Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

ODS ASTIGMATISMA MIOP KOMPOSITUS

Disusun oleh:
Inggrid Riama
112019029

Pembimbing

dr. Soewandi, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR ESNAWAN ANTARIKSA
PERIODE 4 JANUARI – 6 NOVEMBER 2021

1
I. PENDAHULUAN
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, dan panjang bola mata. Pada orang normal
susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata seimbang
sehingga setelah melalui media refrakta dibiaskan tepat di daerah macula lutea. Mata
yang normal disebut dengan emetropia dan mata yang tidak bisa membiaskan cahaya
tepat sampai macula lutea disebut ametropia. Yang termasuk ametropia adalah miopia,
hipermetropia, dan astigmatisma. Miopia (nearsightedness) adalah salah satu bentuk
ametropia di mana bayangan dari benda yang terletak jauh berfokus di depan retina
pada mata yang tidak berakomodasi.1
Jika tajam penglihatan dengan lensa sferis tidak tercapai 6/6, harus dipikirkan
adanya suatu astigmat. Pada astigmatisma, mata menghasilkan suatu bayangan dengan
titik atau garis fokus multipel.2

1.1 IDENTITAS PENDERITA


Nama : Septyana Nirawati
Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Alamat : Komp. HANKAM
Pekerjaan :-

1.2 ANAMNESIS
(autoanamnesis pada 25 Janiaru 2021)
Keluhan Utama : Sudah tidak ingin pakai kacamata

Riwayat Penyakit Sekarang :


OS datang mengeluh tidak ingin memakai kacamata lagi walau minus nya
sudah semakin tinggi. OS mengeluh sakit kepala bukan karena pernah oprasi kepala
namun karea memakai kacamata tersebut.OS merasa berputar dan kepala seperti berat
tertekan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- OS pernah memakai kacamata saat SMP namun tidak nyaman. OS pernah
operasi kepala.

2
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada

Riwayat Sosial Ekonomi :


Saat ini pasien belum bekerja

1.3 PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesen (Tanggal 25 Januari 2021)
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg Suhu : 36,40 C
Nadi : 82x/menit RR : 20x/menit
Pemeriksaan Fisik : Kepala : Mesosefal
Thoraks : Cor : tidak ada kelainan
Paru : tidak ada kelainan
Abdomen : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : Tidak ada kelainan

3
Status Oftalmologi (Tanggal 25 Januari 2021)

Oculus Dexter Oculus Sinister


1/60 VISUS 1/60
S-5,50 C-4 x1800 6/15 KOREKSI S-4,50 C-4 x1800 6/15
Tidak dilakukan SENSUS COLORIS Tidak dilakukan
Gerak bola mata bebas ke PARASE/PARALYSE Gerak bola mata bebas ke
segala arah segala arah
Tidak ada kelainan SUPERCILIA Tidak ada kelainan
Edema (-), spasme (-) PALPEBRA SUPERIOR Edema (-), spasme (-)
Edema (-), spasme (-) PALPEBRA INFERIOR Edema (-), spasme (-)
Hiperemis (-), Sekret (-) CONJUNGTIVA Hiperemis (-), Sekret (-)
PALPEBRALIS
Hiperemis (-), Sekret (-) CONJUNGTIVA FORNICES Hiperemis (-), Sekret (-)
Injeksi (-), Sekret (-) CONJUNGTIVA BULBI Injeksi (-), Sekret (-)
Skleritis (-) SCLERA Skleritis (-)
Edema (-), Jernih CORNEA Edema (-), Jernih
Cukup, CAMERA OCULI Cukup,
Tindal Efek (-) ANTERIOR Tindal Efek (-)
Kripte (+) IRIS Kripte (+)
Oculus Dexter Oculus Sinister
Bulat, sentral, regular, PUPIL Bulat, sentral, regular,

Jernih LENSA Jernih


(+) cemerlang FUNDUS REFLEKS (+) cemerlang
15 TENSIO OCULI 14
Tidak dilakukan SISTEM CANALIS Tidak dilakukan
LACRIMALIS
Tidak dilakukan TEST FLUORESCEIN Tidak dilakukan
Pemeriksaan Binokularitas : - Duke Elder test (-)
- Aflternating Cover Test (-)
- Distorsi (-)

