Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

DISUSUN OLEH :

Nama : Dini Irawati

Nim : 200410005

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS

WIYATA HUSADA SAMARINDA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan
hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami buat guna memenuhi
tugas dari Dosen . Makalah ini membahas tentang “FISIOLOGI KEHAMILAN”, semoga
dengan makalah yang kami susun ini kita sebagai Mahasiswa ITKES dapat menambah dan
memperluas pengetahuan kita.Kami mengetahui makalah yang Kami susun ini masih sangat
jauh dari sempurna, maka dari itu Kami masih mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ ibu
selaku guru pembimbing kami serta tementemen sekalian, karena kritik dan saran itu dapat
membangun kami dari yang salah menjadi benar. Semoga makalah yang kami susun ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 2
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Malpresentasi .................................................................... 4


B. Etiologi Malpresentasi..................................................................... 4
C. Klasifikasi Malpresentasi................................................................. 5
D. Patofisiologi Malpresentasi..............................................................

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 30

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persentase Penyebab Kematian Ibu Melahirkan menurut Kemenppa (2015)
perdarahan 28%, eklamsia 24%, infeksi 11%, abortus 5%, partus lama/macet 5%, emboli
obstetri 3%, komplikasi masa puerpureum 8%, dan penyebab lainnya yaitu 11%.
Partus lama / macet juga merupakan penyumbang penyebab angka kematian ibu
yang mana disebabkan oleh salah satunya yaitu kelainan presentasi. Presentasi janin
dalam keadaan normal adalah Vertex (puncak kepala). Berdasarkan presentasi ini, serviks
dapat membuka sampai 10 cm untuk mengakomodasi kepala bayi yang merupakan
bagian dengan diameter terbesar pada tubuh bayi. Serviks belum membuka cukup lebar
untuk memungkinkan kepala bayi lewat apabila yang pertama kali memasuki panggul
bukan kepala. tanpa intervensi medis, kepala bayi dapat tertahan di rongga serviks yang
sempit (Saifudin. 2008)
Banyak faktor yang dapat menyebabkan kelainan letak presentasi bokong,
diantaranya paritas ibu dan bentuk panggul ibu. Angka kejadian presentasi bokong jika
dihubungkan dengan paritas ibu maka kejadian terbanyak adalah pada ibu dengan
multigravida dibanding pada primigravida, sedangkan jika dihubungkan dengan panggul
ibu maka angka kejadian presentasi bokong terbanyak adalah pada panggul sempit,
dikarenakan fiksasi kepala janin yang tidak baik pada PAP. (Rusmiawan. 2012)
Presentasi bokong hanya terjadi pada sekitar 3 sampai 4 persen pelahiran bayi
tunggal, tetapi mempunyai angka morbiditas dan mortalitas janin yang tinggi.
(Cunningham, 2010).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari mal presentasi?
2. Apa klasifikasi dari mal presntasi?
3. Apa etiologi dari mal presentasi?
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya malpresentasi pada janin?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari mal presentasi?

2
6. Bagaimana kompilkasi dari mal presentasi?

C. Tujuan
1. untuk mengetahui definisi dari mal presentasi
2. untuk mengetahui klasifikasi dari mal presentasi
3. untuk mengetahui etiologi dari mal presentasi
4. untuk mengetahui patofisiologi dari mal presentasi
5. untuk mengetahui penatalaksanaan dari mal presentasi
6. untuk mengetahui komplikasi dari mal presentasi

3
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Definisi Malpresentasi
Pengertian Malpresentasi merupakan bagian terendah janin yang berada dibagian
segmen bawah rahim, bukan bagian belakang kepala.
Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain vertex, sedangkan malposisi
adalah kepala janin relative terhadap pelvix dengan oksiput sebagai titik referensi,
masalah janin yang dalam keadaan malpresentasi dan malposisi kemungkinan
menyebabkan partus lama atau partus macet(2010)

