
Sin α =
( CoC ) Sin α0 (2.19)
Dimana:
Kr : Koefisien refraksi
Ks : Koefisien shoaling
L : Panjang gelombang
Lo : Panjang gelombang di laut dalam
α0 : Sudut antara garis puncak gelombang dengan kontur dasar dimana
gelombang melintas
α : Sudut yang sama yang diukur saat garis puncak gelombang melintasi
kontur dasar berikutnya
C : Kecepatan rambat gelombang
Co : Kecepatan rambat gelombang di laut dalam
Dimana :
H0 : Tinggi gelombang di kedalaman tertentu
Ks : Koefisien shoaling (pendangkalan)
Kr : Koefisien refraksi
Ht : Tinggi gelombang maksimum
Hb 1
= 1 (2.23)
H 0' 3,33 ( H ' /Lo) 3
0
Parameter Hb/H 0' disebut dengan indeks tinggi gelombang pecah. Gambar
2.8 menunjukkan hubungan antara Hb/H 0' dan H 0' /gT2 untuk berbagai kemiringan
dasar laut. Gambar 2.8 menunjukkan hubungan antara db/Hb dan Hb/gT 2 untuk
berbagai kemiringan dasar laut. Grafik tersebut dapat dituliskan dalam rumus
berikut :
Hb
(2.24)
gT 2
1
db Hb
=
Hb b − a ∙
g T2( )
(2.25)
21
(kenaikan muka air karena angin), tsunami, storm surge (gelombang badai),
pemanasan global dan pasang surut. Diantara beberapa proses tersebut fluktuasi
muka air karena badai dan tsunami tidak dapat ditentukan (diprediksi) kapan
terjadinya. Sedangkan pasang surut mudah diprediksi dan diukur baik besar
maupun waktu terjadinya [ CITATION Bam99 \l 1033 ].
[
Sw = 0,19 1−2,82
√ ]
Hb
g T2
Hb (2.33)
27
sumber Triadmojo,1999
Di dalam memperhitungkan wind set-up di daerah pantai dianggap bahwa
laut dibatasi oleh sisi (pantai) yang impermeabel dan hitungan dilakukan untuk
kondisi tegak lurus pantai. Apabila arah angin dan fetch membentuk sudut
terhadap garis pantai, maka yang diperhitungkan adalah komponen tegak lurus
pantai[ CITATION Bam99 \l 1033 ].
(2.38)
Dimana :
W : Berat butir batu pelindung
γr : Berat jenis batu
γa : Berat jenis air laut
H : Tinggi gelombang rencana
θ : Sudut kemiringan sisi pemecah gelombang
KD : Koefisien stabilitas yang tergantung pada bentuk batu pelindung
(batu alam atau buatan), kekasaran permukaan batu, ketajaman sisi-
sisinya, ikatan antara butir, dan kondisi gelombang. Nilai KD untuk
berbagai bentuk batu pelindung diberikan dalam Tabel II.1
31
2
P γr
N =A n k ∆ 1− [ 100 ][ ]
W
3
(2.40)
Dimana:
t : Tebal lapis pelindung
n : Jumlah lapis batu dalam lapis pelindung
k ∆ : Koefisien lapis
W : Berat butir batu pelindung
γr : Berat jenis batu (ton/m3)
N : Jumlah butir batu untuk satu satuan luas permukaan
P : Porositas rerata dari lapis pelindung (%) yang dapat dilihat pada
Tabel 2.7
A : Luas permukaan
Tabel 2. Koefisien Lapis k∆ Untuk Berbagai Jenis Butir
Koef. Lapis Porositas P
Batu Pelindung n Penempatan
(k∆) (%)
Batu alam (halus) 2 Acak 1,02 38
Batu alam (kasar) 2 Acak 1,15 37
Batu alam (kasar) >3 Acak 1,10 40
Kubus 2 Acak 1,10 47
Tetrapod 2 Acak 1,04 50
Quadripod 2 Acak 0,95 49
Hexapod 2 Acak 1,15 47
Tribar 2 Acak 1,02 54
Dolos 2 Acak 1,00 63
Tribar 1 Seragam 1,13 47
Batu alam Acak 37
sumber :Triadmojo,1999
II.10.4 Tinggi Bangunan Revetment
Elevasi puncak bangunan pengaman pantai dihitung dengan
persamaan[ CITATION Yuw92 \l 1033 ].