1.3 RESUME
Seorang wanita berusia 26 tahun, datang ke Rumah Sakit Angkatan Udasa
Esnawan Antariksa dengan keluhan tidak ingin memakai kacamata walau pandangan
buram
4
Pemeriksaan fisik : tidak ada kelainan

Status Oftalmologi :
Oculus Dexter Oculus Sinister
1/60 VISUS 1/60
S-5,50D C-4D x1800 6/15 KOREKSI S-4,50D C-4D x1800 6/15

1.4 DIAGNOSA
ODS Astigmatisma miop kompositus

1.5 TERAPI
- Resep kacamata sesuai dengan koreksi
- OD = S-5,50D C-4D x1800 6/15
- OS = S-4,50D C-4D x1800 6/15
1.6 PROGNOSIS
OD OS
Quo ad vitam Ad bonam Ad bonam
Quo ad sanam Dubia Ad bonam Dubia Ad bonam
Quo ad functionam Dubia Ad bonam Dubia Ad bonam
Quo ad cosmeticam Ad bonam Ad bonam

7. Penatalaksanaan non medikamentosa


Pemeriksaan Funduscopy ODS
Kontrol pemeriksaan visus setiap beberaoa bulan

8. EDUKASI
- Menjelaskan pada pasien tentang penyakitnya bahwa penyakitnya dapat
diobati dengan mengganti kacamata
- Menjelaskan kepada pasien untuk menghindari membaca sambil tiduran atau
penerangan yang kurang.
- Menjelaskan untuk tidak terlalu lama saat menonton televisi atau berada di
depan komputer, sebaiknya istirahat tiap 30 menit.

5
- Menjelaskan pada pasien bahwa kacamata yang diresepkan sekarang bisa
berubah sewaktu-waktu karena pertambahan usia dan perubahan struktur bola
mata.
- Menjelaskan tentang pentingnya memakai kacamata koreksi dan menjelaskan
tentang komplikasi yang akan terjadi bila tidak memakai kacamata

2 TINJAUAN PUSTAKA
Kelainan Refraksi
Secara keseluruhan status refraksi mata ditentukan oleh :5
Kekuatan kornea (rata-rata 43 D)
Kedalaman camera oculi anterior (rata-rata 3,4 mm)
Kekuatan lensa kristalina (rata-rata 21 D)
Panjang aksial (rata-rata 24 mm)
Kelainan refraksi adalah keadaan di mana bayangan tegas tidak
terbentuk pada retina (macula lutea). Pada kelainan refraksi terjadi
ketidakseimbangan sistem optik pada mata sehingga menghasilkan bayangan
yang kabur. Pada mata normal, kornea dan lensa akan membelokkan sinar pada
titik fokus yang tepat pada sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan
kornea dan lensa yang sesuai dengan panjang bola mata. Pada kelainan refraksi,
sinar dibiaskan di depan atau di belakang macula lutea.2
Ametropia adalah keadaan di mana pembiasan mata dengan panjang
bola mata yang tidak seimbang. Ametropia dapat disebabkan kelengkungan
kornea atau lensa yang tidak normal (ametropia kurvatur) atau indeks bias
abnormal di dalam mata (ametropia indeks). Ametropia dapat ditemukan dalam
bentuk kelainan miopia, hipermetropia, dan astigmatisme. Bentuk-bentuk
ametropia :
1. Ametropia aksial
Ametropia yang terjadi akibat sumbu optik bola mata lebih panjang atau lebih
pendek sehingga bayangan benda difokuskan di depan atau di belakang retina.
Pada miopia aksial fokus akan terletak di depan retina karena bola mata lebih
panjang dan pada hipermetropia aksial fokus bayangan terletak di belakang
retina.2
2. Ametropia refraktif

6
Ametropia akibat kelainan sistem pembiasan sinar di dalam mata. Bila daya
bias kuat, maka bayangan benda terletak di depan retina (miopia) atau bila
daya bias kurang maka bayangan benda akan terletak di belakang retina
(hipermetropia refraktif).2

Pemeriksaan visus dengan optotipe Snellen.