B. Etiologi Malpresentasi
1. Faktor Maternal dan Faktor Uterus
a. Panggul sempit. Ini merupakan faktor terpenting.
b. Perut ibu yang pendulans. Oleh karena memungkinkan uterus dan janin “jatuh”
ke depan maka dapat terjadi kesukaran dalam penurunan bagian terendah.
c. Neoplasma. Fimbromioma uteri dan cystoma ovarii dapat menghalangi jalan
masuk ke panggul.
d. Kelainan uterus. Pada uterus bicornis, cornu yang tidak hamil dapat
menghambat persalinan cornu yang hamil.
e. Kelainan letak dan besarnya plasenta. Keadaan-keadaan seperti plasenta previa
disertai dengan kedudukan janin yang tidak baik.
2. Faktor Janin
a. Bayi yang besar.
b. Kesalahan dalam polaritas janin, misalnya pada presentasi bokong atau letak
lintang.
c. Putaran paksi dalam yang abnormal. UUK berputar ke belakang atau tidak
berputar sama sekali.
d. Sikap janin yang tidak fleksi tetapi ekstensi.
e. Kehamilan ganda.
f. Kelainan janin, seperti hydrocephalus dan anencephalus.
g. Hidramnion. Banyaknya air ketuban yang berlebihan memungkinkan janin
leluasa bergerak sehingga dapat menempati kedudukan yang abnormal

4
C. Klasifikasi Malpresentasi
1. Presentasi Puncak Kepala

a. Definisi
Presentasi puncak kepala adalah keadaan dimana puncak kepala
merupakan bagian terendah, hal ini terjadi apabila derajat defleksinya
ringan. (Wiknjosastro,2010).

Presentasi puncak kepala adalah bagian terbawah janin yaitu puncak


kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah, dan
UUB sudah berputar ke depan (Muchtar, 2010).
Pada umumnya presentasi puncak kepala merupakan kedudukan
sementara yang kemudian berubah menjadi presentasi belakang kepala.
Mekanisme persalinannya hampir sama dengan posisi oksipitalis posterior
persistens, sehingga keduanya sering kali dikacaukan satu dengan yang
lainnya. Perbedaannya ialah : pada presentasi puncak kepala tidak terjadi
fleksi kepala yang maksimal, sedangkan lingkaran kepala yang melalui
jalan lahir adalah sirkumferensia frontooksipitalis dengan titik perputaran.

b. Etiologi
Menurut statistik hal ini terjadi pada 1% dari seluruh persalinan. Letak
defleksi ringan dalam buku synopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi
(2010) biasanya disebabkan:
1. Kelainan panggul (panggul picak)
2. Kepala bentuknya bundar
3. Anak kecil atau mati
4. Kerusakan dasar panggul
Sedangkan sebab lainnya yaitu :
a) Penyebabnya keadaan – keadaan yang memaksa terjadi defleksi kepala
atau keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala.
b) Sering ditemukan pada janin besar atau panggul sempit.
c) Multiparitas, perut gantung
d) Anensefalus, tumor leher bagian depan.

5
c. Diagnosis
Pada pemeriksaan dalam didapati UUB paling rendah dan berputar ke
depan atau sesudah anak lahir caput terdapat di daerah UUB.

d. Patofisiologi
Pada kehamilan normal, kepala janin pada waktu melewati jalan lahir
berada dalam keadaan fleksi tetapi pada kasus ini fleksi tidak terjadi
sehingga kepala dalam keadaan defleksi, jadi yang melewati jalan lahir
adalah sirkumferensia frontooksipitalis dengan perputaran yang berada
dibawah simfisis ialah glabella. Dengan posisi seperti itu mengakibatkan
terjadinya partus lama dan robekan jalan lahir yang lebih luas selain itu
karena partus lama dan moulage yang hebat maka mortalitas perinatal
agak tinggi.

e. Komplikasi
Pada ibu dapat terjadi partus yang lama atau robekan jalan lahir yang lebih
luas. Selain itu karena partus lama dan moulage hebat, maka mortalitas
anak agak tinggi (9%) (Mochtar, 2010).

f. Penatalaksanaan
a. Dapat ditunggu kelahiran spontan
b. Episiotomi
c. Bila 1 jam dipimpin mengejan tak lahir, dan kepala bayi sudah didasar
panggul, maka dilakukan  ekstraksi forcep
d. Usahakan lahir pervaginam karena kira-kira 75 % bisa lahir spontan.
Bila ada indikasi ditolong dengan vakum/forsep biasanya anak yang
lahir di dapati caput daerah UUB (Mochtar, 2002).

