Anda di halaman 1dari 43

Case Based Discussion

Morbus Hansen - BL
INGGRID RIAMA TIOPINA
112019029
Dr. Saskia R A Hapsari, Sp.KK-FINSDV
IDENTITAS

Nama : Tn.X
Umur :-
Alamat :-
Pekerjaan :-
ANAMNESIS

Autoanamnesis : 14 Juli 2021, 15:26 WIB

Keluhan Utama :
Terdapat luka kemerahan di bagian wajah, tangan dan kaki sejak 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit

Keluhan Tambahan :
- Perjalanan lesi berawal dari kaki lalu ke tangan, dan seminggu terakhir terdapat
di wajah
- Rasa gatal disangkal
- Pasien mengatakan terdapaat baal pada luka
- Pada bagian luka di telapak tangan disertai bengkak
- Bagian tangan sulit digerakkan
Riwayat Perjalanan Penyakit :
- Pasien belum pernah ke dokter
- Pasien mengatakan sudah mengoleskan salep pi kang shuang tapi tidak ada
perbaikan

Riwayat Penyakit Dahulu :


- Pada bagian lengan dan kaki sering mengalami kesemutan
- Pasien mengatakan tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga :


- Di keluarga tidak ada yang memiliki penyakit serupa
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang


Kesadaran : Compos Mentis
TTV :-
Kepala : (Lihat status dermatologis)
Rambut : Dalam batas normal
Mata : Dalam batas normal
THT : Dalam batas normal
Mulut : Dalam batas normal
Leher : (Lihat status dermatologis)
Thoraks : Dalam batas normal
Abdomen : (Lihat status dermatologis)
Ekstremitas : (Lihat status dermatologis)
STATUS DERMATOLOGIS

- Lokasi :
Wajah (pipi kanan dan kiri serta dahi),
Telinga kanan,
Leher kanan,
Lengan kanan bawah sampai ke punggung tangan kanan dan kelima
jari,
Lengan kiri bawah sampai ke punggung tangan kiri dan jari ketiga
Perut,
Paha kiri bawah sampai ke tungkai kiri bawah,
Paha kanan bawah sampai ke tungkai kanan bawah
STATUS DERMATOLOGIS

- Distribusi : generalisata, hampir bilateral, hampir simetris


- Bentuk : sebagian teratur, sebagian tidak teratur
- Susunan : sirsinar
- Ukuran : lentikular sampai plakat
- Batas : sebagian sirkumskripta, sebagian difus
- Efloresensi : plak eritematosa, makula hiperpigmentasi, skwama,
likenifikasi serta krusta
UJI SARAF SENSORIS DAN
OTONOM

Uji saraf sensoris :


1. Rasa raba
2. Rasa nyeri
3. Perbedaan suhu

Uji saraf otonom :


1. Uji pensil gunawan
UJI SARAF MOTORIK

1. N. Radialis : kurang mampu melakukan ekstensi jari-jari


2. N. Medianus : tidak dapat melakukan adduksi ibu jari
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan bakterioskopik : belum ada hasil


2. Pemeriksaan histopatologik : belum ada hasil
3. Gambaran darah tepi : belum ada hasil
RESUME

Seorang laki laki datang ke poliklinik kulit dan kelamin dengan keluhan utama
terdapat bercak di bagian dahi, pipi, telinga kanan, leher kanan, punggung
tangan kanan, perut, serta kedua tungkai sudah sejak 2 minggu sebelum masuk
rumah sakit. Lesi tidak disertai rasa gatal dan terdapat baal. Pada bagian tangan
kanan disertai kesulitan bergerak dan pembengkakan. Pasien mengatakan
sering mengalami kesemutan pada tangan maupun kakinya. Sebelumnya,
pasien sudah pernah mengkonsumsi obat pi kam shuang namun tidak ada
perbaikan. Tidak terdapat keluhan serupa disekitar pasien. Efloresensi berupa
plak eritematosa, makula hipepigmentasi,, krusta, skwama, serta likenifikasi.
Pada pemeriksaan bantuan didapati kerusakan pada n. radialis dan n.medianus.
DIAGNOSIS KERJA