Tujuannya adalah melakukan pemeriksaan refraksi secara subyektif. Pemeriksaan
refraksi secara subyektif adalah suatu tindakan untuk memperbaiki penglihatan
seseorang dengan bantuan lensa yang ditempatkan didepan bola mata.
Alat-alat yang digunakan:
- Optotipe Snellen
- Trial lens set
Prosedur pemeriksaan terdiri dari dua langkah :
1. Langkah pertama : Pemeriksaan visus
2. Langkah kedua : Koreksi visus

Langkah pertama.
 Pasien duduk dengan jarak 6 meter dari optotipe Snellen, salah satu mata
pasien ditutup kemudian disuruh membaca huruf terbesar sampai huruf
terkecil.
 Bila huruf terbesar tidak terbaca maka pasien diperiksa dengan hitung jari.
Contoh : visus = 1/60 (artinya pasien bisa membaca optotipe Snellen pada
jakar 1 meter sedangkan orang normal bisa membaca optotipe Snellen pada
jarak 60 meter)
 Bila hitung jari tidak bisa, maka pasien diperiksa dengan lambaian tangan
pada jarak 1 m. Pasien disuruh menyebutkan arah lambaian tangan. Hasilnya
visus = 1/300

7
 Bila lambaian tangan tidak bisa maka pasien diperiksa dengan menggunakan
sinar, untuk membedakan gelap-terang. Hasilnya visus = 1/~
 Bila tidak bisa membedakan gelap dan terang, maka visus = 0. Pastikan
dengan reflek pupil direk dan indirek.

Langkah kedua.
 Koreksi visus dilakukan jika pasien dapat membaca huruf Snellen.
Pemeriksaan dilakukan dengan tehnik trial and error.
 Pasang trial frame. Koreksi dilakukan bergantian, dengan cara menutup salah
satu mata.
 Pasang lensa sferis +0,5D. Setelah diberi lensa sferis +0,5D visus membaik,
berarti hipermetrop.
 Koreksi dilanjutkan dengan cara menambah atau mengurangi lensa sferis
sampai didapatkan visus 6/6.
 Koreksi yang diberikan pada hipermetrope adalah koreksi lensa sferis positif
terbesar yang memberikan visus sebaik-baiknya.
 Jika diberi lensa sferis positif bertambah kabur, berarti miopia. Maka lensa
diganti dengan lensa sferis negatif.
 Koreksi dilanjutkan dengan cara menambah atau mengurangi lensa sferis
sampai didapatkan visus 6/6
 Koreksi yang diberikan pada miopia adalah koreksi lensa sferis negatif
terkecil yang memberikan visus sebaik-baiknya.
 Jika visus tidak bisa mencapai 6/6, maka dicoba dengan memakai pinhole
 Bila visus membaik setelah diberi pinhole, berarti terdapat astigmatisma
maka dilanjutkan dengan koreksi astigmatisma dengan teknik fogging. Yaitu
dilakukan pengaburan dengan menambahkan lensa spheris positif. Kemudian
dilakukan trial and error untuk mencari ukuran lensa silinder yang tepat.
 Setelah visus menjadi 6/6, kemudian dilakukan pemeriksaan binokularitas :
- Duke elder test
Pasien disuruh melihat optotipe snellen dengan menggunakan lensa
koreksi, kemudian ditaruh lensa sferis +0,25D pada kedua mata. Jika