2.Presentasi Dahi
a. Definisi
Presentasi dahi adalah presentasi kepala janin sebagian mengalami
ekstensi, sedangkan tulang frontal, yang dibatasi oleh fontanel anterior dan

6
tabung orbital, berada di pintu atas panggul. Diameter bagian presentasi janin
adalah mentovertikal (13,5 cm). (Fraser. 2012)
Saat sikap kepala adalah ekstensi sebagian, tulang frontal menjadi bagian
presentasi janin. Presentasi dahi lebih jarang terjadi dibandingkan presentasi
wajah, terjadi satu dari 1000 kelahiran. Penyebabnya sama seperti pada
presentasi wajah. (Medforth. 2012).

b. Etiologi
Penyebabnya ini sama seperti pada presentasi wajah sekunder; selama
proses ekstensi dari presentasi verteks ke presentasi wajah, dahi akan menjadi
bagian presentasi untuk sementara waktu, dan pada beberapa kasus, presentasi
dahi ini akan menetap. (Fraser. 2012)

c. Diagnosis
Presentasi dahi biasanya tidak terdeteksi sebelum awitan persalinan
1. Palpasi abdomen
Letak kepala tinggi, kepala tampak terlalu besar dan tidak turun ke
panggul meskipun kontraksi uterus baik
2. Pemeriksaan vagina
a) Bagian presentasi tinggi
b) Fontanel anterior mungkin dirasakan di salah satu sisi panggul,
sedangkan rabung orbital, dan kemungkinan pangkal hidung,
dirasakan di sisi lain.
c) Kaput suksedaneum yang besar dapat menutupi penanda (hand
mark) ini jika wanita tlah memasuki persalinan selama beberapa
jam. (Fraser. 2012)

d. Patofisiologi
Karena kepala turun melalui pintu atas panggul dengan sirkumferensia
maksilloparietalis (35 cm) yang lebih besar daripada lingkar pintu atas
panggul maka janin dengan berat dan besar normal tidak bisa lahir secara
pervaginam kecuali janin yang kecil masih mungkin lahir spontan. Hal itu
bisa mengakibatkan persalinan lama, robekan jalan lahir yang lebih luas dan
kematian perinatal.

7
e. Komplikasi
Komplikasi ini sama seperti komplikasi pada presentasi wajah, kecuali
bahwa persalinan macet yang memerlukan seksio sesarea merupakan suatu
probabilitas, bukan kemungkinan semata. (Fraser. 2012)

f. Penatalaksanaan
1. Informasikan dokter obstetri segera jika diduga ada presentasi dahi;
kelahiran pervagina sangat jarang terjadi, kecuali wanita memiliki panggul
yang besar dan bayi berukuran kecil.
2. Jika tidak terdapat bukti gangguan pada janin, wanita mungkin
diperbolehkan untuk bersalin dalam waktu singkat untuk mengantisipasi
apabila ekstensi kepala yang lebih jauh mengubah presentasi dahi ke
presentasi wajah.
3. Kadang kala, fleksi spontan dapat terjadi, menyebabkan presentasi verteks.
(Fraser. 2012)

3. Presentasi muka / wajah


a. Definisi
Presentasi muka terjadi jika sikap kepala janin adalah ekstensi lengkap,
oksiput janin bersentuhan dengan tulang belakangnya dan akan terjadi
presentasi wajah. Sebagian besar terjadi selama persalinan dari presentasi
vertex dengan oksiput posterior.Hal ini disebut sebagai presentasi wajah
sekunder.Presentasi wajah yang terjadi sebelum persalinan merupakan hal
yang jarang terjadi dan hal ini disebut sebagai presentasi wajah primer.
Terdapat enam posisi dpada presentasi wajah.Denominatornya adalah dagu
dan diameter bagian presentasi adalah submentobregmantika dan bitemporal
(Fraser, Diane M, 2012).

b. Etiologi
Setiap keadaan yang menghambat masuknya kepala dalam sikap fleksi
dapat menjadi etiologi presentasi muka.Ada hubungan antara sikap extensi