Elrevetment = DWL + Ru + Tinggi Jagaan (2.41)
32
Dimana :
DWL : Tingi muka air rencana (m)
Ru : Run-up gelombang (m)
Tinggi jagaan : 0,5 m - 1,5 m
Dimana:
B : Lebar puncak bangunan (m)
n : Jumlah butir batu
k∆ : Koefisien lapis
W : Berat butir batu pelindung (ton)
γr : Berat jenis batu (ton/m3)
d1
(toe protection) nantinya. Semakin besar nilai maka akan memberi nilai angka
ds
stabilitas (Ns3) semakin besar. Berat butir batu untuk pondasi dan pelindung kaki
(toe protection) dihitung dengan rumus berikut[ CITATION Bam99 \l 1033 ]:
d1 = ds−t toe (2.43)
γr H 3
W= (2.44)
N s3 ( S r −1 )3
Dimana:
d1 : Jarak pelindung kaki dengan muka air
ds : Kedalaman air di kaki bangunan
W : Berat rerata butir batu (ton)
γr : Berat jenis batu (ton/m3)
γa : Berat jenis air laut (1,025 - 1,23 ton/m3)
Sr : Perbandingan antara berat jenis batu dan berat jenis air
Ns3 : Angka stabilitas rencana minimum
Τp : 4,0 - 9,25 m
34
d1
nilai ke grafis garis bantu untuk pengaman kaki dengan syarat Ns3
ds
≤ 300.
III.4.13 Gambar Perencanaan
Gambar dibuat berdasarkan jenis kontruksi yang dipakai dan hasil
hitungan yang didapat. Adapun gambar rencana tersebut merupakan gambar
bangunan pengaman pantai berupa revetment dari tumpukan blok beton 3b
(berkait,berongga,bertangga) di pantai pigstone beach pangkung tibah.
1
10
= 2,57 x (
23,65 )
7
U10
UA = 0,71 . Uw1,23
UA = 0,71 x 3,661,23
UA =3,50 m/dt
Untuk hasil perhitungan UA dari tahun 2011 sampai 2020 dapat dilihat pada
tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4. Perhitungan Koreksi Tegangan Angin (UA)
Koreksi tegangan angin (UA) dari tahun 2011 sampai 2020 akan
dipergunakan dalam Perhitungan gelombang rencana. Untuk perhitungan
gelombang rencana nilai UA yang di gunakan adalah pada tahun 2018 dengan
nilai UA= 3,50 m/dt. Selanjutnya perhitungan gelombang rencana ditentukan
berdasarkan fetch rerata efektif. Sehingga diperlukan Perhitungan Fetch Efektif
terlebih dahulu.
Dari hasil perhitungan masing-masing sudut maka didapat nilai total cos α dan
Xi . cos α seperti tabel 4.3.
Ʃ Xi . Cos α = 1804,18
Ʃ Cos α = 4,70
Nilai diatas dimasukkan ke persamaan di bawah ini dengan menggunakan
persamaan 2.4 sehingga diperoleh nilai Fetch rerata efektif sebagai berikut :
Feff =
∑ xi. cos α
∑ cos α
1804,18 km
Feff =
4,70
Feff = 383,606 x 1000
Feff = 383606 m
g Hs g F eff
U A2
= 0,0016 x
(√ )U A2
g F eff
Hs =
0,0016 x
√ g
U A2
xU A
2
2
Hs = 0,0016 x 9,81 m/dt x 383 606 m ¿ ¿
√ ¿¿
Hs = 1,107 m
2. Untuk periode gelombang signifikan (Ts) Tahnun 2018.
1
g Ts g F eff
UA
= 0,2857 x
U A2 ( ) 3
1
g F eff
Ts =
0,2857 x
( )
U A2
3
xUA
g
Ts = 0,2857 x ¿¿ ¿
Ts = 6,878 dt
Setelah mendapatkan hasil Hs = 1,107 m dan Ts = 6,878 dt, selanjutnya
untuk menghitung gelombang rencana tahun 2011 sampai tahun 2020 dapat
dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini.