8
pasien merasa kabur berarti lensa koreksi sudah tepat, apabila menjadi
jelas berarti pasien masih berakomondasi.
- Alternating cover test
Dilakukan dengan cara menutup kedua mata secara bergantian. Pasien
membandingkan kedua mata mana yang paling jelas. Pada mata miopia,
mata yang paling jelas koreksinya dikurangi. Pada mata hipermetrop,
mata yang paling jelas koreksinya ditambah.
- Distortion test
Pasien disuruh berjalan sambil memakai lensa koreksi. Jika saat berjalan
lantai tidak goyang-goyang dan tidak merasa pusing maka koreksi sudah
tepat.
- Reading test
Untuk pasien yang berusia 40 tahun atau lebih, perlu dilakukan test
penglihatan dekat. Diberi lensa sferis positif sesuai umur kemudian
membaca kartu jaeger
Lensa addisi untuk penglihatan dekat biasanya diberikan berdasarkan
patokan umur :
- 40 tahun : 1,00D
- 50 tahun : 2,00D
- >60 tahun : 3,00D
 Setelah semua pemeriksaan selesai maka dibuatkan resep kaca mata dimana
sebelumnya telah diukur PD (pupil distance) dengan penggaris.

Miopia
Penderita dikatakan miopia apabila sinar sejajar yang masuk mata (tanpa
akomodasi) difokuskan jatuh didepan retina sehingga pandangan penderita akan
kabur jika melihat jauh. Miopia dapat disebabkan oleh axial length (sumbu bola
mata) yang panjang melebihi normal (normal berkisar 23-24 mm). Pada penderita
diabetes mellitus dan katarak (tipe nuklear), indeks refraksi meningkat sehingga
dapat menyebabkan miopia. Kelainan curvatura pada kornea dan lensa juga dapat
menyebabkan terjadinya miopia.1
Faktor risiko berkembangnya miopia :6
1. Riwayat miopia pada keluarga
2. Sering melakukan pekerjaan yang memerlukan penglihatan dekat

9
3. Kurvatura kornea yang tajam atau rasio radius kornea yang memiliki panjang
aksial yang lebar

Berdasarkan derajatnya miopia dibedakan :2


1. miopia ringan : 0 – 3 D
2. miopia sedang : 3 – 6 D
3. miopia berat : > 6 D
Tipe miopia secara klinis dibagi dua, yaitu:
1. Miopia simplex
o Tidak dijumpai kelainan patologis pada mata
o Progresifitas mulai berkurang saat masa pubertas dan stabil pada usia
sekitar 20 tahun
o Derajat myopnya tak lebih dari 6 D
o Visusnya dengan koreksi dapat mencapai penuh

2. Miopia patologis
o Bila miopia masih progresive, disebut juga sebagi miopia progressive
o Dijumpai tanda-tanda degenerative pada vitreous, macula, dan retina
o Secara keseluruhan bola mata lebih besar, pemanjangan bola mata pada
myop pathologi hampir seluruhnya kearah poluspostrerior
o Curvatura kornea lebih datar (flat)
o COA lebih dalam
o Pupil lebih lebar
o Sclera lebih tipis
o Gambar fundus oculi dapat dijumpai :
 pada papil N II ”miopic cressent”
 retina tigroid (oleh karena kehilangan banyak pigmen)
 vasa choroid tampak jelas
o Choroid atrofi (gambaran bercak-bercak putih pada fundus)
o Daerah macula dapat dijumpai
 Foster-fuchs fleck (lesi meninggi, sirkular, berpigmen, sangat jarang
dijumpai)
 Atropi
 Gambaran mirip perdarahan di dekat macula

o Pada derajat myop yang sangat tinggi dapat dijumpai posterior stofiloma
(seluruh polus posterior herniasi kebelakang)
Komplikasi yang dapat terjadi:1
o Perdarahan retina