8
dengan disproporsi kepala panggul dan oleh karena ini merupakan kombinasi
yang serius maka dengan teliti harus dikesampingkan kemungkinan adanya
panggul sempit atau kepala janin yang besar.Sebab-sebab extensi yang jarang
dijumpai antara lain adalah neoplasma thyroid yang mekanismenya adalah
mendesak kepala ke belakang: Lilitan tali pusat berkali-kali pada leher
sehingga mencegah flexi. Janin anencephalus seringkali ada dalam keadaan
presentasi muka dan mempunyai insidensi prematuritas lebih tinggi (Oxorn,
Harry dan William R. Forte, 2010).
Adapun penyebab lain:
1. Kemiringan anterior uterus
Uterus wanita multipara dengan otot abdomen yang kendur dan abdomen
yang menggantung akan condong ke depan dan mengubah arah aksis
uterus. Hal ini menyebabkan bokong janin condong ke depan dan
kekuatan kontraksi diarahkan pada garis yang menuju dagu bukan oksiput
dan menyebabkan terjadinya ekstensi kepala.
2. Kontraksi pelvis
Pada pelvis yang datar, kepala masuk ke dalam diameter tranversal gelang
pelvis dan tonjolan parietal tertahan pada konjugat obstetric, kepala
menjadi terekstensi dan terjadi presentasi wajah. Kemungkinan lainnya
adalah jika kepala berada pada posisi posterior, akan terjadi presentasi
vertex dan tetap dalam keadaan terdefleksi, tonjolan parietal tertahan pada
dimensi sakrotiloid, oksiput tidak menurun, kepala menjadi terekstensi
dan akibatnya terjadi presentasi wajah. Hal ini cenderung terjadi pada
pelvis android, yang dimensi sakrotiloidnya kecil.
3. Polihidramnion
Jika terjadi presentasi vertex dan selaput ketuban pecah secara spontan,
desakan aliran cairan dapat menyebabkan kepala mengalami ekstensi pada
saat masuk ke uterus bagian bawah.
4. Abnormalitas kongenital
Anensefali dapat menyebabkan terjadinya presentasi wajah. Pada
presentasi sefalik, karena vertex tidak ada, wajah terdorong ke depan dan
menjadi bagian presentasi janin. Tumor leher janin, walaupun jarang juga
dapat menyebabkan ekstensi kepala (Fraser, Diane M, 2009)

9
c. Patofisiologi
Pada umumnya persalinan pada presentasi muka berlangsung tanpa
kesulitan.Hal ini dapat dijelaskan karena kepala masuk ke dalam panggul
dengan sirkumferensia trakeloparietal yang sedikit lebih besar dari pada
sirkumferensia suboksipitobregmatika. Tetapi kesulitan dapat terjadi karena 
adanya kesempitan panggul dan janin besar yang merupakan penyebab
terjadinya presentasi muka karena kepala menagalami defleksi.

d. Diagnosis
1. Pemeriksaan abdomen
Sama pada presentasi dahi yaitu ketika dipalpasi akan teraba dada yang
seperti punggung, bagian kepala yang menonjol yang berada di sebelah
berlawanan dengan letak dada.
2. Auskultasi
Denyut jantung janin ditransmisikan melalui dinding depan thorax janin dan
terdengar paling keras di kuadran kiri bawah perut ibu, pada sisi yang sama
dengan bagian-bagian kecil
3.  Pemeriksaan vagina
Akan teraba dagu, mulut, hidung dan pinggir orbita.
4. Pemeriksaan Sinar-X
Pemerikasaan radiologis berguna baik untuk mendiagnosis kedudukan
maupun untuk memperkirakan kapasitas panggul.

e. Komplikasi
1. Persalinan Macet
Wajah tidak seperti vertex, tidak mengalami moulage.Oleh karena itu,
kontraksi minor pelvis sudah dapat menyebabkan persalinan macet.Pada
posisi mentoposterior persisten, wajah terjepit dan diperlukan tindakan
seksio sesaria.

10
2. Prolaps Tali Pusat
Prolapse tali pusat lebih sering terjasi jika ketuban pecah karena wajah
merupakan bagian presentasi janin yang tidak sesuai. Pemeriksaan vagina
harus dilakukan untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
3. Memar Pada Wajah
Wajah bayi selalu memar dan bengkak pada saat lahir, dengan edema pada
kelopak mata dan bibir. Kepala memanjang dan bayi akan berbaring denga
posisi kepala ekstensi. Edema akan hilang dalam 1-2 hari dan memar
biasanya akan sembuh dalam seminggu.
4. Perdarahan Serebral
Tidak adanya moulage pada tulang wajah dapat menyebabkan perdarahan
intracranial akibat kompresi berlebihan tengkorak wajah atau kompresi ke
arah belakang pada moulage.
5. Trauma Maternal
Laserasi perineum yang luas dapat terjadi pada pelahiran karena besarnya
diameter submentovertikal dan biparietal yang mendistensi vagina dan
perineum.Terdapat peningkatan insiden pelahiran denganoperasi, baik
dengan forcep maupun seksio sesaria dan keduanya meningkatkan
morbiditas maternal (Fraser, Diane M., 2012).