Tabel 4. Tinggi dan Periode Gelombang Signifikan
Dari tabel diatas dapat mengetahui nilai H́s=0,708 m. Nilai H́s tersebut akan
dipergunakan dalam perhitungan di bawah ini :
Data :
Yt = 3,1986 (berdasarkan tabel 2.2 dengan kala ulang 25 tahun)
Yń = 0,495 (berdasarkan tabel 2.3 dengan jumlah data N= 10 tahun)
σn= 0,94 (berdasarkan tabel 2.4 dengan jumlah data N= 10 tahun )
Maka :
σH = √∑ ¿ ¿ ¿ ¿
2
= 0,4919
σH
√ 10−1
σH = 0,164 m
Perhitungan Tinggi (H25) gelombang kala ulang 25 tahun :
σH
H25 th = H́s + (Y t - Y ń)
σn
0,164 m
H25 th = 0,708 m + (3,1986 - 0,495)
0,94
H25 th = 1,18 m
Perhitungan Periode gelombang maksimum kala ulang 25 tahun :
H 25
T25 th = 0,33 x
√ 0,0056
1,18
T25 th = 0,33 x
√ 0,0056
T25 th = 4,79 dt
Dari hasil perhitungan, gelombang maksimum yang terjadi di Pantai
Gilimanuk berdasarkan kala ulang 25 tahun didapat tinggi gelombang (H25) =
1,18 m dan periode gelombang Maksimum (T25) = T = 4,79 dt. Setelah diperoleh
tinggi dan periode gelombang maksimum kemudian hasil dari perhitungan ini
digunakan untuk perhitungan gelombang rencana.
gT
Co = = 1,56T
2π
Co = 1,56 × 4,79
Co = 7,47 m/dt
Panjang gelombang di laut dalam (Lo) dan cepat rambat gelombang di laut dalam
(Co) selanjutnya digunakan untuk perhitungan tinggi gelombang rencana.
d
= 0,028
Lo
d d
Dari perhitungan tersebut didapat nilai = 0,028, maka didapat nilai
Lo L
2πd
= 0,06878 dan tanh = 0,4322[CITATION Bam99 \p 377 \l 1057 ]. Karena
L
d
nilai = 0,06878, masuk kedalam kategori kedalaman relatif 1/20<d/L<1/2.
L
Panjang gelombang di laut transisi (L) dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan 2.14 sebagai berikut
gT 2 2πd
L= tanh
2π L
9,81 × 4,79 2
L= × 0,4322
2 × 3,14
L = 15,49 m
Kecepatan gelombang dilaut transisi (C) dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan 2.13 sebagai berikut.
gT 2πd
C= tanh
2π L
9,81 × 4,79
C= × 0,4322
2 × 3,14
C = 3,234 m/dt
Arah datangnya gelombang pada kedalaman 1 m dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan 2.19 sebagai berikut.
Sin α =
( CoC ) Sin α0
Sin α = (3,234
7,47 )
Sin 45 o
cos α0
Kr = √ cos α
cos ❑ 45°
Kr =
√ cos❑17,76 °
Kr = 0,861
d
Untuk menghitung koefisien pendangkalan (Ks) dicari berdasarkan nilai
L
diatas, sehingga didapat nilai Ks adalah 1,141[CITATION Bam99 \p 377 \l
1057 ]. Jadi tinggi gelombang rencana dihitung dengan menggunakan Persamaan
2.20 sebagai berikut.
H0 = Ks∙Kr∙ Ht
H0 = 1,141∙0,861∙ 1,18
H0 = 1,16 m
Maka tinggi gelombang yang sudah mengalami proses refraksi (tinggi gelombang
rencana) adalah H0 = 1,16 m yang selanjutnya dipakai dalam perhitungan
gelombang pecah.
H 0'
2
= 0,0044
gT
Nilai Hb dapat dihitung dengan Persamaan 2.23 di bawah ini.
Hb 1
= 1
H 0' 3,33 ( H ' /Lo) 3
0
Hb 1
= 1
H 0' 3,33 ( 0,998 /35,79 ) 3
Hb
= 0,99 m
H 0'
Hb = H 0' × 1,026
Hb = 0,998 × 1,026
Hb = 1,02 m
Dari grafik penentuan tinggi gelombang pecah hubungan antara Hb/H 0' dan H 0' /
gT2 dengan berdasarkan kemiringan Pantai Pig Stone Beach Pangkung Tibah (m
= 0,043) maka didapat nilai Hb/H 0' sebagai berikut.
= 1,3
= 0,0044
m = 0,043 maka diperoleh nilai Hb/H 0' = 1,26. Sehingga nilai Hb dapat dihitung
dengan persamaan di bawah ini.