Morbus Hansen tipe Borderline Lepromatosa


MORBUS HANSEN - BL

Secara klasik lesi dimulai dengan makula , awalnya hanya dalam jumlah sedikit,
kemudian dengan cepat menyebar ke seluruh badan. Makula lebih jelas dan
lebih bervariasi bentuknya. Papula dan nodus lebih tegas dgn distribusi lesi
yang hampir simetrik dan beberapa nodus tampak melekuk pada bagian
tengah. Tanda2 kerusakan saraf berupa hilangnya sensasi , berkurangnya
keringat, gugurnya rambut lebih cepat dibanding tipe lepromatous polar.
Penebalan saraf dapat teraba pada tempat predileksi di kulit
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

1. Psoriasis Vulgaris
Merupakan peradangan kulit kronis dengan dasar genetik yang kuat. Pada kulit
pasien psoriasis terjadi perubahan pertumbuhan dan diferensiasi sel epidermis
sehingga dijumpai skuama tebal dan kasar. Psoriasis bermanifestasi di kulit sebagai
bercak merah bersisik pada bagian tubuh terutama daerah ekstensor dan kulit
kepala, yang dapat disertai rasa gatal.

Pemeriksaan Anjuran:
1. Fenomena tetesan lilin, fenomena
kobner dan fenomena auspitz
2. Histopatologik
Psoriasis ; Mikroabses Munro,
spongiosum pustules of Kogoj
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

2. Lupus Eritematosus Kutan


Merupakan penyakit autoimun yang melibatkan jaringan konektif dan
embuluh darah. Merupakan manifestasi kulit sebesar 72-85% pada kasus SLE,
dengan 20-28% kasus SLE didahului dengan manifestasi pada kulit.

Pemeriksaan Anjuran :
1. Penanda LE (ANA)
2. Histopatologik : hiperkeratotik, deposit
musin
3. Imunoflueresens
TATALAKSANA

MDT-MB program WHO (12-18 bulan)

Hari ke-1 (dari 28 hari)


Rifampisin 1x 600 mg/hari
DDS 1x100mg/hari
Klofazimin 1x300mg/hari

Hari ke-2 sampai 28 (dari 28 hari)


DDS 1x100 mg/hari
Klofazimin 1x50mg/hari
PROGNOSIS

Ad vitam : Bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Ad fungtionam : Bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Penyakit kusta adalah penyakit infeksi granulomatosa kronis yang disebabkan


oleh basil Mycobacterium leprae yang bersifat obligat intraselular. Saraf perifer
sebagai afinitas pertama, kemudian selanjutnya dapat menyerang kulit, lalu
menyebar ke organ lain (mukosa mulut, traktus respiratorius bagian atas,
sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang, dan testis), kecuali susunan saraf
pusat.1
EPIDEMIOLOGI

Pada tahun 2000 WHO menyatakan MH sebagai problem kesehata masyarakat


dengan 1 kasus per 10.000 penduduk. Di indonesia hal ni dikenal sebagai
EliminasiKusta tahun 2000 (EKT 2000). Pada tahun 2009 tercatat sebanyak
21.538 kasus dan kasus baru pada tahun 2008 sebesar 17.441 kasus.
Distribusinya tidak merata dengan populasi terbanyak ialah di pulau Jawa.
ETIOLOGI

Kuman penyebabnya adalah Mycobacterium leprae yang ditemuakn oleh G.A


HANSEN pada 1874 di Norwegia, yang sampai sekarang tidak dapat dibiakam
dalam media artifisial. Bentuknya berukuran 3-8 um x 0,5 um, tahan asam dan
alkohol serta positif gram
PATOFISIOLOGIS

M. leprae

Sel schwann

Pecah dan menginfeksi

Menyebar

SIS
Makrofag, sel epiteloid, sel
datia langhans, sel virchouw
Tuberkuloid Lepromatous
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
ERITEMA NODOSUM LEPROSUM