f. Penatalaksanaan
Mekanisme persalinan presentasi muka serupa dengan persalinan
persalinan presentasi belakang kepala. Secara berurutan akan terjadi proses
kepala mengalami penurunan (descent), rotasi internal, fleksi, ekstensi dan
rotasi eksternal. Sebelum masuk panggul biasanya kepala janin belum dalam
sikap ekstensi maksimal, sehingga masih presentasi dahi. Ketika terjadi
penurunan kepala, tahanan dari panggul akan menyebabkan kepala lebih
ekstensi sehingga terjadi perubahan menjadi presentasi muka. Ketika masuk
pintu atas panggul dagu dalam posisi transversal atau oblik (Sarwono, 2012).
Posisi dagu di anterior adalah syarat yang harus dipenuhi apabila janin
presentasi muka hendak dilahirkan vaginal.Apabila tidak ada gawat janin dan
persalinan berlangsung dengan kecepatan normal, maka cukup dilakukan
observasi terlebih dahulu hingga terjadi pembukaan lengkap.Apabila setelah
pembukaan lengkap dagu berada di anterior, maka persalinan vaginal

11
dilanjutkan seperti persalinan dengan presentasi belakang kepala. Bedah sesar
dilakukan apabila setelah pembukaan lengkap posisi dagu masih posterior,
didapatkan tanda-tanda disproporsi, atau di atas indikasi obstetric lainnya
(Sarwono, 2012).
Stimulasi oksitosin hanya diperkenankan pada posisi dagu anterior dan
tidak ada tanda-tanda disproporsi.Melakukan perubahan posisi dagu secara
manual ke arah anterior atau mengubah presentasi muka menjadi presentasi
belakang kepala sebaiknya tidak dilakukan karena lebih banyak menimbulkan
bahaya.Melahirkan bayi presentasi muka menggunakan ekstraksi vakum tidak
diperkenankan.Pada janin yang meninggal, kegagalan melahirkan vaginal
secara spontan dapat diatasi dengan kraniotomi atau bedah sesar (Sarwono,
2012).
a. Kala Satu
Ketika mendiagnosis adanya presentasi wajah, observasi rutin kondisi
maternal dan janin dilakukan seperti halnya pada persalinan normal.Segera
setelah ketuban pecah, pemeriksaan vagina harus segera dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya prolaps tali pusat. Penurunan kepala
harus diobservasi secara abdominal dan pemeriksaan vagina dilakukan
setiap 2-4 jam untuk mengkaji dilatasi serviks dan penurunan kepala. Jika
posisi kepala tetap tinggi walaupun uterus berkontraksi dengan baik,
seksio sesaria cenderung dilakukan (Fraser, Diane M., 2012).
b. Kelahiran Kepala
Ketika wajah terlihat pada vulva, ekstensi harus dipertahankan dengan
menahan sinsiput ke belakang dan membiarkan dagu keluar dari bawah
simfisis pubis sebelum oksiput menelusuri perineum. Pada posisi
mentoanterior, kemungkinan akan dilakukan kelahiran dengan
menggunakan forcep; jika tidak berotasi penuh atau posisi tetap
mentoposterior, pelahiran dengan forcep rotasi dapat dilakukan. Jika
kepala menjadi terjepit atau dicurigai terjadi disproporsi, seksio sesaria
perlu dilakukan (Fraser, Diane M., 2012).

12
4. Presentasi Bokong
a. Definisi
Pada presentasi ini, janin berada dalam posisi longitudinal, sedangkan bokong
berada di kutub bawah uterus. Terdapat enam posisi presentasi bokong.
(Fraser. 2012)

b. Tipe posisi presentasi bokong

1. Bokong dengan tungkai ekstensi (bokong murni / frank breech)


2. Bokong komplet
3. Bokong kaki
4. Presentasi lutut
(Fraser. 2012)

c. Etiologi
Sering kali tidak teridentifikasi penyebabnya, tetapi kondisi berikut lebih
sering terjadi pada presentasi bokong :
1. Tungkai terekstensi
2. Persalinan prematur
3. Kehamilan kembar
4. Polihidramnion
5. Hidrosefali
6. Abnormalitas uteri
7. Plasenta previa

d. Patofisiologi
Menurut Sarwono (2007 : 611) letak janin dalam uterus bergantung pada prose
s adaptasi janin terhadap ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kura
ng lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memun
gkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menemp
atkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang. Pada keh
amilan trimester terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban re
latif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar
dari pada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih lua