Hb
= 1,3 (diperoleh dari grafik)
H 0'
Hb = H 0' × 1,3
Hb = 0,998 × 1,3
Hb = 1,29 m
Disarankan menggunakan nilai Hb yang menggunakan grafik, sehingga
selanjutnya dihitung :
Hb 1,29
2 = 2
gT 9,81 × 4,79
Hb
= 0,0057
gT 2
Dari grafik penentuan kedalaman gelombang pecah hubungan antara db/Hb dan
Hb/gT 2 berdasarkan kemiringan Pantai Pigstone Beach Pangkung Tibah (m =
0,043) maka didapat nilai sebagai berikut.
= 1,1
= 0,0057
= 1,45
Ir = 2,99
[
Sw = 0,19 1−2,82
√ ]
Hb
g T2
Hb
20
41
29
Gambar 4. Perkiraan Kenaikan Muka Air Laut karena Pemanasan Global
(Sumber : Triatmodjo, 1999)
IV.7.5 Elevasi Muka Air Laut Rencana
Tinggi muka air rencana (DWL) yang diukur dari elevasi ±0.00, dihitung dengan
Persamaan 2.39 berikut :
DWL = Pasang surut + Sw + ∆h + Pemanasan global
DWL = 0,99 + 0,2+ 0,29 + 0,29
DWL = 1,77 m
Dalam perencanaan ini berat satu buah Blok Beton 3B diasumsikan sama dengan
berat satu butir batu lapis lindung. Koefisien stabilitas dicari menggunakan Tabel
2.1 didapat koefesien stabilitas KD = 7,5 dan cot = 2,0 untuk batu lapis lindung
dari tumpukan Blok Beton 3B . Maka berat butir lapis lindung pertama dihitung
menggunakan Persamaan 2.38.
γ r H³
W1 = K (S r−1)³ cot θ
D
2,4 × 1,16 ³
W1 =
7, 5 × ( 2,341 −1) ³ × 2
W1 = 0,103 ton = 103 kg
Berat 1 buah Blok Beton 3B untuk lapis pertama dengan ukuran 0,50 m ×
0,50 × 0,55 m adalah 230 kg atau 0,230 ton per unit .
1,4 × 1,16 ³
W2 =
7,5 × ( 2,341 −1) ³ × 2
W2 = 0,010 = 10 kg
Berat 1 buah Buis Beton untuk lapis kedua dengan ukuran 0,55 m × 0,4 m
× 0,2 m adalah sebagai berikut.
Wbuis = volume buis beton × γr
Wbuis = (0,40 × 1 × 0,4) × 2.4
Jadi berat buis beton pada lapis kedua 0,038 ton, dimana untuk berat butir
lapis lindung kedua dibutuhkan berat 0,010 ton (desain tersebut aman).
Gambar 4. Lapis Lindung Kedua
w1
W3 =
200
0,103
W3 =
200
W3 = 0,0005 ton = 1 kg
Jadi berat butir pada lapis dasar 0.0005 ton, dimana untuk berat butir lapis
dasar menggunakan tumpukan batu pecah dengan berat 1 kg
t1 = 1 m
1
0,010
t2 = 2 ∙ 1,10 [ 2,4 ] 3
t2 = 0,35 m
1
0,005
t3 = 2 ∙ 1,10 [ 2,4 ] 3
t3 = 0,28 m
Gambar 4. Tebal Lapis Lindung Revetment
IV.8.4 Lebar Puncak Bangunan Revetment
Dengan menggunakan tabel koefisien lapis 𝐾Δ pada tabel 2.6 maka didapat
jumlah butir batu minimum, (n) = 2 dan nilai koefisien lapis 𝐾Δ = 1,10 sehingga
lebar puncak bangunan dihitung dengan menggunakan persamaan 2.42 berikut :
W 1 13
B = n. 𝐾Δ( )
γr
0,103 ton 13
B = 2 x 1,10 x ( )
2,4 ton
B=1m
N = 10 buah
2,4 × 1,16 ³
W=
4,0 × ( 2,341 −1) ³ × 2
W = 0,194 ton = 194 kg
d1= ds - ttoe
d1 = 1,99 - 1,5
d1 = 0,5 m
d1 0, 5
=
ds 1,99
d1
= 0,25
ds
Ns3 = 35
= 0,25
d1
protection) dengan memplotkan nilai ke garis bantu untuk pelindung
ds
kaki, maka diperoleh nilai Ns3 = 35 dengan syarat Ns3 ≤ 300 sehingga
untuk nilai 35 ≤ 300 bangunan dinding pengaman pantai jenis revetment di
Pantai Pig stone beach ,Pangkung tibah dikatakan aman.