GOWA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena
geologi fisik pada acara pengenalan batuan metamorf Jurusan Teknik Pertambangan
Dengan selesainya laporan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada,
Bapak Dr. Ir. Irzal Nur, MT. selaku dosen mata kuliah Geologi Fisik, asisten - asisten
praktikum Geologi Fisik, dan semua anggota kelompok yang bekerja sama dengan baik
Praktikum Geologi Fisik yang diberikan selama pertemuan acara pengenalan batuan
metamorf. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran untuk perbaikan
maupun penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
i
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR…………………………………………………….………………………………………….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………...………ii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………………………………………..iv
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………………………………………vi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………………………………….vii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
3.1.1 Alat.......................................................................................................25
3.1.2 Bahan...................................................................................................28
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................................31
iii
4.2 ST-02 Batu Kuarsit....................................................................................31
BAB V PENUTUP…………………………………………………………………………………………………38
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………………..…..38
5.2 Saran…………………………………………………………………………………………………………..38
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................39
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………………………………….……41
iv
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 4.2 Batu Kuarsit........................................................................................33
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Batu adalah zat alami, agregat padat dari satu atau lebih mineral atau
kombinasi mineral kuarsa, feldspar dan biotit. Lapisan padat luar bumi, litosfer, terbuat
dari batu. Batu telah digunakan oleh umat manusia sepanjang sejarah. Mineral dan
logam yang ditemukan di bebatuan sangat penting bagi peradaban manusia. Tiga
kelompok utama batuan telah didefinisikan yaitu: batuan beku, sedimen, dan
metamorf. Studi ilmiah tentang batuan disebut petrologi, yang merupakan komponen
esensial geologi. Pada tingkat yang lebih terperinci, batuan terdiri dari butiran mineral,
yang pada gilirannya merupakan padatan homogen yang terbentuk dari senyawa kimia
yang diatur secara teratur. Mineral agregat yang membentuk batu disatukan oleh
ikatan kimia. Jenis dan kelimpahan mineral di dalam batuan ditentukan oleh cara
terbentuk batuan. Banyak batuan mengandung silika (SiO2); senyawa silikon dan
oksigen yang membentuk 74,3% kerak bumi. Bahan ini membentuk kristal dengan
senyawa lain di dalam batuan. Proporsi silika dalam batuan dan mineral merupakan
faktor utama dalam menentukan nama dan sifatnya. Batuan secara geologis
Sifat fisik ini adalah hasil akhir dari proses yang membentuk batuan. Seiring
berjalannya waktu, batuan dapat berubah dari satu jenis ke jenis lainnya, seperti yang
dijelaskan oleh model geologi yang disebut siklus batuan. Peristiwa ini menghasilkan
tiga kelas umum batuan: batuan beku, sedimen, dan metamorf. Tiga kelas batuan
1
tersebut terbagi menjadi banyak kelompok. Namun, tidak ada batas yang tegas
mereka melewati setiap gradasi satu sama lain, struktur khas dari satu jenis batuan
mungkin sering dilacak secara bertahap bergabung dengan yang lain. Batuan beku
(atau igneus rock, berasal dari kata latin ignis yang berarti api), atau batuan
magmatik, adalah satu dari tiga jenis batuan utama, yang lainnya bersifat sedimen dan
metamorf. Batuan beku terbentuk melalui pendinginan dan pemadatan magma atau
Di bumi ini banyak batuan yang menjadi penyusun kerak bumi. Batuan tersebut
Batuan metamorf adalah merupakan batuan yang hasil dari ubahan atau
transformasi dari suatu tipe batuan yang sudah ada sebelumnya (protolith) oleh suatu
proses yang dinamakan metamorfosis atau perubahan bentuk. Protolith atau batuan
asal yang dikenai panas lebih dari 150 ° C dan tekanan yang ekstrem akan mengalami
perubahan fisika dan atau kimia yang besar. Batuan Protolith dapat berupa batuan
beku, batuan sedmen, atau bisa juga batuan metamorf lain yang usianya lebih tua.