13
s difundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruang yang lebih kecil diseg
men bawah uterus
e. Diagnosis Antenatal
a) Pemeriksaan abdomen
 Palpasi :
1. Letak longitudinal dengan presentasi lunak, yang lebih mudah
dirasakan dengan menggunakan genggaman Pawlik (Pawlik's grip)
2. Kepala biasanya dapat dirasakan di fundus sebagai sebuah masaa
bundar dan keras yang dapat digerakkan dengan bebas dari
punggung dengan ballotement menggunakan satu atau kedua
tangan.
3. Jika tungkai ekstensi, kaki dapat menghalangi gerakan tersebut. d;
Saat bokong berada pada posisi anterior dan janin fleksi,
mungkin sulit mencari lokasi kepala, tetapi penggunaan
genggaman kombinasi, yaitu memegang kutub atas dan bawah
secara bersamaan, dapat membantu penegakkan diagnosis.
4. Wanita dapat mengeluhkan ketidaknyamanan di bawah rusuk
mereka, terutama di malam hari, karena tekanan kepala janin pada
diafragma mereka.
 Auskultasi
1. Saat bokong belum memasuki pintu atas panggul, jantung janin
terdengar paling jelas di atas umbilikus.
2. Saat tungkai terekstensi, bokong turun ke dalam panggul
dengan mudah. Jantung janin kemudian terdengar di bagian
yang lebih rendah.
 Pemeriksaan ultrasonografi : Pemeriksaan ini dapat digunakan
untuk menunjukkan presentasi bokong
 Pemeriksaan foto rontgen (sinar x)
Meskipun sebagian besar didahului oleh ultrasonografi,
pemeriksaan sinar x memiliki keuntungan tambahan, yaitu
memungkinkan dilakukannya pelvimetri pada saat yang
bersamaan. (Fraser. 2012)

14
f. Diagnosis selama persalinan
1. Pemeriksaan abdomen
Presentasi bokong dapat didiagnosis saat ibu masuk rumah sakit untuk
menjalani persalinan
2. Pemeriksaan vagina
a. Bokong terasa lebih lunak dan tidak teratur, dan tidak teraba sutura.
b. Anus dapat teraba dan mekonium segara pada jari pemeriksa biasanya
cukup untuk menegakkan diagnosis presentasi bokong.
c. Jika tungkai terkestensi, genitalia eksternal sangat jelan terlihat, tetapi
harus dingat bahwa genitalia tersebut mengalami edema.
d. Jika tungkai terba, bidan harus membedakannya dari tangan

5. Presentasi majemuk
a. Definisi

Presentasi majemuk adalah terjadinya prolaps satu atau lebih ektremitas pada
presentasi kepala maupun bokong. Kepala memasuki ke panggul bersamaan
dengan kaki atau tangan. Presentasi majemuk juga dapat terjadi manakala
bokong memasuki panggul bersamaan dengan tangan. Dengan pengertian
presentasi majemuk tidak termasuk presentasi bokong – kaki, presentasi bahu
atau prolaps tali pusat. Apabila bagian terendah janin tidak menutupi dengan
sempurna pintu atas panggul, maka presentasi majemuk dapat terjadi. Faktor
yang meningkatkan presentasi majemuk adalah prematuritas, multiparitas,
panggul sempit, kehamilan ganda, atau pecahnya selaput ketuban dengan
bagian terendah janin yang masih tinggi

b. diagosis

Kemungkinan adanya presentasi majemuk dapat dipikirkan apabila terjadi


kelambatan kemajuan persalinan pada persalinan fase aktif, bagian terendah
janin (kepala atau bokong) tidak dapat masuk panggul terutama setelah terjadi
pecah ketuban. Apabila pada presentasi kepala teraba juga tangan atau kaki
dan apabila presentasi bokong teraba juga tangan atau lengan. Maka diagnosis
presentasi majemuk dapat kita tegakkan.