10
o Robekan retina yang dapat berlanjut menjadi retinal detachment (ablasio
retina)
Pada miopia ringan hanya mengeluh melihat jauh kabur, kadang-kadang ada
keluhan mata lelah. Dapat dijumpai strabismus divergen (pada salah satu mata
tidak menggunakan binocular vison).
Pada miopiap pathologis (tergantung pada orang yang degenerasi) dapat
timbul keluhan :
o floaters
o scotoma
o penglihatan kabur sebagian atau kabur tiba.
Diagnosis miopia dapat diperoleh dari anamnesis. Dari anamnesis didapatkan
keluhan utama penglihatan kabur saat melihat jauh dan ada riwayat keluarga.
Pemeriksaan visus koreksi dilakukan dengan pemeriksaan refraksi objektif
dengan menggunakan retinoskopi atau autorefraktor objektif. Pemeriksaan
refraksi subjektif secara teliti dilakukan untuk mendapatkan kekuatan lensa yang
terendah yang dapat dipakai. Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan Duke
Elder test, alternating cover test, distortion test, dan reading test. Pemeriksaan lain
yang dapat dilakukan adalah pergerakan bola mata, kemampuan akomodasi,
penglihatan binocular, funduskopi, dan pemeriksaan slit lamp. Bila diperlukan
(sesuai indikasi) dapat dilakukan pemeriksaan penunjang meliputi fundus
photography, A- dan B-scan USG, pemeriksaan lapangan pandang, laboratorium
gula darah.6
Penatalaksanaan pada penderita miopia dapat dilakukan ”Optical correction”,
yaitu :
1. Kacamata koreksi
Pemilihan kacamata masih merupakan metode paling aman untuk
memperbaiki refraksi.1 Keuntungan penggunaan kacamata meliputi: lebih
murah, lebih aman bagi mata, dan membutuhkan akomodasi yang lebih kecil
daripada lensa kontak.6 Kerugian penggunaan kacamata meliputi:
menghalangi penglihatan perifer, membatasi kegiatan tertentu, dan
mengurangi kosmetik.2 Pada anak-anak dengan derajat miopia sampai
dengan -6 D, diberikan full koreksi dan dipakai terus. Pada miopia diatas -6
D, pemberian pertama kali dapat diturunkan dulu antara 1 – 2 D. Pada miopia
tinggi dapat dikurangi sesuai keadaan.

11
2. Lensa kontak
Keuntungan pemakaian lensa kontak adalah: memberikan penglihatan yang
lebih luas, tidak membatasi kegiatan, kosmetik lebih baik. Kerugian
penggunaan lensa kontak: sukar dalam perawatan, mata dapat merah dan
infeksi, tidak semua orang dapat memakainya (mata alergi dan mata kering).2
3. Orthokeratologi
Tindakan ini bertujuan untuk mendatarkan kornea perifer sehingga sama
datarnya dengan kornea sentral. Beberapa penelitian menunjukkan
orthokeratologi dapat menurunkan miopia hingga 3,00 D; dengan rata-rata
penurunan 0,75 – 1,00 D.6
4. Bedah refraktif
Pembedahan ini dilakukan untuk memperbaiki penglihatan akibat gangguan
pembiasan. Jenis pembedahan meliputi pembedahan di kornea (radial
keratotomi, keratektomi fotorefraktif/photorefractive keratectomy/PRK,
automated lamellar keratoplasti/ALK, LASIK) dan lensa (implantasi lensa
intra ocular, clear lens extraction).2

Astigmatisma
Pada mata astigmatisma, sinar yang masuk mata tidak difokuskan pada satu
titik. Penyebabnya dapat :1
o Kongenital :
 adanya kelainan pada curvatura cornea
 letak lensa sedikit oblique atau agak ”decentring”
o Didapat, misal oleh karena :
 trauma
 pasca bedah EKEK
 adanya pterigium
Tipe Astigmatisma :2
o Astigmat irregular
Karena adanya irregularitas pada bidang meridian curvatura sehingga
tidak ada satu bentuk geometri yang dianut. Contoh: akibat cicatrix cornea
o Astigmat reguler
Apabila dijumpai dua bidang meridian utama yang saling tegak lurus
sehingga dapat dikoreksi.
Klasifikasi astigmat reguler :2