Batu gneis, batu sabak, batu marmer dan batu sekis merupakan beberapa contoh
perlengkapan yang bahan awalnya pertama kali berasal dari alam, seperti rumah yang
berfungsi sebagai tempat berlindung, jalan dan jembatan fasilitas umum untuk
manusia dan hiasan hiasan atau dekorasi dalam rumah (Allan, 1982).
Peralatan ataupun fasilitas manusia yang berupa rumah, jalan atau jembatan
itu dibentuk menggunakan batuan ataupun fragmen batuan yang berasal dari alam,
2
yang kemudian diambil dengan metode penambangan. Bahan tambang yang sering
digunakan dalam kehidupan manusia ialah marmer, marmer dapat digunakan sebagai
Marmer itu sendiri merupakan batuan metamorf, yaitu batuan yang terbentuk
dikarenakan adanya perubahan suhu dan tekanan yang tinggi, selain marmer terdapat
batuan batuan sedimen lainnya antara lain batu sabak, batu gness, batu sekis, batu
Rumusan masalah yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah :
dengan judul acara keempat yaitu pengenalan batuan metamorf pada hari Jumat
tanggal 08 September 2021. Praktikum geologi fisik dengan judul acara pengenalan
3
batuan metamorf yang dilakukan yaitu dengan melakukan pendeskripsian batuan dan
BAB II
Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada
dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat ( solid rate) akibat adanya perubahan
temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak bumi (Ehlers & Blatt, 1982).
yang sebelumnya telah ada. Panas yang intensif yang dipancarkan oleh suatu massa
regional yang meliputi daerah yang sangat luas disebabkan oleh efek tekanan dan
panas pada batuan yang terkubur sangat dalam. Namun perlu dipahami bahwa proses
metamorfosa terjadi dalam keadaan padat, dengan perubahan kimiawi dalam batas-
batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami perubahan mineralogik dan
struktur oleh proses metamorfisme dan terjadi langsung dari fase padat tanpa melalui
fase cair. Jadi batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang disebabkan
batuan akibat perubahan tekanan, temperatur dan adanya aktifitas kimia fluida/gas
4
atau variasi dari ketiga faktor tersebut. Proses metamorfosa merupakan proses
isokimia, dimana tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang
fase cair (batuan tetap berada pada fase padat) ( Ehlers & Blatt, 1982).
lain oleh adanya pemanasan akibat intrusi magmatik dan perubahan gradien
geothermal. Panas dalam skala kecil juga bisa terjadi akibat adanya gesekan/friksi
selama terjadinya deformasi suatu massa batuan. Pada batuan silikat batas bawah
terjadinya metamorfosa umumnya pada suhu 1500 ± 500 C yang ditandai dengan
terjadinya pelelehan adalah berkisar 6500 – 11000 C, tergantung jenis batuan asalnya
Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antar butir batuan
mempunyai peranan yang penting dalam metamorfosa. Fluida aktif yang banyak
berperan adalah air beserta karbon dioksida , asam hidroklorik dan hidroflourik.
Umumnya fluida dan gas tersebut bertindak sebagai katalis atau solven serta bersifat
5
adalah proses rekristalisasi di kedalaman kerak bumi (3 – 20 km ) yang
keseluruhannya atau sebagian besar terjadi dalam keadaan padat, yakni tanpa melalui
fasa cair. Sehingga terbentuk struktur dan mineralogi baru yang sesuai dengan
1984).
mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau tanggapan
terhadap kondisi fisik dan kimia di dalam kerak bumi, dimana kondisi fisik dan kimia
pelapukan dan diagenesis. Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan
induk, bisa batuan beku, batuan sedimen, ataupun batuan metamorf itu sendiri yang
sempurna, sehingga perubahan yang terjadi pada batuan asal tidak terlalu besar,
hanya kekompakkan pada batuan saja yang bertambah. Proses metamorfisme yang
sempurna menyebabkan karakteristik batuan asal tidak terlihat lagi. Pada kondisi
perubahan yang sangat ekstrim, peningkatan temperatur mendekati titik lebur batuan,
padahal perubahan batuan selama proses metamorfisme harus tetap dalam keadaan
padat. Apabila sampai mencapai titik lebur batuan maka proses tersebut bukan lagi
6
proses metamorfisme tetapi proses aktivitas magma. Agen atau media yang
menyebabkan proses metamorfisme adalah panas, tekanan dan cairan kimia aktif.