15
c. penanganan
penanganan presentasi majemuk dimulai dengan menetapkan adanya prolaps
tali pusat menimbulkan keadaan emergensi bagi janin, dan penanganan
melakukan bedah sesar disetujukan untuk mengatasi akibat prolaps tali pusat
tersebut daripada presentasi majemuk. Hal – hal yang perlu dipertimbangkan
adalah presentasi janin, ada tidaknya prolaps tali pusat, pembekuan serviks,
keadaan selaput ketuban, kondisi, dan ukuran janin, serta ada tidaknya
kehamilan kembar.
Apabila tidak ada prolaps tali pusat, muka dilakukan pengamatan kemajuan
persalinan dengan seksama. Pada kasus – kasus majemuk dengan kemajuan
persalinan yang baik. Pada fase aktif pembukaan serviks minimal 1 cm / jam
atau pada kala 2 terjadi penurunan kepala. Umumnya akan terjadi reposisi
spontan. Setelah pembukaan lengkap, dengan semakin turunnya kepala, maka
ekstremitas dan prolaps akan tertinggal dan tidak memasuki panggul.
Selanjutnya pertolongan perslainan dilakukan sebagaimana biasanya. Pada
keadaan terjadinya kemajuan persalinan lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas dan prolaps. Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian
terendah janin (kepala / bokong) dilonggarkan dulu dengan cara membuat ibu
dengan posisi (knee-chest position). Dorongan ektremitas yang prolaps ke arah
cranial tahan hingga his yang akan menekan kepala atau bokong memasuki
panggul seiring dengan turunnya bagian terendah janin, jari penolong
dikeluarkan perlahan – lahan. Apabila tindakan reposisi tersebut gagal maka ia
akan dilakukan bedah sesar.

6. Letak Lintang
a. Definisi
Letak lintang adalah apabila sumbu janin melintang dan bisaanya bahu
merupakan bagian terendah janin. (Sarwono, 2012)
Pada letak lintang, bisaanya bahu berada di atas pintu atas panggul sedangkan
kepala terletak di salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain.
Keadaan seperti ini disebut sebagai presentasi bahu atau presentasi akromion.
Arah akromion menghadap sisi tubuh ibu menentukan jenis letaknya yaitu
letak akromion kiri atau kanan. Lebih lanjut, karena pada kedua posisi tersebut
punggung dapat mengarah ke anterior atau posterior, ke superior atau ke

16
inferior, bisaanya jenis letak lintang ini dapat dibedakan lagi menjadi letak
lintang dorsoanterior dan dorsoposterior.

b. Etiologi
Penyebab utama letak lintang adalah relaksasi berlebihan dinding abdomen
akibat multiparitas yang tinggi, bayi prematur, bayi dengan hidrosefalus,bayi
yang terlalu kecil atau sudah mati, plasenta previa, uterus abnormal, panggul
sempit, hidramnion, kehamilan kembar, dan lumbal scoliosis. Keadaan-
keadaan lain yang dapat menghalangi turunnya kepala ke dalam rongga
panggul seperti misalnya tumor di daerah panggul dapat pula mengakibatkan
terjadinya letak lintang tersebut. Distosia bahu juga disebabkan oleh kegagalan
bahu untuk melipat ke dalam panggul. Insiden letak lintang naik dengan
bertambahnya paritas. Pada wanita dengan paritas empat atau lebih, insiden
letak lintang hampir sepuluh kali lipat dibanding wanita nullipara.

c. Patofsiologi
Distosia bahu disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk
melipat ke dalam panggul yang disebabkan oleh fase aktif dan fase persalinan
kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu
cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau
kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan
kala II sebelum bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul. Relaksasi
dinding abdomen pada perut yang menggantung menyebabkan uterus beralih
ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu memanjang bayi menjauhi
sumbu jalan lahir, yang menyebabkan terjadinya posisi oblik atau melintang.
Letak lintang atau letak miring
kadang-kadang dalam persalinan terjadi dari posisi longitudinal yang semula,
dengan berpindahnya kepala atau bokong ke salah satu fosa iliaka. Pada proses
persalinan, setelah ketuban pecah apabila ibu dibiarkan bersalin sendiri, bahu
bayi akan dipaksa masuk ke dalam panggul dan tangan yang sesuai sering
menumbung. Setelah penurunan, bahu berhenti sebatas pintu atas panggul
dengan kepala di salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain.
Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan terjepit di bagian atas panggul.
Uterus kemudian berkontraksi dengan kuat dalam upayanya yang sia-sia untuk

17
mengatasi halangan tersebut. Setelah beberapa saat akan terjadi cincin retraksi
yang semakin lama semakin tinggi dan semakin nyata. Keadaan seperti ini
disebut sebagai letak lintang kasep. Jika tidak cepat diatasi, dan ditangani
secara benar, uterus akan mengalami ruptura dan baik ibu maupun janin dapat
meninggal.

d. Komplikasi
Komplikasi dari letak lintang adalah cedera tali pusat, timbul sepsis setelah
ketuban pecah dan lengan menumbung melalui vagina, kematian janin, ruptura
uteri.