Eksaserbasi akut

Merupakan komplikasi imunologis

Sering terjadi pada BL dan LL

Gejala klinis berupa demam, menggigil, nyeri sendi, mual, nyeri pada saraf, dan
otot dari ringan sampai berat

Sering terjadi pada masa pengobatan. Banyaknya kuman lepra yang mati dan
hancur mengakibatkan banyak antigen yang dilepaskan dan bereaksi dengan
antibodi, serta mengaktifkan sistem komplemen. Kompleks imun tersebut terus
beredar dalam sirkulasi darah yang akhirnya dapat melibatkan berbagai organ.
MANIFESTASI KLINIS

1. Bercak kulit yang mati rasa


2. Bercak hipopigmentasi atau eritematosa, mendatar (makula) atau meninggi
(plak).
3. Mati rasa pada bercak bersifat total atau sebagian saja terhadap rasa raba,
suhu, dan nyeri.
4. Penebalan saraf tepi dapat/tanpa disertai rasa nyeri dan gangguan fungsi
saraf yang terkena, yaitu:
Gangguan fungsi sensoris: mati rasa
Gangguan fungsi motoris: paresis atau paralisis
Gangguan fungsi otonom: kulit kering, retak, edema, pertumbuhan rambut
yang terganggu
PEMERIKSAAN FISIK

1. Inspeksi
Dengan pencahayaan yang cukup (sebaiknya dengan sinar oblik), lesi kulit (lokasi dan
morfologi) harus diperhatikan.

2. Palpasi
Kelainan kulit: nodus, infiltrat, jaringan parut, ulkus, khususnya pada tangan dan kaki.
Kelainan saraf: pemeriksaan saraf tepi (pembesaran, konsistensi, nyeri tekan, dan nyeri
spontan).

3. Tes fungsi saraf


Tes sensoris: rasa raba, nyeri, dan suhu
Tes otonom
Tes motoris: voluntary muscle test (VMT)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Bakterioskopik: sediaan slit skin smear atau kerokan jaringan kulit dengan
pewarnaan Ziehl Neelsen.

Sediaan diperoleh dari kerokan kulit yang diwarnai dengan pewarnaan ziehl-
neelsen. Untuk pemeriksaan rutin, diambil sediaan dari 4-6 tempat yang
lesinya paling aktif. Dua tempat wajib untuk pengambilan sediaan adalah
cuping telinga kiri dan kanan, sementara 2-4 sediaan lainnya diperoleh dari lesi
yang paling aktif.
INDEKS MORFOLOGI

- Utuh (solid)
- Terputus (fragmented)
- Butiran (granualar)
Pemeriksaan histopatologik
Pada tipe tuberkuloid, gambaran histopatologik yang dapat ditemukan adalah
tuberkel (massa epiteloid yang berlebihan dikelilingi oleh sel limfosit), kuman
hanya sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali.
Sedangkan pada tipe lepromatosa terdapat sel-sel virchow yang mengandung
banyak kuman, subepidermal clear zone.
MEDIKAMENTOSA
Nonmedikamentosa
1. Rehabilitasi medik, meliputi fisioterapi, penggunaan protese, dan terapi
okupasi.
2. Rehabilitias non-medik, meliputi: rehabilitasi mental, karya dan sosial.
3. Edukasi kepada pasien, keluarga dan masyarakat: menghilangkan stigma
dan penggunaan obat.
4. Setiap kontrol, harus dilakukan pemeriksaan untuk pencegahan disabilitas.
DAFTAR PUSTAKA

1. Menaldi, Sri Linuwih. 2016. Ilmu Penyakit Dalam Kulit dan Kelamin Edisi
Ketujuh. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. 87-102, 300

2. Wiidatyi Sandra, dkk. 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialit
Kulit dan Kelamin di Indonesia. PPERDOSKI. 80-100

Anda mungkin juga menyukai