Ketiga media tersebut dapat bekerja bersama-sama pada batuan yang mengalami
proses metamorfisme, tetapi derajat metamorfisme dan kontribusi dari tiap agen
dan tekanan hanya sedikit diatas kondisi proses pembatuan pada batuan sedimen.
kondisi proses peleburan batuan. Batuan metamorf (atau batuan malihan) adalah salah
satu kelompok utama batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari
suatu tipe batuan yang telah ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang
disebut metamorfisme, yang berarti “perubahan bentuk”. Batuan asal atau protolith
yang dikenai panas (lebih besar dari 150 °Celsius) dan tekanan ekstrem (1500 bar)
akan mengalami perubahan fisika dan/atau kimia yang besar. Protolith dapat berupa
batuan sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua. Batuan
metamorf membentuk bagian yang cukup besar dari kerak bumi dan diklasifikasikan
berdasarkan tekstur, selain juga oleh susunan mineral dan susunan kimianya (fasies
metamorfik). Batuan jenis ini dapat terbentuk secara mudah akibat berada dalam
kedalaman tinggi, mengalami suhu tinggi dan tekanan besar dari lapisan batuan di
Menurut Allison dkk. (1967) batuan metamorf disebut juga batuan malihan.
Batuan metamorf terbentuk melalui proses rekristalisasi pada lapisan litosfer dengan
kedalaman 3-20 km dari permukaan bumi. Sebagian besar terjadi dalam keadaan
padat, yakni tanpa melalui bentuk leleran batuan. jika batuan metamorf sebagai
batuan yang berubah karena pengaruh tekanan dan temperatur yang tinggi. Batuan
metamorf berasal dari batuan induk, yaitu batuan beku ataupun batuan sedimen.
7
perubahan yang terjadi pada batuan awal tidak berubah total. Hanya kekompakan
pada batuan saja yang bertambah. Proses metamorfisme yang sempurna menjadikan
susunan zat batuan asal tidak terlihat lagi. Pada keadaan perubahan yang sangat
metamorfosis batuan harus tetap dalam kondisi padat. Apabila sampai mencapai titik
lebur batuan maka proses tersebut tidak lagi disebut proses metamorphosis. Namun
sangat lama hingga jutaan tahun. Semakin lama prosesnya, maka semakin sempurna
tingkat metamorfosisnya. Selain faktor waktu, faktor suhu dan tekanan sangat
maka karakteristik batuan asalnya tidak terlihat lagi. Pada metamorfismis yang tak
Selama proses ini, batuan sebagian besar tetap dalam keadaan padat, tetapi
secara bertahap mengkristal kembali ke tekstur atau komposisi mineral baru. Protolite
dapat berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf yang sudah ada.
8
Batuan metamorf membentuk sebagian besar kerak bumi dan membentuk 12% dari
dan mineralnya, dan teksturnya. Mereka mungkin terbentuk hanya dengan terkubur
dalam-dalam di bawah permukaan bumi, di mana mereka tunduk pada suhu tinggi dan
tekanan besar dari lapisan batuan di atasnya. Mereka juga dapat terbentuk dari proses
tektonik seperti tabrakan benua, yang menyebabkan tekanan horizontal, gesekan dan
distorsi. Batuan metamorf dapat terbentuk secara lokal ketika batuan dipanaskan oleh
intrusi batuan cair panas yang disebut magma dari bagian dalam bumi (Huang, 1962).
erosi dan pengangkatan) memberikan informasi tentang suhu dan tekanan yang terjadi
pada kedalaman yang sangat dalam di dalam kerak bumi. Beberapa contoh batuan
metamorf adalah gneiss, slate, marmer, sekis, dan kuarsit. Ubin batu tulis dan kuarsit
bangunan dan sebagai media untuk patung. Di sisi lain, batuan dasar sekis dapat
menimbulkan tantangan bagi teknik sipil karena bidang kelemahannya yang jelas.
Batuan metamorf terbentuk ketika batuan mengalami panas tinggi, tekanan tinggi,
cairan kaya mineral panas atau, lebih umum, beberapa kombinasi dari faktor-faktor ini.
Kondisi seperti ini ditemukan jauh di dalam Bumi atau di tempat pertemuan lempeng
batuan yang lebih padat dan lebih kompak. Mineral baru diciptakan baik oleh penataan
ulang komponen mineral atau oleh reaksi dengan cairan yang masuk ke batuan.
bermetamorfosis menjadi jenis baru. Batuan metamorf sering terjepit, tercoreng, dan
terlipat. Terlepas dari kondisi yang tidak nyaman ini, batuan metamorf tidak cukup
9
panas untuk meleleh, atau mereka akan menjadi batuan beku. Batuan metamorf yang
umum termasuk phyllite, schist, gneiss, kuarsit dan marmer ( Ehlers & Blatt, 1982).
aktivitas kimia, baik fluida ataupun gas, bahkan bisa merupakan variasi dari ketiganya
biasanya antara 200 C – 800 C, tanpa melalui fase cair ( Ehlers & Blatt, 1982).
1. Perubahan Tempetur
Adapun panas dalam skala kecil juga dapat terjadi akibat adanya sebuah gesekan
atau friksi selama terjadinya deformasi suatu massa batuan. Pada batuan silikat
150oC ± 50oC. Hal ini ditandai dengan munculnya mineral-mineral Mg, yaitu
Sedangkan untuk batas atasnya berkisar pada suhu 650 derajat Celcius – 1100
derajat Celcius, tepatnya sebelum proses pelelehan dan tergantung pula pada jenis-
10
2. Perubahan Tekanan
Sedangkan proses metamorfosa yang terjadi pada suatu kompleks ofiolite dapat
terjadi dengan tekanan lebih dari 30-40 kBar (Graha, D.S, 1987).
3. Aktivitas Kimiawi
Ativitas kimiawi fluida maupun gas yang berada pada jaringan antara butir
batuan, mempunyai peranan penting dalam proses metamorfosa. Hal ini dikarenakan
memang fluida aktif memiliki banyak peran, yaitu air, karbon dioksida, asam
hidroklorik, dan hidroflorik. Pada umumnya, fluida dan gas tersebut berperan sebagai
katalis atau solven, serta memiliki sifat untuk membentuk reaksi kimia dan
penyetimbang mekanis. Aktivitas kimiawi yang paling sering terjadi adalah pelapukan
Pelapukan adalah pemecahan batu, tanah, dan mineral serta bahan kayu dan
buatan melalui kontak dengan atmosfer bumi, perairan, dan organisme biologis.
Pelapukan terjadi, yaitu di tempat yang sama, dengan sedikit atau tanpa gerakan, dan
batuan dan mineral oleh agen seperti air, es, salju, angin, ombak dan gravitasi lalu
diangkut dan disimpan di lokasi lain. Tiga klasifikasi penting dari proses pelapukan
Pelapukan fisika atau mekanis melibatkan pemecahan batuan dan tanah melalui
kontak langsung dengan kondisi atmosfer, seperti panas, air, es dan tekanan.
Sementara pelapukan fisika ditekankan di lingkungan yang sangat dingin atau sangat
kering, reaksi kimia paling kuat dimana iklimnya basah dan panas. Namun, kedua jenis
11
Misalnya, abrasi fisik batuan yang mengurangi ukuran partikel dan karena itu
meningkatkan luas permukaan batuan tersebut. Berbagai agen seperti air dan angina
bertindak dalam mengubah mineral utama (feldspar dan mika) menjadi mineral
sekunder (lempung dan karbonat) dan melepaskan unsur hara tanaman dalam bentuk
larut. Pelapukan fisika atau mekanis dapat berupa hal hal sebagai berikut: Frost
wedging, peristiwa ini adalah dimana ketika air masuk dalam rekahan batuan dan
ketika suhu dingin air akan mengembang saat membeku, sehingga akan memecahkan
retakan retakan batuan tersebut. Pengelupasan atau pembongkaran. Pada proses ini
batu pecah menjadi lapisan lapisan tipis seperti daun atau lembaran di sepanjang
disebabkan oleh perluasan batuan akibat pengangkatan dan erosi. Ketika batuan sudah
terkubur dengan demikian batuan akan mendapat tekanan, namun ketika batuan
menjadi retak dan pecah. Ekspansi termal ini adalah pemanasan harian yang berulang,
pemanasan dan pendinginan batuan. Mineral yang berbeda akan mengembang dan
berkontraksi pada tingkat yang berbeda yang menyebabkan tekanan sepanjang batas
dari bahan kimia atmosfir atau bahan kimia yang diproduksi secara biologis yang juga
dikenal sebagai pelapukan biologis dalam pemecahan batuan, tanah dan mineral. Batu
bereaksi dengan air, gas dan larutan dapat menyebabkan penambahan atau
penghilangan unsur dari mineral. Ada beberapa peristiwa yang berkaitan dengan
pelapukan kimia. Pembubaran (dissolution) Beberapa mineral umum larut dalam air
Batu kapur dan marmer mengandung kalsit yang larut dalam air, sehingga
ketika batuan ini sering terkena air akan mengalami dissolution. Oksidasi Oksigen jika
12
kontak langsung dengan mineral silikat akan menyebabkan "berkarat". Hidrolisis
Mineral silikat akan mengalami pelapukan dengan cara hidrolisis dan membentuk clay.
Feldspar berubah menjadi tanah liat (kaolinit) dan ditambah bahan dengan terlarut
oleh makhluk hidup. Penyebabnya adalah proses organisme yaitu hewan, tumbuhan
1. Hewan yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing tanah, serangga.
2. Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau
di dalam tanah yang dapat merusak tanah disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi
yaitu berupa zat asam yang dikeluarkan oleh akar-akar serat makanan
13
Gambar 2.5 : Pelapukan Kimia
tekanan dan cairan kimia aktif. Ketiga media tersebut dapat bekerja bersama-sama
pada batuan yang mengalami proses metamorfisme, tetapi derajat metamorfisme dan
kontribusi dari tiap agen tersebut berbeda-beda. Pada proses metamorfisme tingkat
rendah, kondisi temperatur dan tekanan hanya sedikit diatas kondisi proses pembatuan
pada batuan sedimen. Sedangkan pada proses metamorfisme tingkat tinggi, kondisinya
14
1. Rekristalisasi
kembali kristal-kristal dimana elemen-elemen kimia yang sudah ada sebelumnya sudah
ada.
2. Reorientasi
dari susunan kristal-kristal, dan ini akan berpengaruh pada tekstur dan struktur yang
ada.
merupakan proses metamorfosa yang terjadi di daerah yang sangat luas. Adapun
a. Metamorfosa Orogenik
Metamorfosa orogenik ini terjadi pada daerah sabuk orogenik, di mana terjadi
yang dihasilkan dari metamorfosa ini mempunyai butiran mineral yang terorientasi dan
membentuk sabuk yang melampar atau terbentang dari ratusan hingga ribuan
15
kilometer. Proses metamorfosa yang satu ini biasanya memerlukan waktu yang sangat
b. Metamorfosa Burial
kemudian akan terlipat. Proses yang terjadi pada metamorfosa ini ialah proses
Metamorfosa dasar samudera yang dikenal dengan sebutan ocean floor ini
punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan metamorf yang dihasilkan
dari proses metamorfosa ini umumnya memiliki komposisi basa dan ultrabasa. Selain
itu, adanya pemanasan air laut juga menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia
2. Metamorfosa Lokal
sempit, yaitu diantara kisaran beberapa meter hingga kilometer saja. Adapun
a. Metamorfosa Kontak
sekitar kontak massa batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi
karena adanya pengaruh panas dan material yang dilepaskan oleh magma serta
deformasi akibat gerakan massa. Adapun zona metamorfosa kontak disebut juga
contact aureole. Proses yang terjadi pada zona ini umumnya ialah rekristalisasi,
reaksi kimia antara mineral, reaksi kimia antara mineral dan fluida, serta
16
penggantian dan penambahan material. Batuan yang dihasilkan pada proses
tinggi pada kontak batuan dengan magma pada kondisi volkanik atau quasi
volkanik. Adapun contohnya ialah pada xenolith atau pada zone dike.
c. Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinemati/Dinamik
intensif, seperti pada pahatan. Proses yang terjadi murni ini disebabkan karena
Adapun batuan yang dihasilkan pada metamorfosa kataklastik ini memiliki sifat
non-foliasi, di mana juga dikenal sebagai fault breccia, fault gauge ataupun
milonit.
Metamorfosa hidrotermal ini terjadi akibat adanya perlokasi fluida atau gas
yang panas pada jaringan antar butir atau pada retakan-retakan batuan.
e. Metamorfosa Impact
stishovite. Selain itu, metamorfosa impact ini berkaitan erat dengan panas bumi
(geothermal).
17
Metamorfosa retrogade ini terjadi akibat adanya penurunan temperatur.
menjadi kumpulan mineral stabil pada temperatur yang lebih rendah dari
sebelumnya.
orientasi unit poligranular batuan tersebut. Secara umum struktur batuan metamorf
dapat dibadakan menjadi struktur foliasi dan non-foliasi. Struktur yang sering dijumpai
secara umum di batuan metamorf biasanya foliasi dan non-foliasi, Struktur foliasi
sedangkan pada non foliasi tidak menampakkan adanya penjajaran mineral . (Jacson,
1997).
Struktur foliasi terbagi menjadi beberapa jenis tergantung bentuk mineral yang
tersejajarkan dan dari mineral yang tersejajarkan dijadikan penamaan batuan tersebut
juga seperti struktur Gneisik yang didominasi mineral yang berbentuk granular dan
batuannya disebut gneiss dan struktur philytic mineral yang tersejajarkannya mineral
pipih seperti biotit, muscovite hanya saja mineral dan kesejajarannya mulai agak kasar.
dan pada tekstur yang berpengaruh ialah bentuk mineralnya serta tidak berpengaruh
1. Struktur Foliasi
Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi ini dapat
18
orientasi butiran (schistosity), permukaan belahan planar (cleavage) atau kombinasi
dari ketiga hal tersebut (Jacson, 1970). Struktur foliasi yang ditemukan adalah (Jacson,
1997):
a. Slaty Cleavage
(mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar yang sangat
b. Phylitic
Struktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat
rekristalisasi yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih dengan
19
Gambar 2.8 : Struktur Phylitic
c. Schistosic
lentikular (umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai kasar.
Ga
mbar 2.9 : Struktur Schistosic dan Sketsa Pembentukan Struktur
d. Gneissic/Gnissose
disebut gneiss.
20
Gamb
ar 2.10 : Struktur Gneissic dan Sketsa Pembentukan Struktur
2. Struktur Non Foliasi
butiran (granular). Struktur non foliasi yang umum dijumpai antara lain:
a Hornfelsic/granulose
b. Kataklastik
21
c. Milonitic
Cirri struktur ini adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan kenampakan goresan-
d. Phylonitic
telah terjadi rekristalisasi. Ciri lainnya adlah kenampakan kilap sutera pada batuan
orientasi butir mineral dan individual penyusun batuan metamorf. Penamaan tekstur
22
Merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa tekstur
batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya nasih tampak pada batuan metamorf
tersebut.
b. Kristaloblastik
metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi
b. Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.
a. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal itu
sendiri.
c. Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain
disekitarnya.
dibedakan menjadi:
anhedral.
23
Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi:
sering disebutporphyroblasts.
c. Mortar teksture, apabila fragmen mineral yang lebih besar terdapat pada
massa dasar material yang barasal dari kristal yang sama yang terkena
pemecahan (crhusing).
f. Batuan mineral yang hanya terdiri dari satu tekstur saja, sering disebut
bertekstur homeoblastik.
24
BAB III
METODOLOGI
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum Pengenalan Batuan Beku dengan
adalah sebagai berikut:
1. Kawat tembaga, berfungsi untuk mengukur tingkat kekerasan material
25
Gambar 3.2 Kaca
26
5. Lup geologi, digunakan untuk melihat komposisi mineral batuan yang
27
Gambar 3.7 Penggaris
8. Buku Rock and Minerals, sebagai buku panduan dan referensi untuk
9. Alat tulis dan pensil warna, untuk pencatatan data-data dan sketsa
28
Gambar 3.9 Alat Tulis dan Pensil Warna
3.1.2 Bahan
29
Gambar 3.11 Lembar Patron Pengerjaan
1. Praktikan menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum dan
2. Praktikum memasuki ruangan lab dan mengikuti responsi tulis sebagai penanda
telah disediakan yang terdiri dari warna segar dan warna lapuk dari suatu
30
BAB IV
PEMBAHASAN
Batuan tersebut merupakan batuan metamorf yang mempunyai sifat fisik yang
terlihat, batuan ini memilik warna segar abu-abu kehitaman, serta warna lapuk abu-
abu kecokelatan. Batuan metamorf ini memiliki struktur foliasi dengan tekstur
kristoblastik. Komposisi dari batuan ini adalah mineral stress. Suatu batuan
metamorphic berbutir halus yang terbentuk pada temperature dan tekanan lebih tinggi
disbandingkan dengan slate, tetapi pada temperatur dan tekanan yang lebih rendah
dibanding dengan sekis. sering mempunyai suatu permukaan yang berkerut, terdapat
31
sedikit lipatan karena berhubungan dengan perpecahan yang pre-existing, dan
kehadiran lapisan tipis dari mika dan khlorit dalam jumlah yang berlimpah-limpah.
Batuan tersebut merupakan batuan metamorf yang mempunyai sifat fisik yang
terlihat, batuan ini memilik warna segar kekuningan, serta warna lapuk kecokelatan.
Batuan metamorf ini memiliki struktur foliasi dengan tekstur granular. Komposisi dari
batuan ini adalah mineral stress. Genesa dari batuan ini merupakan metamorf yang
terbentuk oleh metamorfosis dari batu pasir kuarsa murni. membentuk tekstur batuan
32
Gambar 4.2 Batu Kuarsit
Batuan tersebut merupakan batuan metamorf yang mempunyai sifat fisik yang
terlihat, batuan ini memilik warna segar abu-abu kekuningan, serta warna lapuk abu-
abu kecokelatan. Batuan metamorf ini memiliki struktur non foliasi dengan tekstur
idioblastic. Komposisi dari batuan ini adalah mineral anti stress. Genesa dari batuan ini
merupakan batuan gamping yang mengalami proses malihan. Proses ini terjadi karena
adanya tekanan dan suhu yang sangat tinggi, sehingga tekstur batuan asal seperti
tekstur sedimen dan biologi menghilang dan membentuk tekstur batuan yang baru
(proses rekristalisasi).
33
Gambar 4.3 Batu Marmer
Batuan tersebut merupakan batuan metamorf yang mempunyai sifat fisik yang
terlihat, batuan ini memilik warna segar abu-abu kehijauan gelap, serta warna lapuk
abu-abu kecokelatan. Batuan metamorf ini memiliki struktur non foliasi dengan tekstur
idioblastic. Komposisi dari batuan ini adalah mineral anti stress. Genesa dari batuan ini
merupakan proses metamorfik geologi suhu rendah yang melibatkan panas dan air di
mana batuan ultramafik dan mafik dengan kandungan silika yang rendah teroksidasi
(oksidasi anaerobik dari Fe2 + oleh proton-proton air yang mengarah ke pembentukan
H2) dan dihidrolisis dengan air menjadi serpentinit. Peridotit, termasuk dunit, yang
berada di dan dekat dasar laut dan di sabuk pegunungan diubah menjadi serpentin,
brusit, magnetit, dan mineral lainnya - beberapa mineral langka seperti awaruit
(Ni3Fe), dan bahkan besi murni. Dalam proses tersebut sejumlah besar air diserap ke
34
Batuan tersebut merupakan batuan metamorf yang mempunyai sifat fisik yang
terlihat, batuan ini memilik warna segar abu-abu gelap, serta warna lapuk abu-abu
kecokelatan. Batuan metamorf ini memiliki struktur non foliasi dengan tekstur
blastosefit. Komposisi dari batuan ini adalah mineral anti stress. Lingkungan tektonik
yang menghasilkan kerikil sabak biasanya ialah bekas cekungan sedimen yang terlibat
dalam acara lempeng konvergen. Serpih maupun kerikil lumpur di dalam cekungan
akan tertekan oleh gaya horizontal sehingga mengalami sedikit kenaikan gerah (proses
Batuan tersebut merupakan batuan metamorf yang mempunyai sifat fisik yang
terlihat, batuan ini memilik warna segar hitam kecoklatan, serta warna lapuk hitam.
Batuan metamorf ini memiliki struktur foliasi dengan tekstur kristoblastic. Komposisi
dari batuan ini adalah mineral stress. Berdasarkan komposisi utama penyusun
bautannya yang klorit dapat diketahui bahwa mineral ini terbentuk dari batuan beku
basa ataupun ultra basa yang mengalami metamorfisme, dengan pengaruh yang
35
dominan adalah pengaruh tekanan. Klorit sendiri merupakan mineral ubahan dari
olivine ataupun piroksen, mineral ini sangat melimpah pada batuan beku basa ataupun
prismatic. Diperkirakan batuan ini terbentuk karena metamorfosa regional pada zona
Batuan tersebut merupakan batuan metamorf yang mempunyai sifat fisik yang
terlihat, batuan ini memilik warna cokelat kekuningan, serta warna lapuk abu-abu
kecokelatan. Batuan metamorf ini memiliki struktur foliasi dengan tekstur blastosefit.
Komposisi dari batuan ini adalah mineral stress. Batuan yang berada pada tingkatan
yang tinggi dari metamorphism regional diantara semua batuan preformed . Mineral
membentuk suatu penjajaran mineral sebagai hasil dari temperatur dan tekanan yang
tinggi. Batu genis (kasar berbentuk granit) boleh juga disebut sebagai batuan meta-
36
granit. Batu gneiss memiliki komposisi sebagian besar berasal dari lantai samudra
bagian bawah.
37
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat saya sampaikan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
bentuk struktur, dan mineralnya yang tidak termasuk pelapukan dan diagenesa,
temperatur yang sangat tinggi. Batuan metamorf terbentuk dari batuan induk
lain yang dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, mapun batuan metamorf
itu sendiri. Proses metamorfosa terjadi dalam fase padat dan pada suhu 200 C –
650 C. Batuan sedimen dapat dideskripsikan dari sifat fisiknya antara lain warna
2. Nama batuan metamorf dapat ditentukan dari sifat fisik yang diamati, lalu
penentuan klasifikasi.
5.2 Saran
kehidupan sehari-hari.
38
DAFTAR PUSTAKA
ISBN 0-13-642710-3.
Boggs, S., Jr. (2006). Principles of Sedimentology and Stratigraphy (4th ed.). Upper
Einsele, G. (2000). Sedimentary Basins, Evolution, Facies, and Sediment Budget (2nd
39
Physical geology. (1878). Nature, 18(453), 266–268.
https://doi.org/10.1038/018266a0
7167-2882-6
Teknik, J., & Fakultas, S. (2018). Manual Prosedur Praktikum Mekanika Tanah I. 1–36.
Zuhdi, Muhammad. 2019. Buku Ajar Pengantar Geologi . Mataram: Duta Pustaka Ilmu.
40
LAMPIRAN
41
42
43
44
45
46