e. Penatalaksanaan
Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang,
sebaiknya diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar
pada primigravida usia kehamilan 34 minggu, pada multigravida usia
kehamilan 36 minggu. Sebelum melakukan versi luar harus dilakukan
pemeriksaan teliti ada tidaknya panggul sempit, tumor dalam panggul, atau
plasenta previa, sebab dapat membahayakan janin dan meskipun versi luar
berhasil, janin mungkin akan memutar kembali. Untuk mencegah janin
memutar kembali ibu dianjurkan menggunakan korset, dan dilakukan
pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai letak janin. Ibu diharuskan
masuk rumah sakit lebih dini pada permulaan persalinan, sehingga apabila
terjadi perubahan letak, segera dapat ditentukan diagnosis dan penanganannya.
Pada permulaan persalinan masih dapat diusahakan mengubah letak
lintang janin menjadi presentasi kepala asalkan pembukaan masih kurang dari
4 cm dan ketuban belum pecah. Pada seorang primigravida bila versi luar
tidak berhasil, sebaiknya segera dilakukan sectio caesarea. Sikap ini
berdasarkan berbagai pertimbangan sebagai berikut;
1. Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik, sehingga
pada seorang primigravida kala I menjadi lama dan pembukaan serviks
sukar menjadi lengkap
2. Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra-uterin
pada waktu his, maka lebih sering terjadi pecah ketuban sebelum
pembukaan serviks sempurna dan dapat mengakibatkan terjadinya
prolapsus funikuli  Pada primigravida versi ekstraksi sukar dilakukan

Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung pada


beberapa faktor. Apabila riwayat obstetric wanita yang bersangkutan baik,
tidak didapatkan kesempitan panggul, dan janin tidak seberapa besar dapat
ditunggu dan diawasi sampai pembukaan serviks lengkap untuk kemudian
melakukan versi ekstraksi. Selama menunggu harus diusahakan supaya
ketuban tetap utuh dan melarang wanita tersebut bangun atau meneran.

18
Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat
prolapsus funikuli, harus segera dilakukan sectio caesarea. Jika ketuban
pecah, tetapi tidak ada prilapsus funikuli, maka bergantung kepad tekanan,
dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi
ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan sectio caesarea. Dalam hal ini
persalinan dapat diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui apakah
pembukaan berlangsung dengan lancer atau tidak.
Versi ekstraksi dapat pula dilakukan pada kehamilan kembar apabila
setelah bayi pertama lahir, ditemukan bayi kedua berada dalam letak
lintang. Pada letak lintang kasep, versi ekstraksi akan mengakibatkan
ruptura uteri, sehingga bila janin masih hidup, hendaknya dilakukan sectio
caesarea dengan segera, sedangkan pada janin yang sudah mati dilahirkan
per vagina dengan dekapitasi.

19
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Banyak faktor yang dapat menyebabkan kelainan letak presentasi bokong, diantaranya
paritas ibu dan bentuk panggul ibu. Angka kejadian presentasi bokong jika dihubungkan
dengan paritas ibu maka kejadian terbanyak adalah pada ibu dengan multigravida dibanding
pada primigravida, sedangkan jika dihubungkan dengan panggul ibu maka angka kejadian
presentasi bokong terbanyak adalah pada panggul sempit, dikarenakan fiksasi kepala janin
yang tidak baik pada PAP. (Rusmiawan. 2012)
Presentasi bokong hanya terjadi pada sekitar 3 sampai 4 persen pelahiran bayi tunggal,
tetapi mempunyai angka morbiditas dan mortalitas janin yang tinggi. (Cunningham, 2010).

29
DAFTAR PUSTAKA

Fraser, D. Cooper, M. 2012. Buku Saku Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedo
kteran EGC
Manuaba. 1998. “Ilmu Kebidanan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan”. Buku
Penerbit Kedokteran EGC: Jakarta.

Medforth, J. Battersby, S. Dkk. 2012. Kebidanan Oxford dari Bidan untuk Bidan. Jakarta: Pener
bit Buku Kedokteran EGC
Mochtar, R. 2002. Sinopsis Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.

Oxorn, Harry dan William R. Forte. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi &
Fisiologi Persalinan.Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.

Rukiah, Ai. 2010. “Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan)”. Buku Kesehatan:


Jakarta.

Saifudin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH. 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo,
Edisi ke-4, Cetakan ke-1. Jakarta : PT Bina Pustaka
Winkjosastro, Hanifa, 2006. “Ilmu kebidanan”  Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:
Jakarta.

30
31

Anda mungkin juga menyukai