12
o Simplex : satu garis fokus jatuh di retina, sedang yang lain di luar retina.
Jika salah satu fokus jatuh di depan retina disebut miopicus simplex, jika
salah satu fokus jatuh di belakang retina disebut hypermetropicus simplex.
o Compositus : bila kedua fokus jatuh di luar retina tetapi tidak pada satu
titik/bidang, bisa didepan retina (myopicus compositus) atau di belakang
retina (hipermetropicus compositus)
o Mixtus : bila salah satu fokus jauh di depan retina dan yang lain di
belakang retina.
Dikenal adanya :
o Astigmatisma with the rule
Disebut astigmat with the rule bila meridian vertical lebih curam, koreksi
lensa silinder plus pada axis 900 (vertical). Astigmat ini sering terjadi pada
anak-anak.
o Astigmatisma against the rule
Astigmat against the rule, bila meridian horisontal lebih curam, koreksi
lensa silinder plus pada axis 1800, untuk lensa silinder minus sebaliknya.
o Dikenal pula astigmat yang oblique (oblique astigmatism) yaitu astigmat
reguler yang meridian utamanya tidak pada 1800 atau 900.1
Gejala dan keluhan (sign dan symptom) pada penderita astigmatisma :
o penglihatan kabur, salah melihat huruf atau angka
o pusing, sakit sekitar mata
o kadang dijumpai ”head tilt”
Diagnosa astigmatisma ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan subjektif
seperti trial and error technique, fogging technique (pengaburan dengan lensa
spheris positif), dan silinder silang. Pemeriksaan objektif dapat dilakukan
retinoskopi garis, refraktometri, skiaskopi.2
Terapi astigmatisma dilakukan optical correction dengan memberikan lensa
silindris yang sering dikombinasikan dengan lensa spheris. Pembendahan untuk
memperbaiki astigmatisma antara lain :
o Arcuate keratotomy
o PRK (Photo Refractive Keratectomy)
o Lasik
o Operasi lensa dengan mengganti lensa dengan toric lensa buatan

13
Analisis Kasus
Pasien ini didiagnosis sebagai astigatisma miop compositus dengan dasar
pemikiran sebagai berikut:
1. Anamnesis:
- Penglihatan kedua mata kabur dan berbayang apabila membaca jauh.
- Riwayat memakai kacamata lihat jauh
- Riwayat orangtua memakai kacamata lihat jauh
2. Pemeriksaan oftalmologis:
- VOD = 1/60 koreksi = S -5,50 C -4 x1800 6/15 ph ++D
- VOS = 1/60 koreksi = S -4,50 C -4 x1800 6/15 ph ++D
Pemberian terapi kacamata sesuai koreksi dilakukan mengingat berbagai
pertimbangan dan sesuai keinginan pasien. Pemeriksaan visus setiap beberapa
bulan juga disarankan untuk pasien untuk memantau progresi dari astigmatisma
dan myopia yang dideritanya. Pemeriksaan funduskopi disarankan dilakukan
untuk melihat keadaan fundus oculi dan melihat apakah fungsi saraf masih baik.
Edukasi yang diberikan kepada pasien bertujuan untuk mencegah progresivitas
astigmatisma dan miopia secara cepat dan mempertahankan keadaan penglihatan
sebaik mungkin.

14
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, Taylor A, Paul R. Oftalmologi umum edisi 14. Jakarta : Widya Medika;
2000
2. Ilyas S, Mailangkay HHB, Taim H, Saman RR, Simarmata M, Widodo PS (editor).
Ilmu penyakit mata edisi 2. Jakarta : Sagung Seto; 2002
3. Kadir, Abdul. Hubungan Faktor Pekerjaan, Perilaku, Keturunan, Pencahayaan, dan
Umur terhadap Kejadian Miopi di Jawa Tengah. [Universitas Indonesia Eprints],1996.
[cited 9 Desember 2011]. Available from : http://eprints.ui.ac.id/32826/
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan Hasil Riset Kesehatan
Dasar Nasional,2007. [cited 9 Desember 2011]. Available from :

15
http://www.docstoc.com/docs/19707850/Laporan-Hasil-Riset-Kesehatan-Dasar-
(RISKESDAS)-Nasional-2007
5. Siregar, NH. Kelainan Refraksi yang Menyebabkan Glaukoma. [referat Repository
USU]. 2008. [cited 9 Desember 2011]. Available from: http://repository.usu.ac.id/
bitstream/123456789/3438/1/09E01854.pdf
6. Goss, DA, et al. Care of the Patient with Myopia. [American Optometric Association].
2010. [cited 9 Desember 2011]. Available from: http://www.aoa.org/documents/CPG-
15.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai